PENDAHULUAN
1
Analisis parasetamol ini dilakukan karena parasetamol merupakan obat
analgesik-antipiretik yang banyak digunakan khususnya di fasilitas pelayanan
kesehatan. Oleh karena itu, praktikan berkeinginan untuk melakukan analisis
kadar parasetamol secara spektrofotometri UV-Vis.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Instruksional Umum
1.2.1.1 Mahasiswa mampu melakkan penetapan kadar parasetamol
dalam tablet dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis.
1.2.2 Tujuan Instruksinal Khusus
1.2.2.1 Membuat kurva hubungan konsentrasi parasetamol dan
absorbansi pada panjang gelombang maksimum.
1.2.2.2 Membuat persamaan regresi linier
1.2.2.3 Menentukan kadar parasetamol dalam tablet dengan
spektrofotometri UV-Vis dengan kurva kalibrasi dan
persamaan garis regresi linier.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Parasetamol
Nama kimianya dikenal N-asetil-4-aminofenol dengan rumus molekul
C8H9NO2. Parasetamol merupakan metabolit aktif fenasetin yang bertanggung
jawab bagi efek analgesiknya. Ia menghambat prostaglandin yang lemah dan
efek antiinflamasinya tidak bermakna. Asetaminofen di Indonesia dikenal
dengan nama parasetamol dan diberikan secara per oral, parasetamol kurang
mengiritasi lambung dan karena itu secara umum lebih disukai (Anonim,
2009).
Parasetamol merupakan zat aktif pada obat yang banyak digunakan dan
dimanfaatkan sebagai analgesik dan antipiretik. Selain itu, zat aktif ini biasa
digunakan sebagai alternatif pengganti aspirin yang dapat diperoleh tanpa
adanya resep dari dokter sekalipun (Anonim, 2009).
Parasetamol yang juga dikenal sebagai asetaminofen telah digunakan
secara klinis sejak tahun 1893. Parasetamol tergolong kedalam kelompok
besar obat antiinflamasi nonsteroid ( Non Steroid Antiinflamatory
Drugs/NSAID) yang merupakan antipiretik efektif dengan dosis yang relatif
rendah. Sedangkan kemampuan efisiensi analgesiknya sedikit lebih rendah
bila dibandingkan dengan NSAIDs (Anonim, 2009).
Asetaminofen (parasetamol) sebagai analgesik, digunakan luas pada
penderita sakit gigi dan sakit kepala. Efek penggunaan parasetamol mulai
dapat dirasakan setelah 30 menit konsumsi obat dan kerjanya berlangsung
selama 3 jam. Asetaminofen dapat berkonjugasi dengan asam glukuronat
atau sulfat dalam kelompok hidroksil fenolik, yang kemudian terjadi
penghilangan konjugatnya di dalam lambung. Pada dosis kecil, sebagian
konjugat dioksidasi menjadi N-asetil-benzoquinonimine . Konsumsi dosis
yang tinggi (sekitar 10 g) dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Kerusakan
pada hati dapat dihindari dengan pemberian N-asetilsitein yana diberikan
secara intravena. Konsumsi asetaminofen yang rutin dapat menyebabkan
gangguan fungsi ginjal (Lullman, et al, 2000: 198 dalam Anonim, 2009).
Dalam Farmakope Indonesia Edisi IV (1995:649-650), parasetamol
memiliki beberapa sinonim yaitu paracetamolum, asetaminofen dan 4-
hidroksiasetanilida. Dengan rumus kimia C8H9NO2 dan berat molekul 151,16 ,
senyawa ini berwujud serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dengan rasa
3
sedikit pahit. Parasetamol bersifat mudah larut dalam etanol, air mendidih
serta dalam natrium hidroksida 1 N (Anonim, 2009).
2.2 Struktur Parasetamol
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan a-para-aminophenol
memiliki khasiat sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang
lemah. Parasetamol merupakan analgesik non-opioid sering dicoba pertama
untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala termasuk migrain dan sakit
kepala tipe tensi (Sweetman, 1982). Parasetamol (C8H9NO2) mengandung
tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari jumlah yang tertera pada
etiket Pemerian parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa
sedikit pahit. Kelarutan, larut dalam 70 bagian air, 7 bagian (85%), 13 bagian
aseton P, 40 bagian gliserol dan 9 bagian propilenglikol P serta larut dalam
alkali hidroksida (Dirjen POM, 1979 dalam
http://www.tarleton.edu/Faculty/alow/1084exp2.htm).
