MODUL PRAKTIKUM
DAFTAR ISI
Hal
Kata pengantar . i
Daftar Isi iv
Daftar Pustaka .. 56
1
PENETAPAN KADAR
METIL SALISILAT
Metode : Asidi-alkalimetri
2. Tugas Pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan/zat uji
2) Tuliskan reaksi secara lengkap
3) Jelaskan kenapa dilakukan proses hidrolisis dengan pendingin balik
4) Tuliskan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
2
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
3
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
4
2. Perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
5
PENETAPAN KADAR ANTALGIN
1. Metode Iodimetri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi redoks
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan zat uji
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
6
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
7
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
Tabel 1. Data penimbangan
Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat
8
2. Perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
9
2. Metode Iodometri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi redoks
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan zat uji
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang berat 20 tablet, lalu hitung berat rata-rata pertablet. Serbukkan
lalu timbang saksama serbuk tablet setara dengan 200 mg antalgin,
larutkan dengan 25 mL air. Kocok, dan saring secara kuantitatif ke dalam
labu erlemeyer. Tambahkan 5 mL HCl 2N, kemudian tambahkan 25,0 mL
larutan baku I2 0,1 N. Biarkan selama 10 menit di tempat gelap, lalu titrasi
dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N hingga berwarna kuning. Tambahkan
2 mL larutan kanji, kemudian titrasi dilanjutkan sampai titik akhir tercapai.
Lakukan titrasi blangko
1 mL Iodium 0,1 N setara dengan 17,57 mg antalgin
10
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
11
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 7. ..
8. ..
9. .. ()
10. ..
11. ..
12. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
Tabel 1. Data penimbangan
Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat
12
2. Perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
13
PENETAPAN KADAR
ASAM SALISILAT
a. Metode Bromometri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi redoks
2. Tugas pendahuluan
1) Hitung dan tuliskan cara pembuatan larutan KBrO 3 0,1N sebanyak
250 mL.
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang saksama contoh bedak salisil setara dengan 25 mg asam
salisilat murni, masukkan ke dalam erlemeyer bersumbat kaca.
Tambahkan 15 ml etanol netral dan 10 ml air, kocok selama 2 menit.
Tambahkan 25,0 ml larutan baku KBrO3 0,1N, 1 g KBr dan 3 ml HCl
pekat, biarkan selama 15 menit. Tambahkan 1 gram KI, kocok. Titrasi
segera dengan larutan baku Na2S2O3 0,1N menggunakan indikator kanji.
Lakukan titrasi blanko.
14
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
15
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
16
2. perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
17
b. Metode Alkalimetri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi netralisasi
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
2) Bagaimana warna titik akhir titrasi percobaan ini
3) Tuliskan cara pembuatan etanol netral
4) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang saksama contoh bedak setara dengan 250 mg asam salisilat
murni, larutkan dengan 15 ml etanol netral, tambahkan 10 ml air, kocok.
Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N menggunakan indikator
fenolftalein.
18
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
19
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
20
2. perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
21
PENETAPAN KADAR
KLORAMFENIKOL
22
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
23
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
24
2. Perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
25
PENETAPAN KADAR ASETOSAL
A. Metode Alkalimetri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi netralisasi, dengan titrasi langsung asam
bebas (tanpa hidrolisis)
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan/zat uji
2) Tuliskan cara pembuatan etanol netral
3) Tuliskan reaksi lengkap percobaan ini
4) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang 20 tablet asetosal, kemudian serbukkan. Timbang saksama
serbuk tablet setara dengan 300 mg asetosal murni, larutkan dalam 15
mL etanol netral. Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N menggunakan
indicator fenolftalein.
26
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
27
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
28
2. Perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
29
B. Metode Asidi-alkalimetri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi netralisasi, dengan hidrolisis asetosal dan
titrasi kembali
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan/zat uji
2) Tuliskan reaksi lengkap percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang 20 tablet asetosal, kemudian serbukkan. Timbang saksama
serbuk tablet setara dengan 150 mg asetosal murni, tambahkan 25,0 mL
NaOH 0,1N lalu didihkan perlahan-lahan selama 10 menit. Titrasi dengan
larutan baku HCL/H2SO4 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein.
