Anda di halaman 1dari 7

Draft Awig-Awig

Tentang Pendewasaan Usia Perkawinan

LINGKUNGAN: ______________________________

KELURAHAN MONJOK

KECAMATAN SELAPARANG

KOTA MATARAM
AWIG-AWIG LINGKUNGAN

TENTANG

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam awig-awig ini yang dimaksud dengan:

1. Lingkungan adalah wilayah kerja lingkungan dan merupakan lembaga yang di


bentuk melalui musyawarah musyawarah setempat.
2. Kaling adalah seseorang yang dipercaya untuk memimpin lingkungan yang di
pilih oleh masyarakat setempat.
3. Warga Masyarakat adalah warga/orang yang menetap dan tinggal di wilayah
lingkungan, baik di rumah sendiri ataupun sebagai penyewa.
4. Midang adalah berkunjungnya seorang laki-laki ke rumah seorang
perempuan yang sedang di pacarinya atau dengan tujuan memacarinya
5. Merarik adalah bentuk ritual memulai perkawinan dengan cara melarikan
dan/atau mohon persetujuan (belakoq) anak gadis atau perempuan yang
dilakukan pihak laki-laki kepada pihak perempuan untuk dijadikan istri
6. Merarik kodeq adalah Perkawinan di Usia Anak.
7. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 9delapan belas) tahun,
termasuk anak yang masih dalam kandungan
8. Beseang (perceraian) adalah putusnya ikatan perkawinan
9. Kegiatan kemasyarakatan adalah bentuk bentuk aktifitas/kegiatan yang
dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakt, msalnya gotong royong,
begawe, pengajian, yasinan, nyongkolan, acara kematian dll.
10.Denda adalah sejumlah uang yang didapat dari sanksi yang ditetapkan akibat
adanya pelanggaran, yang salanjutnya akan disetorkan ke dalam kas masjid
lingkungan setempat dan /atau kebutuhan lain di lingkungan setempat.
11.Peringatan atau diperingatkan adalah bentuk kontrol berupa saran, nasehat
atau teguran yang dilakukan oleh orang/warga masyarakat yang melihat dan
mengetahui terjadinya pelanggaran
12.Sangkep(Rapat) Gubuk adalah rapat-rapat didasarkan atas musyawarah
mufakat yang dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakt, pemuda dan
masyarakat dalam lingkungan