2.3 Spektrofotometer Ultraviolet
Spektroskopi merupakan studi antaraksi radiasi elekromagnetik dengan
materi. Radiasi elektromagnetik adalah suatu bentuk dari energi yang
diteruskan melalui ruang dengan kecepatan yang luar biasa. Dikenal berbagai
bentuk radiasi elektromagnetik dan yang mudah dilihat adalah cahaya atau
sinar tampak. Daerah sinar tampak mulai dari warna merah pada panjang
gelombang 780 nm sampai warna ungu pada panjang gelombang 380 nm
(kisaran frekuensi 12800 26300 cm-1). Sedangkan daerah ultraviolet berkisar
dari 380 nm sampai 180 nm (kisaran frekuensi 2630 55500 cm-1). Energi
pada daerah ultraviolet dan sinar tampak berkisar dari 140 sampai 660 kj/mol
(Mudzakir dan Soja Fatimah, 2008: 62-65 dalam Gusnil, 2010).
Teknik spektroskopi pada daerah ultraviolet dan sinar tampak biasa
disebut spektroskopi UV-Vis atau spektrofotometer UV-Vis. Dari spekrum
absorbsi dapat diketahui panjang gelombang dengan absorbansi maksimum
dari suatu unsur atau senyawa. Konsentrasi suatu unsur atau senyawa juga
dengan mudah dapat dihitung dari kurva standar yang diukur pada panjang
gelombang dengan absorbansi maksimum yang telah ditentukan (Gusnil,
2010).
Radiasi yang berasal dari ultraviolet-visibel diabsorbsi oleh molekul
organik aromatik, molekul yang mengandung elektron- terkonjugasi dan atau
4
atom yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron dari orbit
terluarnyadari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi elektron
tereksitasi yang lebih tinggi. Besarnya absorbansi radiasi tersebut sebanding
dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorbsi dan dapat digunakan
untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, dkk, 2004:87).
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometer
ultraviolet, diantaranya (Teknologi Kimia, 2011) :
a. Pemilihan panjang gelombang maksimum
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk
memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan
membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang
dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu.
b. Pembuatan kurva kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat seri dari larutan baku zat yang akan dianalisis
dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan
berbagai absorbansi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan
hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lamber-Beer
terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus.
c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan
Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2
sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai
absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling
minimal.
BAB III
PROSEDUR KERJA
5
6. Botol vial
7. Pipet tetes
8. Corong gelas
9. Sendok tanduk
10. Batang pengaduk
11. Sudip
12. Timbangan
13. Mortar dan stemper
14. Tissue
15. Lap
16. Kertas perkamen
17. Kertas saring
B. Bahan
1. Tablet parasetamol 500 mg
2. Parasetamol serbuk
3. NtaOH padat
4. Aquadest
2 gr NaOH padat
Dilarutkan dengan sedikit air bebas CO2
1 mg parasetamol BPFI
6
*karena tidak bisa dilakukan penimbangan paracetamol sebanyak 1 mg maka
dilakukan pengenceran dari larutan kadar 1 mg/mL (1000 g/mL) menjadi 0,01
mg/mL (10 g/mL)
A= .b.c
A = 0,434
= 715
b=1
Sehingga, diperoleh konsentrasi sebesar 6,07 g/mL
Untuk memperoleh konsentrasi tersebut maka dipipet dari larutan baku
Tabel Volume yang harus dipipet dari larutan baku paracetamo1 0,01 mg/mL (10
g/mL)
8
Volume yang dipipet (mL)
Larutan Standar (g/mL)
0,0028 2,8
0,004 4
0,005 5
0,006 6
0,007 7
0,008 8
0,009 9
0,01 10
Larutan standar
Diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum
Ditimbang serbuk
paracetamol 100 mg
9
Dipipet 5 mL
Dimasukkan ke dalam
persamaan regresi linier
sebagai fungsi y
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
10
232
235
238
241
244
247
250
253
256
259
262
265
268
271
274
277
280
283
286
289
292
295
298
11
12