Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN

Kelainan refraksi merupakan kelainan mata yang sangat umum ditemui dan sangat
mudah untuk dikoreksi. Pemeriksaan visus merupakan pengukuran obyek terkecil
yang dapat diidentifikasi terhadap seseorang dalam jarak yang ditetapkan dari
mata. Setiap pasien wajib dilakukan pemeriksaan visus sebagai bagian dari
pemeriksaan fisik mata umum. Pemeriksaan visus jarak jauh juga harus dilakukan
terhadap semua anak-anak sesegera mungkin setelah usia 3 tahun, karena penting
untuk deteksi dini terhadap ambylopia.

Dalam penentuan derajat kelainan refraksi ada dua cara yaitu pemeriksaan secara
subjektif dan objektif. Pemeriksaan refraksi subjektif memerlukan komunikasi yang
tepat antara pasien dan pemeriksa. Jadi kemampuan pasien berkomunikasi dengan
pemeriksa atau sebaliknya akan menentukan hasil akhir dari pemeriksaan secara
subjektif. Pemeriksaan secara subjektif menggunakan alat bantu seperti kartu
snellen, penggaris untuk mengukur PD, trial lens, trial frame.

Apabila pemeriksa menemukan pasien yang kurang komunikasinya seperti anak-


anak, orang tuna wicara, maka pemeriksa dapat melakukan pemeriksaan refraksi
secara objektif. Pemeriksaan refraksi objektif ini merupakan koreksi refraksi dimana
hasil pemeriksaan ditentukan oleh pemeriksa dengan menggunakan alat bantu
seperti streak retinoskop, opthalmoskop, auto refraktometer.

Pada masa sekarang ini pemeriksaan kelainan refraksi mata telah dapat dilakukan
dengan pemeriksaan baik secara subjektif maupun objektif.

TAJAM PENGLIHATAN (VISUS)

Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan memakai kartu Snellen. Jarak


antara kartu Snellen dengan mata 6 meter. Tajam penglihatan diperiksa satu per
satu, dengan mata kanan terlebih dahulu kemudian mata kiri. Tajam penglihatan
adalah jarak kemampuan melihat seseorang, yang dinilai sebelum dan sesudah
koreksi dengan cara menilai kemampuan melihat optotyp atau menghitung jari atau
gerakan tangan. Tajam penglihatan dinyatakan dengan rasio pembilang dan
penyebut, dimana pembilang merupakan jarak mata dengan kartu Snellen dan
penyebut merupakan jarak dimana satu huruf tertentu dapat dilihat mata normal.
Sebagai contoh, visus 6/6 berarti pada jarak 6 meter dapat melihat huruf yang
seharusnya dapat dilihat pada jarak 6 meter. Dan visus 6/10 berarti pada jarak 6
meter hanya dapat melihat huruf yang seharusnya dapat dilihat pada jarak 10
meter. Visus 1/60 hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter, visus 1/300
hanya dapat melihat gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter, dan visus 1/
hanya dapat membedakan gelap dan terang saja.

Cara pengukuran tajam penglihatan:


- Pemeriksaan dilakukan dengan monokuler (satu mata) dimulai dengan mata
kanan.
- Penderita/pasien diperintahkan untuk melihat obyek pada kartu Snellen dari
yang terbesar sampai dengan yang terkecil sesuai batas kemampuannya
dengan jarak antara pasien dan kartu Snellen 5-6 meter tergantung pada
kartu Snellen yang dipakai.
- Bila pasien tidak dapat melihat huruf yang terbesar (dengan visus 6/60)
maka dilakukan dengan cara finger counting yaitu menghitung jari pemeriksa
pada jarak 1 meter sampai 6 meter dengan visus 1/60 sampai 6/60.
- Bila tidak dapat melihat jari dari jarak 1 meter maka dilakukan dengan cara
hand movement dengan visus 1/300. Pasien harus dapat menentukan arah
gerakan tangan pemeriksa.
- Bila dengan hand movement tidak dapat juga, dilakukan dengan cara
penyinaran dengan pen light pada mata pasien, dikenal dengan istilah Light
Perception.
- Light Perception dinyatakan dengan visus 1/ proyeksi baik, bila pasien
masih dapat menentukan datangnya arah sinar dari berbagai arah (6 arah)
- Bila pasien tidak dapat menentukan arah datangnya sinar maka visusnya 1/
proyeksi buruk.
- Pasien dinyatakan buta total (visus 0) kalau pasien tidak dapat menentukan
ada atau tidak ada sinar (No Light Perception)
- Visus pasien adalah baris terkecil yang dapat dilihat dengan benar semuanya
tetapi baris dibawahnya tidak bisa terbaca. Contoh: visus 6/18.
- Apabila pasien bisa melihat hurf pada baris tersebut tetapi ada yang salah,
dinyatakan dengan f, contoh dapat membaca baris 6/18 tetapi terdapat satu
kesalahan, maka visus 6/18 f1.
- Kesalahan jumlahnya tidak boleh sampai dari jumlah huruf yang ada di
baris tersebut.
- Kalau jumlah kesalahan atau kebih maka visusnya menjadi visus di baris di
atasnya.
Kelainan refraksi terdiri dari :

