Anda di halaman 1dari 21

FOTOSINTESIS

Meissya Adila Luthfia, 230110160087


Perikanan B, Kelompok 14

ABSTRAK
Fotosintesis adalah suatu proses penyusunan senyawa kimia kompleks (Anabolisme) dengan
memerlukan bantuan cahaya. Fotosintesis merupakan suatu proses pembuatan makanan oleh
tumbuhan dengan menggunakan cahaya matahari, air, dan karbon dioksida. Fungsi utama
fotosintesis untuk memproduksi zat makanan berupa glukosa. Fotosintesis terjadi di
kloroplas, yang mana pada bagian tersebut mengandung banyak klorofil pigmen. Pada
fotosintesis, laju fotosintesis dipengaruhi oleh faktor konsentrasi karbondioksida di udara,
jumlah klorofil, cahaya, air, serta suhu. Fotosintesis mengalami berbagai proses reaksi
diantaranya yaitu reaksi terang dan reaksi gelap. Reaksi terang berlangsung dengan
menggunakan cahaya yang menghasilkan ATP dan NADPH yang mendorong proses reaksi,
sedangkan reaksi gelap terjadi di stroma pada kloroplas. Praktikum yang dilakukan pada hari
rabu 22 Maret 2017, bertempat di Laboratorium menejemen sumber daya perairan (MSP).
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terhadap kecepatan
fotosintesis dengan pengukuran oksigen terlarut (DO). Pengamatan laju proses fotosintesis ini
menggunakan prinsip metode oksigen botol terang, gelap dan terbungkus plastik hitam.
Sedangkan tanaman sampel yang telah diamati kelompok kami yaitu tanaman hijau Cabomba
dengan perlakuan pemberian sinar matahari selama 40 menit. Pada awalnya DO air dalam
botol yaitu 5.8 ternyata setelah pemberian sinar matahari didapatkan nilai DO 11,1 untuk
botol gelap, 13 untuk botol terang, dan 9,0 untuk botol terbungkus plastik hitam.
Kata kunci : Cabomba, Fotosintesis, Kloroplas, Reaksi terang, Reaksi gelap.
ABSTRACT
Photosynthesis is a process for the preparation of complex chemical compounds
(Anabolisme) to require the help of light. Photosynthesis is a process of making food by
plants using sunlight, water and carbon dioxide. The main function of photosynthesis to
produce nutrients such as glucose. Photosynthesis occurs in chloroplasts, which at that
section contains a lot of chlorophyll pigment. In photosynthesis, photosynthetic rate was
influenced by the concentration of carbon dioxide in the air, the amount of chlorophyll, light,
water and temperature. Photosynthesis experience a variety of reactions among which
process light reaction and a dark reaction. The reaction takes place by using a bright light to
produce ATP and NADPH that drives the reaction process, while the dark reactions occur in
the chloroplast stroma. Practicum conducted on Wednesday, March 22, 2017, at the
Laboratory of water resource management (MSP). This practicum conducted to determine
the factors that affect the speed of photosynthesis by measuring the dissolved oxygen (DO).
Observations rate of photosynthesis is oxygen bottle method uses the principle of light, dark
and wrapped in black plastic. While the sample plant that has been observed a group of us
that green plants Cabomba with giving treatment to sunlight for 40 minutes. At first DO
bottled water is 5.8 turns after the sun got value DO 11.1 for dark bottle, 13 for a bottle of
light, and 9.0 for a bottle wrapped in black plastic.
Keywords: Cabomba, photosynthesis, chloroplasts, Reaction bright, dark reaction.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fotosintesis berasal dari kata foton yang artinya cahaya dan sintesis yang artinya
penyusun, jadi fotosintesis juga diartikan dengan proses biokimiawi yang dilakukan oleh
tumbuhan untuk menghasilkan energi (nutrisi) dengan memanfaatkan energi cahaya.
Fotosintesis adalah proses pembuatan molekul makanan berenergi tinggi dari komponen yang
lebih sederhana, yang dilakukan oleh tumbuhan autotrof (tumbuhan yang dapat membuat
makanan sendiri). Daun merupakan komponen utama pada tumbuhan yang berperan dalam
fotosintesis ini, pada daun terdapat klorofil (zat hijau daun), klorofil inilah yang akan
menyerap energi matahari sehingga dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi (nutrisi).
Fotosintesis merupakan salah satu peristiwa anabolisme. Anabolisme adalah suatu
peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks. Proses fotosintesis ini
menghasilkan oksigen dan karbohidrat dari karbon dioksida dan air dengan bantuan sinar
matahari dan klorofil.
Berlangsung proses fotosintesis dipengaruhi beberapa faktor diantaranya konsentrasi
karbondioksida, air, suhu, serta yang paling penting adalah jumlah klorofil serta cahaya yang
diserap tumbuhan. Banyaknya cahaya yang diserap akan mempengaruhi oksigen yang
dihasilkan oleh proses fotosintesis.
Tanaman air dan mikroalga baik yang hidup di perairan air tawar ataupun air asin,
merupakan produsen di daerah yang mampu melakukan proses fotosintesis
Praktikum ini dilakukan agar dapat mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
laju fotosintesis, selain itu sebagai pembuktian jika proses fotosintesis selain menghasilkan
karbohidrat, juga menghasilkan oksigen.

