Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Tanaman obat telah menjadi sumber yang berguna untuk penelitian senyawa
biologis aktif baru. Pendekatan yang berbeda digunakan untuk memilih tanaman
untuk penelitian, khususnya pendekatan data etnomedis. Terlepas dari efek obat dari
ramuan tradisional, penelitian eksplorasi telah dilakukan dan beragam aktivitas
biologis baru dari tanaman obat tradisional. (Anand, 2010)

Centella asiatica telah dilaporkan berguna dalam pengobatan lesi kulit dan
penyakit seperti kusta, lupus, psoriasis dan keloid. Selain itu, banyak laporan klinis
memverifikasi efek penenang ulcer-preventif dan antidepresif. (Anand, 2010)

Centella asiatica (L.) Urban merupakan tanaman yang banyak ditemukan di


Indonesia. Di Indonesia tanaman ini lebih dikenal dengan nama pegagan. Centella
asiatica (L.) Urban telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai bahan pengobatan
secara tradisional. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai obat untuk
menyembuhkan sariawan, diuretik, menambah nafsu makan, obat wasir, antelmintik,
antitoksik, antiinfeksi, antipiretik dan radang pada kulit. Selain itu, pegagan dipercaya
bisa meningkatkan ketahanan tubuh, menyembuhkan lepra, TBC, sirosis hati,
skleroderma, keloid, gangguan pembuluh vena, penyakit traumatis, lupus, sebagai
tonik untuk memperkuat dan meningkatkan daya tahan otak dan saraf, serta
menurunkan gejala stress dan depresi. Selain itu pegagan juga digunakan sebagai
bahan kosmetika untuk mengatasi selulit, antikerut dan pengencang kulit, serta dalam
perawatan kulit kering dan bersisik. Hal yang sangat menarik, pegagan dapat pula
digunakan sebagai pengganti Ginkgo biloba terutama untuk mengatasi kepikunan dini
dan meningkatkan kecerdasan otak. Untuk pengobatan sakit kulit seperti borok,
eksim dan luka, peluruh air seni (diuretik) dan pembersih darah dengan menggunakan
air rebusan daun atau seluruh bagian tanaman yang di atas tanah.

Melihat banyaknya kegunaan dan banyaknya ditemukan di Indonesia maka


perlu diketahui kandungan senyawa yang terdapat dalam tanaman Centella asiatica
(L.)Urban. Salah satu dari senyawa yang banyak terkandung di dalamnya adalah
golongan triterpenoid. Tumbuhan pegagan ini mengandung campuran triterpenoid
dalam kadar yang cukup tinggi, yaitu asiatikosid, asam asiatat, dan asam madekasat.
Campuran ini mempunyai khasiat untuk merangsang biosintesa kolagen yang
digunakan dalam pengobatan lepra, luka bekas operasi, luka bakar, dan jaringan
perut.

I.2 TUJUAN
1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi triterpenoid dari Centella
asiatica.
2. Mengetahui cara mengidentifikasi triterpenoid hasil isolasi.

I.3 MANFAAT
1. Dapat mengisolasi senyawa triterpenoid yang terkandung dalam Centella
asiatica.
2. Dapat mengidentifikasi senyawa triterpenoid hasil isolasi.
3. Dapat mengetahui macam-macam senyawa yang terkandung dalam Centella
asiatica.
4. Dapat mengetahui kegunaan seyawa yang terkandung dalam Centella asiatica

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Centella asiatica

2.1 KLASIFIKASI

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Sub Kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Apiales

Famili : Apiaceae

Genus : Centella

Species : Centella asiatica (L). Urban (Winarto, 2003)

2.2 MORFOLOGI
Pegagan (Centella asiatica) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di
perkebunan, ladang, tepi jalan, pematangan sawah ataupun di ladang agak basah.
Pegagan memiliki daun satu helaian yang tersusun dalam roset akar dan terdiri dari 2-
10 helai daun.

Daun bewarna hijau dan berbentuk seperti kipas, buah berbentuk pinggang atau
ginjal. Tangkai daun berbentuk seperti pelepah, agak panjang berukuran 5-15cm.
Buah pegagan berbentuk lonjong atau pipih, berbau harum dan rasanya pahit,
berdinding agak tebal, kulitnya keras, berlekuk dua dan bwarna kuning. (Winarto,
2003).

