Anda di halaman 1dari 11

KEPALA DESA ................

KABUPATEN .......................................

PERATURAN KEPALA DESA ............................


NOMOR ....... TAHUN 2019

TENTANG
PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA DESA ...................... ,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 Peraturan Desa ....................


Nomor ......... tentang Lembaga Adat dalam upaya mengembangkan nilai
nilai adat untuk pendidikan dan sosial budaya masyarakat ;
b. bahwa masih banyak sekali anak usia sekolah yang menikah di usia dini,
sehingga terjadi putus sekolah, tidak dapat melanjutkan sekolah serta
memiliki masa depan yang suram.
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
b diatas, perlu diatur dan ditetapkan Peraturan Kepala Desa Tentang
Pendewasaan Usia Perkawinan.

Mengingat :
1. Undang Undanhg Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019);
2. Undang Undang Nomor 35 tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah
dengan Undang Undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas
Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak.
(Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5606)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Peraturan Desa;
5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 tahun 2016 Tentang
Kewenangan Desa;
6. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2018 tentang Prioritas Penggunaan Dana
Desa tahun 2019
7. Perda Kabupaten ......... Nomor ........ Tahun ......... Tentang ..........
(lembaranan Daerah Nomor.......... Tahun ........ Tambahan Berita Daerah
Nomor ..........);
8. Perbup ......... Nomor ........ Tahun ......... Tentang .......... (Berita Daerah
Nomor ..........Tahun ......);
9.. Peraturan Desa ........ Nomor ......... Tahun ............. Tentang Lembaga Adat
Desa (Lembaran Desa Nomor ...........Tahun ........).

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN KEPALA DESA ............... TENTANG PENDEWASAAN
USIA PERKAWINAN

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah Desa ...............
2. Kepala Desa adalah Kepala Desa ............
3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggaran
Pemerintahan Desa.
4. Pemerintahan Desa adalah Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa
5. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah badan
Permusyawaratan Desa................
6. Dusun adalah seluruh Dusun yang berada diwilayah Desa...................
7. Kadus adalah Kepala Dusun yang berada di wilayah Desa ..............
8. Penghulu Desa adalah tokoh pemegang, penegak, dan pengatur masalah hukum dan
norma norma agama dan adat.
9. Midang adalah berkunjungnya seorang laki laki kerumah seorang perempuan yang
sedang dipacarinya atau dengan tujuan memacarinya.
10. Memulang adalah bentuk ritual memulai perkawinan dengan cara melarikan dan/ atau
mohon persetujuan (belakoq) anak gadis atau perempuan yang dilakukan pihak laki laki
kepada pihak perempuan untuk dijadikan istri.
11. Nyongkolan adalah arak-arakan/barisan keluarga penganten pria yang mengiringi kedua
mempelai menuju kediaman keluarga mempelai wanita sebagai tanda
pengakuan/persaksian akan sahnya pernikahan secara hukum agama maupun hukum adat
yang disaksikan oleh seluruh lapisan masyarakat di wilayah domisili kedua mempelai.
12. Memulang anak adalah Perkawinan diusia Anak.
13. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan.
14. Sarak/ pegat (perceraian) adalah putusnya ikatan perkawinan.
15. Kegiatan Kemasyarakatan adalah bentuk bentuk aktivitas/ kegiatan yang dilakukan secara
bersama sama oleh masyarakat, misalnya kegiatan gotong royong, begawe, pengajian,
yasinan, nyongkolan, kepaten (acara kematian), dll
16. Denda adalah sejumlah uang yang didapat dari sanksi yang ditetapkan akibat adanya
pelanggaran, yang selanjutnya akan disetorkan kedalam Kas Masjid Dusun setempat dan/
atau kebutuhan lain didusun setempat.
17. Peringatan atau Diperingatkan adalah bentuk kontrol berupa saran, nasehat, atau teguran
yang dilakukan oleh orang/ warga masyarakat yang melihat dan mengetahui terjadinya
pelanggaran
18. Sangkep/ Gundem (Rapat) Gubuk adalah rapat rapat didasarkan atas musyawarah
mufakat yang dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat, pemuda dan masyarakat
dalam Dusun.

BAB II
AZAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Perdes ini berazaskan Pancasila dan UUD 1945 serta nilai nilai adat istiadat, tradisi dan
budaya.
(2) Perdes ini bertujuan :
a. Menuju Usia Perkawinan yang ideal
b. Menciptakan kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan sebuah Rumah
Tangga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaiatan dengan
kehidupan berkeluarga, kesiapaan fisik, kesehatan, mental, emosional, pendidikan,
sosial dan ekonomi.
c. Mengurangi dampak dampak dari Perkawinan Usia Anak yang tidak sesuai dengan
tujuan perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga yang SakinaH, Mawaddah
Warahmah.
d. Melindungi remaja dan anak muda dari pengaruh dan akibat perkawinan usia anak
e. Menjamin tumbuh Kembang anak
f. Terciptanya generasi penerus bangsa yang sehat dan berkualitas
g. Menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh warga desa.