BAB II
SIFAT, ASAS, DAN TUJUAN
Pasal 2

1. Awig awig ini bersifat mengikat dan memaksa seluruh warga masyarakat di
wilayah lingkungan.
2. Awiq awiq ini berdasarkan iman dan taqwa serta adt istiadat, tradisi dan
budaya
3. Awig-awig ini bertujuan:
a. Menuju usia perkawinan yang ideal
b. Menciptakan kesadaran kepada remaja agar di dalam merencananakan
sebuah rumah tangga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek
berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, kesiapan mental,
emosional, pendidikan, sosial dan ekonomi.
c. Mengurangi damapak- dampak dari perkawinan usia anak yang tidak
sesuai dengan tujuan perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga yang
sakinah, mawadah dan warahmah.
d. Melindungi remaja dan anak muda dari pengaruh dan akibat dari
perkawinan anak
e. Menjamin tumbuh kembang anak
f. Terciptanya generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas.
g. Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga di
lingkungan..
BAB III
MIDANG, MERARIK, DAN BESEANG
PASAL 3
MIDANG
1. Midang hanya diperbolehkan/dilakukan di malam hari sampai dengan puku
22.00 WITA
2. Tidak diperkenankan midang di siang hari kecuali jika ada orang lain seperti
orang tua, bibi, paman, atau kakaknya dari gadis/perempuan yang
bersangkutan
3. Midang tidak boleh mengganggu waktu belajar, mengaji dan aktifitas
keagamaan lainnya
4. Tidak diperbolehkan bagi orang yang midang untuk menginap di rumah si
perempuan
5. Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran hingga 2 (dua) kali terhadap
ketentuan pada pasal 3 ayat (1, 2, dan 3) ini, maka akan diberikan sangsi
berupa:
a. Kepada pemidang dan pemilik rumah akan diberi peringatan atau teguran
sampai dua kali.
b. Jika pelanggaran tersebut masih di ulangi maka akan dilaporkan pada
Kaling, atau tokoh masyarakat setempat.
c. Apabila telah dilaporkan ke Kaling masih juga melakukan pelanggaran,
maka kepada pe Midang akan dilaporkan ke pihak keamanan kelurahan
( BABINSA dan BABINKANTIBMASPOL).
6. Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap pasal 3 ayat 4
(empat) ini, maka akan diberikan sangsi berupa:
a. Kepada Penginap dan pemilik rumah akan diberi peringatan atau teguran
b. Jika pelanggaran tersebut masih di ulangi maka akan dilaporkan kepada
Kaling, atau tokoh masyarakat setempat
c. Apabila telah dilakukan sebagaimana poin (b) diatas tetapi masih juga
melakukan pelanggaran, maka kepada pemidang akan dikenakan denda
berupa uang sebesar Rp. 500.000 ( lima ratus ribu rupiah).
PASAL 4
Tempat dan Tata Cara Midang
1. Menerima tamu yang datang midang harus dirumah atau tempat tinggal,
yang bersangkutan yaitu di ruang tamu, teras, atau berugak dengan pintu
terbuka dan penerangan yang cukup.
2. Pemidang maupun yang di pidang harus memiliki etika yang baik dan benar
serta menghormati tuan rumah dan warga sekitarnya.
3. Pemidang tidak diperbolehkan membuat onar atau keributan.
4. Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap pasal 4 ayat (1)ini,
maka akan dikenakan sangsi yaitu:
a. Kepada Penginap dan pemilik rumah akan diberi peringatan atau
teguran samap 2 (dua) kali oleh aparat
b. Jika pelanggaran tersebut masih di ulangi maka akan dilaporkan
kepada Kaling, pengulu kelurahan, atau tokoh masyarakat setempat
dan selanjutnya tidak di perkenankan datang Midang
c. Apabila telah dilakukan sebagaimana poin (b) diatas tetapi masih juga
melakukan pelanggaran, maka kepada pemidang akan dikenakan
denda berupa uang sebesar Rp. 500.000 ( lima ratus ribu rupiah).
d. Apabila denda tidak mampu di bayar, maka melalui sangkep gubuk,
Kaling akan mengeluarkan kebijakan tentang sangsi penggantinya.
5. Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan pada pasal
4 ayat (2 dan 3) ini dan kepadanya telah di beri peringatan sampai 2 (dua)
kali, maka kepadanya di beri sanksi berupa:
a. Akan dilaporkan pada Kaling atau Tokoh Masyarakat setempat dan
selanjutnya tidak diperkenankan datang Midang.
b. Apabila masih juga melakukan pelanggaran, maka kepadanya tidak
akan dilibatkan dari kegiatan-kegiatan kemasyarakatan serta akan
dilaporkan kepada pihak yang berwajib
Pasal 5
Sasaran Midang
1. Tidak diperbolehkan midang kepada perempuan yang masih berusia
16 tahun
2. Tidak diperbolehkan midang kepada anak-anak yang masih dalam
masa/usia Pendidikan Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP)
3. Tidak diperbolehkan bagi laki-laki siapa saja yang memiliki maksud
untuk midang dan/atau menggoda perempuan yang masih berstatus
menikah.
4. Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap pasal 5 ayat (1)
ini maka akan berlaku ketentuan:
a. Akan diberikan peringatan sampai 2 (dua) kali kepada yang di
pidang dan orang tuanya serta pemidangnya
b. Apabila telah diberi peringatan dan telah dilaporkan kepada
Kaling atau tokoh masyarakat setempat tetapi masih juga
melakukannya, maka pemidang dan yang dipidang akan
dikucilkan dari kegiatan-kegiatan remaja atau kepemudaan.
c. Jika pemidangnya orang dewasa dan/atau warga kelurahan lain,
maka akan dikenakan denda berupa uang sebesar Rp. 500.000,-
(Lima ratus ribu rupiah)
5. Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran terhadap pasal 5 ayat (2)
ini akan berlaku ketentuan:
a. Akan diberikan peringatan sampai 2 (dua) kali kepada yang
dipidang dan pemidang serta orang tuanya.
b. Apabila telah diberi peringatan dan telah dilaporkan kepada
Kaling atau tokoh masyarakat setempat tetapi masih juga
melakukannya, maka pemidang dan yang dipidang akan
dikucilkan dari kegiatan-kegiatan remaja atau kepemudaan.
6. Bagi laki-laki siapa saja yang melanggar ketentuan pasal 5 ayat (3) ini,
maka akan diberikan peringatan sampai 3 (tiga) kali kepada kedua
belah pihak baik pemidang maupun yang dipidang, jika masih
melanggar, maka kepada mereka berdua dikenakan denda uang
sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan dilaporkan kepada pihak
berwajib

