Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

MATAKULIAH DINAMIKA POPULASI


“RUAYA”

Oleh :
Kelompok 6 / Perikanan B
Nisrina Haibah 230110160082
Meissya Adila Luthfia 230110160087
Viani Puji Lestari 230110160094
Tri Nazar Ulfi Nugrahi 230110160127
Delima Mentari Amara 230110160147

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas
matakuliah Dinamika Populasi yang berjudul “Ruaya” ini tepat waktu.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian tugas ini. Akhirnya, tiada kata yang
dapat kami sampaikan selain mengharapkan agar Tugas ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak khususnya kepada kami, maupun umumnya untuk
pembaca dimasa sekarang maupun masa yang akan dating.

Jatinangor, November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................. ii
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................. 1

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ruaya Ikan .......................................................... 2
2.2 Jenis-jenis Ruaya .................................................................. 2
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Migrasi .............. 4
2.4 Bias Stok Disebabkan Migrasi ............................................. 5
2.5 Metode Studi Migrasi ........................................................... 6

III STUDI KASUS


3.1 Jurnal 1 .................................................................................. 8
3.2 Jurnal 2 .................................................................................. 11

IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ........................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dinamika populasi ialah proses peningkatan (increasing) atau penurunan
(decreasing) populasi baik dalam jumlah individu dan atau biomassa dalam
periode waktu tertentu yang diakibatkan oleh masuknya individu baru ke dalam
populasi (recruitment) sebagai hasil dari proses reproduksi (kelahiran),
berkurangnya individu dalam populasi sebagai akibat dari kematian (mortality), di
mana kematian dapat diakibatkan oleh pengambilan oleh manusia, yang dikenal
sebagai fishing mortality, dan kematian oleh faktor alami, yang dikenal sebagai
natural mortality. Pada populasi bermigrasi (migratory populations), faktor
immigrasi (masuk) dan emigrasi (keluar) individu dari populasi merupakan hal
yang menyebabkan perubahan populasi dan penting diperhitungkan dalam
melakukan evaluasi dinamikanya suatu populasi.
Berbagai metoda evaluasi populasi dan pendugaan stok telah dikemukakan
oleh para peneliti perikanan khususnya biologi perikanan. Secara umum metoda –
metoda evaluasi populasi dan pendugaan stok memiliki tujuan yang hampir sama
yaitu menduga pertumbuhan populasi, menduga laju mortalitas, menduga laju
mortalitas penangkapan, alur migrasi ikan, dan lainnya. Salah satunya yaitu
dengan metode penandaan dapat menduga hal-hal tersebut, juga dapat mengetahui
alur migrasi gerombolan ikan sehingga sangat baik digunakan dalam
mengevaluasi populasi dan pendugaan stok populasi ikan bermigrasi.

1.2 Tujuan
Berikut merupakan tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu;
1. Mengertahui dan memahami pengertian ruaya ikan.
2. Mengertahui dan memahami jenis-jenis ruaya ikan.
3. Mengertahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi ruaya ikan
4. Mengertahui dan memahami metode studi migrasi ikan.
5. Mengertahui dan memahami bias stok yang disebabkan migrasi ikan.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ruaya Ikan


Migrasi atau dalam dunia perikanan lebih dikenal juga dengan istilah
ruaya. Ruaya merupakan suatu proses perpindahan ikan ke tempat yang
memungkinkan untuk hidup, tumbuh, dan berkembangbiak. Heape (1931) dalam
Lucas & Baras (2001) menyebutkan migrasi adalah sebuah proses siklus yang
“mendorong” migran (hewan yang melakukan migrasi) untuk kembali ke wilayah
dimana migrasi dimulai, tempat untuk bereproduksi, menemukan makanan serta
tempat yang memiliki iklim tepat untuk sintasannya. Lucas & Baras (2001)
menyebutkan secara umum migrasi merupakan pergerakan suatu spesies pada
stadia tertentu dalam jumlah banyak ke suatu wilayah.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan ruaya ikan yaitu:
1. Amfibiotik : ikan yang beruaya dari air laut ke air tawar atau sebaliknya.
2. Holobiotik : ikan yang tidak melakukan ruaya selama hidupnya tinggal di
air tawar atau di air laut saja. Namun ada beberapa menjadi peruaya.
3. Diadrom : ikan melakukan ruaya untuk berpijah.
4. Amfidrom : ikan beruaya untuk mencari makanan.
5. Potamodrom: ikan yang hidup dan beruaya di perairan tawar saja
termasuk sungai dan danau
6. Oseanodrom : ikan yang hidup di laut dan beruaya di laut.
7. Batidrom : ikan yang beruaya di perairan dalam
8. Brakheadrom : ikan yang beruaya di perairan dangkal
9. Katadrom : ikan yang beruaya dari air tawar ke laut hanya untuk berpijah
10. Anadrom : ikan yang beruaya dari laut ke air tawar untuk berpijah