Lakukan titrasi blangko
30
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
31
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
32
2. Perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
33
PENETAPAN KADAR
KALSIUM LAKTAT
34
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
35
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
36
2. Perhitungan
a. Pembakuan
b. Penetapan Kadar
37
PENETAPAN KADAR
PARASETAMOL
38
LEMBAR KERJA
TUGAS PENDAHULUAN
39
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..
1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
40
2. Perhitungan
c. Pembakuan
d. Penetapan Kadar
41
PROSEDUR PEMBAKUAN LARUTAN TITER DAN LARUTAN PEREAKSI
42
5. Pembakuan larutan EDTA 0,05 M
Timbang saksama 100 mg CaCO3 p.a, masukkan ke dalam labu erlemeyer,
tambahkan 10 mL air, goyangkan hingga terbentuk bubur. Tambahkan 2 ml
HCl encer, goyangkan untuk melarutkan CaCO3. Tambahkan 15 ml larutan
dapar NH4Cl pH 10. Kemudian titrasi dengan larutan EDTA yang hendak
dibakukan menggunakan 300 mg indikator biru hidroksi naftol sampai titik
akhir tercapai.
43
DAFTAR PUSTAKA
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi, Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta
Sudjadi, dan Rohman, A., 2008, Analisis Kuantitatif Obat, Gadjah Mada
University, Yogyakarta
44
TIM PENYUSUN
FARMASI ini dapat kami susun bersama untuk kepentingan kegiatan praktek
Materi praktek dalam buku ini merupakan revisi dari buku pegangan
Materi praktek juga disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang tersedia
FARMASI.
Tim Penyusun
TATA TERTIB PRAKTEK
Demikian tata tertib ini dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan dengan
penuh rasa tanggung jawab.
FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum
DAFTAR ISI
............................................................................................................................................ Hal
KATA PENGANTAR
Penyunsun
LEMBAR KERJA
PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI AMYLUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI
1. Identifikasi Amylum Dengan Larutan I2
No Sampel Pengamatan Ket
1 1 ml Amylum Manihot + 3 tetes I2
2 1 ml Amylum Maydis + 3 tetes I2
3 1 ml Amylum Orizae + 3 tetes I2
4 1 ml Amylum Sagu + 3 tetes I2
5 1 ml Amylum Solani + 3 tetes I2
6 1 ml Amylum Tritici + 3 tetes I2
1 Amylum Manihot
Perbesaran :
2 Amylum Maydis
Perbesaran :
3 Amylum Orizae
Perbesaran :
4 Amylum Sagu
Perbesaran :
5 Amylum Solani
Perbesaran :
6 Amylum Tritici
Makassar,
Praktikan Pembimbing
( ) ( )
LEMBAR KERJA
PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI MIKROSKOPI
Pemiriksaan Simplisia Daun, Kulit Batang, Akar/Rimpang, dan Buah
Pengamata
No Sampel Ket
Pragmen Spesifik
Perbesaran :
Psidii Folium
1
(daun jambu biji)
Perbesaran :
Starmonii Folium
2
(daun kecubung)
Perbesaran :
Abri Folium
3
(daun saga)
Perbesaran :
Cinnamomi Cortex
4
(kulit kayu manis)
Perbesaran :
Tinosporae Caulis
5
(batang brotowali)
Perbesaran :
Zingiberis Rhizoma
6 (rimpang jahe)
Perbesaran :
Curcumae Domestica
7 Rhizoma
(rimpang kuyit)
Perbesaran :
Piperis Nigri
8 Fructus
(lada/merica hitam)
Perbesaran :
Foeniculi Fructus
9
(buah adas)
Makassar,
Praktikan Pembimbing
( ) ( )
LEMBAR KERJA
PERCOBAAN III
PEMERIKSAAN HAKSEL
ORGANOLEPTIS
NO SAMPEL
Bentuk Warna Bau Rasa
1 ABRI FOLIUM
ANDROGRAPHIDIS
2 HERBA
CINNAMOMI
3 CORTEX
CORIANDRI
4 FRUCTUS
