Keluhan Utama
Pegal pegal pada kaki sejak 10 hari SMRS
Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien berobat ke puskesmas, lalu dirujuk ke RSUD Cianjur. Pasien
mengaku mengonsumsi obat jantung yang diberikan dokter.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, debu, obat dan cuaca disangkal
Riwayat Psikososial
Pasien sering mengonsumsi makanan asin dan manis. Pasien jarang mengonsumsi
sayuran dan buah. Pasien sangat senang mengonsumsi jeroan. Pasien jarang melakukan
aktivitas fisik. Pasien tidak merokok dan meminum alkohol.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis
Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kepala Bentuk normocephal, warna rambut putih, distribusi rambut
merata, rambut tidak mudah rontok
Mata Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), kornea jernih (+/+)
Hidung Sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-/-), nafas cuping
hidung (-)
Mulut Mukosa mulut dan bibir kering (+), tidak terdapat sianosis,
faring hiperemis (-), tonsil (T1-T1), stomatitis (-), lidah kotor
(-).
Telinga Normotia, simetris, serumen (-/-).
Leher Tidak didapatkan pembesaran KGB, pembesaran kelenjar
tiroid (-), JVP meningkat 3 cm
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga 5 linea midklavikularis
sinistra
Perkusi: Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung : linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: BJ I dan BJ II normal, murmur(-), gallop (-)
Paru Inspeksi : dada simetris (+/+), retraksi dinding dada (-/-
) penggunaan otot bantu pernafasan (-/-)
Palpasi : Vokal fremitus sama di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru, batas paru dan
hepar setinggi ICS 5
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen Inspeksi : datar (+), scar (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan
perut dibagian bawah pusat (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timphani (+)
Ekstremitas teraba hangat, CRT kurang dari 2 detik, edema (-/-),sianosis
atas (-/-)
Ekstremitas teraba hangat, CRT kurang dari 2 detik, edema (+/+) minimal,
bawah sianosis (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
Hematokrit 44 42 52 %
MCV 82 80 84 fL
MCHC 34.1 33 37 %
RDW-SD 53.2 37 54 fL
MPV 8 8 12 fL
Ureum 59 10-50 mg %
Gambaran EKG
Daftar Masalah :
1. Hiperurisemia
2. Hipertrigliseridemia
3. DM tipe 2
4. Gastropati
Tatalaksana
IVFD RL 1000 cc/24 jam
Omeprazole 1 dd 40 mg
Ondancentron 2 dd 8 mg
Atorvastatin 1 dd 80 mg
Allopurinol 1 dd 100 mg
Metformin 3 dd 500 mg
Analisa Masalah
1. Hiperurisemia
Penyakit gout (pirai) merupakan sindrom klinis dengan gambaran khas peradangan
sendi yang akut. Peradangan ini disebabkan oleh reaksi jaringan sendi terhadap pembentukan
kristal urat yang bentuknya menyerupai jarum. Penyakit gout berhubungan dengan gangguan
metabolisme purin yang menimbulkan hiperurisemia jika kadar asam urat dalam darah
melebihi 7,5 mg/dl. Namun, hiperurisemia atau keadaan meningginya asam urat dalam darah
sendiri tidak selalu disertai penyakit gout. Pada penyakit gout atau hiperurisemia kadang-
kadang dapat terjadi pembentukan kristal urat dalam ginjal. Kristal ini akan larut dalam urin
yang bersifat alkalis.
Keadaan hiperurisemia dapat terjadi, karena:
1. Pemecahan jaringan tubuh yang berlebihan sehingga banyak purin yang dibebaskan
untuk kemudian dimetabolisir dengan zat sisa serupa asam urat.
2. Ekskresi asam urat yang menurun karena air seni yang asam (misalnya akibat konsumsi
lemak atau alkohol yang tinggi) atau karena penurunan fungsi ginjal.
3. Konsumsi makanan yang kaya purin secara berlebihan. Contoh: JASBUKET; Jerohan,
Sardencis, Burung, Kaldu, Kacang, Emping dan Tape.
Dalam penelitian tentang hubungan diet dan penyakit gout, Choi H.K. et al
menyimpulkan bahwa konsumsi daging merah dan makanan laut (seafood) dapat
meningkatkan risiko penyakit gout sedangkan konsumsi produk susu yang lebih tinggi
berkaitan dengan penurunan risiko tersebut. Sementara itu, konsumsi sayuran yang kaya akan
purin disimpulkan tidak ada kaitannya dengan peningkatan risiko penyakit gout. Sebagaimana
kita ketahui, zat sisa metabolisme protein terdiri atas amonia (NH), ureum dan asam urat.
Amonia dapat dibebaskan oleh tubuh hewan yang hidup didalam air seperti ikan karena
senyawa yang beracun ini dapat langsung dilarutkan; ureum biasanya diekskresikan oleh
manusia dan hewan yang hidup di darat dan minum; asam urat merupakan zat sisa yang
diekskresikan keluar arau diubah menjadi alantoin (bagian dari kuning telur) oleh burung-
burung yang tidak sempat minum (burung yang sebagian besar kehidupannya di angkasa).
Dengan demikian, daging burung merupakan salah satu jenis makanan yang harus dipantang
dalam diet rendah purin. (Dr. Andry Hatono: Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, 2004)
2. Diabetes Mellitus II
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2015, Diabetes melitus
merupakan suatu penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis
yang lama atau terus-menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk
mengurangi risiko multifaktorial.
Mekanisme multiple telah diajukan yang bertanggungjawab untuk
peningkatan risiko CAD pada pasien diabetik, termasuk disfungsi endotelial dan
enhanced thrombosis development. Ateroma koroner dari pasien diabetic terdiri dari
jaringan yang lebih kaya lemak dan infiltrasi makrofag, yang meningkatkan risiko
rupture plak dan selanjunya perkembangan thrombosis juga terdapat agresi platelet
yang lebih tinggi dan aktivasi bersama dengan perkembangan kolateral koroner yang
jelek.
Gejala klinis
a. Polyfagia
b. Polydipsia
c. Polyuria
d. Penglihatan kabur
e. Pruritus
f. Lemah
g. Kesemutan pada tangan dan kaki
h. Disfungsi Ereks pada pria dan Pruritus vulva pada wanita
Faktor risiko
a. Umur > 45 tahun
b. BB > 100% BB idaman atau IMT > 23 kg/m
c. TD 140/90 mmHg
d. Riwayat DM
e. Riwayat Kehamilan
f. Penderita PJK
g. Kolesterol HDL 35 mg/dL atau Trigliserida 250 mg/dL.
3. Hipertrigliseridemia
Berdasarkan definisi dari National Cholesterol Education Program Adult Treatment
Panel III (NCEP ATP III), Hipertrigliseridemia adalah meningkatnya kadar trigliserida
puasa dalam darah lebih dari 200 mg/dL dan secara lebih rinci dibagi lagi berdasarkan
derajatnya sebagai batas tinggi (150-199 mg/dL), tinggi (200 499 mg/dL) dan
sangat tinggi ( 500 mg/dL)
Klasifikasi
Pada pasien ini dikategorikan sebagai kelompok tinggi trigliserida (425 mg/dL)
menurut NCEP ATP III dan Moderate Hypertrigliseridemia menurut The Endocrine
Society 2010.
Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA