Anda di halaman 1dari 131

LAMPIRAN 517 (22)

MODUL PRAKTIKUM
DAFTAR ISI

Hal
Kata pengantar . i

Tata Tertib Praktek .. ii

Daftar Isi iv

Penetapan Kadar Metil salisilat . 2

Penetapan Kadar Antalgin Metode Iodimetri . 6

Penetapan Kadar Antalgin Metode Iodometri . 10

Penetapan Kadar Asam Salisilat Metode Bromometri .. 14

Penetapan Kadar Asam Salisilat Metode Alkalimetri . 18

Penetapan Kadar Kloramfenikol Metode Nitrimetri 22

Penetapan Kadar Kloramfenikol Metode Argenometri 26

Penetapan Kadar Asetosal Metode Alkalimetri .. 30

Penetapan Kadar Asetosal Metode Asidi-Alkalimetri . 34

Penetapan Kadar Kalsium Laktat .. 38

Penetapan Kadar Parasetamol Spektrofotometri UV .. 42

Penetapan Kadar Asam Salisilat Metode Spektrofotometri Sinar Tampak 46

Penetapan Kadar Asam Salisilat Metode Spektrofotometri UV 50

Prosedur Pembakuan Larutan Titer .. 54

Daftar Pustaka .. 56

1
PENETAPAN KADAR
METIL SALISILAT

Tujuan : Menentukan kadar metilsalisilat dalam balsem

Metode : Asidi-alkalimetri

1. Prinsip : Berdasarkan reaksi netralisasi metilsalisilat dengan


larutan NaOH berlebih, kelebihan NaOH dititrasi dengan
larutan baku Asam

2. Tugas Pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan/zat uji
2) Tuliskan reaksi secara lengkap
3) Jelaskan kenapa dilakukan proses hidrolisis dengan pendingin balik
4) Tuliskan skema kerja percobaan ini

3. Prosedur

Timbang saksama sampel setara dengan 200 mg metilsalisilat,


masukkan ke dalam erlemeyer. Tambahkan 25,0 mL larutan NaOH 0,1N,
refluks perlahan-lahan selama 2 jam di atas penangas air sambil
digoyang-goyang. Bilas pendingin dan dinding labu dengan air, titrasi
selagi panas dengan H2SO4 0,1N menggunakan indikator fenolftalein
hingga warna merah tepat hilang. Lakukan titrasi blanko.

1 mL NaOH 0,1N setara dengan 15,22 mg metilsalisilat

2
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

3
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :

Tabel 1. Data penimbangan


Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas -
Berat kertas bekas - - - -
Berat zat -

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
Blangko

4
2. Perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

5
PENETAPAN KADAR ANTALGIN

Tujuan Praktek : menentukan kadar antalgin tablet


Metode : Iodimetri dan Iodometri

1. Metode Iodimetri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi redoks
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan zat uji
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini

3. Prosedur

Timbang berat 20 tablet, lalu hitung berat rata-rata pertablet. Serbukkan


lalu timbang saksama serbuk tablet setara dengan 200 mg antalgin,
larutkan dengan 25 mL air. Kocok, dan saring secara kuantitatif ke dalam
labu erlemeyer. Tambahkan 5 mL HCl 2N, kemudian titrasi dengan
larutan I2 baku 0,1 N menggunakan 2 mL larutan kanji sampai titik akhir
tercapai.
1 mL Iodium 0,1 N setara dengan 17,57 mg antalgin

6
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

7
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
Tabel 1. Data penimbangan
Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

8
2. Perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

9
2. Metode Iodometri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi redoks
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan zat uji
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang berat 20 tablet, lalu hitung berat rata-rata pertablet. Serbukkan
lalu timbang saksama serbuk tablet setara dengan 200 mg antalgin,
larutkan dengan 25 mL air. Kocok, dan saring secara kuantitatif ke dalam
labu erlemeyer. Tambahkan 5 mL HCl 2N, kemudian tambahkan 25,0 mL
larutan baku I2 0,1 N. Biarkan selama 10 menit di tempat gelap, lalu titrasi
dengan larutan baku Na2S2O3 0,1 N hingga berwarna kuning. Tambahkan
2 mL larutan kanji, kemudian titrasi dilanjutkan sampai titik akhir tercapai.
Lakukan titrasi blangko
1 mL Iodium 0,1 N setara dengan 17,57 mg antalgin

10
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

11
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 7. ..
8. ..
9. .. ()
10. ..
11. ..
12. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :
Tabel 1. Data penimbangan
Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.
Blangko

12
2. Perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

13
PENETAPAN KADAR
ASAM SALISILAT

Tujuan Praktek : menentukan kadar asam salisilat dalam bedak


Metode : 1. Bromometri
2. Alkalimetri

a. Metode Bromometri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi redoks
2. Tugas pendahuluan
1) Hitung dan tuliskan cara pembuatan larutan KBrO 3 0,1N sebanyak
250 mL.
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini

3. Prosedur
Timbang saksama contoh bedak salisil setara dengan 25 mg asam
salisilat murni, masukkan ke dalam erlemeyer bersumbat kaca.
Tambahkan 15 ml etanol netral dan 10 ml air, kocok selama 2 menit.
Tambahkan 25,0 ml larutan baku KBrO3 0,1N, 1 g KBr dan 3 ml HCl
pekat, biarkan selama 15 menit. Tambahkan 1 gram KI, kocok. Titrasi
segera dengan larutan baku Na2S2O3 0,1N menggunakan indikator kanji.
Lakukan titrasi blanko.

1 mL KBrO3 0,1 N setara dengan 2,3 mg asam salisilat

14
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

15
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :

Tabel 1. Data penimbangan


Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas - - -
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.
Blangko

16
2. perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

17
b. Metode Alkalimetri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi netralisasi
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
2) Bagaimana warna titik akhir titrasi percobaan ini
3) Tuliskan cara pembuatan etanol netral
4) Gambarkan skema kerja percobaan ini

3. Prosedur
Timbang saksama contoh bedak setara dengan 250 mg asam salisilat
murni, larutkan dengan 15 ml etanol netral, tambahkan 10 ml air, kocok.
Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N menggunakan indikator
fenolftalein.

1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 13,81 mg asam salisilat

18
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

19
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :

Tabel 1. Data penimbangan


Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 2. Data hasil titrasi sampel


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

20
2. perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

21
PENETAPAN KADAR
KLORAMFENIKOL

Tujuan Praktek : menentukan kadar kloramfenikol kapsul


Metode : Argentometri

1. Prinsip : berdasarkan reaksi pengendapan


2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan percobaan ini
2) Tuliskan reaksi yang terjadi pada percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang secara saksama zat uji setara dengan 50 mg kloramfenikol
murni, pijarkan bersama 0,5 g Na2CO3 dan 0,5 g K2CO3 hingga tidak
berwarna hitam. Hasil pemijaran larutkan dengan 25 mL air, pindahkan
secara kuantitatif ke dalam erlemeyer. Netralkan dengan HNO 3 6N,
tambahkan lagi 15 mL HNO3 6N berlebih. Kemudian tambahkan 25,0 mL
larutan AgNO3 0,02N, titrasi dengan larutan baku KSCN 0,02N
menggunakan 1 mL indikator Fe(NH4)(SO4)2 hingga titik akhir tercapai.
Lakukan titrasi blanko.

1 mL AgNO3 0,02N setara dengan 3,23 mg kloramfenikol

22
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

23
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :

Tabel 1. Data penimbangan


Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.
Blangko

24
2. Perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

25
PENETAPAN KADAR ASETOSAL

Tujuan Praktek : menentukan kadar asetosal tablet


Metode : 1. Alkalimetri
2. Asidi-alkalimetri

A. Metode Alkalimetri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi netralisasi, dengan titrasi langsung asam
bebas (tanpa hidrolisis)
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan/zat uji
2) Tuliskan cara pembuatan etanol netral
3) Tuliskan reaksi lengkap percobaan ini
4) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang 20 tablet asetosal, kemudian serbukkan. Timbang saksama
serbuk tablet setara dengan 300 mg asetosal murni, larutkan dalam 15
mL etanol netral. Titrasi dengan larutan baku NaOH 0,1N menggunakan
indicator fenolftalein.

1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 18,02 mg asetosal

26
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

27
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :

Tabel 1. Data penimbangan


Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Volume Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
larutan Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

28
2. Perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

29
B. Metode Asidi-alkalimetri
1. Prinsip : berdasarkan reaksi netralisasi, dengan hidrolisis asetosal dan
titrasi kembali
2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan/zat uji
2) Tuliskan reaksi lengkap percobaan ini
3) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang 20 tablet asetosal, kemudian serbukkan. Timbang saksama
serbuk tablet setara dengan 150 mg asetosal murni, tambahkan 25,0 mL
NaOH 0,1N lalu didihkan perlahan-lahan selama 10 menit. Titrasi dengan
larutan baku HCL/H2SO4 0,1 N menggunakan indikator fenolftalein.
Lakukan titrasi blangko

1 mL NaOH 0,1 N setara dengan 9 mg asetosal

30
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

31
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :

Tabel 1. Data penimbangan


Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Volume Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
larutan Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.
Blangko

32
2. Perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

33
PENETAPAN KADAR
KALSIUM LAKTAT

Tujuan Praktek : menentukan kadar kalsium laktat tablet


Metode : Kompleksometri

1. Prinsip : berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks


2. Tugas pendahuluan
1) Tuliskan uraian bahan zat uji
2) Tuliskan komposisi dan cara pembuatan dapar ammonium klorida pH 10
3) Tuliskan reaksi yang terjadi dalam percobaan ini
4) Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Timbang berat 20 tablet, lalu hitung berat rata-rata pertablet. Serbukkan lalu
timbang saksama serbuk tablet setara dengan 250 mg kalsium laktat
anhidrat, masukkan ke dalam labu erlemeyer. Tambahkan 50 mL air dan 2
mL HCl 3N, kocok kuat selama 5 menit. Tambahkan 15 mL larutan dapar
NH4Cl pH 10 dan 300 mg indikator biru hidroksi naftol. Kemudian titrasi
hingga titik akhir berwarna biru.

1 mL EDTA 0,05 M setara dengan 10,91 mg Ca Laktat anhidrat

34
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

35
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :

Tabel 1. Data penimbangan


Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

36
2. Perhitungan
a. Pembakuan

b. Penetapan Kadar

37
PENETAPAN KADAR
PARASETAMOL

Tujuan Praktek : menentukan kadar parasetamol dalam tablet


Metode : Nitrimetri

1. Prinsip : berdasarkan reaksi diazotasi


2. Tugas pendahuluan
a. Tuliskan uraian bahan zat uji
b. Tuliskan reaksi yang terjadi secara lengkap
c. Gambarkan skema kerja percobaan ini
3. Prosedur
Ditimbang serbuk tablet setara dengan 250 mg parasetamol, dimasukkan ke
dalam erlemeyer. Ditambah 25 mL air suling, 15 mL HCl 6 N, didihkan
selama 10 menit. Setelah dingin, ditambah 10 mL HCl pekat, didinginkan
sampai suhu <15 oC. Dititrasi dengan larutan baku NaNO2 0,1N sampai titik
akhir titrasi menggunakan indicator kertas kanji iodida.

38
LEMBAR KERJA

TUGAS PENDAHULUAN

39
Hari/Tgl praktek :
Sampel :
Kandungan zat uji :
LEMBAR No. Batch : Pembimbing :
KERJA Metode :
Anggota klp kerja :
PRAKTIKUM 1. ..
2. ..
3. .. ()
4. ..
5. ..
6. ..

1. Data
Larutan titer yang digunakan :
Berat 20 tablet :

Tabel 1. Data penimbangan


Pembakuan Zat uji
1 2 3 1 2 3
Berat zat + kertas
Berat kertas bekas
Berat zat

Tabel 2. Data hasil titrasi pada pembakuan


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

Tabel 3. Data hasil titrasi sampel


No. Berat zat Pembacaan Skala Buret Volume titrasi
(g) Titik awal Titik akhir (mL)
1.
2.
3.

40
2. Perhitungan
c. Pembakuan

d. Penetapan Kadar

41
PROSEDUR PEMBAKUAN LARUTAN TITER DAN LARUTAN PEREAKSI

1. Pembakuan larutan HCl/H2SO4 0,1 N


Timbang saksama 300 mg Na2CO3 p.a., masukkan ke dalam labu ukur 100
mL. Larutkan dengan air hingga tanda, kemudian ukur larutan sebanyak 25,0
mL dan masukkan ke dalam labu erlemeyer. Titrasi dengan larutan
HCl/H2SO4 0,1 N yang hendak dibakukan menggunakan 3 tetes indikator
jingga metil sampai titik akhir tercapai.

1 ml HCl/H2SO4 0,1 N setara dengan 5,299 mg Na2CO3


2. Pembakuan larutan NaOH 0,1 N

Timbang saksama 300 mg kalium biftalat p.a., masukkan ke dalam


lerlemeyer. Larutkan dengan 30 mL air bebas CO 2, kemudian titrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N yang hendak dibakukan menggunakan 3 tetes indikator
fenolftalein sampai titik akhir tercapai.

1 ml NaOH 0,1 N setara dengan 20,42 mg kalium biftalat

3. Pembakuan larutan Na2S2O3 0,1 N

Timbang saksama 300 mg kalium bikromat p.a., masukkan ke dalam labu


ukur 100 mL. Larutkan dengan air, kemudian cukupkan volumenya hingga
tanda. Ukur 25,0 mL larutan, masukkan ke dalam bertutup lerlemeyer.
Tambahkan 0,5 g KI dan 0,5 g NaHCO3 serta 3 mL HCl pekat, goyangkan
hingga tercampur lalu segera ditutup. Biarkan di tempat gelap selama 10
menit, kemudian bilas tutup dan dinding labu sebelah dalam dengan air.
Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N yang hendak dibakukan menggunakan
2 mL indikator kanji sampai titik akhir tercapai.

1 ml Na2S2O3 0,1 N setara dengan 4,903 mg kalium kromat

4. Pembakuan larutan I2 0,1 N


Ukur saksama 15,0 mL larutan baku Na2S2O3 0,1 N, masukkan ke dalam
labu erlemeyer. Titrasi dengan larutan I2 0,1 N yang hendak dibakukan
menggunakan 2 mL indicator kanji sampai titik akhir tercapai.

42
5. Pembakuan larutan EDTA 0,05 M
Timbang saksama 100 mg CaCO3 p.a, masukkan ke dalam labu erlemeyer,
tambahkan 10 mL air, goyangkan hingga terbentuk bubur. Tambahkan 2 ml
HCl encer, goyangkan untuk melarutkan CaCO3. Tambahkan 15 ml larutan
dapar NH4Cl pH 10. Kemudian titrasi dengan larutan EDTA yang hendak
dibakukan menggunakan 300 mg indikator biru hidroksi naftol sampai titik
akhir tercapai.

1 ml larutan EDTA 0,05 M setara dengan 5,005 mg CaCO 3

6. Pembakuan larutan NaNO2 0,1 M


Timbang saksama 250 mg sulfanilamida p.a, masukkan ke dalam labu
erlemeyer, tambahkan 20 mL air, dan 5 ml HCl pekat, kocok hingga larut.
Dinginkan hingga suhu 15 oC, tambahkan beberapa butir pecahan es. Titrasi
perlahan-lahan dengan larutan NaNO2 yang hendak dibakukan, kocok kuat.
Setelah mendekati titik akhir (volume titrasi 14,5 mL), masukkan pengaduk
kaca (batang pengaduk) ke dalam larutan kemudian sentuhkan pada kertas
kanji iodida. Titik akhir tercapai jika memberikan warna biru seketika.

1 ml larutan NaNO2 0,1 M setara dengan 17,22 mg sulfanilamida

7. Pembakuan larutan AgNO3 0,02 N


Timbang saksama 100 mg NaCl p.a, masukkan ke dalam labu ukur 100 mL.
larutkan dengan air, lalu cukupkan volumenya hingga tanda. Ukur 15,0 mL
larutan, masukkan ke dalam labu erlemeyer. Tambahkan 1,0 mL larutan
indicator K2CrO4, titrasi dengan larutan AgNO3 yang hendak dibakukan.
Lakukan titrasi blangko.

1 mL larutan AgNO3 0,02 N setara dengan 1,17 mg NaCl

8. Pembakuan larutan KSCN 0,02 N


Ukur saksama 15,0 mL larutan baku AgNO3 0,02 N, masukkan ke dalam
labu erlemeyer. Tambahkan 5 mL HNO3 6 N dan 1 mL larutan indikator
Fe(NH4)2SO4, titrasi dengan larutan KSCN yang hendak dibakukan sampai
titik akhir tercapai.

43
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Direktorat Jenderal


Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Direktorat Jenderal


Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi, Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta

Sudjadi, dan Rohman, A., 2008, Analisis Kuantitatif Obat, Gadjah Mada
University, Yogyakarta

Auterhoff, H, dan Kovar, K.A., 1987, Identifikasi Obat, ITB, Bandung

Nurisyah, dkk., 2012, Pengembangan Metode Analisis Kadar Sukrosa Secara


Spektrofotometri Sinar Tampak Menggunakan Pereaksi Seliwanoff, Laporan
Penelitian Risbinakes, Jur. Farmasi, Poltekkes Makassar

44
TIM PENYUSUN

Untuk digunakan di lingkungan sendiri


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya maka Buku Penuntun Praktikum ANALISIS

FARMASI ini dapat kami susun bersama untuk kepentingan kegiatan praktek

mahasiswa pada Jurusan Farmasi STIFAR YAMASI Makassar. Buku

penenutun ini dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan mahasiswa

dalam melakukan praktikum di laboratorium.

Materi praktek dalam buku ini merupakan revisi dari buku pegangan

praktek ANALISIS FARMASI, dengan tetap menyesuaikan dengan

kompetensi capaian yang diharapkan berdasarkan kurikulum nasional.

Materi praktek juga disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang tersedia

pada Laboratorium Kimia Farmasi STIFAR YAMASI.

Penyusunan buku penuntun praktikum ini tentu tidak lepas dari

kekurangan-kekurangan, olehnya itu penyusun mengharapkan saran dari

pembaca guna kelengkapan selanjutnya.

Semoga buku ini dapat membantu mahasiswa Jurusan Farmasi

STIFAR Yamasi Makassar dalam melakukan praktikum ANALISIS

FARMASI.

Makassar, Agustus 2016

Tim Penyusun
TATA TERTIB PRAKTEK

Demi kelancaran pelaksanaan kegiatan praktek, setiap praktikan harus


mentaati hal-hal sebagai berikut:
1. Praktikan sudah harus berada di laboratorium 10 menit sebelum praktek
dimulai
2. Setiap praktikan yang terlambat 15 menit, tidak diperkenankan mengikuti
kegiatan praktek pada hari tersebut.
3. Setiap praktikan harus memakai jas laboratorium selama berada di dalam
laboratorium dan tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium tanpa
izin.
4. Praktikan harus membawa buku penuntun praktek dan telah
mengerjakan tugas pendahuluan yang diberikan
5. Praktikan sudah mempersiapkan alat-alat perlengkapan yang dibutuhkan
untuk melakukan praktek, seperti pipet, lap halus dan lap kasar, korek
api, dan lain-lain
6. Selama praktek, praktikan tidak diperkenankan meminjam alat dari
praktikan lainnya.
7. Setiap praktikan sebelum dan sesudah kegiatan praktek harus
memeriksa dan mengontrol kelengkapan alat yang ada dimejanya sesuai
kartu control yang telah disiapkan, dan diwajibkan untuk melaporkan
kondisi alat-alatnya kepada petugas laboratorium
8. Setiap praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium dan alat-alat
yang ada dalam laboratorium sebelum, selama, dan sesudah kegiatan
praktek
9. Jika diperlukan alat yang tidak tersedia di meja masing-masing, praktikan
dapat meminjam alat kepada petugas laboratorium dengan mengisi
format bon alat
10. Setiap praktikan yang memecahkan/merusak alat-alat yang ada di
kepada petugas laboratorium, wajib mengganti alat tersebut paling
lambat pada ujian akhir semester (UAS)
11. Setiap praktikan harus menguasai percobaan yang akan dipraktekkan
sebelum praktek dilakukan
12. Setiap kelompok dan anggotanya wajib membersihkan meja dan
menaikkan kembali bangku kerja ke tempat semula
13. Hindari membuang limbah dan bahan-bahan yang dapat menyumbat
saluran air di bak cuci laboratorium
14. Selama praktek, praktikan tidak diperkenankan: makan dan minum,
menggunakan telepon genggam dan MP3.
15. Selama praktek, praktikan dilarang menggunakan perhiasan terutama
emas pada lengan
16. Setiap praktikan wanita tidak diperkenankan membiarkan rambutnya
terurai (harus diikat dengan rapi)
17. Setiap praktikan wajib melakukan keseluruhan materi praktek (100%),
dan jika praktikan berhalangan hadir maka praktikan harus
memberitahukan ketidak hadirannya kepada petugas laboratorium, dan
materi praktek harus dilakukan pada waktu yang lain sesuai kesepakatan
dengan petugas laboratorium.
18. Hal-hal yang dianggap perlu, tetapi belum tercantum dalam tata tertib ini
akan diberikan secara lisan oleh penanggung jawab praktek.

Demikian tata tertib ini dibuat untuk dipatuhi dan dilaksanakan dengan
penuh rasa tanggung jawab.
FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

DAFTAR ISI

............................................................................................................................................ Hal

1. Kata Pengantar ............................................................................................................. i


2. Daftar isi....................................................................................................................... ii
3. Pemeriksaan Bahan Nabati ......................................................................................... 1
4. Percobaan I Identifikasi Amylum Secara Kimiawi Dan Mikroskopik ...................... 3
5. Percobaan II Pemeriksaan Simpilisia Secara Mikroskopi ........................................ 7
6. Percobaan III Pemeriksaan Haksel ........................................................................... 14
7. Minyak Atsiri .............................................................................................................. 16
8. Percobaan IV Pemeriksaan Minyak Atsiri ................................................................ 19
9. Percobaan V Identifikasi Minyak Lemak, Lemak, dan Lilin ..................................... 21
10. Lembar Kerja
Percobaan I .................................................................................................................. 25
Percobaan II ................................................................................................................ 27
Percobaan III ............................................................................................................... 29
Percobaan IV ............................................................................................................... 31
Percobaan V ................................................................................................................. 32

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar ii


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, buku penuntun praktikum Farmakognosi ini berhasil


disusun. Buku penuntun praktikum ini disusun sebagai sarana untuk memudahkan
mahasiswa dalam pelaksanaan praktikum Farmakognosi STIFAR Yamasi
Makassar.
Buku penuntun praktikum ini merupakan penyempurnaan buku
penuntun praktikum farmakognosi-fitokimia II, yang disusun berdasarkan pada
materi kuliah farmakognosi dengan mengacu pada buku-buku standar dan
perkembangan obat alam.
Akhir kata, buku penuntun praktikum ini masih jauh dari sempurna
oleh karena itu kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk membantu
penyernpurnaan praktikum ini agar sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya Farmakognosi-Fitokimia.