Pasal 6
Merarik
1. Tidak diperkenankan melakukan merariq kodeq
2. Kawin (merarik) hanya diperkenankan bagi perempuan yang telah berusia 19
tahun dan laki-laki berusia 21 tahun.
3. Bagi siapa saja yang merarik di bawah umur yang telah ditentukan pasal 6
ayat (2)ini, maka keduanya diusahakan untuk dibelas (dipisah)
4. Ketentuan tentang dibelas (dipisah) akan di atur dan disepakati dalam
Sangkep Gubuk
5. Jika keduanya tidak dapat dipisah karena suatu sebab, dan salah satu atau
keduanya dari mereka masih bersekolah, maka diusahakan agar tidak putus
sekolah.
6. Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2)ini, kepadanya dan
keluarganya akan dikenakan sanksi berupa, tidak adanya
keterlibatan/partisipasi pemuda selama proses perkawinan

Pasal 7

Tata Cara Merariq

1. Ketentuan dan tata cara merarik serta syarat-syaratnya diatur dalam


Sangkep Gubuk
2. Merarik hanya dapat dilangsungkan atas dasar suka sama suka.
3. Tidak diperkenankan bagi seorang laki- laki mengajak seorang perempuan
usia anak dn dengan sengaja untuk terlambat pulang kerumah agar
dikatakan telah merarik.
4. Tidak diperbolehkan merarik secara paksa
5. Bagi siapa saja yang merarik melalui cara paksa , akan dilakukan upaya
pemisahan atau di belas.
6. Ketentuan tentang di belas ( dipisah ) akan diatur dan di sepakati dalam
sangkep gubug.

7. Jika tidak bisa untuk di pisahkan /dibelas maka kepada yang memaksakan
kehendaknya , akan dikenakn denda berupa uang sebesar Rp. 1.500.000,-
( Satu juta lima ratus ribu rupiah)dan atau dilaporkan kepada pihak yang
berwajib.

Pasal 8
Beseang

1. Apabila terjadi merarik dibawah umur sebagaimana yang telah ditetukan


sebelumnya yaitu pada pasal 6 ayat ( 2 ) diatas, maka demi kemanusiaan
hendaknya suami tidak menceraraikan istrinya dalam keadaan hamil.
2. Jika terjadi perceraian maka suami harus menanggung seluruh biaya
persalinan dan menyantuni istri yang sudah di cerai hingga habis massa
iddahnya serta biaya hidup anaknya sampai anak tersebut mampu untuk
hidup mandiri dan di kenakan denda berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,-
( Satu juta rupiah ).
3. Jika terjadi perceraian sedangkan suami tidak memenuhi tanggung jawab
sebagaimana diatur pada pasal 8 ayat (2) , maka akan dikenakan denda
berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,- ( Satu Juta Rupiah ) setiap bulannya
akan digunakan untuk biaya hidup anak yang ditinggalkan.
4. Ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 8 ayat (2 dan 3 ) ini, tidak
berlaku bagi yang melakukan perceraian di tingkat pengadilan.

Pasal 9
1. Apabila terjadi merarik dibawah umur sebagaimana yang telah ditentukan
sebelumnya yaitu pada pasal 6 ayat (2) diatas, maka demi kemanusiaan
hendaknya suami tidak menceraikan isterinya yang baru selesai melahirkan
2. Jika terjadi perceraian suami harus menanggung seluruh biaya persalinan
isteri yang sudah dicerai serta menanggung biaya hidup anaknya sampai
anak tersebut mampu untuk hidup mandiri dan dikenakan denda berupa uang
sebesar Rp. 1.000.000,- ( Satu Juta Rupiah )
3. Jika terjadi perceraian sedangkan suami tidak memenuhi tanggung jawab
sebagaimana diatur pada pasal 9 ayat (2) ini, maka akan dikenakan denda
berupa uang sebesar Rp. 1.000.000,- ( Satu juta rupiah ) setiap bulannya
yang akan digunakan untuk biaya hidup anak yang ditinggalkan.
4. Ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 9 ayat ( 2 dan 3) ini, tidak berlaku
bagi yang melalukan perceraian ditingkat pengadilan.

