com/2008/07/penatalaksanaan-krisis-
hipertensi.html
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu waktu bisa jatuh kedalam keadaan
gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi Krisis
Hipertensi, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi krisis hipertensi
jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab
sebelumnya.
Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi menjadi
kurang dari 1 %.
Krisis Hipertensi adalah keadaan yang sangat berbahaya, karena terjadi kenaikan
tekanan darah yang tinggi dan cepat dalam waktu singkat. Biasanya tekanan diastolik
lebih atau sama dengan 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam, disertai dengan
gangguan fungsi jantung, ginjal dan otak serta retinopati tingkat III IV menurut Keith-
Wagner (KW).
Beberapa keadaan yang termasuk keadaan darurat hipertensi atau krisis hipertensi
akut adalah :
1. Ensefalopati Hipertensi.
2. Hipertensi Maligna.
3. Hipertensi dengan komplikasi :
a. Gagal jantung kiri akut
b. Perdarahan intra kranial
c. Perdarahan pasca operasi
d. Aortic dessection.
4. Eklamsia.
5. Feokromositoma.
PATOGENESIS
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder, dapat
dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam.
Hal ini dapat menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta
hiperplasi intima arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi
terutama pada retina, otak dan ginjal.
Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan udem papil. Gejala
retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan merupakan gejala
paling terpercaya dari hipertensi maligna.
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis
hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi.
PENGELOLAAN
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan darah
secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan pemantauan yang
ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari keadaan yang merugikan
atau munculnya masalah baru.
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja cepat,
mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah dengan cara
yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak tergantung kepada
sikap tubuh dan efek samping minimal.
1. Diazoxide
Adalah derivat benzotiadiazin, obat ini menurunkan tekanan darah secara kuat dan
cepat dengan mempengaruhi secara langsung pada otot polos arterial, sehingga terjadi
penurunan tekanan perifer tanpa mengurangi curah jantung atau aliran darah ke ginjal.
Tetapi menurut beberapa penulis, diazoxide juga menaikkan isi sekuncup, isi semenit
dan denyut jantung permenit, sehingga tidak dianjurkan pada krisis hipertensi yang
disertai aorta diseksi atau kelainan coroner.
Efek samping dari diazoxide adalah : hipoglikemi, hiperurikemi dan dapat menembus
plasenta sehingga mempengaruhi metabolisme janin sehingga tidak direkomendasikan
untuk krisis hipertensi pada kasus eklamsia.
Diazoxide diberikan dengan intravena 75-300 mg selama 10-30 detik, penurunan
tekanan darah akan tampak dalam waktu 1-2 menit, pengaruh puncak dicapai antara 2-
3 menit, dan bertahan 4-12 jam.
Untuk penderita dengan perdaraham otak, dianjurkan pemberian intra vena sebesar
500-1.000 mg. Pemberian dapat diulang setiap 10-15 menit sampai didapat tekanan
diastolik 100-105 mmHg.
2. Sodium Nitropusid
Sodium nitropusid merupakan vasodilator pada arteri dan vena. Obat ini dapat
menurunkan isi sekuncup dan isi semenit jantung. Untuk menghindari hipotensi,
pengawasan ketat harus dilakukan pada pemberian obat ini.
Dosis : 0,3-0,6 ug/kgBB/menit, dinaikkan pelan-pelan sampai tercapai penurunan
tekanan darah yang cukup.
Penurunan tekanan darah terjadi dalam beberapa detik dan puncak tercapai dalam 1-2
menit, hanya berlangsung 3-5 menit.
Efek samping : takikardi dan sakit kepala.
3. Trimetapan (Artonad)
4. Hidralazin (Apresolin)
Obat ini bekerja langsung pada otot polos arterial dan menimbulkan vasodilatasi perifer,
tanpa menurunkan aliran darah ke ginjal. Tetapi hidralazin menaikkan denyut jantung
permenit, isi sekuncup dan isi semenit jantung.
Hidralazin direkomendasikan untuk diberikan pada toksemia gravidarum dan krisis
hipertensi dengan ensefalopati
Dosis : 5-20 mg diberikan intramuskular setiap 2-4 jam, atau ecara intra vena (1 ampul
dari 20 mg/ml dilarutkan dalam 300 cc NaCl 0,9%) dengan kecepatan 10-60
tetes/menit. Penurunan tekanan darah terjadi dalam 10-20 menit, berlangsung sampai 1
jam. Apabila selama 30 menit tidak berhasil, dapat diulang tiap 3-6 jam.
