Anda di halaman 1dari 15

STATUS MEDIS PASIEN

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. TN
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 62 tahun
Alamat : Ciranti
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Keluhan Utama
Pegal pegal pada kaki sejak 10 hari SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang


Seorang laki-laki datang ke RSUD Cianjur mengeluh pegal pegal pada kaki sejak 10 hari
sebelum masuk rumah sakit. 3 bulan SMRS, pasien mengeluhkan sering pegal pegal pada
kaki dan terkadangan seperti kesemutan. Hal ini sering dirasakan oleh pasien dan tidak
mengganggu aktivitas pasien. Dalam 1 tahun terakhir, pasien merasakan keluhannya hilang
timbul sebanyak 2 kali. 2 bulan SMRS, pasien mengatakan bahwa kaki dan tangan sering terasa
kaku dan sulit untuk digerakan beberapa saat. Dan hilang setelah bergerak dalam waktu yang
cukup lama. 1 bulan SMRS, pasien sering merasa haus, lapar dan sering buang air kecil. Pasien
sering merasa lelah dan kehilangan tenaga. Pasien merasa bahwa luka dirinya sangat sulit untuk
sembuh dan hilang. 10 hari SMRS, pasien mengeluhkan pegal pegal pada kaki dan
terkadangan seperti kesemutan semakin memberat. Aktivitas pasien mulai terganggu. Akhirnya
pasien memutuskan untuk berobat dan meminum obat. 7 hari SMRS, pasien mengatakan
timbul bruntus kemerahan yang kemudian hilang disertai dengan bercak disekitarnya berwarna
kemerahan dan terasa panas terutama bila disentuh setelah minum obat. 2 hari SMRS, pasien
merasakan semua keluhan semakin memberat dan memutuskan untuk berobat ke dokter dan
disarankan untuk di rawat di RSUD Sayang Cianjur.

Riwayat penyakit dahulu


Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM dalam 10 tahun terakhir
Riwayat batuk lama disangkal, asma disangkal
Riwayat menjalani pengobatan paru yang 6 bulan disangkal
Riwayat sakit kuning disangkal

Riwayat penyakit dalam keluarga


Riwayat Hipertensi dan DM pada keluarga disangkal
Riwayat sakit kuning dalam keluarga disangkal

Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien berobat ke puskesmas, lalu dirujuk ke RSUD Cianjur. Pasien
mengaku mengonsumsi obat jantung yang diberikan dokter.

Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, debu, obat dan cuaca disangkal

Riwayat Psikososial
Pasien sering mengonsumsi makanan asin dan manis. Pasien jarang mengonsumsi
sayuran dan buah. Pasien sangat senang mengonsumsi jeroan. Pasien jarang melakukan
aktivitas fisik. Pasien tidak merokok dan meminum alkohol.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : komposmentis

Tekanan darah : 130/90 mmHg


Nadi : 92x/m, regular, kuat angkat isi cukup
RR : 18x/menit, regular
Suhu : 36.5 oC (aksilla)

Status Generalis
Sistem Deskripsi
Kepala Bentuk normocephal, warna rambut putih, distribusi rambut
merata, rambut tidak mudah rontok
Mata Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya
(+/+), kornea jernih (+/+)
Hidung Sekret (-/-), epistaksis (-/-), septum deviasi (-/-), nafas cuping
hidung (-)
Mulut Mukosa mulut dan bibir kering (+), tidak terdapat sianosis,
faring hiperemis (-), tonsil (T1-T1), stomatitis (-), lidah kotor
(-).
Telinga Normotia, simetris, serumen (-/-).
Leher Tidak didapatkan pembesaran KGB, pembesaran kelenjar
tiroid (-), JVP meningkat 3 cm
Jantung Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga 5 linea midklavikularis
sinistra
Perkusi: Batas kanan jantung : linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung : linea midclavicularis sinistra
Auskultasi: BJ I dan BJ II normal, murmur(-), gallop (-)
Paru Inspeksi : dada simetris (+/+), retraksi dinding dada (-/-
) penggunaan otot bantu pernafasan (-/-)
Palpasi : Vokal fremitus sama di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru, batas paru dan
hepar setinggi ICS 5
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Abdomen Inspeksi : datar (+), scar (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (+), nyeri tekan
perut dibagian bawah pusat (-), hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timphani (+)
Ekstremitas teraba hangat, CRT kurang dari 2 detik, edema (-/-),sianosis
atas (-/-)
Ekstremitas teraba hangat, CRT kurang dari 2 detik, edema (+/+) minimal,
bawah sianosis (-/-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium tanggal 03-02-2017


Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan

Hematologi

Hemoglobin 9.8 13.5 17.5 g/dl

Hematokrit 44 42 52 %

Eritrosit 4.27 4.2 5.4 10^6/ul

Leukosit 6.7 4.8 10.8 10^3/ul

Trombosit 241 150 450 10^3/ul

MCV 82 80 84 fL

MCH 26.7 2731 pg

MCHC 34.1 33 37 %

RDW-SD 53.2 37 54 fL

PDW 14.4 914 fL

MPV 8 8 12 fL

GDS 193 <160 mg %

Ureum 59 10-50 mg %

Creatinin 1.52 0.5 0.9 mg %

Asam Urat 14.3 2.4 - 5.7 mg %

Kolestrol total 171 < 200 mg %


Trigliserida 425 < 150 mg %

Gambaran EKG

Daftar Masalah :
1. Hiperurisemia
2. Hipertrigliseridemia
3. DM tipe 2
4. Gastropati

Tatalaksana
IVFD RL 1000 cc/24 jam
Omeprazole 1 dd 40 mg
Ondancentron 2 dd 8 mg
Atorvastatin 1 dd 80 mg
Allopurinol 1 dd 100 mg
Metformin 3 dd 500 mg

Analisa Masalah

1. Hiperurisemia
Penyakit gout (pirai) merupakan sindrom klinis dengan gambaran khas peradangan
sendi yang akut. Peradangan ini disebabkan oleh reaksi jaringan sendi terhadap pembentukan
kristal urat yang bentuknya menyerupai jarum. Penyakit gout berhubungan dengan gangguan
metabolisme purin yang menimbulkan hiperurisemia jika kadar asam urat dalam darah
melebihi 7,5 mg/dl. Namun, hiperurisemia atau keadaan meningginya asam urat dalam darah
sendiri tidak selalu disertai penyakit gout. Pada penyakit gout atau hiperurisemia kadang-
kadang dapat terjadi pembentukan kristal urat dalam ginjal. Kristal ini akan larut dalam urin
yang bersifat alkalis.
Keadaan hiperurisemia dapat terjadi, karena:
1. Pemecahan jaringan tubuh yang berlebihan sehingga banyak purin yang dibebaskan
untuk kemudian dimetabolisir dengan zat sisa serupa asam urat.
2. Ekskresi asam urat yang menurun karena air seni yang asam (misalnya akibat konsumsi
lemak atau alkohol yang tinggi) atau karena penurunan fungsi ginjal.
3. Konsumsi makanan yang kaya purin secara berlebihan. Contoh: JASBUKET; Jerohan,
Sardencis, Burung, Kaldu, Kacang, Emping dan Tape.
Dalam penelitian tentang hubungan diet dan penyakit gout, Choi H.K. et al
menyimpulkan bahwa konsumsi daging merah dan makanan laut (seafood) dapat
meningkatkan risiko penyakit gout sedangkan konsumsi produk susu yang lebih tinggi
berkaitan dengan penurunan risiko tersebut. Sementara itu, konsumsi sayuran yang kaya akan
purin disimpulkan tidak ada kaitannya dengan peningkatan risiko penyakit gout. Sebagaimana
kita ketahui, zat sisa metabolisme protein terdiri atas amonia (NH), ureum dan asam urat.
Amonia dapat dibebaskan oleh tubuh hewan yang hidup didalam air seperti ikan karena
senyawa yang beracun ini dapat langsung dilarutkan; ureum biasanya diekskresikan oleh
manusia dan hewan yang hidup di darat dan minum; asam urat merupakan zat sisa yang
diekskresikan keluar arau diubah menjadi alantoin (bagian dari kuning telur) oleh burung-
burung yang tidak sempat minum (burung yang sebagian besar kehidupannya di angkasa).
Dengan demikian, daging burung merupakan salah satu jenis makanan yang harus dipantang
dalam diet rendah purin. (Dr. Andry Hatono: Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, 2004)