CURCUMAE
5 DOSMETICA RHIZOMA
FOENICULI
6
FRUCTUS
FOENIGRICI
7
SEMEN
GUASSUMAE
8 FOLIUM
IMPERATAE
9 RHIZOMA
10 ISORAE FRUCTUS
MURRAYAE
11 FOLIUM
MYRISTICAE
12 SEMEN
ORTHOSIPHONIS
13
FOLIUM
PANDANUS
14
FOLIUM
15 PHYLLANTI HRBA
PIPERIS NIGRI
16 FRUCTUS
17 PSIDII FOLIUM
RETROPRACTI
18 FRUCTUS
19 SAPPAN LIGNUM
20 USNEA THALLUS
Makassar,
Praktikan Pembimbing
( ) ( )
LEMBAR KERJA
PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN MINYAK ATSIRI
Identifikasi Minyak Atsiri Secara Umum
Sampel
No Pengujian/Perlakuan Minyak Minyak Minyak Minyak
Cengkeh Permen Kelapa Wijen
1 Uji sebar
2 Uji kertas saring
3 Uji volume
4 Uji kelarutan
Deteksi senyawa
5
fenol
Kesimpulan
Makassar,
Praktikan Pembimbing
( ) ( )
LEMBAR KERJA
PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK DAN LILIN
Sampel
No Pengujian/Perlakuan Minyak Oleum Cera
Kelapa Cacao Alba
1 Uji noda lemak
2 Uji kelarutan
Uji pembentukan
3
emulsi
Uji pembentukan
4
sabun
Kesimpulan
Makassar,
Praktikan Pembimbing
( ) ( )
Tujuan praktikum
Dengan melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
isi dan maksud deskripsi simplisia di dalam buku Materia Medika Indonesia
(MMI) dan buku-buku lain yang terkait.
Pendahuluan
Laboratorium farmakognosi mempunyai tugas antara lain mengevaluasi
simplisia nabati dan kandungan kimianya. Identifikasi diantaranya dapat dilakukan
terhadap simplisia baik dalam keadaan tunggal maupun campuran dari bahan utuh
rajangan ataupun serbuk.
Dalam ruang lingkup obat tradisional (OT) dan fitofarmaka pertimbangan
utama yang harus diperhatikan adalah tujuan dilakukannya analisis, macam
kandungan tanaman pengganggu dan ketersediaan alat. Masalah aktual yang
banyak memerlukan ketepatan pemilihan metode analisis adalah pembuktian
kebenaran komposisi dan standarisasi kadar kandungan aktif atau zat identitas
sediaan.
Pemeriksaan mutu simplisia umumnya diawali begitu sampai pada tahap
akhir proses penyimpanan simplisia, yaitu setelah dilakukan sortasi kering.
Untuk memeriksa mutu simplisia sudah ada pedoman resmi dari Departemen
Kesehatan RI yaitu monografi-monografi yang tertera dalam Farmakope
Indonesia (FI), Ekstra farmakope Indonesia (EFI), dan Materia Medika
Indonesia(MMI). Pengujian mutu simplisia meliputi pemeriksaan
a. Organoleptis
b. kebenaran jenis simplisia, yang dapat ditentukan secara
1. makroskopik dan mikroskopik
2. kimia, identifikasi komponen kimiawi dominan dalam simplisia
secara kualitatif dan kuantitatif
c. kadar air dan susut pengeringan dengan metode resmi yang berlaku atau
Metode mikroskopi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pemalsuan simplisia, namun terbatas pada segi
kualitatif saja. Untuk maksud ini, penganalisis harus memahami betul ciri khas
dari setiap simplisia secara mikroskopi.
Yang dirnaksud haksel adalah simplisia dalam bentuk rajangan, irisan,
fragmen atau utuh yang biasanya terdapat dalam ramuan atau sediaan (haksel tidak
berbentuk serbuk). Pertelaan atau deskripsi yang diperlukan dalam
mendeskripsikan suatu simplisia meliputi tumbuhan atau tanaman asal, suku
atau familia, bentuk sediaan dan pertelaan secara organoleptis, ciri khas (bila ada),
ukuran bila perlu, serta gambar dari contoh simplisia yang dideskripsikan.
PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI AMYLUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan
dapat membedakan macam-macam amylum yang umum digunakan dalam
sediaan farmasi.