1. Myopia
2. Hipermetrop
3. Astigmatism
4. Presbiop

Kelainan refraksi akan dikoreksi dengan pemberian kacamata atau lensa.


Kekuatan lensa diukur dalam satuan Dioptri (D). Lensa 1 D akan memfokuskan
sinar-sinar sejajar yang masuk sejauh 1 meter. Lensa spheris adalah lensa
dengan jari-jari kelengkungan yang sama sehingga pada setiap meridian power
refraksinya sama. Lensa spheris positif sama dengan lensa cembung. Sinar
sejajar yang jatuh pada lensa spheris positif akan disatukan (konvergen) pada
satu titik. Lensa spheris negatif sama dengan lensa cekung. Sinar sejajar yang
jatuh pada lensa spheris negatif akan disebarkan seakan-akan berasal dari satu
titik.

1. Myopia

Mata myopia adalah mata yang kekuatannya berlebihan, yaitu terlalu banyak
kekuatan positifnya. Sinar sejajar dari jauh tak terhingga terfokus di depan
retina. Myopia dikoreksi dengan lensa konkaf/negatif. Myopia akan melihat
lebih baik dengan kedipan atau memicingkan matanya untuk membuat celah
horizontal.
Jenis myopia:
- Myopia axial : karena diameter anterior posterios mata lebih
panjang dari normal.
- Myopia kelengkungan : karena kelengkungan kornea atau lensa lebih
besar dari normal.
- Perubahan indeks bias : karena perubahan indeks bias.
- Perubahan posisi lensa : karena adanya perubahan posisi lensa.

Klinis myopia
Biasanya myopia tidak ada pada saat lahir, kecuali ada faktor keturunan.
Umumnya ditemukan di sekolah dengan tes VA yang sederhana sekitar kelas
atau 5 (usia 9 sampai 10 tahun). Myopia cenderung meningkat sampai
pertumbuhan tinggi terhenti dimana waktu itu tingkatan myopia relatif tak
ada perubahan yang penting.

Gejala-gejala myopia:
- Gejala utama dari myopia adalah penglihatan jauh yang buram
- Sakit kepala dapat ditemui
- Ada kecenderungan pasien untuk menyipitkan mata bila ingin melihat jauh,
untuk memberi efek pinhole dari celah palpebra sehingga ia melihat lebih
jelas.

2. Hypermetropia

Mata hypermetropia adalah mata yang kekurangan power refraktif karena itu
ini adalah mata negatif. Sinar-sinar dari tak terhingga tidak cukup dibiaskan
sehingga titik fokusnya ada di belakang retina. Mata kekurangan power
positif. Koreksi lensa positif diperlukan untuk hypermetropia.
Jenis hypermetropia berdasarkan struktur:
- Hipermetrop axial: karena diameter anterior posterior mata lebih pendek
dari normal.
- Hipermetrop kurvatur : karena kelengkungan kornea atau lensa lebih
lemah dari biasa.
- Hipermetrop index bias : karena perubahan indeks bias seluruh atau
sebagian sistem optik dari normal.
- Hipermetrop posisi lensa :karena perubahan posisi lensa.