BAB IV
KETENTUAN KETENTUAN LAIN

Pasal 10
Hamil diluar Nikah

1. Tidak boleh melakukan hubungan suami istri bagi yang belum terkait
perkawinan.
2. Jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 ayat (1) ini, dan telah
dapat dibuktikan melalui keterangan dari saksi-saksi berupa, membersihkan
mesjid selama 1 minggu dan membayar denda sebesar Rp. 1.000.000,- ( Satu
Juta Rupiah ) .
3. Terhadap ketentuan pasal 10 ayat (2) ini, jika salah satu atau keduanya masih
bersekolah , maka wajib bagi keduanya untuk tetap melanjutkan sekolahnya.
4. Jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan pasal 10 ayat (1) ini, dan dapat
dibuktikan melalui tes/ cek kesehatan telah menyebabkan terjadi kehamilan
diluar nikah , maka terhadap keduanya akan dinikahkan dan dikenai sangsi
berupa, membersihkan masjid selama 2 minggu.
5. Sebagaimana ketentuan pasal 10 ayat( 4) ini, jika salah satu atau keduanya
sedang/masih bersekolah, maka diusahakn masa bersekolahnya tidak terputus.

Pasal 11

Jika seorang bapak atau saudara terbukti atau ditemukan mencabuli anak atau
saudaranya atau muhrimnya . maka yang bersangkutan harus dikucilkan dari
pergaulan dikelurahan selama-lamanya dan dilaporkan kepada pihak berwajib.

Pasal 12

Bagi siapa saj yang masih terikat perkawinan baik laki-laki maupun perempuan
dan terbukti atau ditemukan telah melakukan hubungan syami istri tanpa ikatan
perkawainan ( kumpul kebo ) dengan orang lain, maka keduanya harus
dipisahkan dan dikenakan sanksi berupa membersihkan masjid selama 2 bulan
serta denda berupa uang sebesar Rp. 5.000.000,- ( Lima juta rupiah ) .

BAB. V
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 13

Mekanisme Pengawasan
1. Untuk menjamin agar wig-awig ini dapt berjalan secara efektif, di bentuk Posko
Pemuda ditingkat lingkungan yang berperan dalam mengontrol serta
mengawasi pelaksanaan dan penegakannya.
2. Posko ini selajutnya juga dapat berperan sebagai tempat pengaduan anak dan
prempuan yang bermasalah dalam rumah tangga
3. Pengawasan ini juga melibatkan Pemerintah Kelurahan . Tokoh agama. Tokoh
masyarakat, pemuda dan masyarakat.

Pasal 14

Penyelesaian Sengketa

1. Apabila terjadi sengketa antar warga tentang permasalahan merarik ataupun


permasalahan anak , maka akan dilakukan penyelesaian secara musyawarah
mufakat dengan melibatkan penghulu lingkungan, tokoh agama, tokoh
masyarakay , pemerintah kelurahan , pemuda, babinsa, Babinkantibmaspol dan
pemangku kepentingan lainnya.
2. Apabila penyelesaian sengketa tidak dapat dilakukan melalui jalan musyawarah
mufakat sebagaimana tertuang dalam pasal 14 ayat (1) diatas , maka dapat
diselesaikan melalui jalur hukum sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB. VI
PENUTUP

Pasal 15

Agar awig-awig yang telah ditetapkan ini berhasil dan berdaya guna sesuai
dengan apa yang diharapkan , maka harus mendapatkan dukungan
sepenuhnya baik berupa moril, materi dari semua pihak mulai dari tingkat
lingkungan sampai dengan tingkat kelurahan .
Pasal 16
Waktu Dan Tempat Pembuatan

1. Awig-awig ini mulai berlaku dan mengikar sejak tanggal ...... Januari 2017
( Enam bulan telah disepakati dan ditetapkan ) sebagai awig-awig yang sah
oleh seluruh warga masyarakat dalam kelurahan Monjok.
2. Dibuat dan dirumuskan di Kantor Lurah Monjok.

Di tetapkan di Monjok pada tanggal 2017


Kepala lingkungan

(____________________)

Pemangku kepentingan lainnya:


1. Ketua BKM _________________________________
2. Tokoh Agama _________________________________
3. Ketua TP. PKK Lingkungan _________________________________
4. Ketua RT _________________________________
5. Babinsa ________________________________
6. Babinmas ________________________________
7. Tokoh Pemuda ___________________________________
8. Ketua Karang Taruna ________________________________
9.dll

Anda mungkin juga menyukai