SIMPLISIA AMYLUM
1. AMYLUM MANIHOT
(Pati Singkong)
Tanaman Asal : Manihot utilissima
Suku : Euphorbiaceae
V. TUGAS
1. Gambar hasil pengamatan yang anda peroleh pada kertas gambar.
Tunjukkan bagian-bagian amilum hasil pengamatan anda, dan jelaskan
perbedaan bagian-bagian untuk setiap jenis amylum yang anda periksa.
2. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing-masing amilum
yang anda periksa.
PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengidentifikasi simplisia dengan menggunakan mikroskop serta dapat
menyebutkan ciri khas simplisia yang diperiksa.
Suku : Myrtaceae
1). Epidermis atas, 2). Rambut penutup, 3). Epidermis dengan mesofil (atas),
4). Epidermis bawah dengan stomata, 5). Epidermis dengan mesofil bawah,
6). Hablur dengan Calsium Oksalat
Suku : Solanaceae
4). Rambut kelenjar, pendek dan bersel banyak, jarang tetapi sangat khas.
V. TUGAS
1. Gambarlah hasil pengamatan yang telah anda peroleh pada kertas yang
telah anda sediakan. Tunjukkan bagian-bagian atau fragmen-fragmen sel
yang anda temukan pada pengamatan untuk masing-mamg simplisia.
Bandingkan dengan gambar yang ada pada buku standar (MMI).
2. Sebutkan tanaman asal untuk masing-masing simplisia yang anda
periksa, dan sebutkan pula kegunaan masing-masing simplisia.
PERCOBAAN III
PEMERIKSAAN HAKSEL
I. TUJUAN PERCOBAAN
Sesudah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat
melakukan identifikasi beberapa macam haksel yang biasa digunakan dalam
ramuan untuk pengobatan atau tersedia di apotek.
II. BAHAN DAN ALAT
Bahan uji yang diperiksa yaitu simplisia yang berasal dari daun, kulit
batang, akar dan rimpang, buah, dan biji :
IV. TUGAS
1. Gambarlah contoh simplisia yang telah anda periksa sehingga anda dapat
mengingatnya.
2. Sebutkan tanaman asal dari simplisia yang anda periksa beserta
khasiatnya dalarn pengobatan.
MINYAK ATSIRI
1. Hidrokarbon
Monoterpena (C10H16) terdapat dalam hampir semua minyak atsiri.
Seskuiterpena (C20H32) terdapat dalam banyak minyak atsiri. Diterpena
(C20H32) hanya terdapat pada beberapa minyak atsiri. Terpena merupakan
komponen utama minyak atsiri, misalnya : Fellandren (Piperis nigri Fructus)
dan Kadinen (Piper cubebae Fructus)
Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 16
FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum
2. Alkohol
Terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya alkohol alifatik, asiklik, dan dapat
pula dalarn bentuk esternya. misalnya : menthol (Oleum Menthae piperitae)
dan d-borneol (Oleum Cardamomi).
3. Aldehida
Terdapat dalam minyak atsiri dalam bentuk alifatik, asiklik,
heterosiklik dan aromatik. Contoh : Sinamil aldehida, (Oleum
Cinnamomi).
4. Keton
Terdapat dalarn minyak atsiri dalam bentuk alifatik, asiklik,
heterosiklik dan aromatik. Contoh : Carvon (Oleum Sinapis dan Oleum
Menthae piperitae)
5. Fenol
Bersifat sebagai antiseptik, misalnya : Eugenol (Oleum Carryophylli) dan
timol (thymi herba)
6. Eter fenolat
Anetol (Oleum Anisi) dan Safrol (Oleum Sassafras) metoksi safrol atau
miristin (Oleum Myristicae).
8. Lain-lain
Asam, ester, turunan furan, lakton dan lain-lain.
organik. Sifat-sifat minyak atsiri tersebut perlu diketahui dan dipahami dengan
benar karena sangat penting untuk analisis minyak atsiri dan menganalisis adanya
pemalsuan dalam suatu sediaan.
PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN MINYAK ATSIRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mengetahui
sifat-sifat minyak atisir dan dapat melakukan cara-cara untuk
mengidentifikasi bahan alami nabati yang mengandung minyak atsiri baik
secara organoleptik, mikroskopi, maupun kimiawi.
2. Teteskan satu tetes minyak atsiri pada sepotong kertas saring. Bila
dibiarkan, maka minyak atsiri akan menguap dengan sempurna tanpa
meninggalkan noda transparan. Banfingkan dengan minyak lemak.
3. Kocoklah 1ml minyak atsiri dengan 1 ml larutan natrium klorida jenuh
dalam tabung reaksi, biarkan memisah kembali. Volume lapisan air tidak
boleh bertambah.
4. Ukurlah kelarutan minyak atsiri dalam etanol, petroleum eter, dan
kloroform. Hitung berapa tetes pelarut yang diperlukan untuk melarutkan
dengan sempurna satu tetes minyak atsiri.
5. Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak atsiri. Cara :
ke dalam 2 ml larutan minyak atsiri (25% dalam etanol 95% netral)
tambahkan setetes larutan Ferri klorida. Amati warna yang terjadi. Deteksi
terjadinya reduksi volume minyak atsiri yang mengandung fenol dan
turunannya.
PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan
lilin, secara fisika dan kimia terutama untuk minyak lemak, lemak, dan lilin
yang sering digunakan dalam bidang farmasi.
4. Pembentukan Sabun
Didihkan 1 ml minyak lemak dalam 2 ml larutan Natrium hidroksida
2N, tambahkan 3 ml air. Amati apa yang terjadi. Bagi larutan menjadi
3 bagian. Netralkan satu bagian larutan dengan HCl 2N, satu bagian
yang lain ditambah dengan kalium klorida, dan sisanya ditambah
dengan magnesium sulfat. Amati apa yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departernen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta
PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOGNOSI
OLEH:
LABORATORIUM
FARMAKOGNOSI FITOKIMIA
STIFAR YAMASI MAKASSAR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
Rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penuntun ini dapat selesai.
Penuntun praktikum Metode Farmakologi disusun dan digunakan dalam
lingkungan Stifar Yayasan Mabulosibatang Makassar sebagai salah satu instrumen
penunjang dalam pengembangan basic pharmacology untuk menerapkan suatu
model pendekatan dan penerapan sistem terapi obat.
Namun disadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan referensi dalam
menyusun penuntun praktikum farmakologi, sehingga tim penyusun sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktif guna kesempurnaan penuntun
ini.
Akhirnya semoga penuntun praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua...
Amin.
DAFTAR ISI.............................................................................................. iv
LAMPIRAN ............................................................................................... 36
dapat terganggu.
membalikkan tubuhnya dan menggigit, karena itu selain ekornya pegang juga
bagian leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk
Gambar 2. Cara menghandel mencit untuk pemberian obat baik injeksi maupun peroral
dari sekali, walaupun demikian, jika hewan tersebut telah digunakan dalam satu
periode dan obat yang digunakan pada percobaan sebelumnya masih berada
data yang tidak maksimal lagi. Hal ini terutama terjadi pada kasus pemberian
hewan uji yang telah digunakan, baru dapat digunakan lagi untuk percobaan
berikutnya setelah selang waktu minimal 14 hari. Disamping itu kelinci harus
satu kelompok atau kandang, sehingga hewan uji perlu diberikan tanda atau
kode.
Gunakan larutan 10% asam pikrat dalam air dan sebuah sikat atau kuas
Dapat pula dengan memberi kode pada ujung ekor dengan garis
1. Hewan uji biasanya memberikan hasil dengan variasi yang lebih besar
Maka untuk menjaga agar variasi sama, jenis kelamin yang sama, dipelihara
2. Hewan uji harus diberi makan sesuai dengan makanan standar dan diberi
minum ad libitum
dengan hewan uji. Luka yang bersifat abrasif atau luka yang agak dalam karena
gigitan hewan ataupun karena alat yang telah digunakan untuk percobaan
1. Cara terbaik untuk membunuh hewan uji adalah dengan memberikan suatu
dibungkus lagi dengan kertas, diletakkan di dalam tas plastik, ditutup dan
1. Alat suntik
Tabung dan alat suntik harus steril jika akan digunakan pada kelinci,
marmut atau anjing tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih untuk
semprotkan cairan ke dalam gelas piala dan jarum suntik dipegang erat
2. Heparinisasi
heparin/1 ml darah
dan jarum suntik dicuci dengan larutan jenuh natrium oksalat steril.
dengan mouth block yaitu pipa kayu yang berbentuk silinder dengan
Mouth block dipasang ketika hewan dalam posisi duduk. Pada saat
hewan pada posisi duduk dengan bantuan pipa plastik dan alat
didorong masuk.