Tanda Serangan dan Gejala Penyakit Gout


Asam urat dalam tubuh dihasilkan melalui dua cara. Pertama, sebagai hasil akhir
pemecahan asam amino non-esensial, glutamin dan asam aspartat. Proses ini terjadi dalam
tubuh setiap orang, karena asam urat merupakan komponen yang diperlukan tubuh dalam
jumlah tertentu. Kedua, sebagai hasil akhir proses metabolisme purin yang berasal dari
makanan. Penumpukan asam urat karena sebab pertama jarang terjadi. Yang lebih sering
adalah akibat tingginya konsumsi makanan yang banyak mengandung purin, disertai pola
konsumsi sehari-hari dengan gizi yang kurang seimbang seperti terlalu banyak makan makanan
berlemak dan mengandung kolesterol tinggi.
Serangan artritis gout yang mendadak ditandai dengan sendi bengkak, panas dan
kemerahan, pada satu sendi (monoartritis) dan mencapai puncaknya dalam 24 jam pertama,
serta dapat sembuh sendiri dalam 3-10 hari. Sendi yang terserang biasanya pada sendi pangkal
ibu jari kaki yang disebut Podagra. Sendi lain yang bisa terserang adalah pergelangan kaki,
tumit, lutut, pergelangan tangan , jari jari tangan dan siku.
Gejala akibat penumpukan asam urat tidak dapat diketahui dengan segera. Setelah
kondisi ini berlangsung lama, barulah muncul rasa ngilu luar biasa pada persedian, khususnya
jari kaki dan tangan. Kulit di sekitar sendi tampak bengkak kemerahan disertai demam tinggi,
perut kembung dan hilangnya nafsu makan. Gejala ini biasanya berlangsung beberapa hari dan
selama itu air kencing berwarna kuning pekat. Penyakit ini lazim disebut Gout ( radang sendi
akibat tingginya kadar asam urat dalam darah ). Jika diperiksake laboratorium, kadar asam urat
dalam darah biasanya melonjak mencapai 7,5-10 mg%. Sekalipun demikian, kadar asam urat
melebihi 6 mg% sudah cukup memberi petunjuk akan tingginya kadar asam urat dalam darah.
Kadar normal asam urat yang dianggap sehat adalah 2-5 mg%.
Begitu radang gout tersebut mereda, kulit yang tadinya bengkak akan melepuh dan
terasa gatal. Gejala ini bisa hilang sama sekali dan tidak pernah muncul lagi sampai berbulan-
bulan. Tapi kalau didiamkan dan tidak segera ditangani, frekuensi kambuhnya akan lebih
sering dan rasa sakitnya pun akan lebih menyiksa. Pada penderita yang sudah sangat parah dan
tidak mejalankan diet serta tidak diobati, penumpukan asam urat akan membentuk kristal asam
urat. Mulai dari yang sebesar ujung jarum pentul sampai sebesar kelereng kecil. Kristal kecil
biasanya muncul di bagian telinga, sedangkan yang besar antara lain di ibu jari kaki dan siku.