Pegagan merupakan tumbuhan berbiji tertutup dan berkeping dua. Merupakan


tanaman herba yang berpotensi dalam hal farmakologi. Pegagan memiliki akar
rimpang yang pendek serta mempunyai geragih (Savitri, 2006)

2.3 KANDUNGAN KIMIA

Centella asiatica, anggota keluarga Apiaceae (Umbelliferae), telah digunakan


sebagai ramuan obat tradisional di Asia selama lebih dari 2000 tahun. Sejumlah
fungsi obat dan aktivitas biologis telah ditemukan di Centella asiatica, baik di
seluruh tanaman dan ekstraknya, termasuk ekstrak etanol dan air. Komponen aktif
utama ekstrak etanol Centella asiatica (CAE) adalah triterpenoid, termasuk asam
asiatat dan asiatikosida. (Khotimah, 2015)

Centella asiatica (nama lokal : pegagan) adalah tanaman herba yang mungkin
juga memiliki nilai obat. Tanaman ini digunakan sebagai Ayurvedic dan persiapan
pengobatan tradisional dalam meningkatkan pembelajaran dan daya ingat. Ekstrak
tanaman ini memiliki efek nootropik, melindungi otak dari kerusakan oksidatif
agerelated, dan mendorong pertumbuhan saraf dan arborisasi dendritik neuronal.
Temuan sebelumnya mengatakan bahwa Centella asiatica memiliki efek
antiinflamasi pada sel neuronal yang diobati dengan lipopolisakarida. (Khotimah,
2015)

Glikosida triterpen seperti centella saponin, asiatikosida, madekasosida,


skeffoleosida, asam asiatat dan asam madekasat terkandung di dalam Centella
asiatica. Asiatikosida adalah triterpen glikosida yang paling melimpah dalam ekstrak
air dan diubah menjadi asam asiatat secara in vivo dengan hidrolisis. Asam asiatat ini
meiliki aktivitas sitotoksik pada sel fibroblast dan menginduksi apoptosis pada
berbagai jenis kanker. (Anand, 2010)

Banyak metabolit sekunder penting yang terkandung dalam Centella asiatica,


terutama asiatikosida dan madekassosida milik triterpenoid. Turunan asiatikosida
dapat digunakan secara terapeutik untuk obat penyakit Alzheimer karena turunan ini
telah terbukti berpotensi melindungi sel terhadap induksi -amiloid. Asiatikosida juga
memiliki aktivitas antidepresan dan meningkatkan produksi granulosit untuk
memperbaiki luka dan luka bakar. (Hoang, 2013)

Centella asiatica dikenal secara internasional sebagai tanaman obat. Tanaman


ini memiliki banyak penyembuhan, termasuk pengobatan Ayurvedic, obat tradisional
Cina, Kampo (obat tradisional Jepang) dan obat tradisional Afrika. Salah satu unsur
aktif utama Centella asiatica adalah saponin triterpen tipe ursane yaitu asiatikosida,
yang digunakan untuk penyembuhan luka dan diketahui merangsang sintesis kolagen
tipe 1 pada sel fibroblas.

Centella asiatica juga mengandung beberapa saponin triterpen lainnya.


Madekassosida bersama dengan asiatikosida sebagai senyawa utama dan saponin
lainnya yang terkandung dalam tanaman ini, seperti asiatikosida A sampai G,
centellosida, brahmosida dan lain lain. (Long, 2012)
Tanaman ini digunakan terutama untuk penyembuhan luka, luka bakar, bisul,
kusta, tuberkulosis, lupus, penyakit kulit, penyakit mata, demam, pembengkakan,
asma, hipertensi, rematik, sifilis, epilepsi, diare dan penyakit jiwa. Tetapi juga
dimakan sebagai sayuran atau digunakan sebagai bumbu masakan. (Long, 2012)

Siteron triterpen adalah kelompok senyawa bioaktif yang heterogen dengan


struktur yang terdiri dari aglikon triterpen (sapogenin) dan satu atau lebih gugus gula
yang dihubungkan melalui hubungan glikosida asetal atau ester pada satu atau lebih
lokasi. Centella asiatica (L.) famili (Apiaceae), yang biasa dikenal dengan nama
Gotu kola atau pennywort India, adalah tanaman obat yang mengandung saponin tipe
ursane bioaktif, seperti madekassosida dan asiatikosida. Tanaman ini telah digunakan
untuk mengobati penyakit kulit, penyakit jiwa, dan kusta. Berbagai bioaktivitas telah
ditunjukkan untuk madekassosida (antiinflamasi, antioksidan, kardioprotektif,
neuroprotektif) dan asiatikosida (penyembuhan luka, antioksidan, anxiolitik). (Costa,
2017)

Kerangka saponin triterpenoid, yang meliputi oleanane, ursane, lupane dan


dammarane, disintesis melalui jalur isoprenoid melalui farnesyl difosfat (FPP) diikuti
dengan siklisasi 2,3-oksosiletal dengan 2,3 oksidosferen siklase (OSC). -amyrin
synthase (BAS), sebuah OSC yang didistribusikan secara luas, telah difungsikan
secara fungsional dari berbagai tanaman.

Pada Centella asiatica, gen yang terlibat dalam jalur utama pembentukan
triterpenoid telah ditemukan. Ini termasuk farnesyl diphosphate synthase (CaFPS),
squalene synthase (CaSQS), oxidosqualene synthase (CaOSQs) dan putative -
amyrin synthase (CabAs), siklososferal siklikase, yang kemudian diidentifikasi
sebagai sintesis dammarenediol ( CaDDs). (Costa, 2017)
Biosintesa asiatikosida dan madekassosida
1. Tipe baru ursane triterpenoid glikosida 6. 2a,3b,6b-trihydroxyolean-12-en-28-oic
acid 28-O-[a-Lrhamnopyranosyl-(1-4)-
2. Asiatikosida bD-glucopyranosyl-(1-6)-b-D-
3. Asiatikosida F glucopyranosyl]
ester
4. Asam asiatat
5. Qadranosida IV

7. Kaempferol
8. Kuersetin
9. Astragalin
10. Isokuersetin
Daun sebagai penambah nafsu makan, peluruh air seni, pembersih darah,
disentri, sakit perut, radang usus, batuk, sariawan, sebagai kompres luka, lepra,
sipilis. Getah: digunakan pada upaya pengobatan borok, nyeri perut, cacing. Herba:
digunakan pada upaya pengobatan luka pada penderita lepra dan gangguan pembuluh
darah vena; di samping itu semua bagian tumbuhan digunakan sebagai obat batuk,
masuk angin, mimisan, radang cabang paru-paru, disentri. Di Brasilia tumbuhan ini
digunakan untuk penyembuhan kanker uterus. Biji untuk pengobatan disentri, sakit
kepala dan penurun panas. Pegagan pada penelitian di RSU Dr. Soetomo Surabaya
dapat dipakai untuk menurunkan tekanan darah, penurunan tidak drastis, jadi cocok
untuk penderita usia lanjut. Kebanyakan pegagan dikonsumsi segar untuk lalapan,
tetapi ada yang dikeringkan untuk dijadikan teh, diambil ekstraknya untuk dibuat
kapsul atau diolah menjadi krem, salep, obat jerawat, maupun body lotion
(Rudiyanto, 2015).

2.4 CARA EKSTRAKSI

Sampel kering Centella asiatica (100 g) diencerkan dengan 900 mL 96%


metanol (maserasi) dan diuapkan pada 67oC. Komposisi senyawa aktif sangat penting
untuk mengetahui potensi tumbuh-tumbuhan. Salah satu senyawa aktif yang
digunakan sebagai standar mutu dan biomarker untuk Centella asiatica adalah
asiatikosida. Kandungan asiatikosida pada ekstraknya kemudian diukur sebagai salah
satu biomarker Centella asiatica dengan spektrometri kromatografi cair. (Khotimah,
2010)

2.5 CARA PEMURNIAN

Identifikasi dan kemurnian senyawa triterpenoid dari Centella asiatica


dilakukan dengan uji kimiawi M.P. KLT, UV, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dan
FT-IR. (Tasleem, 2014)
BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 ALAT DAN BAHAN

Alat : Wadah untuk maserasi, kolom kromatografi, corong, botol 100 ml,
vial, pipet tetes, seperangkat alat rotary evaporator, chamber, penotol.

Bahan : Daun pegagan kering (Centella asiatica) 100 gram, methanol, etil
asetat, plat KLT, kapas norit, penampak noda untuk triterpenoid.

3.2 CARA KERJA


a. Grinder sebanyak 100 gram daun pegagan kering.
b. Maserasi dengan 500 mL methanol selama 1x3 hari, saring.
c. Uapkan maserat hingga volume 200 mL.
d. Masukkan 100 gram norit ke dalam kolom kemudian lewatkan maserat ke
dalam kolom, tamping.
e. Uapkan eluat dengan rotary evaporator hingga kering.
f. KLT senyawa hasil isolasi menggunakan fase diam silica gel 60 F254, fase
gerak etil asetat : methanol : aquadest (4 : 1 : 0,5). Semprotkan reagen vanillin
asam sulfat pada plat KLT yang sudah dielusi kemudian panaskan untuk
meihat noda pada fase diam.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

Pemeriksaan Organoleptis

Warna : Putih keabu-abuan

Bentuk : Serbuk

Bau : Berbau khas

Rasa :-

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

Berat Kristal = 0,0978 gram

Rendemen = Berat Isolat X 100%

Berat Sampel

= 5,136 gram X 100%

100 gram

= 5,136%

Rf = Jarak noda

Jarak pengembangan

= 2,9 cm

4 cm

= 0,725
Amorf isolat Centella asiatica

KLT isolat Centella asiatica

(kiri : pegagan basah, kanan : pegagan kering)


4.2 PEMBAHASAN

Isolasi senyawa triterpenoid asiatikosida, asam asiatat dan asam madekasat dari
pegagan (Centella asiatica) menggunakan bagian daun dari tanaman. Digunakan
daun pegagan yang telah kering, karena kandungan triterpenoid dalam daun pegagan
yang telah kering lebih banyak daripada daun pegagan basah. Sedangkan pada daun
pegagan basah banyak mengandung pengotor seperti klorofil dan pada daun pegagan
basah lebih mudah untuk ditumbuhi jamur. Sebelum digunakan daun pegagan kering
dirajang terlebih dahulu agar luas permukaan sampel bertambah besar dan kontak
antara pelarut dengan permukaan sampel semakin besar dalam proses pelarutan
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam sampel.

Untuk mengisolasi asiatikosida, asam asiatat dan asam madekasat dari


pegagan ini digunakan metode maserasi. Metode ini dipilih karena prosesnya
sederhana yaitu hanya dengan perendaman beberapa hari. Selain itu sampel yang
digunakan dalam jumlah yang banyak yaitu 100 gram. Pelarut yang digunakan
adalah metanol, karena metanol ini merupakan pelarut yang universal yang bisa
melarutkan semua senyawa yang terkandung dalam simplisia. Selain itu harganya
juga relatif lebih murah dibandingkan dengan pelarut-pelarut lainnya. Metanol yang
digunakan pada praktikum ini sebanyak 500 ml untuk melarutkan 100 gram serbuk
pegagan kering.

Guna maserasi yaitu untuk memecah sel dari tumbuhan tersebut, sehingga
metabolit sekundernya keluar. Setelah didiamkan tiga hari, dilakukan penyaringan
yang berguna untuk mendapatkan maserat yang terpisah dari ampas daun pegagan.
Penyaringan dengan menggunakan norit ini bertujuan untuk menarik klorofil dimana
klorofil ini merupakan senyawa kompleks yang dapat mengabsorpsi senyawa dengan
bobot molekul yang lebih besar dari senyawa lain. Setelah penyaringan dengan norit
didapatkan filtrat bening.
Filtrat daun pegagan kering dikentalkan dengan rotary evaporator secara in vacuo,
karena dalam keadaan vakum tekanan uap pelarut akan turun dan pelarut akan
mendidih pada suhu lebih rendah dari titik didihnya. Temperatur saat pengerjaan
rotari harus selalu dijaga serendah mungkin yaitu di bawah 40C yang bertujuan agar
dapat mencegah rusaknya senyawa-senyawa yang tidak tahan panas. Metoda rotary
evaporator dipilih karena metoda ini dapat memisahkan senyawa dengan pelarut
secara cepat tanpa merusak senyawa.