Fotosintesis adalah suatu proses yang hanya terjadi pada tumbuhan yang berklorofil dan
bakteri fotosintetik, dimana energi matahari (dalam bentuk foton) ditangkap dan diubah
menjadi energi kimia (ATP dan NADPH). Energi kimia ini akan digunakan untuk fotosintesa
karbohidrat dari air dan karbon dioksida. Jadi, seluruh molekul organik lainnya dari tanaman
disintesa dari energi dan adanya organisme hidup lainnya tergantung pada kemampuan
tumbuhan atau bakteri fotosintetik untuk berfotosintesis (Devlin 1975).
Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi pada proses fotosintesis adalah :
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2.
Reaksi kimia yang terjadi pada tumbuhan terbagi dalam 2 fase, diantaranya yaitu
Tahap pertama (tahap reaksi terang) terjadi proses penangkapan energi surya atau proses-
proses yang bergantung pada keberadaan cahaya. Proses ini biasa dinamakan reaksi terang.
Reaksi-reaksi cahaya berlangsung pada bagian grana kloroplas. Sebagian energi matahari
yang diserap akan diubah menjadi energi kimia, yaitu berupa zat kimia berenergi tinggi.
Selanjutnya, zat itu akan digunakan untuk proses penyusunan zat gula. Sebagian energi
matahari juga digunakan untuk fotolisis air (H2O) sehingga dihasilkan ion hidrogen (H+) dan
O2. Ion hidrogen tersebut akan digabungkan dengan CO2 membentuk zat gula (CH2O)n.
Sedangkan O2 -nya akan dikeluarkan.
Reaksi terang adalah proses untuk menghasilkan ATP dan reduksi NADPH 2. Reaksi ini
memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai
antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-450
nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer).
Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan
sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada
gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek
menyimpan lebih banyak energi. Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil
untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang
berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I.
Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang
680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja
secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling
memperkuat.
Tahap II adalah proses-proses yang tidak bergantung langsung pada keberadaan cahaya
(Tahap reaksi gelap). Proses-proses atau reaksi-reaksi pada tahap ini disebut reaksi gelap.
Reaksi-reaksi gelap terjadi pada bagian matrik stroma kloroplas. Bagian ini, terdapat seluruh
perangkat untuk reaksi-reaksi penyusunan zat gula.
Reaksi tersebut memanfaatkan zat berenergi tinggi yang dihasilkan pada reaksi terang
yaitu ATP dan NADPH. Proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang mengikat
karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti glukosa).
Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya sehingga
dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya).
Reaksi penyusunan ini tidak lagi bergantung langsung pada keberadaan cahaya, walaupun
prosesnya berlangsung bersamaan dengan proses-proses reaksi cahaya. Karena itulah, reaksi-
reaksi pada tahap ini disebut reaksi gelap. Reaksi tersebut dapat terjadi karena adanya enzim-
enzim fotosintesis. Sesuai dengan nama penemunya yaitu Benson dan Calvin, maka daur
reaksi penyusunan zat gula ini disebut daur Benson Calvin. Hasil awal fotosintesis adalah
berupa zat gula sederhana yang disebut glukosa. Selanjutnya, sebagian akan diubah
menjadi amilum(zat tepung / pati) yang ditimbun di daun, atau organ-organ penimbunan
yang lain.