BAB III
MIDANG, MEMULANG DAN SARAK
Pasal 3
(1) Midang hanya diperbolehkan dilakukan dimalam hari sampai dengan Pukul 21.00 Wita
(2) Tidak diperkenankan Midang disiang hari, kecuali jika ada orang lain seperti orangtua,
bibi, paman atau kakak dari gadis atau perempuan yang bersangkutan
(3) Midang tidak boleh mengganggu waktu belajar, mengaji, dan aktivitas keagamaan
lainnya
(4) Tidak diperbolehkan bagi orang yang midang untuk menginap dirumah si peremuan
(5) Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran hingga 2 (dua) kali terhadap ketentuan pada
pasal 3 ayat (1,2 dan 3)ini, maka akan diberi sanksi berupa :
a. Kepada pemidang dan pemilik rumah akan diberi peringatan atau teguran samapai 2
(dua) kali
b. Jika pelanggarana tersebut masih diulangi, maka akan dilaporkan pada Kadus,
penghulu dusun/ desa, atau Tokoh Masyarakat setempat
c. Apabila telah dilaporkan ke Kadus masih juga melakukan pelanggaran, maka kepada
pemidang akan dilaporkan ke pihak Kecamatan desa (Babinsa dan
Babimkabtibmaspol)
(6) Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pasal 3 ayat (4) ini, maka akan diberi sanksi
berupa :
a. Kepada pemidang dan pemilik rumah akan diberi peringatan atau teguran.
b. Jika pelanggaran tersebut masih diulangi, maka akan dilaporkan pada Kadus,
penghulu dusun/ desa, atau Tokoh Masyarakat setempat
c. Apabila telah dilakukan sebagaimana poin (b) diatas tetapi masih juga melakukan
pelanggaran, maka kepada pemidang akan dikenakan denda berupa uang sebesar
Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah )

Pasal 4
Tempat dan Tata Cara Midang
(1) Menerima tamu yang datang midang harus dirumah atau tempat tinggal yang
bersangkutan yaitu diruang tamu, teras atau berugak dengan pintu terbuka dan
penerangan yang cukup
(2) Pemidang maupun yang dimidang harus memiliki etika yang baik dan benar serta
menghormati tuan rumah dan masyarakat sekitarnya
(3) Pemidang tidak diperbolehkan membuat onar atau keributan
(4) Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pasal 4 ayat (1) ini, maka akan diberi sanksi
berupa :
a. Kepada pemidang dan pemilik rumah akan diberi peringatan atau teguran sampai 2
(dua) kali oleh aparat
b. Jika pelanggaran tersebut masih diulangi, maka akan dilaporkan pada Kadus,
penghulu dusun/ desa, atau Tokoh Masyarakat setempat dan selanjutnya tidak
diperkenankan datang midang
c. Apabila telah dilakukan sebagaimana poin (b) diatas tetapi masih juga melakukan
pelanggaran, maka kepada pemidang akan dikenakan denda berupa uang sebesar
Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah )
d. Apabila denda tidak mampu dibayar, maka melalui Sangkep Gubuk, Kadus akan
mengeluarkan kebijakan tentang sanksi penggantinya.
(5) Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pasal 4 ayat (2 dan 3) ini, dan kepadanya
telah diberi peringatan 2 (dua) kali, maka kepadanya akan diberi sanksi berupa :
a. Akan dilaporkan pada Kadus, penghulu dusun/ desa, atau Tokoh Masyarakat
setempat dan selanjutnya tidak diperkenankan datang midang
b. Apabila masih juga melakukan pelanggaran, maka kepadanya tidak akan dilibatkan
dari kegiatan kegiatan kemasyarakatan, serta akan dilaporkan kepada pihak yang
berwajib .