Klasifikasi klinis berdasarkan akomodasi:


- Hipermetropi laten
Kelainan hipermetropi tanpa sikloplegia diimbangi seluruhnya dengan
akomodasi. Semakin muda, makin besar komponen hipermetropi laten
seseorang. Makin tua seseorang, akan terjadi kelemahan akomodasi,
sehingga hipermetropia laten menjadi hipermetropia fakultatif kemudian
menjadi hipermetropia absolut.
- Hipermetropi manifes
Hipermetropi yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal yang
memberikan tajam penglihatan normal. Terdiri atas hipermetropia absolute
ditambah dengan hipermetropia fakultatif.
- Hipermetropi fakultatif
Kelainan hipermetropia yang dapat diimbangi dengan akomodasi ataupun
dengan kacamata positif. Hipermetropia manifes yang masih memakai
tenaga akomodasi disebut hipermetropia fakultatif.
- Hipermetropi absolut
Kelainan refraksi tidak diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan
kacamata positif untuk melihat jauh. Hipermetropia manifes yang tidak
memakai tenaga akomodasi sama sekali disebut sebagai hipermetropia
absolut, sehingga jumlah hipermetropia fakultatif dengan hipermetropia
absolute adalah hipermetropia manifes.

Hampir semua anak dilahirkan dalam keadaan hypermetropia, ini akan


cenderung berkurang dengan bertambahnya waktu dan kemungkinan
berhubungan langsung dengan angka pertumbuhan anak. Hypermetropia 3 D
biasanya ditemukan pada bayi atau anak-anak. Hal ini banyak berkurang
pada usia 12, akan tetapi pada hypermetropia herediter, perubahan mata
sangat sedikit.

Gejala hypermetropia adalah sebagai berikut:


- Penglihatan jauh buruk pada pasien dengan kelainan refraksi tinggi seperti
3D atau lebih dan pada pasien lanjut usia. Menurunnya visua acuity jauh
pada seseorang karena beranjak tua dan karena penurunan amplitudo
akomodasi yang menjadi tidak mampu mengkompensasi kelainan refraksi.
- Sakit kepala umumnya di daerah frontal terutama setelah melihat dekat
pada waktu yang lama.
- Ketidaknyamanan penglihatan, biasanya disebut dengan istilah asthenopia.
Umumnya keluhan timbul pada saat seseorang melihat pada jarak fiksasi
dan penglihatan tepat membutuhkan waktu yang lama. Penglihatan tidak
kabur, tapi pasien berkata bahwa matanya tegang.

3. Astigmatism

Astigmatism adalah kelainan pada mata dimana sinar-sinar sejajar yang


dibiaskan pada mata tanpa akomodasi, jatuh pada retina pada lebih dari satu
titik. Kelainan refraksi ini dikoreksi dengan diberikan lensa silinder.

Ada 5 jenis astigmatism:


1) Kedua-duanya di depan retina (astigmat myopious compositus)
Hasil refraksi: sph (-), cyl (-)

2) Satu titik di depan retina, satu titik tepat di retina (astigmat myopious
simplex)
Hasil refraksi: Plano cyl (-)
3) Satu titik di depan retina, satu titik lagi di belakang retina (astigmat
mixtus)

4) Satu titik tepat di retina, satu titik di belakang retina (astigmat


hypermetropious simplex)
Hasil refraksi: cyl (+)

5) Kedua-duanya di belakang retina (astigmat hypermetropious compositus)


Hasil refraksi: sph (+) cyl (+)

4. Presbiop
Presbyopia merupakan keadaan normala dihubungkan dengan usia dimana
akomodasi menurun sehingga mengganggu jangkauan baca yang umum.
Terjadi penurunan amplitudo akomodasi karena berkurangnya daya
akomodasi dari lensa mata. Besarnya presbiop dipengaruhi oleh pekerjaan
individu dan kelainan refraksi. Secara klinis, presbyopia terjadi setelah 40
tahun. Bila seseorang memiliki hypermetropia tak terkoreksi dimana dia
dapat mengkompensasinya dengan baik, maka gejala presbyopia akan
tampak lebih awal.

Gejala-gejala presbyopia adalah:


- Jarak baca makin jauh
- Tidak mampu melakukan kerja dekat
- Memerlukan terang yang lebih untuk membaca

Koreksi untuk presbyopia

Koreksi presbyopia adalah membantu daya akomodasi lensa dengan lensa


positif untuk dekat. Perbedaan dioptri antara koreksi jauh dan koreksi dekat
total diketahui sebagai addisi. Addisi berikut ditemukan sebagai rata-rata
untuk bermacam tingkatan usia.
40 tahun +1,00 D sampai +1,25 D
45 tahun +1,50 D sampai +1,75 D
50 tahun +2,00 D sampai +2,25 D
55 tahun +2,50 D sampai +2,75 D
60 tahun +2,75 D sampai +3,00 D

Pemeriksaan presbyopia

Ada banyak cara pemeriksaan presbyopia. Yang paling sederhana dan banyak
dipergunakan adalah subjektif test. Kelainan refraksi jauh dikoreksi terlebih
dahulu, lalu pasien memegang bacaan surat kabar kecil dan cetakan bible
atau lembaran test baca. Test dilakukan pada posisi jarak baca normal
dengan dua mata (binokuler).