Laju fotosintesis daun tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:


a. Jenis Tumbuhan
Tumbuhan berdasarkan metabolisme fotosintesisnya dapat dibagi menjadi 3 golongan
besar, yaitu jenis C-3, C-4, dan CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tanaman kehutanan
umumnya termasuk C-3. Tumbuhan C-4 secara umum mempunyai laju fotosintesis tertinggi,
sementara tumbuhan CAM memiliki laju fotosintesis terendah (Lakitan 2010). Contoh
tanaman C-4 seperti jagung, tebu, dan sorgum. Nanas dan kaktus termasuk ke dalam tanaman
CAM. Ketiga jenis tumbuhan tersebut juga memiliki anatomi yang berbeda. Tumbuhan C-4
sel seludangnya berkembang baik dan memiliki klorofil
Perbedaan dalam golongan tumbuhan yang sama juga terjadi. Tanaman kacang tanah dan
bunga matahari merupakan tanaman yang yang senang cahaya matahari (sun-adapted),
tingkat kejenuhan terhadap cahayanya rendah. Tanaman C-4 dapat beradaptasi pada intensitas
cahaya dan suhu tinggi, dan jenis tanaman ini lebih efisien dalam memanfaatkan air dalam
kondisi tersebut. Tanaman C-3 cenderung mencapai puncak laju fotosintesis pada intensitas
cahaya dan suhu moderat, dan akan terganggu oleh suhu tinggi dan intensitas cahaya penuh
(Odum 1996).
b. Kondisi Daun
Daun muda umumnya mempunyai kemampuan fotosintesis yang masih rendah.
Kemampuan fotosintesis akan meningkat dengan bertambahnya umur dan luasan daun.
Setelah ukuran daun mencapai maksimum, maka daun akan menjadi tua dan berubah warna
menjadi kuning karena klorofil mulai rusak. Rusaknya klorofil akan menurunkan kemampuan
fotosintesis daun (Salisbury & Ross 1995; Lakitan 2010).
Daun yang terletak di bagian dalam tajuk kurang mendapat cahaya matahari. Laju
fotosintesis daun yang terletak di bagian dalam tajuk akan lebih rendah dibanding dengan
daun yang terletak di tepi luar tajuk (Salisbury & Ross 1995; Lakitan 2010). Susunan daun
dalam tajuk juga mempengaruhi efektifitas penyerapan cahaya matahari. Jika letak daun
mendatar dan sebagian besar cahaya datang dari atas, maka daun bagian atas akan terpajan
pada cahaya matahari penuh, sehingga fotosintesis pada daun tersebut akan terlalu jenuh, dan
banyak cahaya yang diserap menjadi tidak berguna (Salisbury & Ross 1995).
c. Fase pertumbuhan
Tumbuhan yang sedang tumbuh, sedang berbunga, dan berbuah, memiliki laju
fotosintesis yang tinggi dan laju translokasi fotosintat yang juga tinggi. Tumbuhan yang
sedang dalam fase istirahat memiliki laju fotosintesis yang rendah (Lakitan 2010).
d. Intensitas cahaya matahari
Setiap jenis tumbuhan membutuhkan intensitas cahaya matahari yang berbeda-beda. Ada
jenis tumbuhan yang pertumbuhannya baik pada cahaya matahari penuh (sun plant), ada juga
tumbuhan yang pertumbuhannya baik pada kondisi ternaungi (shade plant). Bahwa cahaya
sering membatasi fotosintesis terlihat dengan menurunnya laju penambatan CO2 ketika
tumbuhan terkena bayangan awan sebentar. Daun naungan umumnya mempunyai klorofil
lebih banyak, khususnya klorofil b, terutama karena tiap kloroplas mempunyai lebih banyak
grana dibandingkan pada daun matahari (Salisbury & Ross 1995; Lambers et al. 2008;
Lakitan 2010).
e. Konsentrasi gas CO2
Gas CO2 merupakan bahan yang dibutuhkan untuk fotosintesis. Jika konsentrasi gas
meningkat, maka hasil fotosintesis akan meningkat pula. Akan tetapi secara umum
konsentrasi gas yang melebihi 1000-2000 ppm akan berpengaruh buruk pada fotosintesis
(Salisbury & Ross 1995; Lambers et al. 2008; Lakitan 2010).