Pasal 5
Sasaran Midang
(1) Tidak diperbolehkan bagi perempuan yang masih berusia dibawah 17 tahun
(2) Tidak diperbolehkan midang pada anak anak yang masih dalam masa/ usia Pendidikan
Dasar (SD) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SMP)
(3) Tidak diperbolehkan bagi laki laki siapa saja yang memiliki maksud untuk midang dan/
atau menggoda perempuan yang masih berstatus menikah
(4) Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pasal 5 ayat (1) ini, maka akan berlaku
ketentuan :
a. Akan diberi peringatan atau teguran sampai 2 (dua) kali Kepada yang dipidang dan
orangtuannya serta pemidangnya
b. Apabila telah diberi peringatan dan telah dilaporkan pada Kadus atau tokoh
Masyarakat setempat tetapi masih juga melakukannya, maka pemidang dan yang
dipidang akan dikucilkan dari kegiatan kegiatan remaja atau kepemudaan
c. Jika pemidangnya orang dewasa dan/ atau warga Desa lain, maka akan dikenakan
denda berupa uang sebesar Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah )
(5) Bagi siapa saja yang melakukan pelanggaran pasal 5 ayat (2) ini, maka akan berlaku
ketentuan :
a. Akan diberi peringatan atau teguran sampai 2 (dua) kali Kepada yang dipidang dan
pemidangnya beserta orangtua dari keduanya.
b. Apabila telah diberi peringatan dan telah dilaporkan pada Kadus atau tokoh
Masyarakat setempat tetapi masih juga melakukannya, maka pemidang dan yang
dipidang akan dikucilkan dari kegiatan kegiatan remaja atau kepemudaan
(6) Bagi laki laki siapa saja yang melakukan pelanggaran pasal 5 ayat (3) ini, maka akan
diberi peringatan sampai 3 (tiga) kali kepada kedua belah pihak baik pemidang maupun
yang dipidang. Jika masih melanggar, maka kepada mereka berdua akan dikenakan
denda berupa uang sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) dan dilaporkan kepihak
berwajib
Pasal 6
MEMULANG
(1) Tidak diperkenankan melakukan memulang anak
(2) Kawin (memulang) hanya diperkenankan bagi perempuan yang telah berusia 19 tahun
dan laki laki yang telah berusia 21 tahun
(3) Bagi siapa saja yang Memulang dibawah umur yang telah ditentukan pada pasal 6 ayat
(2) ini, maka keduanya diusahakan untuk dibelas (dipisah)
(4) Ketentuan untuk dibelas (dipisah) akan diatur dan disepakati dalam Snagkep Gubuk
(5) Jika keduanya tidak dapat dipisah karena suatu sebab, dan salah satu atau keduanya dari
mereka masih bersekolah, maka diusahakan agar tidak putus sekolah
(6) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (2) ini, kepadanya dan
keluarganya akan dikenakan sanksi sosial berupa tidak adanya keterlibatan/ partisipasi
pemuda selama proses perkawinan

Pasal 7
TATA CARA MEMULANG
(1) Ketentuan dan Tata Cara Memulang serta syarat syaratnya diatur dalam Sangkep/
Gundem Gubuk
(2) Memulang hanya dapat dilangsungkan atas dasar suka sama suka
(3) Tidk diperkenankan bagi seorang laki laki mengajak seorang perempuan usia anak dan
dengan sengaja untuk terlambat pulang kerumah agar dikatakan telah memulang
(4) Tidak diperkenankan memulang dengan cara paksa
(5) Bagi siapa saja yang memulang melalui cara paksa, akan dilakukan upaya pemisahan
atau dibelas
(6) Ketentuan tentang dibelas (dipisah) akan diatur dan disepakati dalam Sangkep Gubuk
(7) Jika tidak bisa untuk dipisahkan atau dibelas maka kepada yang memaksakan
kehendaknya, akan dikenakan denda berupa uang sebesar Rp.1.500.000,- (satu juta lima
ratus ribu rupiah) dan/ atau dilaporkan kepada Pihak yang berwajib
Pasal 8
SARAK
(1) Apabila terjadi MEMULANG dibawah umur sebagaimana yang telah ditentukan
sebelumnya yaitu pada Pasal 6 ayat 2 (dua) diatas, maka demi kemanusiaan hendaknya
suami tidak menceraikan istrinya dalam keadaan hamil
(2) Jika terjadi perceraian, maka suami harus menanggung seluruh biaya persalinan dan
menyantuni istri yang telah dicerai hingga habis masa iddahnya serta biaya hidup
anaknya sampai anak tersebut mampu untuk hidup mandiri dan dikenakan denda berupa
uang sebesar Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).
(3) Jika terjadi perceraian sedangkan suami tidak memenuhi tanggung jawab sebagaimana
diatur pada Pasal 8 ayat 2 (dua) ini, maka akan dikenakan denda berupa uang sebesar
Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) setiap bulannya yang akan dikenakan untuk biaya hidup
anak yang ditinggalkan
(4) Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 ayat (2 dan 3) ini, tidak berlaku bagi yang
melakukan perceraian ditingkat pengadilan.