Komplikasi Batu Ginjal


Pada beberapa penderita gout, radang sendi sering disertai komplikasi batu ginjal. Hal
ini terutama pada penderita yang makannya sehari-hari umumnya sudah tinggi purin, tapi
masih diperparah lagi dengan banyak mengkonsumsi makanan berlemak dan kurang
mengkonsumsi cairan. Dalam kondisi normal mestinya setiap hari 700 mg asam urat bisa
dikeluarkan dari ginjal, sehingga terdapat cadangan asam urat dalam tubuh sekitar 1000 mg.
Tapi dalam kasus diatas jumlah yang sanggup dikeluarkan ginjal sangat terbatas, sedangkan
konsumsi purin yang merupakan bahan baku asam urat tetap saja tinggi. Hingga cadangan asam
urat bertumpuk berlipat ganda, bahkan bisa mencapai 15 kali lipatnya pada penderita yang
serius.
Akibatnya, penumpukan asam urat akan membentuk endapan batu asam urat dalam
ginjal.Dalam memperlambat atau mencegah terbentuknya batu ginjal asam urat, minum sehari
tidak boleh kurang dari 2 liter. Bahan makanan yang mengandung asam amino dengan ikatan
belerang/sulfur harus dibatasi. Untuk itu aturan mengkonsumsi makanan sumber protein
hewani dan nabati sama dengan pada diet gout, kecuali konsumsi telur cukup 1 butir sehari.
Konsumsi nasi sehari tidak boleh lebih dari 70 gram (1/2 gelas) roti paling banyak 4 potong
(80 gram). Untuk memenuhi kecukupan karbohidrat dan memberikan rasa kenyang akibat
terbatasnya konsumsi nasi atau roti, maka juga makanan pokok lain seperti kentang, ubi jalar,
singkong, aneka kue yang dibuat dari tepung maizena, hunkue, tapioka, atau agar-agar dengan
tambahan susu-susu.
Penderita wajib mengkonsumsi banyak sayuran dan buah-buahan segar agar dapat
membantu memberikan rasa kenyang. Sayuran yang tidak mengandung purin (selain
asparagus, kacang polong, buncis, kambang kol, bayam, jamur) harus dimakan paling sedikit
300 gram sehari. Begitupun buah-buahan segar, disarankan lebih dari 300 gram sehari. Tentu
saja diet tersebut baru bisa dilaksanakan setelah memeriksakan diri dan diketahui pasti bahwa
radang sendi yang derita benar-benar karena tingginya asam urat dalam darah. Tidak semua
sakit pada persedian diakibatkan penumpukan asam urat.

Tujuan, Syarat dan Prinsip Diet


Asam urat adalah hasil metabolisme dari purin. Sedangkan purin adalah protein yang
termasuk dalam golongan nukleo protein. Peningkatan kadar asam urat yang berlebihan dalam
darah dapat menyebabkan penimbunan asam urat pada sendi-sendi tangan atau kaki.
Kadar asam urat dalam darah yang normal berkisar antara 2-5 mg persen. sedangkan
pada penderita gout berkisar 6-10 mg persen. Pada makanan normal sehari-hari umumnya
kadar purin dapat mencapai 600-1000 mg. Sementara pada penderita yang menjalani diet
diharapkan kadar purin dalam makanannya hanya berkisar 120-150 mg.
Purin yang terdapat dalam bahan pangan, terdapat dalam asam nukleat berupa
nukleoprotein. Ketika dikonsumsi, di dalam usus, asam nukleat ini akan dibebaskan dari
nukleoprotein oleh enzim pencernaan. Selanjutnya, asam nukleat dipecah lebih lanjut menjadi
purin dan pirimidin. Purin teroksidasi menjadi asam urat.
Jika pola makan tidak dirubah, kadar asam urat dalam darah yang berlebihan akan
menimbulkan menumpuknya kristal asam urat. Apabila kristal terbentuk dalam cairan sendi,
maka akan terjadi penyakit gout (asam urat). Lebih parah lagi jika penimbunan ini terjadi dalam
ginjal, tidak menutup kemungkinan akan menumpuk dan menjadi batu asam urat (batu ginjal).
Jadi, sangat jelas, diet adalah jalan yang utama.
Tujuan diet rendah purin:
a) Mengurangi pembentukan asam urat dengan mengurangi bahan makanan tinggi purin
b) Menurunkan berat badan
Syarat diet rendah purin:
a) Mengkonsumi makanan rendah purin, yaitu 120-150 mg sehari
b) Hidrat arang tinggi. Hidrat arang membantu pengeluaran asam urat
c) Lemak sedang. Lemak cenderung menghambat pengeluaran asam urat
d) Banyak cairan untuk membantu pengeluaran asam urat
Prinsip diet rendah purin:
a) Diet penyakit gout dan hiperurisemia merupakan diet rendah purin dengan cara
menghindari atau membatasi jenis-jenis makanan yang tinggi purin (JASBUKET). Jumlah
purin yang dikonsumsi per hari pada diet ini adalah 120-150 mg, sementara asupan purin dalam
diet yang normal dapat mencapai 1000 mg per hari atau lebih. Senyawa urat dapat dihasilkan
tubuh dalam metabolisme purin dan diekskresikan keluar lewat ginjal.
b) Karena asam urat lebih mudah larut dalam urine yang alkalis, diet rendah purin harus
mengandung lebih banyak hidrat arang dan lebih sedikit lemak dengan jumlah cairan yang
memadai untuk membantu pengeluaran kelebihan asam urat.
c) Kandungan lemak yang tinggi dalam makanan akan menimbulkan asidosis (karena
pembentukan keton bodies yang terdiri dari asam asetoasetat, asam -hidroksibutirat dan
aseton) yang membuat urine menjadi lebih asam sehingga menyulitkan ekskresi asam urat.