Anisometropia

Anisometropia adalah keadaan dimana ada perbedaan kelainan refraksi 2


mata yang cukup besar. Salah satu mata mungkin hypermetropia + 0,25 D
dan satunya + 3,50 D atau mungkin kasus satu mata hypermetropia +2,00 D
dan lainnya myopia -2,00 D. Penyebabnya pada umumnya kongenital. Selagi
anak-anak beranjak dewasa, dua mata berkembang tidak sama pada
penambahan dan pengurangan kelainan refraksi. Anisometropia akan
cenderung menyebabkan terjadinya ambylopia dan supresi, strabismus bisa
berkembang pada pasien muda.
Teknik koreksi kacamata

Berdasarkan visus dapat diasumsi kalau penurunan visus hanya karena kelainan
refraksi maka:
Visus 6/60 dapat dikoreksi dengan sekitar +3,00 D atau -3,00 D
Visus 6/30 dapat dikoreksi dengan sekitar +2,50 D atau -2,50 D
Visus 6/20 dapat dikoreksi dengan sekitar +2,00 D atau -2,00 D
Visus 6/15 dapat dikoreksi dengan sekitar +1,50 D atau -1,50 D
Visus 6/10 dapat dikoreksi dengan sekitar +1,00 D atau -1,00 D
Visus 6/7,5 dapat dikoreksi dengan sekitar + 0,50 D atau -0,50 D
Visus 6/6 dapat dikoreksi dengan sekitar +0,25 D atau -0,25 D atau
plano/emetrop

1. Lakukan pemeriksaan visus tiap mata


2. Berdasarkan hasil pemeriksaan visus lakukan koreksi sesuai asumsi diatas
3. Lalu ulang visus lagi setelah dikoreksi
4. Teruskan koreksi sesuai asumsi sampai visus 6/6 atau visus maksimal
5. Kalau visus setelah koreksi tercapai 6/6, koreksi selesai
6. Kalau visus setelah koreksi belum tercapai 6/6 pasang pinhole di depan lensa
koreksi
7. Periksa visus dengan lensa koreksi + pinhole. Kalau visus tetap tidak maju 6/6
berarti koreksi selesai dan ada kelainan pada mata selain kelainan refraksi,
misalkan kelainan pada media refraksi, kelainan pada sistem saraf mata. Kalau
visus maju berarti ada astigmatism, lakukan pemeriksaaan fogging.

Teknik pemeriksaan fogging:


1. Setelah mendapat koreksi terbaik tetapi tidak mencapai 6/6 misalnya 6/10,
tambahkan pinhole. Bila tidak maju maka kelainan organik, kemudian rujuk ke
dokter.
2. Bila maju berarti kelainan astigmat, lalu tambahkan lensa fogging S + 0,50
sampai S +2,00.
3. Pasien diminta melihat garis clock dial, tentukan garis mana yang paling
jelas/hitam. Misalkan pasien melihat garis 90o yang jelas maka axis yang
diberikan adalah tegak lurusnya (180o).
4. Setelah itu berikan lensa cylinder dari yang terkecil dengan axis yang didapat
tegak lurus daris yang paling jelas/hitam misal C -0,25 x 180 o sampai garis clock
dial sama jelas/hitam, misal didapat C -1,00 x 180 o garis sudah sama jelas.
5. Lalu cabut lensa fogging dan pasien disuruh membaca ke objek visus terakhir
dia lihat sampai 6/6.
6. Apabila belum mencapai 6/6 berarti koreksi spheris terbaiknya kurang atau
lebih, jadi tambahkan atau kurangi lensa spherisnya.

Pemeriksaan presbyop dilakukan pada pasien yang berusia hampir 40 tahun atau
lebih:
1. Pasien telah mendapat koreksi terbaik
2. Tambahkan addisi yang telah ditentukan sesuai usia.

Kelainan refraksi dapat dikoreksi dengan:


1. Kacamata
2. Lensa kontak
3. Tindakan operatif

Anda mungkin juga menyukai