Pasal 9
NYONGKOLAN
Nyongkolan dapat dilakukan bila dengan persetujuan pihak Kepolisian dan penggunaan
jalur nyongkolan hendaknya tidak melewati jalur jalan negara yang dapat mengganggu
lancarnya arus lalu lintas

BAB IV
KETENTUAN LAIN LAIN
Pasal 10
Hamil Diluar Nikah
(1) Tidak diperbolehkan melakukan hubungan suami istri bagi yang belum terikat
perkawinan
(2) Jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 9 ayat (1) ini, dan telah dapat
dibuktikan melalui keterangan dari saksi saksi, maka terhadap keduanya akan
dikenakan sanksi berupa, membersihkan masjid selama 1 (satu) minggu dan
membayar denda sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)
(3) Terhadap ketentuan pada Pasal 10 ayat (2) ini, jika salah satu atau keduanya
masih bersekolah, maka wajib bagi keduanya untuk tetapmmalanjutkan
sekolahnya.
(4) Jika terjadi pelanggaran terhadap ketentuan pada Pasal 10 ayat (1) ini, dan dapat
dibuktikan melalui tes/ cek kesehatan telah menyebabkan terjadi kehamilan diluar
nikah, maka terhadap keduanya akan dinikahkan an dikenai sanksi berupa
membersihkan masjid selama 2 (dua) minggu
(5) Sebagaimana ketentuan Pasal 10 ayat (4) ini, maka jika salah satu atau keduanya
sedang/ masih bersekolah, maka diusahakan masa besekolahnya tidak terputus.

Pasal 11
Jika seorang Bapak atau saudara terbukti atau ditemukan mencabuli anak atau saudaranya
atau muhrimnya, maka yang bersangkutan harus dikucilkan dari pergaulan didesa selama-
lamanya dan dilaporkan kepada Pihak berwajib

BAB V
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 12
Bagi pejabat desa dan perangkat desa yang terbukti secara sengaja membiarkan atau
menyuruh, ataupun juga berpura pura tidak tahu atau menyembunyikan
permasalahan yang dianggap melanggar pasal pasal diatas, kepadanya akan
dikenakan sanksi administrasi atau sanksi lainnya sesuai aturan perundang undangan
yang berlaku

Pasal 13
Mekanisme Pengawasan
(1) Untuk menjamin agar Peraturan ini dapat berjalan secara efektif, dibentuk Posko
Pemuda ditingkat Dusun maupun ditingkat Desa yang berperan dalam mengontrol
serta mengawasi pelaksanaan dan penegakannya
(2) Posko ini selanjutnya juga dapat berperan sebagai tempat Pengaduan anak dan
perempuan yang bermasalah dalam rumah tangga
(3) Pengawasan ini juga melibatkan pemerintahan desa, tokoh agaman, tokoh
masyarakat, pemuda dan masyarakat.

Pasal 14
Penyelesaian sengketa
(1) Apabila terjadi sengketa antar warga tentang permasalahan MEMULANG
ataupun permasalahan anak, maka akan dilakukan penyelesaian secara
musyawarah mufakat dengan melibatkan Penghulu Desa, Tokoh Agama, Tokoh
Masyarakat, Pemerintah Desa, Pemuda, Babinsa Babimkabtibmaspol dan
pemangku kepentingan lainnya.
(2) Apabila penyelesaian sengketa tidak dapat dilakukan melalui Jalan Musyawarah
Mufakat sebagaiamana tertuang dalam Pasal 16 ayat (1) diatas, maka dapat
diselesaikan melalui jalur hukum sesua ketentuan yang berlaku

Pasal 15
Agar peraturan yang telah ditetapkan ini berhasil dan berdayaguna sesuai dengan apa
yang diharapkan, maka harus mendapat dukungan sepenuhnya baik berupa moril,
maupun materill dari semua pihak mulai dari tingkat Dusun sampai dengan tingkat
Desa.
Pasal 16
Peraturan Kepala Desa ini bersifat Mengikat dan Memaksa bagi seluruh warga
masyarakat desa
Pasal 17
Dengan berlakunya Peraturan Kepala Desa ini, maka semua ketentuan yang mengatur dan
bertentangan dengan Peraturan Kepala Desa ini dinyatakan tidak berlaku.
(1) Apabila terjadi MEMULANG dibawah umur sebagaimana yang telah ditentukan
sebelumnya yaitu pada Pasal 6 ayat 2 (dua) diatas, maka demi kemanusiaan
hendaknya suami tidak menceraikan istrinya dalam keadaan hamil
Pasal 18
Peraturan Kepala Desa ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Desa ini
dengan penempatannya dalam Berita Desa ........................

Ditetapkan di ...................
Pada tanggal ................
KEPALA DESA .........................,

. ................................
Diundangkan di ..............................
Pada tanggal
SEKRETARIS DESA ............................

.............................................
BERITA DESA ............................. TAHUN 2019 NOMOR ______

Anda mungkin juga menyukai