Panduan Nilai Gizi


Panduan nilai gizi yang diberikan pada pasien yang menderita penyakit batu ginjal jenis
asam urat dan gout adalah sebagai berikut:
1. Kalori : 1.848 kalori
2. Protein : 51 gram
3. Lemak : 32 gram
4. Karbohidrat : 338 gram
5. Kalsium : 0,3 gram
6. Besi : 15,9 gram
7. Vitamin A : 8.642 SI
8. Tiamin : 0,8 mg
9. Vitamin C : 170 mg
10. Purin : 50-200 mg
Dengan komposisi diet ini diharapkan terjadi penurunan kadar asam urat dalam darah,
sehingga tujuan diet dapat tercapai.

Preskripsi Diet (Petunjuk)


1. Menghindari makanan yang kaya akan purin seperti jerohan, ekstrak daging, sardin,
jamur kering, asparagus, dan alkohol termasuk makanan hasil peragian seperti tape.
2. Mengonsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian dalam jumlah wajar (moderat)
mengingat jenis tanaman yang akan bertunas dan tumbuh, banyak mengandung
nukleotida purin.
3. Minum air mineral sebanyak 200 cc (satu gelas belimbing) setiap 2-3 jam pada siang
hari dan pada saat terbangun untuk buang air kecil pada malam hari.
4. Minum tablet natrium bikarbonat satu tablet/hari agar urine menjadi lebih alkalis
dapat dianjurkan untuk memudahkan ekskresi asam urat, khususnya pada penderita
yang menggunakan tablet alopurinol. Sari buah (khususnya buah yang tidak masam)
dan sayuran juga membuat urine lebih alkalis.
5. Meminum muniman tradisional seperti larutan kunyit dan temulawak yang
mengandung curcumin dapat mengurangi reaksi inflamasi pada sendi.
6. Melakukan diet rendah lemak, karena lemak cenderung menjadi penghambat
pengeluaran asam urat.
7. Selain diet rendah lemak, diperlukan pula diet rendah protein, karena kandungan
protein dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Anjuran asupan protein
disarankan pada penderita maksimal di kisaran 50-70 g/hari.
Bagi penderita asam urat, pola diet yang harus diikuti adalah memberikan kalori sesuai
kebutuhan tubuh. Sedangkan karbohidrat sebaiknya dari kabohidrat komplek seperti nasi,
singkong, ubi dan roti. Hindari karbohidrat sederhana seperti gula, sirup atau permen. Fruktosa
dalam karbohidrat sederhana dapat meningkatkan kadar asam urat serum.
Penderita asam urat harus menjalani diet rendah protein karena protein dapat
meningkatkan asam urat, terutama protein hewani. Protein diberikan 50-70 g per hari.
Sedangkan sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein yang
berasal dari susu, keju dan telur.
Sangat disarankan untuk membatasi konsumsi lemak. Lemak dapat menghambat
ekskresi asam urat melalui urin. Batasi makanan yang digoreng, penggunaan margarin,
mentega dan santan. Ambang batas lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15 % dari total
kalori/hari.
Dan juga disarankan untuk banyak minum air putih, minimal 2.5 liter/hari. Konsumsi
cairan yang tinggi dapat membantu mengeluarkan asam urat melalui urin. Sedangkan
alkohol,tape dan brem harus dijauhi. Bahan pangan mengandung alkohol ini dapat
meningkatkan asam laktat plasma, asam yang dapat menghambat pengeluaran asam urat dari
dalam tubuh melalui urin.
Makanan untuk diet asam urat menjadi tiga jenis, yaitu bahan makanan yang tinggi
purin, kandungan purin sedang dan rendah.
1. Tinggi Purin (150-800 mg/100 g bahan pangan)
Seperti: hati, otak, jantung, paru-paru, jerohan, daging angsa, burung dara, telur ikan,
kaldu, sarden, alkohol, ragi dan makanan yang diawetkan. Purin tidak boleh disantap.
2. Sedang ( 50-150 mg/100 g bahan pangan)
Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi 50 g/hari. Ikan tongkol, tenggiri, bawal, bandeng,
daging sapi, daging ayam, kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam,
kembang kol, buncis, kapri, tahu, tempe.
3. Rendah Purin (0-15 mg/100 g bahan pangan)
Sayuran segar selain yang disebutkan dalam kelompok, susu, keju, telur, padi-padian /
serealia, buah-buahan segar kecuali durian dan alpukat. Makanan yang sangat
disarankan.
Contoh menu Diet Rendah Purin:
a) Makan Pagi (06.00 07.00)
- Dadar telur kentang (1 porsi)
- Nasi
- Kopi kedelai dengan susu rendah lemak
- Pisang atau Jus buah
b) Makan Tengah Hari (11.45 12.15)
- Nasi
- Pepes ikan
- Tahu kukus
- Urapan
- Pepaya
c) Makan Malam (18.00 18.30)
- Nasi
- Tempe bacem
- Sayur asem
- Pisang