5. Klonidin (Catapres)
Merupakan derivat imidazolin, yang merangsang reseptor alfa adrenergik pada batang
otak, mengakibatkan penurunan discharge symphatis, sehingga menurunkan tekanan
vaskular sistemik, juga menekan pengeluaran renin oleh ginjal.
Klonidin diberikan intravena 1 ampul (150 ug) diencerkan dalam 10 ml NaCl 0,9%
dalam waktu 10 menit. Efek penurunan tekanan terjadi dalam waktu 5-10 menit.
Pemberian intramuskular, 1-2 ampul dan dulang dalam 3-4 jam, terjadi penurunan
tekanan dalam waktu 10-15 menit. Pemberian IM dinilai lebih aman dan terkontrol,
tetapi kurang dalam kekuatan dan kecepatan dibanding dengan Diazoxide, Sodium
Nitroprusid dan Trimetapan.
Efek samping yang muncul biasanya adalah mulut kering dan kantuk yang hebat.
Obat ini direkomendasikan dipakai untuk krisis hipertensi dengan eklamsia dan aorta
anerisma.
6. Kaptopril (Kapoten)
Obat ini cukup memberikan harapan karena menaikkan kecepatan filtrasi glomeruli
dengan menhambat pembentukan vaso konstriktor yang sangat kuat (angiotensin II)
dan juga menghambat perusakan vasodilator yang kuat (bradikinin).
Dosis awal 12,5 mg, dinaikkan pelan-pelan sampai dosis optimal. Diuretik dapat
memberikan efek potensiasi.
1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari hipertensi
esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya tekanan
darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah, bingung dan
gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif, reflek asimetris,
dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang dan akhirnya
meninggal.
Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide dan Trimetapan.
2. Gagal Jantung Kiri Akut
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat dari
bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila tensi telah
terkontrol.
Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV akan
mempercepat perbaikan.
3. Feokromositoma
Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan berakibat
kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala, palpitasi,
keringat banyak dan tremor.
Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang meluas. Bila
terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya adalah nyeri
dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah. Auskultasi :
didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan tekanan darah
pada kedua lengan.
Pengobatan dengan pembedahan, dimana sebelumnya tekanan darah diturunkan
terlebih dulu dengan obat pilihan : Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.
5. Toksemia Gravidarum
6. Perdarahan Intrakranial
Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati, karena
penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah disekitar
tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan.
Penurunan tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan
sekitar 110-120 mmHg
Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.
KESIMPULAN
1. Krisis hipertensi adalah keadaan darurat yang mengancam jiwa penderita yang
memerlukan penanganan intensif di Rumah Sakit dengan pengawasan yang ketat.
2. Obat parenteral merupakan pilihan utama karena bisa bereaksi cepat dan aman.
3. Ketepatan diagnosa akan mempengaruhi pilihan obat guna keberhasilan terapi
dalam menurunkan tekanan darah dan komplikasi yang ditimbulkan.
DAFTAR PUSTAKA
KRISIS HIPERTENSI
Ditulis oleh Administrator
Kamis, 07 Agustus 2008 21:41
KRISIS HIPERTENSI
1. Pendahuluan
Hipertensi adalah salah satu faktor resiko utama penyakit vaskular jantung, saraf dan
ginjal, dimana lebih dari setengah penyebab angka kematrian pada negara maju.
Prevalensi hipertensi pada populasi masih cukup tinggi dan diperkirakan 1-2 %
penderita hipertensi dapat terjadi kirisis hipertensi.
Dari populasi Hipewrtensi 9HT), ditaksir 70% menderita sangit ringat , 20% HT sedang
dan 10% HT berat. Pada setiap jenis HT ini dapat timbul krisis hipertensi dimana
tekanan darah (TD) diastolik sanagtat meningkat sampai 120-130 mmHg yang
merupakan suatu kegawatan medik dan memerlukan pengelolaan yang cepat dan tepat
untuk menyelamatkan jiwa penderita. Angka kejadian krisis HT menurut laporan dari
hasil penelitian dekade lalu di negar maju berkisar 2 -7% dari populasi HT, terutama
pada usia 40-60 tahun dengan pengobatan yang tidak teratur selama 2-10 tahun.
Angka ini menjadi lebih rendah lagi dalam 10 tahun belakangan ini karena kemajuan
dalam pengobatan HT, seperti di Amerika hanya lebih kurang 1% dari 60 juta penduduk
yang menderita hipertensi. Di Indonesia belum ada laporan tentang angka kejadian ini.
Berbagai gambaran klinis dapat menunjukkan keadaan kritis Htdan secara garis besar,
The Fifth Report of The Join National Comitte on Detection, Evaluation and Treatment
of High Blood Pressure (JNCV) menbagi HT ini menjadi 2 golongan yaitu: hipertensi
emergensi (darurat) dan hipertensi urgensi (mendesak).