Makassar, Agustus 2014

Penyunsun

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar i


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

LEMBAR KERJA
PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI AMYLUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI
1. Identifikasi Amylum Dengan Larutan I2
No Sampel Pengamatan Ket
1 1 ml Amylum Manihot + 3 tetes I2
2 1 ml Amylum Maydis + 3 tetes I2
3 1 ml Amylum Orizae + 3 tetes I2
4 1 ml Amylum Sagu + 3 tetes I2
5 1 ml Amylum Solani + 3 tetes I2
6 1 ml Amylum Tritici + 3 tetes I2

2. Identifikasi Amylum Secara Mikroskopi


Pengamata
No Sampel Ket
Pragmen Spesifik
Perbesaran :

1 Amylum Manihot

Perbesaran :

2 Amylum Maydis

Perbesaran :

3 Amylum Orizae

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 25


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

Perbesaran :

4 Amylum Sagu

Perbesaran :

5 Amylum Solani

Perbesaran :

6 Amylum Tritici

Makassar,
Praktikan Pembimbing

( ) ( )

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 26


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

LEMBAR KERJA

PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI MIKROSKOPI
Pemiriksaan Simplisia Daun, Kulit Batang, Akar/Rimpang, dan Buah
Pengamata
No Sampel Ket
Pragmen Spesifik
Perbesaran :

Psidii Folium
1
(daun jambu biji)

Perbesaran :

Starmonii Folium
2
(daun kecubung)

Perbesaran :

Abri Folium
3
(daun saga)

Perbesaran :

Cinnamomi Cortex
4
(kulit kayu manis)

Perbesaran :

Tinosporae Caulis
5
(batang brotowali)

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 27


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

Perbesaran :

Zingiberis Rhizoma
6 (rimpang jahe)

Perbesaran :

Curcumae Domestica
7 Rhizoma
(rimpang kuyit)

Perbesaran :

Piperis Nigri
8 Fructus
(lada/merica hitam)

Perbesaran :

Foeniculi Fructus
9
(buah adas)

Makassar,
Praktikan Pembimbing

( ) ( )

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 28


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

LEMBAR KERJA
PERCOBAAN III
PEMERIKSAAN HAKSEL
ORGANOLEPTIS
NO SAMPEL
Bentuk Warna Bau Rasa

1 ABRI FOLIUM

ANDROGRAPHIDIS
2 HERBA

CINNAMOMI
3 CORTEX

CORIANDRI
4 FRUCTUS

CURCUMAE
5 DOSMETICA RHIZOMA

FOENICULI
6
FRUCTUS

FOENIGRICI
7
SEMEN

GUASSUMAE
8 FOLIUM

IMPERATAE
9 RHIZOMA

10 ISORAE FRUCTUS

MURRAYAE
11 FOLIUM

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 29


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

MYRISTICAE
12 SEMEN

ORTHOSIPHONIS
13
FOLIUM

PANDANUS
14
FOLIUM

15 PHYLLANTI HRBA

PIPERIS NIGRI
16 FRUCTUS

17 PSIDII FOLIUM

RETROPRACTI
18 FRUCTUS

19 SAPPAN LIGNUM

20 USNEA THALLUS

Makassar,
Praktikan Pembimbing

( ) ( )

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 30


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

LEMBAR KERJA

PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN MINYAK ATSIRI
Identifikasi Minyak Atsiri Secara Umum

Sampel
No Pengujian/Perlakuan Minyak Minyak Minyak Minyak
Cengkeh Permen Kelapa Wijen
1 Uji sebar
2 Uji kertas saring
3 Uji volume
4 Uji kelarutan
Deteksi senyawa
5
fenol
Kesimpulan

Makassar,
Praktikan Pembimbing

( ) ( )

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 31


FARMAKOGNOSI I Buku Penuntun Praktikum

LEMBAR KERJA

PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK DAN LILIN

Sampel
No Pengujian/Perlakuan Minyak Oleum Cera
Kelapa Cacao Alba
1 Uji noda lemak
2 Uji kelarutan
Uji pembentukan
3
emulsi
Uji pembentukan
4
sabun
Kesimpulan

Makassar,
Praktikan Pembimbing

( ) ( )

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 32


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

PEMERIKSAAN BAHAN NABATI

Tujuan praktikum
Dengan melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu memahami
isi dan maksud deskripsi simplisia di dalam buku Materia Medika Indonesia
(MMI) dan buku-buku lain yang terkait.

Pendahuluan
Laboratorium farmakognosi mempunyai tugas antara lain mengevaluasi
simplisia nabati dan kandungan kimianya. Identifikasi diantaranya dapat dilakukan
terhadap simplisia baik dalam keadaan tunggal maupun campuran dari bahan utuh
rajangan ataupun serbuk.
Dalam ruang lingkup obat tradisional (OT) dan fitofarmaka pertimbangan
utama yang harus diperhatikan adalah tujuan dilakukannya analisis, macam
kandungan tanaman pengganggu dan ketersediaan alat. Masalah aktual yang
banyak memerlukan ketepatan pemilihan metode analisis adalah pembuktian
kebenaran komposisi dan standarisasi kadar kandungan aktif atau zat identitas
sediaan.
Pemeriksaan mutu simplisia umumnya diawali begitu sampai pada tahap
akhir proses penyimpanan simplisia, yaitu setelah dilakukan sortasi kering.
Untuk memeriksa mutu simplisia sudah ada pedoman resmi dari Departemen
Kesehatan RI yaitu monografi-monografi yang tertera dalam Farmakope
Indonesia (FI), Ekstra farmakope Indonesia (EFI), dan Materia Medika
Indonesia(MMI). Pengujian mutu simplisia meliputi pemeriksaan
a. Organoleptis
b. kebenaran jenis simplisia, yang dapat ditentukan secara
1. makroskopik dan mikroskopik
2. kimia, identifikasi komponen kimiawi dominan dalam simplisia
secara kualitatif dan kuantitatif
c. kadar air dan susut pengeringan dengan metode resmi yang berlaku atau

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 1


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

metode lain yang sesuai


d. kemurnian sari yang terlarut dalam etanol, batas bahan organik asing
dan kadar abu
e. pemeriksaan aktivitas farmakologi
f. untuk simplisia asal kultur jaringan dilakukan pemeriksaan cemaran
pestisida (apabila diperlukan)

Metode mikroskopi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya pemalsuan simplisia, namun terbatas pada segi
kualitatif saja. Untuk maksud ini, penganalisis harus memahami betul ciri khas
dari setiap simplisia secara mikroskopi.
Yang dirnaksud haksel adalah simplisia dalam bentuk rajangan, irisan,
fragmen atau utuh yang biasanya terdapat dalam ramuan atau sediaan (haksel tidak
berbentuk serbuk). Pertelaan atau deskripsi yang diperlukan dalam
mendeskripsikan suatu simplisia meliputi tumbuhan atau tanaman asal, suku
atau familia, bentuk sediaan dan pertelaan secara organoleptis, ciri khas (bila ada),
ukuran bila perlu, serta gambar dari contoh simplisia yang dideskripsikan.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 2


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

PERCOBAAN I
IDENTIFIKASI AMYLUM SECARA KIMIAWI DAN MIKROSKOPI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan
dapat membedakan macam-macam amylum yang umum digunakan dalam
sediaan farmasi.

II. BAHAN UJI


- Amylum oryzae (pati beras)
- Amylum tritici (pati gandum)
- Amylum manihot (pati tapioca, singkong)
- Amylum maydis (pati jagung)
- Amylum solani (pati kentang)
- Amylum sagu (pati sagu)

III. PEREALSI DAN ALAT


Pereaksi yang digunakan :
- Aquadest
- Larutan iodium

Alat yang digunakan :


- Gelas obyek
- Gelas penutup
- Mikroskop
- Beker glass
- Pipet tetes
- Tabung reaksi kecil

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 3


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

SIMPLISIA AMYLUM

1. AMYLUM MANIHOT
(Pati Singkong)
Tanaman Asal : Manihot utilissima
Suku : Euphorbiaceae

Butir pati, tunggal, banyak, yang


majemuk sedikit, umumnya majemuk
dua. Hilus berupa titik atau garis
bercabang.

2. AMYLUM MAYDIS (Pati Jagung)


Tanaman Asal : Zea mays
Suku : Gramineae
Butir pati tunggal dan majemuk. Lamela
kadang-kadang ada pada butir yang
bulat. Hilus ditengah berbentuk titik atau
garis bercabang.

3. AMYLUM ORIZAE (Pati Beras)


Tanaman Asal : Oriza sativa Linn
Suku : Gramineae
Butir pati tunggal dan majemuk, bentuk
bulat telur atau persegi, poligonal. Hilus
ditengah berbentuk titik.

4. AMYLUM SAGU (Pati Sagu)


Tanaman Asal : Metroxylon sagu
Hillus
Suku : Palmae
Butir pati tunggal, majemuk dua atau
empat bentuk bulat telur, ada lamela. lamela
20 50 m
Hilus berupa titik atau garis bercabang.
Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 4
FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

5. AMYLUM SOLANI (Pati Kentang)


Tanaman Asal : Solanum tuberosum
Suku : Solanaceae
Butir pati tunggal dan majemuk dua atau
tiga, Butir majemuk lebih sedikit, bentuk
bulat atau bulat telur atau tidak
beraturan. Lamelanya jelas, Hilus berupa
titik, berapa pada ujung yang sempit.

6. AMYLUM TRITICI (Pati Gandum,


Pati Terigu)
Tanaman Asal : Triticum vulgare VILL
Suku : Gramineae
Butir pati bulat atau bulat telur
umumnya tunggal, ada juga yang
majemuk, Lamela ada, Hilus ditengah
dan berupa titik.

IV. CARA KERJA


1. Pemeriksaan amylum dengan larutan iodiurn
Masukkan larutan amylum 1% (Ingat, apa arti %?) untuk semua
jenis amylum yang diperiksa dalam tabung reaksi. Tambahkan
beberapa tetes larutan iodium. Catat warna yang terjadi untuk masing-
masing jenis amylum yang diperiksa.
2. Pemeriksaan amylum secara mikroskopi
Ambil sedikit amylum (secukupnya). Letakkan di atas gelas obyek,
tetesi dengan sedikit air dan tutup dengan gelas penutup. Amati di
bawah mikroskop dengan perbesaran lemah (12,5 x 10) dan perbesaran
kuat (12,5 x 40). Analisis bentuk amylum dari masing-masing spesies
tanaman.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 5


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

V. TUGAS
1. Gambar hasil pengamatan yang anda peroleh pada kertas gambar.
Tunjukkan bagian-bagian amilum hasil pengamatan anda, dan jelaskan
perbedaan bagian-bagian untuk setiap jenis amylum yang anda periksa.
2. Sebutkan tanaman asal beserta familia untuk masing-masing amilum
yang anda periksa.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 6


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

PERCOBAAN II
PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat
mengidentifikasi simplisia dengan menggunakan mikroskop serta dapat
menyebutkan ciri khas simplisia yang diperiksa.