f. Suhu udara
Jarak suhu yang memungkinkan tumbuhan berfotosintesis sangat luas. Konifer dapat
berfotosintesis sangat lambat pada suhu -6oC atau lebih rendah. Pengaruh suhu terhadap
fotosintesis bergantung pada spesies, keadaan lingkungan tempat tumbuh, dan keadaan
lingkungan saat pengukuran. Secara umum, suhu optimum untuk fotosintesis sama dengan
suhu siang hari di tempat tumbuhan tersebut biasa hidup. Enzim sensitif terhadap suhu.
Proses reduksi karbondioksida pada karbohidrat memiliki banyak reaksi enzim. Salah satu
enzim yang terdapat dalam daun dengan konsentrasi tinggi yaitu ribulosa bifosfat
karboksilase (Rubisco) (Salisbury & Ross 1995; Lakitan 2010).
g. Ketersediaan air
Air merupakan bahan baku fotosintesis selain CO2. Kekurangan air dapat menghambat
laju fotosintesis karena pengaruhnya terhadap turgiditas sel penjaga stomata. Jika tumbuhan
kekurangan air, maka turgiditas sel penjaga akan menurun, sehingga stomata menutup.
Menutupnya stomata akan menghambat serapan CO2.
h. Unsur hara
Unsur hara secara tidak langsung mempengaruhi proses fotosintesis. Jika unsur esensial
tidak terpenuhi, laju fotosintesis akan berkurang. Kapasitas fotosintesis umumnya sensitif
dengan kandungan nitrogen. Nitrogen sangat berperan dalam proses fotosintesis, yakni
sebagai bagian dari molekul klorofil, pembawa redoks pada rantai transpor elektron, dan
berperan pada semua reaksi enzimatis dalam metabolisme fotosintesis. Nitrogen juga
menentukan produktivitas primer. Tumbuhan menanggapi kurangnya pasokan unsur esensial
dengan menunjukkan gejala kekahatan yang khas. Pada tanaman yang kekurangan Mg,
karena Mg adalah bagian esensial molekul 10 klorofil, maka klorofil tak terbentuk tanpa Mg
atau terbentuk dalam jumlah sedikit bila konsentrasi Mg rendah (Salisbury & Ross 1995).
i. Polutan udara
Beberapa polutan dapat mempengaruhi fotosintesis, seperti gas SOx, NOx, ozon,logam
berat, dan hujan asam. Zat-zat tersebut dapat mengganggu proses pembentukan atau
mempengaruhi umur kloroplas, serta mengganggu proses biokimia yang terjadi di daun.
Lamanya pemaparan polutan pada tumbuhan akan mengakibatkan terakumulasinya polutan
tersebut. Hal ini antara lain dapat terjadi pada sistem membran kloroplas, tempat proses awal
fotosintesis, terjadi perubahan pada strukturnya.