Membedakan kedua golongan krisis HT ini bukanlah dari tingginya TD, tapi dari
kerusakan organ sasaran. Kenaikan TD yang sangat pada seorang penderita dipikirkan
suatu keadaan emergnsi bila terjadi kerusakan secara cepat dan progrsif dari sistem
syaraf sentral, miokardinal, dan ginjal HT emergensi dan urgensi perlu dibedakan
karena cara penanggulangan keduanya berbeda.
Gambaran klinis HT berupa TD yang sangat tinggi (umunya TD diastolik > 120mmHG)
dan menetap pada nilai- nilai yang tinggi dan tyerjadi dalam waktu yang singkat dan
menimbulkan keadaan klinis gawat. Seberapa besar TD yang dapat menyebabkan
krisis HT tidak dapat dipastikan, sebab hal ini juga bisa terjadi pada penderita yang
sebelumnya npmortensi atau HT ringan/sedang. Walaupun telah banyak
kemajuandalam pengobatan HT, namun para klinisi harus tetap waspada akan kejadian
krisis HT, sebab penderita yang jatuh dalam keadaan ini dapat membahayakan jiwa
/kematian bila tidak ditaggulangi dengan cepat dan tepat . Pengobatan yang cepat dan
tepat serta intensif labih diutanakan daripada prosedur diagnostik karean asebagian
besar komplkai krisis HT bersifat reversdibel. Dalam menanggulangi krisis HT dengan
obat anti hipertensi, diperlukan pemahaman mengenai autoregulasi TD dan aliran
darah, pengobatan yang selectif dan terarah terhadap masalah medis, yang menyertai,
pengetahuan mengenai obat parenteral dan oral anti hipertensi, variasi regimen
pengobatan untuk mendapatkan hasil pengobatan yang memadai dan efek samping
yang minimal.
Krisis hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah sistemik
yang sangat tinggi (Tekanan darah diastolik > 120mmHg) dengan potensial
mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada organ target (Jantung,
sistem saraf pusat dan ginjal) dan mengancam kehiupan penderita.
Klasifikasi Hipertensi
Sistole Diastole
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Normal < 120 mmHg and < 80 mmHg
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Prehipertensi 120 139 mmHg or 80 89 mmHg
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hipertensi stage 1 140 159 mmHg or 90 99 mmHg
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hipertensi stage 2 > 160 mmHg or > 100 mmHg
----------------------------------------------------------------------------------------------------------
3.Faktor Predisposisi Krisis Hipertensi
Krisis hipertensi dapat terjadi peda hipertensi primer atau hipertensi sekunder. Faktor
predisposisi tejadinya krisis hipertensi oleh karena:
4. Hipertensi renovaskular.
5. Glomeluronefritis akut.
6. Sindroma with
/andimarlinasyam.wordpress.com/2009/09/18/diagnosa-krisis-hipertensi/
Diagnosa Krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil terapi
tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
Krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang terganggu, diantaranya
nyeri dada dan sesak napas pada gangguan jantung dan diseksi aorta; mata kabur
pada edema papila mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan lateralisasi
pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping sakit kepala
dan nyeri tengkuk pada kenaikkan tekanan darah pada umumnya. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan tingginya tekanan darah, gejala dan tanda keterlibatan organ
target.[1]
nyeri dada ).
Pemeriksaan fisik :
ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain
Selain pemeriksaan fisik, data laboratorium ikut membantu diagnosis dan perencanaan.
Urin dapat menunjukkan proteinuria, hematuri dan silinder. Hal ini terjadi karena
tingginya tekanan darah juga menandakan keterlibatan ginjal apalagi bila ureum dan
kreatinin meningkat. Gangguan elektrolit bisa terjadi pada hipertensi sekunder dan
c. EKG : 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi ventrikel kiri
d. Foto dada : apakah ada oedema paru ( dapat ditunggu setelah pengobatan
terlaksana ).
2. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang
pertama ) :
a. Sangkaan kelainan renal : IVP, Renal angiography ( kasus tertentu ), biopsi renald
( kasus tertentu ).
d. (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien
Faktor presipitasi pada krisis hipertensi
lain :
Hipertensi renovaskular.
o Glomerulonefritis akut.
o Renin-secretin tumors.
o Luka bakar.
Difrensial diagnosa
Krisis hipertensi harus dibedakan dari keadaan yang menyerupai krisis hipertensi
seperti :
Hipertensi berat
penunjang)