II. BAHAN UJI


- Simplisia daun
1. Psidii Folium (daun jambu biji)
2. Stramonii Folium (daun kecubung)
3. Abri Folium (daun saga)
- Simplisia kulit butang
1. Cinnamomi Cortex (kulit kayu manis)
2. Tinosporae Caulis (batang brotowali)
- Simplisia akar dan rimpang
1. Zingiberis Rhizoma (rimpang jahe)
2. Curcumae Domestica Rhizoma (rimpang kuyit)
- Simplisia buah
1. Piperis Nigri Fructus (lada/merica hitam)
2.Foeniculi Fructus (buah adas)

III. PEREAKSI DAN ALAT


1. Pereaksi yang digunakan
- Larutan kloralhidrat
2. Alat yang diperlukan
- Gelas obyek - Lampu spiritus
- Gelas penutup - Pipet tetes
- Mikroskop - Kertas dan pensil

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 7


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

SIMPLISIA DAUN (FOLIUM)

1. Psidii Folium (Daun jambu biji)


Tanaman Asal : Psidium guajava L.

Suku : Myrtaceae

Serbuk daun jambu biji :

1). Epidermis atas, 2). Rambut penutup, 3). Epidermis dengan mesofil (atas),
4). Epidermis bawah dengan stomata, 5). Epidermis dengan mesofil bawah,
6). Hablur dengan Calsium Oksalat

2. STRAMONII FOLIUM (Daun Kecubung)


Tanaman Asal : Datura stramonium L.

Suku : Solanaceae

Serbuk daun kecubung :

1). Penampang melintang dengan parenkim bungan karang, fragmen


pembuluh dan sel yang berisi hablur Calsium oksalat .

2). Fragmen mesofil dengan sisitim pembuluh, hablur Calsium oksalat,


banyak dan khas.

3). Rambut penutup bersel banyak.

4). Rambut kelenjar, pendek dan bersel banyak, jarang tetapi sangat khas.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 8


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

3. ABRI FOLIUM (Daun Saga)


Tanaman Asal : Abrus precatorius L.
Suku : Papilonaceae
Serbuk daun saga :
1). Rambut penutup, 2). Epidermis atas, 3). Pembuluh kayu dengan penebalan
spiral, 4). Palisade, 5). Epidermis bawah dengan stomata dan rambut penutup,
6).Hablur Calsium oksalat pada tulang daun.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 9


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

SIMPLISIA KULIT BATANG (CORTEX)

1. CINNAMOMI CORTEX (Kulit Kayu Manis)


Tanaman Asal : Cinnamomum zeilanicum B.
Suku : Lauraceae
Serbuk Kulit Kayu Manis :
a). Sel jaringan empelur dengan jarum kalsium oksalat, kecoklatan, banyak,
khas
b). Serat kulit dan fragmennya, kuning pucat, berdiri sendiri, bernoktah
sedikit, panjang sampai 600 m, sangat banyak, khas dan kelihatan
menyolok pada pembesaran rendah.
c). Sel batu dari kulit primer, kekuningan pucat, dinding sel tebal, umumnya
berpenebaln merata, jarang terbentuk sepatu kuda, bernoktah, sangat
banyak, tidak begitu khas, terlihat nyata pada pembesaran rendah.
d). Sel parenkim kulit dengan hablur jarum dan sel secret (minyak atsiri),
kekuningan lembut, banyak dan khas
e). Sel parenkim kulit, mengandung pati, banyak tidak begitu khas
f). Butir pati, tunggal dan berkelompok (garis tegah 5-10 m, jarang sampai
20 m), banyak tidak betigu khas.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 10


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

2. TINOSPORAE CAULIS (Batang Brotowali)


Tanaman Asal : Tinospora crispa L.
Suku : Menispermaceae
Serbuk Batang Brotowali :
1). Serabut, 2). Fragmen gabus, 3). Serabut berisi hablur Calsium oksalat, 4).
Butir pati, 5). Hablur Calsium oksalat bentuk prisma, 6). Pembuluh kayu
dengan pembelahan tangga dan pembuluh kayu bernoktah, 7). Parenkim

SIMPLISIA RIMPANG (RHIZOMA)


1. ZINGIBERIS RHIZOMA (Rimpang Jahe)
Tanaman Asal : Zingiber officinale Rosc.
Suku : Zingiberaceae
Serbuk Rimpang Jahe :
1). Parenkim berisi butir pati, 2). Jaringan gabus dilihat tangensial, 3). Berkas
pembuluh, 4). Butir pati (diperbesar), 5). Periderm, 6). Pembuluh kayu,
7). Serabut, 8). Parenkim dengan sel sekresi

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 11


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

2. CURCUMAE DOESTICAE RHIZOMA (Rimpang Kuyit)


Tanaman Asal : Curcuma domestica Valeton.
Suku : Zingiberaceae
Serbuk Rimpang Kuyit :
1). Fragmen jaringan gabus (tampak atas)
2). Tampak samping jaringan gabus
3). Gumpalan pati, warna kuning, sering terlihat dalam parenkim, sangat
banyak da khas.
4). Fragmen pembuluh, jarang dan tidak khas
5). Fragmen sel parenkim, dinding sel halu, banyak dan tidak khas.

SIMPILISIA BUAH (FRUCTUS)

1. FOENICULI FRUCTUS (Buah Adas)


Tanaman Asal : Foeniculum vulgare Mill.
Suku : Apiaceae
Serbuk buah adas : Serbuk warna coklat kekuningan
1). Sel-sel dan saluran minyak, 2). Endokarp, 3). Endokarp (diperbesar), 4).
Serabut, 5). Endosperm dengan butir minyak dan butir aleuron yang berisi
Calsium oksalat bentuk roset, 6). Parenkim berpenebalan jala, 7). Epikarp,
kadang-kadang terdapat stomata.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 12


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

2. PIPERIS NIGRI FRUCTUS (Lada/Merica Hitam)


Tanaman Asal : Piper nigrum L.
Suku : Papilionaceae
Serbuk lada hitam :
1). Kelompok sel batu dari hypodermis, 2). Fragmen epikarp berikut
hypodermis, 3). Kelompok sel batu dari endocarp, 4). Fragmen mesokarp,
5). Fragmen perisperm dengan butir pati dan sel sekresi, 6). Butir pati, 7).
Fragmen epikarp berikut hipodermis tampak tangensial.

IV. CARA KERJA


1. Ambil sedikit serbuk simplisisa yang akan diperiksa, letakkan di atas
gelas obyek. Hangatkan di atas lampu spiritus, dan dijaga agar jangan
sampai mendidih. Tutup dengan gelas penutup.
2. Amati masing-masing simplisia yang telah diperlakukan sesuai dengan
cara pada point 1. Gunakan perbesaran lemah dan perbesaran kuat.

V. TUGAS
1. Gambarlah hasil pengamatan yang telah anda peroleh pada kertas yang
telah anda sediakan. Tunjukkan bagian-bagian atau fragmen-fragmen sel
yang anda temukan pada pengamatan untuk masing-mamg simplisia.
Bandingkan dengan gambar yang ada pada buku standar (MMI).
2. Sebutkan tanaman asal untuk masing-masing simplisia yang anda
periksa, dan sebutkan pula kegunaan masing-masing simplisia.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 13


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

PERCOBAAN III
PEMERIKSAAN HAKSEL

I. TUJUAN PERCOBAAN
Sesudah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat
melakukan identifikasi beberapa macam haksel yang biasa digunakan dalam
ramuan untuk pengobatan atau tersedia di apotek.
II. BAHAN DAN ALAT
Bahan uji yang diperiksa yaitu simplisia yang berasal dari daun, kulit
batang, akar dan rimpang, buah, dan biji :

No NAMA SIMPLISIA No NAMA SIMPLISIA


1 ABRI FOLIUM 24 KAEMPFERIAE RHIZOMA
2 AGLAIAE FOLIUM 25 MIRISTICAE SEMEN
3 ALIXIAE CORTEX 26 MURRAYAE FOLIUM
4 ANDROGRAPHIDIS HERBA 27 MYRISTICAE ARILLUS
5 ANISI FRUCTUS 28 MYRISTICAE SEMEN
6 ARECAE SEMEN 29 ORTHOSIPHONIS FOLIUM
7 BUAH MUNGSI 30 PANDANUS FOLIUM
8 CASSUMUNAR RHIZOMA 31 PARAMERIAE CORTEX
9 CINNAMOMI CORTEX 32 PHYLLANTI HRBA
10 CORIANDRI FRUCTUS 33 PIPERIS ALBI FRUCTUS
11 CUBEBAE FRUCTUS 34 PIPERIS NIGRI FRUCTUS
12 CUCURBITAE SEMEN 35 POLYANTHI FOLIUM
13 CUMINI FRUCTUS 36 PSIDII FOLIUM
14 CURCUMAE DOSMETICA RHIZOMA 37 RAUWOLFIAE RADIX
15 CURCUMAE RHIZOMA 38 RETROPRACTI FRUCTUS
16 ELEPHANTOPI HERBA 39 SAPPAN LIGNUM
17 FOENICULI FRUCTUS 40 SERICOCALYCIS FOLIUM
18 FOENIGRICI SEMEN 41 SONCHI FOLIUM
19 GALANGA RHIZOMA 42 STRAMONII FOLIUM
20 GRANATI FRUCTUS CORTEX 43 TINOSPORAE CAULIS
21 GUASSUMAE FOLIUM 44 USNEA THALLUS
22 IMPERATAE RHIZOMA 45 VETIPERIAE RADIX
23 ISORAE FRUCTUS 46 ZINGIBERIS RHIZOMA
Alat Yang digunakan :
- Kaca pembesar (loup)
- Pensil
- Kertas Gambar

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 14


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

III. CARA PEMERIKSAAN


Ambil sedikit contoh yang dapat mewakili (representatif) simplisia yang
akan diperiksa. Deskripsikan wujudnya secara umum, dan sebutkan ciri-ciri
khas/spesifik yang mungkin dimiliki. Lakukan uji secara organoleptis
(warna, bau, dan rasa), jika perlu haksel dapat dirobek, dipatahkan atau
dirernuk.