Proses fotosintesis tidak akan lepas dari yang namanya Klorofil yang terdapat pada
kloroplas. Klorofil adalah pigmen hijau fotosintetis yang terdapat dalam tanaman, Algae dan
Cynobacteria. Nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno: choloros = green (hijau),
and phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada tanaman adalah menyerap energi dari sinar
matahari untuk digunakan dalam proses fotosintetis yaitu suatu proses biokimia dimana
tanaman mensintesis karbohidrat (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida dan air dengan
bantuan sinar matahari. (Subandi 2008).
Klorofil pada tumbuhan ada dua macam, yaitu klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kecil
antara struktur kedua klorofil pada sel keduanya terikat pada protein. Sedangkan perbedaan
utama antar klorofil dan heme ialah karena adanya atom magnesium (sebagai pengganti besi)
di tengah cincin profirin, serta samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol. Klorofil
memiliki sifat yang memungkinkan molekul-molekul menyerap energi cahaya yang dapat
digunakan untuk melakukan fotosintesis (Santoso 2004).
Tumbuhan akuatik merupakan faktor yang penting dalam menentukan keseimbangan
oksigen dalam ekosistem perairan. Menurut Boyd (1990) produksi oksigen berlangsung
melalui proses fotosintesis oleh komunitas autotrof, sedangkan konsumsi oksigen dilakukan
oleh semua organisme melalui proses respirasi dan perombakan bahan organik.
Tumbuhan akuatik lebih menyukai karbondioksida sebagai sumber karbon dibandingkan
dengan bikarbonat dan karbonat. Bikarbonat sebenarnya dapat berperan sebagai sumber
karbon. Namun, di dalam kloroplas bikarbonat harus dikonversi terlebih dahulu menjadi
karbondioksida dengan bantuan enzim karbonik anhidrase (Effendi 2003). Energi matahari
diserap oleh klorofil dan digunakan untuk menguraikan molekul air, membentuk gas oksigen
dan mereduksi molekul NADP menjadi NADPH (Sutarmi dkk 1983). Menurut Effendi
(2003) sebagian besar oksigen dalam perairan dihasilkan oleh proses fotosintesis tumbuhan
air dan fitoplankton. Akan tetapi, sebagian besar oksigen tersebut digunakan untuk respirasi
fitoplankton. Perairan dangkal suplai oksigen didominasi oleh tanaman tepi, makrofita dan
alga bentik. Jenis dan kelimpahan tanaman merupakan faktor penting yang mempengaruhi
fotosintesis (Boyd 1990).
Digunakan 3 jenis tumbuhan air / tumbuhan akuatik, tumbuhan yang digunakan pada
praktikum kali ini diantaranya yaitu:
1. Amazon Sword (Echinodorus)
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Alismatales
Famili : Alismataceae
Genus : Echinodorus
Spesies :Echinodorus palaefolius var. latifolius

Gambar 1. Amazon Sord (Echinodorus)


Sumber : Dokumentasi pribadi
Tanaman yang diduga berasal dari Amazon ini adalah jenis paling terkenal dari genus
Echinodorus. Di pasaran ada 2 macam, yaitu yang berdaun lebar dan sempit. Tinggi tanaman
bisa mencapai 30-40 cm. Daunnya berbentuk lanset dengan ujung lancip dan tersusun
membentuk rumpun. Agar penampilannya bagus ia membutuhkan cahaya lampu 8-10
jam/hari. Jika kekurangan cahaya, daunnya akan berubah warna. Tanaman amazon sword ini
membutuhkan dosis pupuk dalam jumlah besar, terutama zat besi (Fe). Selama semua
kebutuhan terpenuhi, tanaman ini akan tumbuh subur, bahkan terkadang sangat subur
sehingga seringkali tumbuh terlalu besar dalam aquarium, sehingga seringkali pada akhirnya
harus dicabut.
2. Hydrilla Verticillata
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Alismatidae
Ordo : Hydrocharitales
Famili : Hydrocharitaceae
Genus : Hydrilla
Spesies : Hydrilla verticillata

Gambar 2. Hydrilla verticillata


Sumber : Dokumentasi pribadi
Hydrilla adalah tumbuhan spermatophyta yang hidup di air, sehingga ia memiliki
bentuk adaptasi yang berbeda dengan spermatophyte darat. Dinding selnya tebal
untuk mencegah osmosis air yang dapat menyebabkan lisisnya sel. Sel hydrilla
berbentuk segi empat beraturan yang tersusun seperti batu bata.

Tumbuhan Hydrilla memiliki kloroplas dan klorofil yang terdapat di dalamnya.


Daun hydrilla, dapat pula diamati proses aliran sitoplasma, yaitu pada bagiansel-sel
penyusun ibu tulang daun yang memanjang di tengah-tengah daun. Hydrilla juga
terdapat trikoma yang berfungsi untuk mencegah penguapan yang berlebih.
Aliran Sitoplasma dalam tumbuhan akan menggerakkan plastida melewati beberapa
vakoula ke segala arah yang disebut dengan sirkulasi, aliran ini biasanya
terdapat pada sel tumbuhan yang masih muda, karena pada tumbuhan muda, sel-sel
masih dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan, sehingga masih
membutuhkan bahan-bahan organic untuk sintesis komponen-komponen sel. Sedang
aliran sitoplasma yang mengelilingi vakoula disebut aliran rotasi, terjadi pada sel tua,
karena sel tua tidak terlalu banyak membutuhkan senyawa organik lagi, maka bahan
organik tersebut dibawa ke vakuola untuk disimpan sebagai cadangan makanan, jika
suatu saat tumbuhan membutuhkannya, misalnya dalam kondisi kekeringan atau
kemarau.