2.2 Jenis-jenis Ruaya


Northcote (1978) menyebutkan bahwa ada tiga habitat sebagai tempat
yang menjadi tujuan saat melakukan migrasi, yaitu tempat untuk reproduksi,
tempat untuk makan dan tempat untuk berlindung dari serangan predator di mana

2
3

ketiga habitat tersebut tidak selalu sama dan akan dikunjungi oleh ikan pada stadia
tertentu. Sama halnya dengan pernyataan Utomo & Samuel (2005), berdasarkan
tujuannya, ruaya ikan di perairan umum dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Ruaya pemijahan
Pergerakan ruaya ikan ke daerah pemijahan mengandung tujuan
penyesuaian dan peyakinan tempat yang paling menguntungkan untuk
perkembangan telur dan larva. Beberapa ikan sungai seperti ikan belida,
baung, tapa (Wallago leeri), tilan (Mastocembelus unicolor) dan lais
(Kryptopterus spp.) melakukan ruaya pemijahan ke hutan rawa (Hoggart et
al. 2000). Contoh lain adalah ikan sidat (Anguilla anguilla) yang hidup
dalam kolam atau perairan tertutup lainnya ini akan keluar mencari sungai
– sungai yang menuju ke laut untuk memijah.
2. Ruaya untuk mencari makan
Ruaya untuk mencari makan merupakan ruaya yang dilakukan ikan karena
untuk kepentingan pertumbuhannya.
3. Ruaya untuk menghindar dari lingkungan yang kurang baik.
Ruaya ikan untuk menghindar dari lingkungan yang kurang baik
merupakan upaya untuk menghindar dari kondisi buruk di suatu perairan,
biasanya pada kondisi pH rendah, oksigen rendah, suhu tinggi dan
sebagainya.
Setiap ikan yang melakukan kegiatan migrasi selalu berangkat dari dan
menuju suatu lokasi yang sama atau hampir sama dengan tempat di mana
dilahirkan. Migrasi menuju tempat reproduksi umumnya dilakukan setiap tahun
atau setiap musim pemijahan. Namun migrasi yang dilakukan oleh ikan yang
masih kecil (juvenile) untuk mencari makan dapat dilakukan berulang kali hingga
masa pemijahan dimulai. Ikan yang dapat melakukan pemijahan lebih dari satu
kali akan melakukan ruaya pemijahan kedua tidak selalu sama dengan ruaya yang
pertama namun karakter lokasi yangmenjadi tujuan tetap sama (Mc Keown 1984).
Hal ini juga ditemukan pada ikan yang melakukan migrasi untuk mencari
makanan, di mana area kedua dan sebelumnya tidak selalu sama namun memiliki
karakter sumberdaya yang hampir sama.
4

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Migrasi


Proses migrasi pada ikan merupakan respons fisiologis terhadap input
internal maupun eksternal yang diterima (Lucas & Baras 2001). Peran hormon
menjadi sangat penting dalam mempengaruhi respons ikan, berikut ini adalah
faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi ikan melakukan migrasi
(Gambar 1).