IV. TUGAS
1. Gambarlah contoh simplisia yang telah anda periksa sehingga anda dapat
mengingatnya.
2. Sebutkan tanaman asal dari simplisia yang anda periksa beserta
khasiatnya dalarn pengobatan.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 15


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

MINYAK ATSIRI

Minyak atsiri merupakan senyawa minyak yang berasal dari bahan


tumbuhan dengan beberapa sifat, antara lain : sangat mudah menguap
apabila dibiarkan pada udara terbuka, memiliki bau khas seperti pada
tumbuhan aslinya, umumnya tidak berwarna tetapi semakin lama menjadi gelap
karena mengalami oksidasi dan pendamaran. Karena sifatnya yang mudah
menguap, minyak atsiri sering pula disebut sebagai minyak menguap
(volatile oil) atau minyak eteris.
Di dalam tumbuhan, minyak atsiri terutama terdistribusi pada daun dan
bunga. Berdasarkan kategori familianya, minyak atsiri terakumulasi pada
bagian khusus, misalnya pada trikoma glanduler (Lamiaceae), pada sel
parenkim yang termodifikasi (Piperaceae), pada sel minyak / vittae
(Apiaceae), pada kelenjar minyak (Rutaceae, Pinaceae). Pada tumbuhan
dengan familia Coniferaceae, minyak atsiri terdapat hampir pada seluruh
jaringan. Pada familia Rosaceae minyak atsiri terutama terdapat pada petala
bunga, sedangkan pada tumbuhan genus Cinnamon minyak atsiri terdapat pada
batang dan juga daun. Pada familia tumbuhan yang lain, minyak atsiri mungkin
terakumulasi pada tempat-tempat tertentu yang berlainan.
Minyak atsiri dapat terjadi langsung dari aktivitas protoplasma,
dekomposisi lapisan resigen dinding sel atau dari hidrolisis senyawa
tertentu. Komposisi minyak atsiri sangat beragam dan terdiri dari beberapa
komponen yang sangat kompleks.
Komponen minyak atsiri dapat berupa :

1. Hidrokarbon
Monoterpena (C10H16) terdapat dalam hampir semua minyak atsiri.
Seskuiterpena (C20H32) terdapat dalam banyak minyak atsiri. Diterpena
(C20H32) hanya terdapat pada beberapa minyak atsiri. Terpena merupakan
komponen utama minyak atsiri, misalnya : Fellandren (Piperis nigri Fructus)
dan Kadinen (Piper cubebae Fructus)
Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 16
FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

2. Alkohol
Terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya alkohol alifatik, asiklik, dan dapat
pula dalarn bentuk esternya. misalnya : menthol (Oleum Menthae piperitae)
dan d-borneol (Oleum Cardamomi).

3. Aldehida
Terdapat dalam minyak atsiri dalam bentuk alifatik, asiklik,
heterosiklik dan aromatik. Contoh : Sinamil aldehida, (Oleum
Cinnamomi).

4. Keton
Terdapat dalarn minyak atsiri dalam bentuk alifatik, asiklik,
heterosiklik dan aromatik. Contoh : Carvon (Oleum Sinapis dan Oleum
Menthae piperitae)

5. Fenol
Bersifat sebagai antiseptik, misalnya : Eugenol (Oleum Carryophylli) dan
timol (thymi herba)

6. Eter fenolat
Anetol (Oleum Anisi) dan Safrol (Oleum Sassafras) metoksi safrol atau
miristin (Oleum Myristicae).

7. Oksida Sineol atau Eukaliptol


Oleurn Eucalypti dan Oleum Cayuputi.

8. Lain-lain
Asam, ester, turunan furan, lakton dan lain-lain.

Meskipun minyak atsiri memiliki keragaman kimiawi yang cukup besar,


namun sifat-sifat fisiknya satusama lain sangat mirip, yaitu bau khas, indeks
refraksi yang tinggi, umumnya bersifat optis aktif dan nilai rotasi yang spesifik,
tidak larut dalam air tetapi larut dalam eter, alkohol dan kebanyakan pelarut
Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 17
FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

organik. Sifat-sifat minyak atsiri tersebut perlu diketahui dan dipahami dengan
benar karena sangat penting untuk analisis minyak atsiri dan menganalisis adanya
pemalsuan dalam suatu sediaan.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 18


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

PERCOBAAN IV
PEMERIKSAAN MINYAK ATSIRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan mengetahui
sifat-sifat minyak atisir dan dapat melakukan cara-cara untuk
mengidentifikasi bahan alami nabati yang mengandung minyak atsiri baik
secara organoleptik, mikroskopi, maupun kimiawi.

II. BAHAN UJI


Bahan yang diperiksa :
Minyak cengkeh ( Oleum Caryophilli)
Minyak permrn (Oleum Menthae piperitae)
Minyak goreng (coconut oil / Oleum Cocos)
Minyak jarak (oleum sesami)

III. PEREAKSI DAN ALAT


Bahan yang digunakan :
Larutan Ferri klorida
Natrium klorida jenuh
Etanol
Alat yang digunakan :
- Gelas obyek
- Mikroskop
- Gelas penutup
- Tabung reaksi besar

IV. CARA KERJA


Identifikasi minyak atsiri secara umum
1. Teteskan satu tetes minyak atsiri pada permukaan air, maka minyak atsiri
akan menyebar dan air tidak akan menjadi keruh. Bandingkan dengan
minyak lemak.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 19


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

2. Teteskan satu tetes minyak atsiri pada sepotong kertas saring. Bila
dibiarkan, maka minyak atsiri akan menguap dengan sempurna tanpa
meninggalkan noda transparan. Banfingkan dengan minyak lemak.
3. Kocoklah 1ml minyak atsiri dengan 1 ml larutan natrium klorida jenuh
dalam tabung reaksi, biarkan memisah kembali. Volume lapisan air tidak
boleh bertambah.
4. Ukurlah kelarutan minyak atsiri dalam etanol, petroleum eter, dan
kloroform. Hitung berapa tetes pelarut yang diperlukan untuk melarutkan
dengan sempurna satu tetes minyak atsiri.
5. Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak atsiri. Cara :
ke dalam 2 ml larutan minyak atsiri (25% dalam etanol 95% netral)
tambahkan setetes larutan Ferri klorida. Amati warna yang terjadi. Deteksi
terjadinya reduksi volume minyak atsiri yang mengandung fenol dan
turunannya.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 20


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

PERCOBAAN V
IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK, DAN LILIN

Minyak lemak, lemak dan lilin dikelompokkan dalam kelompok yang


sama karena memiliki kesamaan komposisi kimia. Semuanya merupakan ester
asam lemak yang memiliki bobot molekul yang tinggi dan memiliki rantai karbon
yang panjang baik yang jenuh maupun yang tak jenuh.
Minyak lemak dan lemak menghasilkan gliserol bila disabunkan (reaksi
saponifikasi), sedangkan lilin tidak dapat tersabunkan. Lilin merupakan alkohol
rantai panjang sehingga tidak larut dalam air. Pada tanaman, lilin terdapat pada
dinding luar lapisan epidermis, biasanya pada buah dan daun. Minyak lemak dan
lemak diperoleh dari tumbuhan maupun hewan. Pemisahan kedua bahan tersebut
dapat dilakukan dengan pemerasan secara dingin maupun dengan pemanasan.
Perbedaan yang nyata antara minyak lemak dengan lemak adalah bahwa
minyak lemak berbentuk cair pada suhu kamar, sedangkan lemak berbentuk
padat. Lilin memiliki kepadatan yang lebih besar daripada lemak dan bersifat
rapuh, hal ini antara lain karena lilin merupakan hidrokarbon rantai panjang.
Contoh bahan-bahan yang tergolong minyak lemak, lemak dan lilin yang
banyak digunakan di bidang farmasi adalah :

Minyak lemak : Oleum sesami, oleum lini, oleum cocos


Lemak : Oleum cacao, adeps lanae
Lilin : Cera alba, cera flava, cetaceum.

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan
lilin, secara fisika dan kimia terutama untuk minyak lemak, lemak, dan lilin
yang sering digunakan dalam bidang farmasi.

II. BAHAN UJI


1. Minyak kelapa (Oleum Cocos)
2. Minyak kacang (Oleum Arachidis)
3. Oleum Cacao, Adep Lanae
4. Cera Alba, Cetaceum

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 21


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

III. PEREAKSI DAN ALAT


Pereaksi Yang digunakan :
Etanol
Eter
Aquadest
HCl 2N
NaOH 2N
KCI 2%
Air Sabun
Magnesim sulfat
Alat yang digunakan :
Tabung Reaksi
Pipet tetes
Lampu spiritus
Penangas air

IV. CARA KERJA


1. Uji Noda Lemak
Teteskan minyak lemak pada kertas saring, biarkan mengering. Amati
noda lemak yang jernih dan transparan. Untuk bahan nabati, lakukan
penyarian dengan eter, kemudian teteskan sari eter pada kertas saring.
Amati noda lemak yang jernih.
2. Uji Kelarutan
Ambillah satu tetes minyak dan tambahkan salah satu pelarut bertetes-
tetes sampai tepat larut. Catat berapa tetes pelarut yang digunakan.
3. Uji Pembentukan Emulsi
Kocok satu tetes minyak kelapa dalam tabung reaksi dengan 5 ml air.
Amati apa yang terjadi. Ulangi percobaan tersebut dengan penambahan
sedikit air sabun.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 22


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

4. Pembentukan Sabun
Didihkan 1 ml minyak lemak dalam 2 ml larutan Natrium hidroksida
2N, tambahkan 3 ml air. Amati apa yang terjadi. Bagi larutan menjadi
3 bagian. Netralkan satu bagian larutan dengan HCl 2N, satu bagian
yang lain ditambah dengan kalium klorida, dan sisanya ditambah
dengan magnesium sulfat. Amati apa yang terjadi.

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 23


FARMAKOGNOSI Buku Penuntun Praktikum

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, Departernen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid II. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid III, Departernen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan


Republik !ndonesia, Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid V, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta

Bettolo, G.B.M., Nicoletti, M. and Patamia, M., 1981, Plant Screening by


Chemical and Chromatographic Procedurs Under Field Condition, J.
of Chromatog., p. 213

Claus, E.P., 1970, Pharmacognosy, Lea & Febiger, Philadelphia

Lab. Farmakognosi Fitokimia_ STIFAR Yamasi Makassar 24


2016

PENUNTUN PRAKTIKUM
FARMAKOGNOSI

OLEH:

TIM LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA

LABORATORIUM
FARMAKOGNOSI FITOKIMIA
STIFAR YAMASI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
Rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penuntun ini dapat selesai.
Penuntun praktikum Metode Farmakologi disusun dan digunakan dalam
lingkungan Stifar Yayasan Mabulosibatang Makassar sebagai salah satu instrumen
penunjang dalam pengembangan basic pharmacology untuk menerapkan suatu
model pendekatan dan penerapan sistem terapi obat.
Namun disadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan referensi dalam
menyusun penuntun praktikum farmakologi, sehingga tim penyusun sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktif guna kesempurnaan penuntun
ini.
Akhirnya semoga penuntun praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita semua...
Amin.

Makassar, Agustus 2016

Praktikum Metode Farmakologi


i 1
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ..................................................................................... i

SAMPUL DALAM ..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR................................................................................. iii

DAFTAR ISI.............................................................................................. iv

PERCOBAAN 1 PENANGANAN HEWAN UJI ..................................... 1

PERCOBAAN 2 CARA PEMBERIAN SECARA ORAL......................... 8

PERCOBAAN 3 CARA PEMBERIAN SECARA PARENTERAL .......... 12

PERCOBAAN 4 EFEK ANALGETIK..................................................... 17

PERCOBAAN 5 EFEK ANTIPIRETIK................................................... 21

PERCOBAAN 6 EFEK DIARE.............................................................. 24

PERCOBAAN 7 EFEK TOKSISITAS AKUT ......................................... 28

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 35

LAMPIRAN ............................................................................................... 36

Praktikum Metode Farmakologi


iv 2
PERCOBAAN 1

PENANGANAN HEWAN UJI

A. KELINCI DAN MARMUT

Jangan sekali-kali memegang telinga karena saraf dan pembuluh darah

dapat terganggu.