A. TEORI
Untuk mengetahui efektifitas suatu oabt maka salah satu indikator yang
Kemampuan absorpsi obat merupakan faktor yang penting dalam memilih cara
Ada beberapa cara pemberian obat yang paling sering digunakan salah
satunya adalah cara pemberian secara ORAL ( peros ) yang merupakan cara
dimaksudkan bahwa obat masuk melalui mulut dan langsung menuju ke saluran
maupun lokal dalam tubuh. Dibandingkan cara lain, maka cara ini paling aman,
tidak sulit, menyenangkan dan aman dalam hal pemberian obatnya. Hal yang
tidak menguntungkan dengan cara ini adalah respon obat lambat, absorpsi tidak
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui dengan tepat obat telah sampai di saluran pencernaan hewan uji
Feeding tube
Gelas kimia
Erlrenmeyer
Aquadest
Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji
E. PROSEDURE KERJA
2. Timbang berat badan hewan uji ( mencit dan kelinci ) untuk mencit setiap
3. Beri tanda hewan uji pada punggung dengan asam pikrat atau bahan lain yang
tidak berbahaya / aman yang oleh hewan uji tidak dapat menghilangkan tanda
tersebut.
4. Mencit dan kelinci yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian
obat ( 1 ml/20 g berat badan mencit dan 20 ml/ 2,5 Kg berat badan kelinci ).
5. Siapkan dosis pemberian hewan uji ( spuit oral yang bulat untuk mencit dan
kelingking dan jari manis menjepit ekor dan tangan kanan memegang spuit
obat, kedua tangan kanan memegang tengkuk dan kepala, sedangkan orang
6. Masukkan ke dalam mulut spuit atau slang secara perlahan lahan pastikan
sudah masuk tarik perlahan lahan spuit atau slang ( untuk kelinci
feeding tube atau alat lain yang dapat memasukkan obat ke dalam saluran
pencernaan ).
pengamatan.
KELOMPOK :
2.
3.
KELOMPOK :
2.
3.
A. TEORI
darah. Obat yang disuntikkan dengan cara parenteral adalah suatu yang
disuntikkan melalui lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada berbagai
tidak memberikan respon terapi yang diinginkan maka alternatif cara pemberian
jika diperlukan absorpsi obat yang cepat., keadaan emergency, juga kadar obat
digunakan juga sebagai alternatif pengobatan bagi penderita yang tidak dapat
bekerja sama, tidak patuh, hilang kesadaran dan tidak dapat direspon oleh
hal yang sangat sulit untuk ditarik kembali, berbeda dengan cara pemberian oral,
obat yang masuk ke dalam saluran cerna begitu terjadi kesalahan maka dapat
dilakukan kumbah lambung untuk mengeluarkan obat tersebut dari saluran cerna.
memberikan respon yang cepat jika diinginkan ( penyakit jantung, asama, shock
), tidak efektif pada oral ( insulin , hormon, beberapa antibiotik ), respon oral yang
tidak diinginkan ( muntah ), obatnya dapat dikontrol oleh medis karena medis
anastesi ), dapat menghasilkan efek terapi yang lama jika diinginkan ( steroid,
Mengetahui dengan tepat obat telah masuk ke dalam pembuluh atau site
Kapas
Erlenmeyer
Tissu
Aquadest
Alkohol
Fenobarbital injeksi
E. PROSEDUR KERJA
I. INTRAVENA ( IV )
hewan uji
II. INTRAPERITONIAL ( IP )
6. Hitung dosis injeksi natrium thiopenthal yang akan diberikan sesuai berat
derajat.