Gambar 1. Diagram faktor internal dan eksternal yang mempengaruhitingkah


laku migrasi
(Sumber: Fahmi 2010)
Faktor internal yang mempengaruhi proses migrasi adalah: pertama; faktor
genetik dan ontogeni; para peneliti meyakini bahwa tingkah laku migrasi sangat
dipengaruhi oleh faktor genetik, namun ekspresi genetik tergantung pada
lingkungan dan stadia perkembangan ikan. Perubahan ontogeni memberikan
respons pada insting dan fisiologi ikan kecil untuk melakukan migrasi menuju
area feeding ground. Selanjutnya ikan dewasa akan dipandu oleh instingnya untuk
melakukan migrasi ke area pemijahan (spawning ground). Faktor kedua adalah
keseimbangan metabolik; banyak spesiesikan yang bermigrasi untuk mencari
makanan, dengan menempuh jarak dekat hingga jarak yang sangat jauh dan penuh
risiko pemangsaan. Stimulus untuk bermigrasi mencari makanan sangat
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pemenuhan isi lambung atau kelaparan
dan faktor yang berkaitan dengan faktor keseimbangan metabolisme. Faktor
5

ketiga adalah homing dan reproduksi; homing adalah kemampuan ikan dewasa
untuk kembali ke tempat asalnya, untuk kematangan gonad dan reproduksi
Faktor eksternal yang mempengaruhi proses migrasi pertama adalah
lunar. Hipotesa yang dituliskan oleh banyak peneliti mengenai pengaruh lunar
terhadap pola migrasi adalah hal yang terkait denganintensitas cahaya dan
pengincaran predator secara visual. Sebagai ikan nokturnal Anguilla anguilla
tidak akan meninggalkan shelter hingga matahari tenggelam. Pergerakan ikan
Anguilla akan sangat cepat menuju hulu pada malam hari karena aktivitas ikan
nokturnal sangat dipengaruhi oleh intensitascahaya bulan. Di samping itu, siklus
bulan juga mempengaruhi tingginya permukaan air laut yaitu terjadinya arus
pasang dan surut, sehingga ikan sidat akan banyak ditemukan di muara pada saat
bulan penuh. Faktor kedua adalah temperatur; sebagai hewan ektoterm, ikan
umumnya lebih aktif pada suhu yang lebih tinggi daripada kisaran normal.
Sebaliknya pergerakan ikan ruaya terjadi pada batas toleransi, hal ini dapat dilihat
pada pola pergerakan ikan salmon yang cenderung nokturnal dimusim dingin.
Faktor ketiga adalah salinitas; ikan yang memiliki perilaku migrasi horizontal
umumnyaadalah ikan-ikan yang memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan
salinitas. Faktor keempat adalah arus; arus memegang peranan penting dalam
penyebaran larva ikan-ikan yang bermigrasi. Larva akan berenang secara pasif
mengikuti pola arus, sedangkan ikan-ikan dewasa secara aktif berenang melawan
arus. Penelitian tentang penyebaran Leptochepalus ikan sidat yang dilakukan oleh
Herunadi (1999) menunjukan bahwa laju pendaratan glass eel di muara Sungai
Cimandiri berhubungan erat dengan arus pantai Jawa.

2.4 Bias Stok disebabkan Migrasi


Migrasi stok merupakan jenis pergerakan sistematik dari individu-individu
yang termsuk dalam suatu stok. Suatu estimasi adalah bias jika estimsi itu
menyimpang dari nilai sebenarnya. Kebanyakan migrasi yang menyebabkan bias
adalah gerakan-gerakan horizontal baik sepanjang pantai, lepas pantai, atau antara
sungai-sungai dan daerah laut.
Migrasi yang menyebabkan bias diklasifikasikan dalam 4 jenis utama:
6