Gambar1. Cara menghadel kelinci


B. TIKUS DAN MENCIT

Peganglah ekornya, tetapi hati-hati, jangan sampai hewan tersebut

membalikkan tubuhnya dan menggigit, karena itu selain ekornya pegang juga

bagian leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk

Gambar 2. Cara menghandel mencit untuk pemberian obat baik injeksi maupun peroral

Praktikum Metode Farmakologi 3


C. MENGGUNAKAN KEMBALI HEWAN YANG TELAH DIGUNAKAN

Untuk menghemat biaya, diperbolehkan menggunakan hewan uji lebih

dari sekali, walaupun demikian, jika hewan tersebut telah digunakan dalam satu

periode dan obat yang digunakan pada percobaan sebelumnya masih berada

dalam tubuh hewan, kemungkinan hasil percobaan berikutnya akan memberikan

data yang tidak maksimal lagi. Hal ini terutama terjadi pada kasus pemberian

barbiturat yang menyebabkan induksi enzim. Dengan dasar tersebut sehingga

hewan uji yang telah digunakan, baru dapat digunakan lagi untuk percobaan

berikutnya setelah selang waktu minimal 14 hari. Disamping itu kelinci harus

digunakan sebagai alternatif untuk cara pemberian internal maupun eksternal,

meskipun percobaan terjadi tidak berurutan.

D. MEMBERI KODE HEWAN UJI

Seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi hewan yang terdapat dalam

satu kelompok atau kandang, sehingga hewan uji perlu diberikan tanda atau

kode.

Gunakan larutan 10% asam pikrat dalam air dan sebuah sikat atau kuas

yang diberikan pada punggung hewan uji.

Punggung hewan uji dibagi menjadi 3 bagian :

1. Bagian kanan menunjukkan angka satuan

2. Bagian tengah menunjukkan angka puluhan

3. Bagian kiri menunjukkan angka ratusan

Dapat pula dengan memberi kode pada ujung ekor dengan garis

melintang atau sejajar sesuai nomor urut hewan uji.

Praktikum Metode Farmakologi 4


E. MEMBERI MAKAN HEWAN UJI UNTUK MENGURANGI VARIASI BIOLOGIS

1. Hewan uji biasanya memberikan hasil dengan variasi yang lebih besar

dibandingkan dengan percobaan in vitro karena adanya variasi biologis.

Maka untuk menjaga agar variasi sama, jenis kelamin yang sama, dipelihara

pada kondisi yang sama pula.

2. Hewan uji harus diberi makan sesuai dengan makanan standar dan diberi

minum ad libitum

3. Untuk mengurangi variasi biologis, hewan harus dipuasakan makan semalam

sebelum percobaan dimulai, tetapi tetap diberikan minum ad libitum

F. LUKA GIGITAN HEWAN

Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang berhubungan

dengan hewan uji. Luka yang bersifat abrasif atau luka yang agak dalam karena

gigitan hewan ataupun karena alat yang telah digunakan untuk percobaan

hewan harus diobati secepatnya menurut cara pertolongan pertama pada

kecelakaan. Apabila korban gigitan belum pernah mendapat kekebalan terhadap

tetanus, harus mendapat imunisasi sebagai profilaksis.

G. MEMUSNAHKAN HEWAN UJI

1. Cara terbaik untuk membunuh hewan uji adalah dengan memberikan suatu

anastetik over dosis. Injeksi barbiturat ( Natrium Pentobarbital 300mg/ml )

secara intravena untuk kelinci dan anjing, secara intraperitonial atau

intrathoracical untuk marmut, tikus dan mencit atau dengan inhalasi

menggunakan kloroform, karbon dioksida, nitrogen dalam wadah tertutup

untuk semua jenis hewan tersebut.

Praktikum Metode Farmakologi 5


2. Hewan uji disembelih kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik dan

dibungkus lagi dengan kertas, diletakkan di dalam tas plastik, ditutup dan

disimpan dalam lemari pendingin atau langsung diabukan.

H. PEMBERIAN OBAT PADA HEWAN UJI

1. Alat suntik

Tabung dan alat suntik harus steril jika akan digunakan pada kelinci,

marmut atau anjing tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih untuk

tikus atau mencit.

Setelah penyuntikakkan, cuci tabung dan jarum suntik tersebut,

semprotkan cairan ke dalam gelas piala dan jarum suntik dipegang erat

erat, ulangi cara ini tiga kali.

2. Heparinisasi

Untuk heparinisasi ( mencegah darah menggumpal ) dipakai 10 unit

heparin/1 ml darah

Untuk mencegah penggumpalan darah, sebelum dipakai tabung tabung

dan jarum suntik dicuci dengan larutan jenuh natrium oksalat steril.

3. Rute Pemberian obat

a. Pemberian per oral

Kelinci dan marmut

Cairan diberikan dengan bantuan kateter yang dilengkapi

dengan mouth block yaitu pipa kayu yang berbentuk silinder dengan

panjang sekitar 12 cm, diameter luar 3 cm dan diameter dalam 7 mm.

Mouth block dipasang ketika hewan dalam posisi duduk. Pada saat

Praktikum Metode Farmakologi 6


memasangnya tekan rahang hewan dengan ibu jari dan telunjuk.

Celupkan kateter ke dalam oesofagus melalui lubang mouth block.

Kateter dimasukkan sekitar 20 25 cm ( kateter ditandai pada 25 cm ).

Untuk memeriksa apakah kateter masuk oesofagus dan bukan pada

trachea, celupkan ujung luar kateter ke dalam air, jika timbul

gelembung udara berarti kateter tidak masuk ke dalam oesofagus.

Bentuk obat padat ( tablet, puyer atau kapsul ) diberikan pada

hewan pada posisi duduk dengan bantuan pipa plastik dan alat

pendorong. Pipa tersebut dimasukkan ke dalam farings dan obat

didorong masuk.

Tikus dan mencit

Pemberian obat dalam bentuk suspensi, larutan atau emulsi

dilakukan dengan bantuan jarum suntik yang ujungnya tumpul atau

berbentuk bola ( spuit (baca : spet) oral )

Gambar 3. Cara memberikan obat secara oral

Praktikum Metode Farmakologi 7


b. Pemberian intravena

Kelinci, Marmut, Mencit

Bulu-bulu telinga di sekitar pembuluh darah vena dicabut, lalu

diolesi alkohol, xylol atau dipanasi sedikit dengan api. Tekan

pembuluh darah tersebut di pangkal telinga (dekat kepala). Jarum

suntik bersama obatnya dimasukkan pelan-pelan searah dengan letak

pembuluh vena. Gunakan jarum yang panjangnya 0,5 inci dengan

ukuran 26 gauge. Setelah penyuntikan, bekas suntikan ditekan

dengan kapas bersih.

Gambar 4. Cara memberikan obat secara intravena (iv)

c. Pemberian secara intraperitonial

Kelinci, Marmut, Mencit

Penyuntikan dilakukan disekitar rongga perut, disekitar perut

diolesi alkohol. Jarum suntik bersama obatnya dimasukkan pelan

pelan dengan posisi kemiringan jarum suntik 20 o. Setelah

penyuntikan, bekas penyuntikan ditekan dengan kapas bersih.

Praktikum Metode Farmakologi 8


Gambar 5. Cara pemberian obat secara intraperitonial (ip)

Praktikum Metode Farmakologi 9


PERCOBAAN 2

CARA PEMBERIAN SECARA ORAL

A. TEORI

Untuk mengetahui efektifitas suatu oabt maka salah satu indikator yang

perlu diperhatikan adalah cara pemberian obat (drug administration).

Kemampuan absorpsi obat merupakan faktor yang penting dalam memilih cara

pemberian obat yang tepat.

Ada beberapa cara pemberian obat yang paling sering digunakan salah

satunya adalah cara pemberian secara ORAL ( peros ) yang merupakan cara

pemberian obat yang sebagian besar digunakan dalam terapi.

Cara pemberian secara oral merupakan terminologi ditelan,

dimaksudkan bahwa obat masuk melalui mulut dan langsung menuju ke saluran

pencernaan ( gastrointestinal tract = lambung atau usus ) baik bersifat sistemik

maupun lokal dalam tubuh. Dibandingkan cara lain, maka cara ini paling aman,

tidak sulit, menyenangkan dan aman dalam hal pemberian obatnya. Hal yang

tidak menguntungkan dengan cara ini adalah respon obat lambat, absorpsi tidak

teratur tergantung faktor interaksi obat makanan dalam saluran cerna.

B. TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui teknik cara pemberian oral terhadap hewan uji

Mengetahui dengan tepat obat telah sampai di saluran pencernaan hewan uji

Praktikum Metode Farmakologi 10


C. ALAT YANG DIGUNAKAN

Spuit oral ( baca : Spet )

Maag slang ( Stomach tube )

Feeding tube

Gelas kimia

Erlrenmeyer

Timbangan berat badan hewan uji

Spuit 3 ml, 5 ml dan 10 ml

D. BAHAN YANG DIGUNAKAN

Aquadest

Asam pikrat 10%

Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji

E. PROSEDURE KERJA

1. Bagi kelompok hewan uji ( Kelompok mencit dan kelompok kelinci ).

2. Timbang berat badan hewan uji ( mencit dan kelinci ) untuk mencit setiap

kelompok dapat melakukan penimbangan berat badan hewan uji.

3. Beri tanda hewan uji pada punggung dengan asam pikrat atau bahan lain yang

tidak berbahaya / aman yang oleh hewan uji tidak dapat menghilangkan tanda

tersebut.

4. Mencit dan kelinci yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian

obat ( 1 ml/20 g berat badan mencit dan 20 ml/ 2,5 Kg berat badan kelinci ).

5. Siapkan dosis pemberian hewan uji ( spuit oral yang bulat untuk mencit dan

spuit yang telah dilengkapi slang / kateter untuk kelinci ).

Praktikum Metode Farmakologi 11


MENCIT, Tangan kiri, ibu jari dan telunjuk menjepit tengkuk, pastikan kepala

mencit tidak menoleh kebelakang, kokoh menghadap kedepan, kemudian

kelingking dan jari manis menjepit ekor dan tangan kanan memegang spuit

untuk dimasukkan ke dalam mulut hewan uji tersebut.

KELINCI, Dilakukan 2 orang, satu memegang kepala pada posisi pemberian

obat, kedua tangan kanan memegang tengkuk dan kepala, sedangkan orang

yang lain siap memberikan obat.

6. Masukkan ke dalam mulut spuit atau slang secara perlahan lahan pastikan

obat masuk ke dalam saluran pencernaan ( bukan di paru ), setelah obat

sudah masuk tarik perlahan lahan spuit atau slang ( untuk kelinci

feeding tube atau alat lain yang dapat memasukkan obat ke dalam saluran

pencernaan ).

7. Setelah diberikan perlakuan hewan uji dimasukkan ke dalam kandang atau

tempat yang terpisah ( isolasi ) dari kandang semula, untuk memudahkan

pengamatan.