3. Cabomba caroliniana

Kingdom : Plantae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Nymphaeales

Famili : Cabombaceae

Genus : Cabomba

Spesies : Cabomba caroliniana


Cabomba caroliniana adalah salah satu jenis tanaman air tenggelam yang termasuk ke
dalam famili Cabombaceae, biasa hidup di perairan mengalir, dan mampu hidup hingga
kedalaman 10 meter. Tanaman ini perlu diperhatikan karena memiliki pengaruh potensial
terhadap biodiversitas, fungsi dari lahan basah dan ekosistem, serta mempengaruhi kualitas
air. Tanaman ini berasal dari Brazil, Paraguay, Uruguay, dan Argentina.
Saat ini C. caroliniana menjadi tanaman akuarium yang populer dan diperkenalkan ke
banyak negara lain karena daun-daunnya yang tenggelam dengan baik. Selain sebagai hiasan
akuarium, tanaman ini juga berfungsisebagai penyedia tempat bertelur bagi ikan-ikan hias.
Tanaman ini biasa di perdagangkan dengan nama C. autralis dan C. pulcherrima. Tanaman
ini tumbuh melalui akar serabut dan mampu tumbuh hingga panjang batang 10 meter.
Kualitas air mempengaruhi tingkat pertumbuhan C. caroliniana. C. caroliniana dapat tumbuh
dengan baik pada kondisi perairan yang eutrofik dengan pH yang rendah. Kalsium yang
tinggi dapat mengganggu pertumbuhan C. caroliniana, namun tidak demikian pada perairan
dengan kekeruhan yang tinggi. Suhu optimum pertumbuhan tanaman ini adalah 13-27 C dan
dapat bertahan hidup hingga suhu 0 C.

Gambar 3.Cabomba caroliniana


Sumber : Dokumentasi pribadi

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum Fotosintesis ini dilakukan pada tanggal 22 Maret 2017 Pukul 08.00-
10.00 WIB, bertempat di Laboratorium Menajemen Sumber daya Perikanan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
Alat dan bahan
Alat yang digunakan pada praktikum Fotosintesis ini diantaranya
adalah Botol gelap yang digunakan sebagai tempatuntuk reaksi gelap
saat fotosintesis, botol terang atau bening sebagai tempat untuk reaksi
terang, kantong plastik hitam sebagai tempat proses fotosintesis atau
pembanding botol gelap dan botol terang, DO meter untuk mengukur
kandungan oksigen terlarut pada air sebelum dan sesudah reaksi.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya
adalah tanaman Amazon, Hydrilla dan Cabomba sebgai sampel tanaman
air yang dibandingkan dalam proses fotosintesis.
Prosedur kerja
Prosedur praktikum fotosintesis dilakukan berstruktur sebagai berikut:
A. Penentuan Kadar Oksigen Awal
Disiapkan 3 boto (gelap, terang, bungkus plastik)

Diisi botol dengan air yang disaring

Ditimbang tanaman sebasar 3 gram

Dimasukkan tanaman air (Cabomba


caroliniana) kedalam botol

Ditutup botol dan dibolak-balikkan untuk


menghomogenkan air

Diukur kadar oksigen awal (KO awal)

Dikencangkan tutup botol

Diletakkan dibawah sinar matahari (40 menit)

Dicatat waktu perlakuan botol


B. Penentuan Kadar Oksigen Akhir
Dicatat waktu pengamatan

Diukur kadar oksigen akhir dan dicatat dalam tabel pengamatan

Dihitung perubahan nilai kadar oksigen (Delta KO)

Dikurangi KOakhir-KOawal. contoh dilakukan hal yang sama, nilainya adalah Delta KO kontrol