1. Migrasi Harian.
Migrasi ini terbagi menjadi dua yaitu: Diel Vertical Migration (migrasi
vertikal harian) adalah gerombolaban ikan di dasar perairan pada siang
hari dan pada kolom perairan pada malam hari; dan Diel Horizontal
Migration (migrasi horisontal harian) adalah gerombolan ikan pergi dan
pulang ke tempat sama setiap hari (contoh: cakalang bergerak menjauhi
pantai dan kembali kelokasi yang sama setiap hari)
2. Migrasi untuk memijah
Migrasi untuk memijah merupakan ruaya yang dilakukan ikan disebabkan
untuk kepentingan perkembangbiakan dari ikan bersangkutan.
3. Migrasi menurut ukuran
Migrasi ini terbagi menjadi dua yaitu: Size Dependent Vrtical Migration of
Adult (migrasi vertikal ikan dewasa karena pengaruh ukuran), contoh pada
skipjack tuna, younger year classes (ukuran muda) cenderung
gerombolannya di permukaan perairan, dan ukuran yg lebih besar di
perairan lebih dalam; dan Size Dependent Horizontal Migration (migrasi
horizontal karena pengaruh ukuran ikan) yaitu ukuran yang besar (dewasa)
cenderung ke perairan yang lebih dalam (contoh: udang windu pada masa
juvenile di estuaria/pantai, muda meninggalkan pantai & dewasa di laut
yang lebih dalam)
4. Migration of Juvenile (migrasi juvenil).
Juvenil dapat berada di lapisan permukaan perairan pada siang dan malam,
sedang ikan dewasa berada di dasar pada siang hari. Juvenil dapat
menempati suatu tempat di mana yang dewasa tidak ditemukan.

2.5. Metode Studi Migrasi


Studi migrasi ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain
sebagai berikut:
1. Marking
7

Marking adalah penandaan ikan pada tubuh ikan, dimana tanda tersebut
bukan berupa benda asing. Penandaan ini meliputi: pemotongan sirip;
pemberian lubang pada pada tutup insang; dan pemberian tato.
2. Tagging
Tagging adalah penandaan ikan pada tubuh ikan, dimana tanda tersebut
berupa benda asing. Benda asing yang digunakan adalah benda-benda
yang tidak mudah berkarat, seperti emas, perak, aluminium, nikel, plastik,
ebonit, seluloid dll. Terdapat 2 macam tagging yaitu: internal tag
(digunakan pada ikan-ikan herring atau anchovy yang didaratkan dalam
jumlah besar; dan eksternal tag seperti Petersen disc dan lea tag.
3. Menggunakan alat bantu seperti Echosounder untuk memperoleh
informasi migrasi vertikal.
4. Pengamatan secara langsung, dimana data dapat diperoleh dari nelayan.
5. Metode akustik, untuk mengetahui distribusi dan estimasi kelimpahan
dalam waktu yang lebih pendek.
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Jurnal 1
Judul Jurnal Migrasi Ikan Tuna (Thunnus sp) secara Spasial dan Temporal
di Laut Flores, Berbasis Citra Satelit Oseanografi
Peneliti Safruddin, Mukti Zainuddin, Achmar Mallawa

Tujuan
Penelitian ini dilakukan unttuk mengetahui migrasi ikan tuna secara spatial
dan temporal di Perairan Kabupaten Kepulauan Selayar, Laut Flores sebagai
upaya untuk pemanfaatan sumberdaya tuna secara optimal, efisiensi, dan
efektifitas operasi penangkapan ikan tuna yang dilakukan nelayan di wilayah ini.
Metodologi

Waktu dan tempat


Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan, pada bulan September
2013 – Februari 2014 di Laut Flores khususnya di sekitar wilayah perairan
Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan yang dioverlay dengan
kedalaman perairan
Metode
Data sebaran SPL dan densitas klorofil-a dari bulan September 2013
sampai Februari 2014 dan data kedalaman perairan divisualisasikan software
pengolah data spasial dan visualisasi diantaranya; SeaWiFS Data Analysis System
(SEADAS), ArcGIS 10.1, dan Matlab versi 8.0.0.783.

8
9

Hasil dan Pembahasan


a. Produksi dan Potensi Sumberdaya Ikan Tuna

Nilai produksi rata-rata dan maximum sustainable yeild (MSY) berdasarkan


data yang diolah dalam kurung waktu 5 tahun (2008 - 2012) adalah masing-
masing sebesar 232,2 ton dan 552,0 ton/tahun. Kondisi seperti ini
mengindikasikan bahwa produksi ikan tuna belum menunjukkan kondisi
overfishing atau tingkat pemanfaatan baru sekitar 42,069% dari potensi lestari
ikan tuna yang ada di perairan Kabupaten Kepulauan Selayar. Nilai CPUE juga
menggambarkan hasil yang baik, meningkat pada tahun terakhir yaitu pada tahun
2012 sebesar 0,132 ton/trip (Mallawa dkk., 2014). Widodo dkk. (1988) mencatat
bahwa sumberdaya ikan tuna merupakan sumberdaya yang memiliki batas oleh
karena itu diperlukan pengelolaan yang tepat untuk dapat memanfaatkan
sumberdaya tersebut untuk kurun waktu yang cukup lama.
10