Filtrate diuapkan, sampai didapatkan endapan berwarna putih keabu-abuan.


Endapan tersebut merupan triterpenoid yang terkandung di dalan daun pegagan
kering (Centella asiatica).

Hasil yang didapatkan dari percobaan ini yaitu berat amorf dari daun pegagan
adalah 0,0978 gram. Rendemen yang didapatkan yaitu 5,136%. Dari rendemen yang
didapatkan dapat diketahui dari 100 gram sampel pegagan mengandung triterpenoid
sebanyak 5,136% nya yaitu 5,136 gram.

Untuk mengidentifikasi kandungan triterpenoid dalam daun pegagan, dilakukan


uji kromatografi lapis tipis. Pada pengujian KLT menggunakan fase diam silica 60
dan fase gerak etil asetat : methanol : aquadest (4:1:0,5). Dioleskan dengan penampak
noda vanillin : asam sulfat (1:2). Penggunaan penampak noda ini bertujuan agar noda
yang dihasilkan lebih jelas terlihat dan lebih mudah ditandaihanya. Tapi hanya
didapatkan satu noda dengan Rf sebesar 0,725. Menurut literature dengan
menggunakan eluen kloroform : methanol : asam asetat : air (60:32:12:8), Rf asam
asiatat yaitu 0,94, asiatikosida 0,45, dan asam madekassosida 0,55.

Dari hasil praktikum yang didapatkan belum dapat dipastikan senyawa terpenoid
yang didapatkan. Karena hanya didapatkan satu noda dan eluen yang digunakan
untuk KLT berbeda dengan literature. Penggunaan eluen dalam KLT akan
mempengaruhi Rf yang didapatkan.
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
1. Pegagan (Centella asiatica) mengandung senyawa triterpenoid dalam kadar
yang cukup tinggi, yaitu asiatikosid, asam asiatat, dan asam madekasat.
2. Rendemen yang diperoleh adalah 5,136%.
3. Nilai Rf yang kami didapatkan yaitu 0,725.

5.2 SARAN
1. Pahami terlebih dahulu prosedur kerja sebelum melaksanakan praktikum.
2. Menjaga ketenangan selama praktikum.
3. Hati hati dalam menggunakan alat praktikum.

DAFTAR PUSTAKA
Fatmasari, Santoso, M., Y., Novia, N.F., Qomariyah, T., Dwiningsih, R.,Febriana,
A.2007. Sintesis dan Bioaktivitas Enam Turunan 3,3-Bis(indol-3-
il)oksindola. Seminar Nasional Technological and Professional Skills
Development Sector Project Research Grant VII. Denpasar. 25-27 Maret.

Hussin M., Hamid A.A., Mohamad S., Saari N., Ismail M., Bejo M.H. 2007.
Protective effect of Centellaasiatica extract and powder on oxidative stress in
rats [abstract].Science direct. 100(2):535-541.

Rafamantanana, M.H.2009. An Improved HPLC-UV mrthod for the simultaneous


quantification of triterpenic glycoside and aglycone in leaves of
Centella asiatica.

Ramasamy, I. 2005. AgriInfoTech, Inc. 166 Lawrence Road, Salem NH-US03079. Ph:
603894-7346, 603-781-9097. New York : British Press

Saowalak. 2003. Efffect of Asiatic pennyworth (Centella asiatica) Ethanol ekstrak on


impairment of learnig and memory induced by cerebral ischemia and induced
by scopolamine in mice. Chulalong korn University.

Soumyanath A., Zhong Y.P., Gold S.A., Yu X., Koop D.R., Bourdette D., et al. 2005.
Centella asiatica accelerates nerve regeneration upon oral administration and
contains multiple active fractions increasing neurite elongation in-vitro.
Journal of Pharmacy and Pharmacology.

Sudarsono P., Gunawa, D. Wahyono. 2002. Hasil Penelitian Sifat-Sifat Penggunaan.


Yogyakarta: Penerbit Pusat Studi Obat TradisionalUniversitas Gadjah Mada.
Wijaya Kusuma, H.1992. Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia Jilid I. Jakarta:
PustakaKartini
Winarto, W. P dan M.2003. Khasiat dan Manfaat Pegagan, TanamanPenambah Daya
Ingat. Jakarta: agromedia

Anda mungkin juga menyukai