Dikoreksi nilai yang didapat menggunakan nilai Delta KOkontrol (Delta KO-Delta
Kontrol)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan Angkatan
Tabel Hasil Praktikum Kelas Perikanan A
Tabel Hasil Pengamatan Perikanan B
Tabel Hasil Pengamatan Perikanan C
PEMBAHASAN
Praktikum fotosintesis digunakan 3 jenis tumbuhan air, diantaranya yaitu Cabomba,
Hydrilla, dan Amazon. Digunakannya tiga jenis tanaman agar terlihat perbedaan kenaikan
DO yang dperoleh dari tiap jenis tanaman dengan waktu yang bervariasi. Dari kadar oksigen
terlarut (DO) awal 5,8, semua perlakuan mengalami kenaikan DO . Hal ini disebabkan
perbedaan waktu dilakukan untuk melihat laju fotosintesis dari tiap sampel dipengaruhi oleh
faktor waktu dan suhu. Perbedaan yang timbul menunjukkan bahwa jenis tanaman mampu
mempengaruhi laju fotosintesis pada suatu tanaman.
Pada kelompok 14, tanaman air yang digunakan sebagai sampel adalah tanaman
Cabomba caroliniana. Tanaman ini diuji pada 3 botol dengan perlakuan botol kaca
bening, botol kaca gelap, dan botol kaca bening yang dibungkus plastik hitam. Penjemuran
sampel pada botol dilakukan selama 40 menit dari pukul 08.53 hingga 09.35. Setelah dijemur
sampel di cek kadar oksigen terlarutnya (DO akhir) per botol untuk mencari DOnya.
Percobaan yang dilakukan, dengan kadar oksigen terlarut awal (DO awal) 5,8 , diperoleh
hasil untuk DO akhir pada botol gelap sebesar 11,1, pada botol terang sebesar 13, dan pada
botol yang ditutupi plastik hitam sebesar 9,0 Tiap sampel mengalami kenaikan DO
diantaranya DO pada botol gelap sebesar 5,3, pada botol terang sebesar 7,2 dan pada botol
yang ditutupi plastik hitam sebesar 3,2. Hasil yang diperoleh dapat membuktikan bahwa
proses fotosintesis tidak berlangsung dengan optimal, karena data DO akhir yang didapatkan
tidak terlalu signifikan karena cuaca pada hari itu yang kurang mendukung (sedikit
mendung).
Perbandingan dengan data sampel pada kelas B, tanaman air yang mengalami perubahan
DO (DO) tertinggi dialami oleh tanaman air jenis Cabomba caroliniana. Hal ini terlihat
pada perlakuan tanaman Cabomba caroliniana dengan penjemuran selama 40 menit, tiap
sampel mengalami kenaikan DO diantaranya DO pada botol gelap sebesar 5,3, pada botol
terang sebesar 7,2, dan pada botol yang ditutupi plastik hitam sebesar 3,2. Perlakuan tanaman
Cabomba caroliniana dengan penjemuran selama 30 menitpun mengalami perubahan
DO yang cukup signifikan dibandingkan sampel lainnya, yaitu tiap sampel mengalami
kenaikan DO diantaranya DOpada botol gelap sebesar 7, pada botol terang sebesar 7,7, dan
pada botol yang ditutupi plastik hitam sebesar 0,7. Hal ini disebabkan karena tanaman
Cabomba caroliniana mengalami laju fotosintesis paling baik. Tanaman air Cabomba
caroliniana merupakan tanaman yang daya serap cahayanya paling tinggi. Hal ini dapat
dilihat dari tabel diatas. Tanaman Cabomba caroliniana memiliki kadar oksigen paling
tinggi diantara kedua tanaman yang lain.
Perbandingan dengan sampel yang sama yaitu tanaman Cabomba caroliniana pada
data hasil pengamatan angkatan, maka perubahan DO (DO) tertinggi dialami oleh tanaman
air jenis Cabomba caroliniana pada kelas B. Hal ini terlihat pada perlakuan tanaman
Cabomba caroliniana kelas B dengan penjemuran selama 40 menit, tiap sampel
mengalami kenaikan DO diantaranya DO pada botol gelap sebesar 5,3, pada botol terang
sebesar 7,2, dan pada botol yang ditutupi plastik hitam sebesar 3,2. Pada perlakuan tanaman
Cabomba caroliniana angkatan dengan penjemuran selama 40 menitpun mengalami
perubahan DO yang cukup signifikan dibandingkan sampel lainnya, yaitu tiap sampel
mengalami kenaikan DO diantaranya DO pada botol gelap sebesar 6,0, pada botol terang
sebesar 8,0, dan pada botol yang ditutupi plastik hitam sebesar 2,4. Hal ini disebabkan karena
tanaman Cabomba caroliniana pada kelas B mengalami penjemuran pada waktu pagi,
dimana intensitas cahaya yang diterima rendah dibanding intensitas cahaya yang diterima
tanaman Cabomba kelas lainnya yang di jemur pada waktu siang dimana intensitas cahaya
yang diterima tinggi.
Praktikum ini botol diberi tiga perlakuan, yaitu botol kaca bening, botol kaca gelap, dan
botol kaca bening yang dibungkus plastik hitam. Ketiga perlakuan tersebut, tentu saja
menghasilkan kadar oksigen yang berbeda-beda. Kadar oksigen terlarut (DO) awal 5,8,
semua perlakuan mengalami kenaikan DO. Hal ini disebabkan intensitas cahaya yang
diterima tiap botol berbeda. Banyaknya cahaya akan berbanding lurus dengan banyaknya
oksigen yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari hasil percobaan kontrol yang tidak dimasukkan
tumbuhan pada botolnya. Percobaan kontrol yang mengalami perubahan DO paling
signifikan dari data hasil percobaan angkatan dialami oleh percobaan kontrol kelas C dengan
perubahan DO pada lama penjemuran 30 menit mengalami kenaikan DO diantaranya DO
pada botol gelap sebesar 4,8, pada botol terang sebesar 3,3, dan pada botol yang ditutupi
plastik hitam sebesar 1,5. Hal ini disebabkan karena pada percobaan kontrol kelas C
mengalami penjemuran pada waktu siang, dimana intensitas cahaya yang diterima cukup
tinggi disbanding intensitas cahaya yang diterima percobaan kontrol lainnya.