b. Sebaran Suhu dan Densitas Klorofil-a Permukaan Laut


Parameter oseanografi yang mempengaruhi migrasi ikan tuna di Laut Flores

1. Suhu Permukaan Laut


Sebaran suhu perairan di bagian Selat Makassar dan Teluk Bone cenderung
lebih panas dari pada di perairan Laut Flores. Hal ini disebabkan karena posisi
lintang yang lebih dekat dengan garis katulistiwa, yang memiliki intensitas
pemanasan lebih tinggi. Dinamika suhu perairan tersebut mempengaruhi pola
pergerakan dan distribusi ikan tuna di perairan.
2. Densitas Klorofil a
Pada bulan September, DPPI tuna yang paling produktif ditemukan di perairan
sebelah Barat Pulau Selayar dan Selatan Pulau Tarupa. Hasil pemetaan ini
mengacu pada distribusi sebaran SPL dan klorofil-a sehingga apabila terdapat bias
secara spasial dan temporal berarti terdapat faktor lingkungan lain yang
memepengaruhi pola distribusi ikan seperti produktifitas primer, salinitas, migrasi
ke daerah pemijahan, kandungan oksigen terlarut, front musiman dan lain-lain.
11

Kesimpulan
Perairan Kabupaten Kepulauan Selayar, Laut Flores, memiliki potensi ikan
tuna yang sangat prospektif dari perspektif daerah penangkapan potensial ikan
tuna. Dinamika spasial dan temporal parameter oseanografi seperti sebaran SPL
dan densitas klorofil-a mempengaruhi migrasi ikan tuna di wilayah ini. Formasi
DPPI tuna di perairan Kepulauan Selayar terbentuk pada bulan Oktober di sekitar
bagian Tenggara, pulau Bonerate dan pulau Lambego. DPPI tuna di perairan
Kepulauan Selayar yang paling produktif terjadi pada bulan November (Utara,
Barat, Selatan Pulau selayar /5⁰50 -ߴ 6⁰30 ߴ LS dan 120⁰50 -ߴ 122⁰15 ߴ BT)
dan DPPI mencapai puncak pada bulan Desember (sekitar Pulau Selayar, pulau
Jampea, Pulau Kayuadi, dan Pulau Tarupa).

3.2 Jurnal 2
Judul Jurnal Zonasi, Keanekaragaman dan Pola Migrasi Ikan di Sugnai
Keyang, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur
Peneliti Vivin Alfyana Yulia Pratami, Prabang Setyono, Sunarto

Tujuan
Penelitian ini dilakukan unttuk mengetahui zonasi, keanekaragaman serta
pola migrasi ikan di sungai Kenyang, Kabupaten Ponorogo

Metodologi
Waktu dan tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober-November 2017 di UPT
Labolatorium Terpadu, Universitas Sebelas Maret
Metode
Metode yang digunakan yaitu purpose sampling pada 3 stasiun
pengamatan, pengukuran faktor fisika kimia meliputi suhu, pH, DO, BOD, CO2,
kekeruhan, kecerahan, serta padatan Terlarut (TDS). Hasil pengamatan kemudian
dianalisis kerapatan, indeks keanekaragaman Shannon Whienner, indeks
Kemerataan Shannon Evenness dan indeks Dominansi Simpson’s.
12