F. HASIL PENGAMATAN
I. INTRAVENA ( KELINCI )
KELOMPOK :
2.
3.
KELOMPOK :
2.
3.
EFEK ANALGETIK
A. TEORI
nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang
nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit tetapi dapat pula menghindarkan
sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang
Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang
kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh ganngguan mekanis, kimiawi atau fisis
pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain
dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri
di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nociceptor adalah
reseptor yang terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, dari sini rangsangan
disalurkan ke otak melalui jaringan neuron dengan amat banyak sinaps melalui
untuk pertama kali. Jadi intensitas rangsangan yang terendah saat merasakan
nyeri.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Spuit oral
Kapas
Erlenmeyer
Tissu
Batang pengaduk
Gelas ukur
Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji
sebagai analhetik
Etanol 70%
E. CARA KERJA
2. Mencit kelompok 1 (kontrol), diberi larutan tragakan 0,5%, melalui oral dengan
mg/kg BB.
6. Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat ( perut kejang dan kaki
ditarik ke belakang ).
Keterangan :
EFEK ANTIPIRETIK
A. TEORI
demam merupakan gejala yang paling dominan yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh.
Penyakit yang disertai oleh demam disebabkan oleh suatu infeksi sehingga terjadi
sepsis (masuknya bakteri dalam darah), suhu tubuh normal berkisar antara 36,5
37,2oC.
Efek antipiretik sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu
efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat
Demam adalah gejala penyakit dimana suhu tubuh lebih tinggi dari 37 derajat
Celsius. Kenaikan suhu 38 derajat Celsius pada anak di bawah 5 tahun dapat
organism lain.dan juga bisa disebabkan karena pengaruh non infeksi, dehidrasi, alergi,
Pada keadaan demam pusat pengatur suhu meningkat dan obat antipiretik
B. TUJUAN PERCOBAAN
Spuit oral
Kapas
Erlenmeyer
Tissu
Batang pengaduk
Gelas ukur
Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji
sebagai antipiretik
Larutan pepton
Etanol 70%
7. Diukur penurunan suhu badan mencit pada tiap menit ke 10, 20 dan 40.
EFEK DIARE
A. TEORI
Diare adalah berak dengan tinja encer, biasanya diikuti dengan frekuensi
berak yang sering. Frekuensi normal berkisar antara 3 kali perhari sampai 2 kali
meningkat abnormal dari keadaan biasanya dengan fases berupa cairan. Untuk
mengerti dasar terjadinya diare sebagai kejadian kehilangan cairan usus, perlu
diketahui dasar pengelolaan air di saluran makanan. Tiap hari sekitar 9 liter air
masuk ke saluran makanan, terdiri dari 2 liter dari makanan dan 7 liter dari
sekresi ludah, lambung, empedu, pankreas dan usus halus. Sekitar 1 liter
sigmoid menjadi lebih padat, bila ujungnya merengang rektum terjadi refleks
defekasi.
menghambat absorpsi NaCl dan air dan menstimulasi aktivitas sekresi mukosa
usus, bakteri atau virus yang menyebabkan inflamasi, obat yang berkhasiat
immunoglobulin.
yang sebeklumnya tanpa keluhan berlanjut selama 72 jam atau kurang 3 hari,
intermitten atau dapat terus menerus, serangan terjadi lebih dari 14 hari.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Spuit oral
Kapas
Erlenmeyer
Tissu
Batang pengaduk
Gelas ukur
Kertas saring
Aquadest
Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji
Infus atau ekstrak tanaman obat ( dibagi kelompok ) yang digunakan sebagai
obat diare
Loperamida
Oleum ricini
E. PROSEDUR KERJA
1. Bagi kelompok hewan uji, obat dan ekstrak atau infus termasuk kontrol (
3. Beri tanda hewan uji pada punggung dengan asam pikrat atau bahan lain yang
tidak berbahaya / aman yang oleh hewan uji tidak dapat menghilangkan tanda
5. Siapkan dosis pemberian hewan uji pada spuit oral ( perlakuan dan kontrol ).
6. Memasukkan ke dalam mulut spuit atau perlahan lahan pastikan obat masuk
F. HASIL PENGAMATAN
Kelompok : Loperamida
Pengamatan
Replikasi Waktu pertama
Hewan uji Pengeluaran Frekuensi Konsistensi
Feses
1.