2. Diabetes Mellitus II
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2015, Diabetes melitus
merupakan suatu penyakit kronis kompleks yang membutuhkan perawatan medis
yang lama atau terus-menerus dengan cara mengendalikan kadar gula darah untuk
mengurangi risiko multifaktorial.
Mekanisme multiple telah diajukan yang bertanggungjawab untuk
peningkatan risiko CAD pada pasien diabetik, termasuk disfungsi endotelial dan
enhanced thrombosis development. Ateroma koroner dari pasien diabetic terdiri dari
jaringan yang lebih kaya lemak dan infiltrasi makrofag, yang meningkatkan risiko
rupture plak dan selanjunya perkembangan thrombosis juga terdapat agresi platelet
yang lebih tinggi dan aktivasi bersama dengan perkembangan kolateral koroner yang
jelek.
Gejala klinis
a. Polyfagia
b. Polydipsia
c. Polyuria
d. Penglihatan kabur
e. Pruritus
f. Lemah
g. Kesemutan pada tangan dan kaki
h. Disfungsi Ereks pada pria dan Pruritus vulva pada wanita

Faktor risiko
a. Umur > 45 tahun
b. BB > 100% BB idaman atau IMT > 23 kg/m
c. TD 140/90 mmHg
d. Riwayat DM
e. Riwayat Kehamilan
f. Penderita PJK
g. Kolesterol HDL 35 mg/dL atau Trigliserida 250 mg/dL.

3. Hipertrigliseridemia
Berdasarkan definisi dari National Cholesterol Education Program Adult Treatment
Panel III (NCEP ATP III), Hipertrigliseridemia adalah meningkatnya kadar trigliserida
puasa dalam darah lebih dari 200 mg/dL dan secara lebih rinci dibagi lagi berdasarkan
derajatnya sebagai batas tinggi (150-199 mg/dL), tinggi (200 499 mg/dL) dan
sangat tinggi ( 500 mg/dL)
Klasifikasi

Pada pasien ini dikategorikan sebagai kelompok tinggi trigliserida (425 mg/dL)
menurut NCEP ATP III dan Moderate Hypertrigliseridemia menurut The Endocrine
Society 2010.

Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi VI jilid I


Penatalaksanaan di Bidang Ilmu Penyakit Dalam Panduan Praktik Klinis
PAPDI, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, 2009, Interna Publishing: Jakarta
Hatono, Andry. Dr, 2004, Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, EGC.
Sylvia A. Price, dkk. 2006. Patofisiologi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu FKUI

Anda mungkin juga menyukai