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa fotosintesis
memang menghasilkan oskigen. Hal ini terbukti dari kadar oksigen akhir ketiga tanaman
tersebut yang lebih besar dibanding kadar oksigen awal.
Cahaya memegang peranan penting terhadap fotosintesis. Banyaknya cahaya akan
berbanding lurus dengan banyaknya oksigen yang dihasilkan. Ini terbukti dari pada tanaman
pada botol kaca bening yang memiliki kadar oksigen akhir yang lebih tinggi dibanding dua
botol lain.
Kegagalan praktikum ini bisa disebabkan oleh ketidaktepatan praktikan dalam
melaksanakan praktikum namun bisa juga oleh faktor lain seperti umur, keadaan
stomata, jenis tumbuhan, CO2 dan O2,Ketersediaan air, dan Kelembaban dan suhu
udara.

DAFTAR PUSTAKA
Boyd, C. E. 1990. Water Quality Management in Aquaculture and Fisheries

Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.

Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan
Perairan. Kanisius : Yogyakarta
Filter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press.
Yogyakarta.

Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.UGM Press.


Yogyakarta.

Heddy, S. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press. Jakarta.

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lakitan, Benyamin 2010 . Dasar-dasar fisiologi tumbuhan. Jakarta

Lambers, H; Chapin III S. F. And Pons L.T.2008. Plant Physiology Ecology 2rd Edition.
2008

Odum, E.P. 1996. Dasar Dasar Ekologi. Alih Bahasa. Cahyono,S. FMIPA
IPB.
Gadjah Mada University Press. 625p.

Salisbury, dan Ross. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Press. Bandung.


Santoso. 1990. Fisiologi Tumbuhan, Metobolisme Dan pertumbuhan. Fakultas Biologi
UGM : Jokjakarta

Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Bengkulu : Universitas Muhammadiyah Bengkulu.

Sitompul, S. M. dan Guritno. B. 1995. Pertumbuhan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Subandi, Aan. 2008. Metabolisme.

Wilkins, M. B. 1989. Fisologi Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

LAMPIRAN

Lampran 1. Alat

Tiga botol berbeda perlakuan DO meter

Lampiran 2. Bahan

Sampel Tumbuhan Hydrilla Sampel Tumbuhan Cabomba


verticillata
caroliniana
Sampel Tumbuhan Amazon
Sword
Lampiran 3. Kegiatan

Lampiran 7. Tanaman Hydrilla Berada Lampiran 8. Penjemuran Tanaman Hydrilla


didalam Botol Selama 40 menit

Penjemuran Tanaman
Dimasukkan Tanaman Cabomba
Cabomba Selama 40 menit
caroliniana Kedalam Botol

Lampiran 9. Pengujian DO akhir


menggunakan DO meter

Pengujian DO akhir menggunakan DO meter

Anda mungkin juga menyukai