2.
3.
A. TEORI
Toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu obat pada organ target.
Setiap zat kimia pada dasarnya racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh
pengaturan dosis yang tidak sesuai atau melebihi sehingga terjadi over dosis. Uji
toksisitas tidak hanya untuk mengetahui terpaparnya suatu objek yang diteliti,
tetapi lebih dari itu untuk mengetahui batas keamanan suatu obat. Uji toksisitas
waktu singkat setelah pemberian obat dalam waktu 24 jam hingga beberapa hari,
atau metabolitnya dengan struktur reseptor tertentu dalam tubuh dimana reseptor
berbagai zat yang mempunyai sifat kimia khusus, jika berkaitan dengan suatu
senyawa yang diberikan pada dosis tertentu maka senyawa akan memberikan
efek biologis, namun bila dosis ditingkatkan maka reseptor mengalami perubahan
yang merupakan stimulus yang terjadi pada positif atau negatif. Mekanisme kerja
S = Obat
R = Reseptor
B. TUJUAN PERCOBAAN
Kapas
Erlenmeyer
Tissu
Batang pengaduk
Gelas ukur
Aquadest
Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji
E. PROSEDUR KERJA
3. Beri tanda hewan uji pada punggung dengan asam pikrat atau bahan lain
yang tidak berbahaya / aman oleh hewan uji dan tidak dapat menghilangkan
tanda tersebut pada diri hewan uji sesuai denga replikasi dan perlakuan
10
15
CMC
1% 30
kontrol
60
120
180
5
10
15
Ekstrak/
infus 30
5%
60
120
180
5
10
Ekstrak/ 15
infus
10% 30
60
120
10
15
Ekstrak/
infus 30
15%
60
120
180
5
10
15
Ekstrak/
infus 30
20%
60
120
180
5
10
15
Ekstrak/
infus 30
30%
60
120
180
KELOMPOK 1 : Kontrol
Ganong. W.F, 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, Alih Bahasa: M.
Djauhari Widjajakusumah, dkk, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta
Noer, S, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
Wells, B.G, et.al, 2000, Pharmacotherapy Handbook, 2nd edition, Appleton &
Lange, New York
Hewan dan Mencit Tikus Marmut Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia
BB rata-rata 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 2,0 kg 4,0 kg 12,0 kg 70,0 kg
Mencit 1,0 7,0 12,29 27,8 28,7 64,1 124,2 387,9
20 g
Mencit 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 60,5
20 g
Marmut 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,06 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
2,0 kg
Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
4,0 kg
Anjing 0,006 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12,0 kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,76 0,16 0,32 1,0
70,0 kg
Lama hamil 19-20 hari 21-23 hari 63 hari 28-36 hari 62-63 hari
Lama hidup 2-3 tahun 2-3 tahun 7-8 tahun 8 tahun 12 16 tahun
Masa tumbuh 6 bulan 4-5 bulan 15 bulan 4-6 bulan 12-15 bulan
Kecepatan 136-216 kali 100-150 kali 100-150 kali 50-60 kali 15-28 kali
respirasi/menit
Jenis hewan uji Rute pemberian dan volume maksimum pemberian (ml)
dan BB IV IM IP SK PO
BB = Bobot Badan
IV = Intravena
IM = Intramuskuler
IP = Intraperitoneal
SK = Subkutan
PO = Peroral
Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
atas Rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penuntun ini dapat selesai.
Penuntun praktikum Metode Farmakologi disusun dan digunakan
dalam lingkungan Stifar Yayasan Mabulosibatang Makassar sebagai salah
satu instrumen penunjang dalam pengembangan basic pharmacology untuk
menerapkan suatu model pendekatan dan penerapan sistem terapi obat.
Namun disadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan referensi
dalam menyusun penuntun praktikum farmakologi, sehingga tim penyusun
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktif guna
kesempurnaan penuntun ini.
Akhirnya semoga penuntun praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita
semua... Amin.
SAMPUL DEPAN..................................................................................... i
SAMPUL DALAM..................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 35
LAMPIRAN............................................................................................... 36