Hasil dan Pembahasan


a. Keanekaragaman ikan di sungai Kenyang, Ponorogo

Berdasarkan tebel diatas dapat diketahui pola igrasi ikan. Terdapat tiga
lokasi atau habitat sebagai tujuan migrasi ika yaitu tempat untuk bereproduksi,
tempat untuk makan, dan tempat untuk berlindung dari predator (Fahmi, 2010).
Setiap spesies ikkan memiliki pola migrasi yang berbeda, ada yang lebih suka
berada di tepi ataupun menyebar di badan air. Spesies C. striata dapat ditemukan
di semua lokasi pengamatankarena memiliki daya migrasi yang tinggi yang
bertujuan untuk mencari makan serta melindungi diri dari predator. Hal ini dapat
dilihat dari habitatnya yang lebih suka sembunyi di bawwah batu atau tanaman
air. Bentuk tubuh ikan yang hamper oval dan panjang mempermudah ikan untuk
berpinda tempat dan bersembunyi.
Indeks keanekaragaman (H’), Kemerataan (E), dan Dominansi ©.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa indeks keanekaragaman


ikan di stasiun 1,2 dan 3 termasuk kedalam kategori sedang yang menunjukkan
kompleksitas yang sedang karena interaksi spesies yang terjadi di dalam
komunitas tersebut cukup baik. Semakin baik tingkat kompleksitasnya maka
komunitas semakin stabil dan keanekaragaman semakin tinggi. Semakin tinggi
13

keanekaragaman maka nilai homogenitas semakin rendah dan nilai produktivitas


semakin tinggi.
Nilai kemerataan ketiga stasiun tergolong tinggi yang berrati bahwa
penyebaran spesiesnya merata dan tidak ada dominansi suatu spesies. Sedangkan
nilai dominansi setiap stasiun rendah yangberarti tidak ada spesies yang
mendominansi spesies lain.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diperoleh
simpulan yaitu keanekaragaman ikan di Sungai Kenyang termasuk kedalam
kategori sedang. Zonasi keanekaragaman ikan didominasi oleh genus Poecillia
dan Rasbora. Pola migrasi masing-masing spesies ikan berbeda yaitu ada yang
selalu ditepibdan ada yang menyebar baik untuk tujuan reproduksi atau mencari
makan. C. striata lebih suka menyebar di semua badan air, sedangkan ikan P.
reticulate lebih suka di tepi dan permukaan air.
BAB V
KESIMPULAN

Ruaya merupakan suatu proses perpindahan ikan ke tempat yang


memungkinkan untuk reproduksi, tumbuh, berkembangbiak, makan dan tempat
untuk berlindung dari serangan predator. Setiap ikan yang melakukan kegiatan
migrasi selalu berangkat dari dan menuju suatu lokasi yang sama atau hampir
sama dengan tempat di mana dilahirkan. Proses migrasi pada ikan merupakan
respons fisiologis terhadap input internal maupun eksternal yang diterima. Migrasi
yang menyebabkan bias diklasifikasikan dalam 4 jenis utama yaitu: migrasi
harian; migrasi untuk meminjah; migrasi menurut ukuran; dan migrasi juvenil.
Studi migrasi ikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: marking, tagging,
akustik, pengamatan secara langsung dan menggunakan alat bantu.

14
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Melta Rini. 2010. Phenotypic Plastisity Kunci sukses Adaptasi Ikan
Migrasi: Studi Kasus Ikan Sidat (Anguilla sp.). Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur. Balai Riset Budidaya Ikan Hias

Lucas, M.C. & Baras, E. 2001. Migration of Freshwater Fishes. Blackwell


Science: London.

Mallawa, Achmar., Budimawan. Amir, Faisal., dan Musbir. 2010. Model


Dinamika Populasi & Evaluasi Stok. Program Studi Magister Ilmu
Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Hassanudin: Makassar

McKeown, B. 1984. Fish Migration. Departement Of Biologcal Science. Simon


Fraser University. Tim-ber Press: London

Northcote, T.G. 1978. Migratory Strategies and Production in Freshwater Fishes.


Dalam Ecology of Freshwater Production (Ed. Gerking, S.D.). Blackwell:
Oxford.

Pratami, Vivin A Y., Setyono ,Prabang, dan Sunarto. 2018. ZOnasi,


Keanekaragaman dan POla Migrasi Ikan di Sungai Keyang, Kabupaten
Ponorogo, Jawa Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan. 16 (01), 78-85
Safruddin., Zainuddin, Mukti., dan Mallawa, Achmar. 2015. Migrasi Ikan Tuna
(Thunnus sp) secara Spasial dan Temporal di Laut Flores, Berbasis Citra
Satelit Oseanografi, Prosiding Simposium Nasional Kelautan dan
Perikanan II.

15

Anda mungkin juga menyukai