Praktikum Metode Farmakologi 12


F. HASIL PENGAMATAN

MENCIT ( DOSIS PEMBERIAN 1ML / 20 G BERAT BADAN )

KELOMPOK :

Replikasi hewan uji Berat badan (gram) Dosis (ml) Keterangan


1.

2.

3.

KELINCI ( DOSIS PEMBERIAN 20 ML / 2,5 KG BERAT BADAN )

KELOMPOK :

Replikasi hewan uji Berat badan (gram) Dosis (ml) Keterangan


1.

2.

3.

Praktikum Metode Farmakologi 13


PERCOBAAN 3

CARA PEMBERIAN SECARA PARENTERAL

A. TEORI

Pemberian obat secara parenteral merupakan salah satu rute pemberian

obat dimasuksudkan untuk mendapatkan efek farmakologi yang lebih cepat

dengan efek terapi yang dikehendaki.

Terminologi PARENTERAL di luar usus tidak mengalami suatu proses

farmakokinetik dalam saluran pencernaan tetapi langsung ke dalam sirkulasi

darah. Obat yang disuntikkan dengan cara parenteral adalah suatu yang

disuntikkan melalui lubang jarum yang runcing ke dalam tubuh pada berbagai

tempat dan dengan keadaan bermacam kedalaman.

Beberapa cara pemberian obat secara parenteral yaitu :

1. Intravena : disuntikkan ke dalam vena

2. Intramuskuler : disuntikkan ke dalam otot

3. Subkutan : disuntikan di bawah kulit

4. Intraperitonial : disuntikkan di sekitar rongga perut

5. Intraarteri : disuntikkan ke dalam pembuluh nadi

6. Intrakardial : disuntikkan ke dalam jantung

7. Intralumbal : disuntikkan ke dalam ruang pinggang

8. Intrapleural : disuntikkan ke dalam selaput dada

9. intraarticular : disuntikkan ke dalam celah sendi

Praktikum Metode Farmakologi 14


Obat yang rusak atau tidak diabsorpsi baik dalam saluran cerna sehingga

tidak memberikan respon terapi yang diinginkan maka alternatif cara pemberian

salah satunya adalah pemberian secara parenteral. Cara parenteral diinginkan

jika diperlukan absorpsi obat yang cepat., keadaan emergency, juga kadar obat

dalam darah dapat diramalkan. Cara pemeberian obat secara parenteral

digunakan juga sebagai alternatif pengobatan bagi penderita yang tidak dapat

bekerja sama, tidak patuh, hilang kesadaran dan tidak dapat direspon oleh

saluran cerna ( contoh : muntah ).

Namun perlu diketahui bahwa obat yang disuntikkan masuk ke dalam

tubuh maka efek toksik, kelebihan dosis karena ketidakhatia-hatian merupakan

hal yang sangat sulit untuk ditarik kembali, berbeda dengan cara pemberian oral,

obat yang masuk ke dalam saluran cerna begitu terjadi kesalahan maka dapat

dilakukan kumbah lambung untuk mengeluarkan obat tersebut dari saluran cerna.

Beberapa keuntungan pemakaian obat secara parenteral : dapat

memberikan respon yang cepat jika diinginkan ( penyakit jantung, asama, shock

), tidak efektif pada oral ( insulin , hormon, beberapa antibiotik ), respon oral yang

tidak diinginkan ( muntah ), obatnya dapat dikontrol oleh medis karena medis

yang melaksanakan penyuntikan, memberikan efek lokal yang diinginkan (

anastesi ), dapat menghasilkan efek terapi yang lama jika diinginkan ( steroid,

obat KB ), tidak mengganggu keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh.

Sedangkan kerugiannya : dilakukan oleh personel yang terlatih, membutuhkan

alat yang aseptik dan relatif mahal.

Praktikum Metode Farmakologi 15


B. TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui teknik cara pemberian parenteral terhadap hewan uji

Mengetahui dengan tepat obat telah masuk ke dalam pembuluh atau site

terget injeksi organ hewan uji

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

Spuit ( baca : spet ) 3 ml

Timbangan berat badan hewan uji

Kapas

Erlenmeyer

Tissu

D. BAHAN YANG DIGUNAKAN

Aquadest

Alkohol

Fenobarbital injeksi

Natrium thiopenthal injeksi

E. PROSEDUR KERJA

I. INTRAVENA ( IV )

1. Bagi kelompok hewan uji ( kelinci )

2. Timbang berat badan hewan uji yang akan diberikan perlakuan

3. Cukur rambut telinga hewan uji ( disekitar vena )

4. Bersihkan telinga hewan uji dengan alkohol ( antiseptik )

5. Pastikan bahwa pebuluh yang dicari adalah vena

Praktikum Metode Farmakologi 16


6. Hitung dosis injeksi fenobarbital yang akan diberikan sesuai berat badan

hewan uji

7. Lakukan penyuntikan secara intravena pada bagian telinga hewan uji

tersebut dengan injeksi fenobarbital yang telah dihitung dosisnya.

II. INTRAPERITONIAL ( IP )

1. Bagi kelompok hewan uji ( kelinci )

2. Timbang berat badan hewan uji yang akan diberikan perlakuan

3. Cukur rambut disekitar rongga perut

4. Bersihkan dengan alkohol ( ansiptik )

5. Pastikan bahwa penyuntikan dilakukan disekitar rongga perut

6. Hitung dosis injeksi natrium thiopenthal yang akan diberikan sesuai berat

badan hewan uji

7. Lakukan penyuntikan injeksi natrium thiopenthal secara intraperitonial

disekitar rongga perut hewan uji dengan sudut kemiringan spuit 20 o

derajat.

F. HASIL PENGAMATAN

I. INTRAVENA ( KELINCI )

KELOMPOK :

Replikasi Berat badan Dosis Keterangan


1.

2.

3.

Praktikum Metode Farmakologi 17


II. INTRAPERITONIAL ( MENCIT )

KELOMPOK :

Replikasi Berat badan Dosis Keterangan


1.

2.

3.

Praktikum Metode Farmakologi 18


PERCOBAAN 4

EFEK ANALGETIK

A. TEORI

Analgetika atau obat penghalang nyeri merupakan obat yang mengurangi

atau menghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Terminologi

nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan. Keadaan psikis sangat mempengaruhi

nyeri, misalnya emosi dapat menimbulkan sakit tetapi dapat pula menghindarkan

sensasi rangsangan nyeri. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang

toleransi nyeri yang berbeda-beda bagi setiap individu.

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang

berfungsi melindungi tubuh. Nyeri dianggap sebagai isyarat bahayan tentang

adanya gangguan di jaringan seperti perandangan (inflamasi), infeksi jasad renik,

kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh ganngguan mekanis, kimiawi atau fisis

dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu

pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain

dapat mengakibatkan reaksi radang dan kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri

di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa dan jaringan lain. Nociceptor adalah

reseptor yang terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, dari sini rangsangan

disalurkan ke otak melalui jaringan neuron dengan amat banyak sinaps melalui

sum-sum belakang, sum-sum lanjutan dan otak tengah.

Praktikum Metode Farmakologi 19


Mediator nyeri : histamin, serotonin, bradykinin, leukotrien dan

prostaglandin. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat dimana nyeri dirasakan

untuk pertama kali. Jadi intensitas rangsangan yang terendah saat merasakan

nyeri.

Penggolongan analgesik berdasarkan atas dasar kerja farmakologisnya

dibagi dua kelompok yaitu analgetika perifer dan analgetika narkotik

B. TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui efek annalgetik suatu obat

Mengetahui mekanisme terjadinya nyeri terhadap hewan uji

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

Spuit oral

Timbangan berat badan hewan uji

Kapas

Erlenmeyer

Tissu

Batang pengaduk

Gelas ukur

Termometer suhu badan

D. BAHAN YANG DIGUNAKAN

Larutan tragakan 0,5% dalam air

Asam pikrat 10%

Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji

Praktikum Metode Farmakologi 20


Infus atau ekstrak tanaman obat ( dibagi perkelompok ) yang digunakan

sebagai analhetik

Larutan koloidal Na.CMC 1%

Suspensi Parasetamol, Ibuprofen, Asetosal dalam tragakan 0,5%

Larutan steril asam asetat 1 % (perangsang nyeri)

Etanol 70%

E. CARA KERJA

1. Mencit 9 ekor, dibagi dalam 3 kelompok.

2. Mencit kelompok 1 (kontrol), diberi larutan tragakan 0,5%, melalui oral dengan

volume 0,2 ml/20 g BB

3. Mencit kelompok II dan diberi suspensi paracetamol 150 mg/kg BB dalam

tragakan 0,5% melalui oral

4. Mencit kelompok III diberi suspensi paracetamol 150 mg/kg BB dalam

tragakan 0,5% melalui oral

5. 30 menit kemudian seluruh kelompok hewan yang mendapat perlakuan,

disuntik intraperitoneal lartan steril asam asetat 1 % v/v dengan dosis 75

mg/kg BB.

6. Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat ( perut kejang dan kaki

ditarik ke belakang ).

Praktikum Metode Farmakologi 21


F. PENGUMPULAN DATA
Catat jumlah kumulatif Geliat yang timbul setiap selang waktu 5 menit selama 60
menit .

Perla Berat Oral IP Jumlah geliat tiap 5 menit ke (kali/5 Kumu


No. menit)
kuan (g) (ml) (ml) latif
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Trag
2 (A150)
3 (P150)
4 Trag
5 (A150)
6 (P150)
7 Trag
8 (A150)
9 (P50)

Hitung persen daya analgetik dengan rumus :

% daya analgetik = 100 ( P/K x 100 )

Keterangan :

P = Jumlah kumulatif Geliat mencit yang diberi obat analgetika.

K = Jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi tragakan 0,5% ( kontrol )

Praktikum Metode Farmakologi 22


PERCOBAAN 5

EFEK ANTIPIRETIK

A. TEORI

Kebanyakan suatu penyakit disebabkan oleh berbagai penyebab, sedangkan

demam merupakan gejala yang paling dominan yaitu terjadi peningkatan suhu tubuh.

Penyakit yang disertai oleh demam disebabkan oleh suatu infeksi sehingga terjadi

sepsis (masuknya bakteri dalam darah), suhu tubuh normal berkisar antara 36,5

37,2oC.

Efek antipiretik sebagai antipiretik, obat mirip aspirin akan menurunkan suhu

tubuh hanya pada keadaan demam.Walaupun kebanyakan obat ini memperlihatkan

efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat

toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama.

Demam adalah gejala penyakit dimana suhu tubuh lebih tinggi dari 37 derajat

Celsius. Kenaikan suhu 38 derajat Celsius pada anak di bawah 5 tahun dapat

menimbulkan febrile-konvulsi. Penyebab demam adalah interaksi kuman, parasit atau

organism lain.dan juga bisa disebabkan karena pengaruh non infeksi, dehidrasi, alergi,

stress, kanker dan lain-lain.

Mekanisme kerja obat antipiretik yaitu menekan efek zat pirogen

endogen dengan menghambat sintesis prostaglandin pada saat prostaglandin

mempengaruhi fungsi hipotalamus sebagai pusat pengatur suhu (thermostat).

Pada keadaan demam pusat pengatur suhu meningkat dan obat antipiretik

bekerja mengembalikan fungsi thermostat ke normal. Pembentukan panas tidak

Praktikum Metode Farmakologi 23


dihambat, tetapi hilangnya panas dipermudah dengan bertambahnya aliran

darah ke perifer dan pembentukan keringat.

B. TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui efek antipiretik suatu obat

Mengetahui mekanisme terjadinya demam terhadap hewan uji

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

Spuit oral

Timbangan berat badan hewan uji

Kapas

Erlenmeyer

Tissu

Batang pengaduk

Gelas ukur

Termometer suhu badan

D. BAHAN YANG DIGUNAKAN

Asam pikrat 10%

Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji

Infus atau ekstrak tanaman obat ( dibagi perkelompok ) yang digunakan

sebagai antipiretik

Larutan koloidal Na.CMC 1%

Larutan pepton

Suspensi Parasetamol, Asetosal, Antalgin

Etanol 70%

Praktikum Metode Farmakologi 24


E. CARA KERJA

1. Mencit 9 ekor, dibagi dalam 3 kelompok.

2. Diukur suhu terkait mencit pada suhu biasa

3. Di induksi dengan pepton sebanyak 1 ml.

4. Dibiarkan selama 30 menit.

5. Di ukur suhu demam setiap 10, 20, 40 menit.

6. Pada masing-masing mencit :

- Mencit 1, diberi larutan Na.CMC secara peroral.

- Mencit 2, diberi suspensi paracetamol secara peroral

- Mencit 3, diberi suspensi antalgin secara per oral

7. Diukur penurunan suhu badan mencit pada tiap menit ke 10, 20 dan 40.

8. Dicatat penurunan suhu mencit.

F. Tabel pengamatan Antipiretik

No SAMPEL BB SUHU SUHU SUHU PERLAKUAN


(MENCIT AWAL DEMA
) M 10 20 40

Praktikum Metode Farmakologi 25


PERCOBAAN 6

EFEK DIARE

A. TEORI

Diare adalah berak dengan tinja encer, biasanya diikuti dengan frekuensi

berak yang sering. Frekuensi normal berkisar antara 3 kali perhari sampai 2 kali

perminggu. Hampir semua penyakit saluran makanan bagian bawah (SMBB)

disertai gejala diare.

Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana frekuensi defakasi

meningkat abnormal dari keadaan biasanya dengan fases berupa cairan. Untuk

mengerti dasar terjadinya diare sebagai kejadian kehilangan cairan usus, perlu

diketahui dasar pengelolaan air di saluran makanan. Tiap hari sekitar 9 liter air

masuk ke saluran makanan, terdiri dari 2 liter dari makanan dan 7 liter dari

sekresi ludah, lambung, empedu, pankreas dan usus halus. Sekitar 1 liter

bersama ampas makanan masuk ke kolon proksimal selanjutnya kolon bekerja

menyerap air dan elektrolit, mendorong gerak peristaltik akhirnya sampai di

sigmoid menjadi lebih padat, bila ujungnya merengang rektum terjadi refleks

defekasi.

Penyebab diare : Bakteri melepaskan toksin ( vibriocholera ) yang

menghambat absorpsi NaCl dan air dan menstimulasi aktivitas sekresi mukosa

usus, bakteri atau virus yang menyebabkan inflamasi, obat yang berkhasiat

laksatif, antibiotik ( klindamisin, tetrasiklin, sulfonamide ) antibiotik spektrum luas,

Praktikum Metode Farmakologi 26


golongan antihipertensi ( reserpin, metildopa ) obat dengan efek kolinergik (

neostigmin, bethanekol ), oportunistik pathogen pada penderita AIDS, penyekit

endokrin, penyakit neurologik, keracunan timah hitam ( Pb ), alergi, defisiensi

immunoglobulin.

Macam diare : diare akut, berlangsung mendadak pada orang orang

yang sebeklumnya tanpa keluhan berlanjut selama 72 jam atau kurang 3 hari,

sedangkan diare kronik berlangsung beberapa minggu atau bulan mungkin

intermitten atau dapat terus menerus, serangan terjadi lebih dari 14 hari.

Penatalaksanaan terapi : Non obat dan terapi obat ( adsorben, adstrigen,

demulgen, antibiotik, antispasmodik, opiate, antisekretori, enzim laktase ).

B. TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui efek antidiare suatu obat

Mengetahui mekanisme terjadinya diare terhadap hewan uji

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

Spuit oral

Timbangan berat badan hewan uji

Kapas

Erlenmeyer

Tissu

Batang pengaduk

Gelas ukur

Kertas saring

Praktikum Metode Farmakologi 27


D. BAHAN YANG DIGUNAKAN

Aquadest

Asam pikrat 10%

Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji

Infus atau ekstrak tanaman obat ( dibagi kelompok ) yang digunakan sebagai

obat diare

Larutan koloidal Na.CMC 1%

Loperamida

Oleum ricini

E. PROSEDUR KERJA

1. Bagi kelompok hewan uji, obat dan ekstrak atau infus termasuk kontrol (

puasakan hewan uji 4 sebelum perlakuan )

2. Timbang berat badan hewan uji mencit.

3. Beri tanda hewan uji pada punggung dengan asam pikrat atau bahan lain yang

tidak berbahaya / aman yang oleh hewan uji tidak dapat menghilangkan tanda

tersebut sesuai dengan replikasi dan perlakuan.

4. Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian obat ( 1

ml/20 g berat badan ).

5. Siapkan dosis pemberian hewan uji pada spuit oral ( perlakuan dan kontrol ).

6. Memasukkan ke dalam mulut spuit atau perlahan lahan pastikan obat masuk

ke dalam saluran pencernaan ( bukan di paru ), setelah obat sudah masuk

tarik perlahan lahan spuit tersebut.

Praktikum Metode Farmakologi 28


7. Hewan uji diletakkan di atas kertas saring atau metode lain untuk menampung

dan mengamati feses yang dikeluarkan, meliputi waktu keluarnya feses,

frekuensi keluarnya feses dan volume feses yang keluar.

F. HASIL PENGAMATAN

Kelompok : Kontrol ( larutan koloidal Na.CMC 1% )

Kelompok : Loperamida

Kelompok : Infus atau ekstrak ( daun jambu biji )

Pengamatan
Replikasi Waktu pertama
Hewan uji Pengeluaran Frekuensi Konsistensi
Feses
1.

2.

3.

Praktikum Metode Farmakologi 29


PERCOBAAN 7

EFEK TOKSISITAS AKUT

A. TEORI

Toksisitas adalah efek berbahaya dari suatu obat pada organ target.

Setiap zat kimia pada dasarnya racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh

pengaturan dosis yang tidak sesuai atau melebihi sehingga terjadi over dosis. Uji

toksisitas tidak hanya untuk mengetahui terpaparnya suatu objek yang diteliti,

tetapi lebih dari itu untuk mengetahui batas keamanan suatu obat. Uji toksisitas

dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. Uji toksisitas akut

2. Uji toksisitas subkronis

3. Uji toksisitas kronis

Toksisitas akut didefinisikan sebagai efek berbahaya yang terjadi dalam

waktu singkat setelah pemberian obat dalam waktu 24 jam hingga beberapa hari,

umumnya 3 14 hari, tergantung gejala yang ditimbulkannya. Uji toksisitas akut

diperlukan untuk mengetahui :

1. Dosis total dan yang biasa ditentukan adalah LD50

2. Gejala keracunan obat

3. Penyebab keracunan hewan percobaan

4. Memperkirakan organ terget yang terkena akibat toksik.

Praktikum Metode Farmakologi 30


Mekanisme toksisitas terjadi karena interaksi biokimia antara zat toksik

atau metabolitnya dengan struktur reseptor tertentu dalam tubuh dimana reseptor

sebagai site of action zat kimia.

Reseptor berfungsi sebagai sistem biologis yang dapat mengenali

berbagai zat yang mempunyai sifat kimia khusus, jika berkaitan dengan suatu

senyawa yang diberikan pada dosis tertentu maka senyawa akan memberikan

efek biologis, namun bila dosis ditingkatkan maka reseptor mengalami perubahan

yang merupakan stimulus yang terjadi pada positif atau negatif. Mekanisme kerja

diperlihatkan secara skematis sebagai berikut :

S R Stimulus ( + atau - ) Keracunan integral

S = Obat

R = Reseptor

Klasifikasi tingkat toksisitas sebagai berikut :

1. > 15 g/kg Praktis tidak toksik

2. 5 15 g/kg Sedikit toksik

3. 0,5 5 g/kg Toksik sedang

4. 50 500 mg/kg Sangat toksik

5. 5 50 mg/kg Luar biasa toksik

6. < 5 mg/kg Super toksik

B. TUJUAN PERCOBAAN

Mengetahui efek toksisitas akut yang terjadi setelah pemberian obat

Mengetahui mekanisme terjadinya toksik terhadap hewan uji

C. ALAT YANG DIGUNAKAN

Praktikum Metode Farmakologi 31


Spuit oral

Timbangan berat badan hewan uji

Kapas

Erlenmeyer

Tissu

Batang pengaduk

Gelas ukur

D. BAHAN YANG DIGUNAKAN

Aquadest

Asam pikrat 10%

Bahan lain yang dapat memberikan tanda atau kode pada hewan uji

Infus atau ekstrak tanaman obat ( dibagi perkelompok )

Larutan koloidal Na. CMC 1%

E. PROSEDUR KERJA

1. Bagi kelompok hewan uji

2. Timbang berat badan hewan uji mencit

3. Beri tanda hewan uji pada punggung dengan asam pikrat atau bahan lain

yang tidak berbahaya / aman oleh hewan uji dan tidak dapat menghilangkan

tanda tersebut pada diri hewan uji sesuai denga replikasi dan perlakuan

4. Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian ( 1 ml/ 20 g

berat badan mencit )

5. Siapkan dosis pemberian hewan uji pada spuit oral

Praktikum Metode Farmakologi 32


6. Spuit dimasukkan ke dalam mulut secara perlahan lahan ke dalam saluran

pencernaan ( pastikan masuk ke dalam saluran cerna bukan ke dalam PARU

), setelah obat sudah masuk tarik perlahan lahan spuit.

7. Setelah diberikan perlakuan, hewan uji dimasukkan ke adalam kandang atau

tempat yang cocok untuk dilakukan pengamatan.

Praktikum Metode Farmakologi 33


F. HASIL PENGAMATAN

PAREMETER YANG DINILAI


% Pening. Penur.a
WAKTU
KONS. Laju. ktif. Lumpuh Kejang Urinasi Diare Salivasi
(MENIT)
BAHAN Nafas gerak
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
5

10

15
CMC
1% 30
kontrol
60

120

180
5

10

15
Ekstrak/
infus 30
5%
60

120

180
5

10

Ekstrak/ 15
infus
10% 30

60

120

Praktikum Metode Farmakologi 34


180
5

10

15
Ekstrak/
infus 30
15%
60

120

180
5

10

15
Ekstrak/
infus 30
20%
60

120

180
5

10

15
Ekstrak/
infus 30
30%
60

120

180

Praktikum Metode Farmakologi 35


KELOMPOK PERLAKUAN :

KELOMPOK 1 : Kontrol

KELOMPOK 2 : Ekstrak / infus 5%

KELOMPOK 3 : Ekstrak / infus 10%

KELOMPOK 4 : Ekstrak / infus 15%

KELOMPOK 5 : Ekstrak / infus 20%

KELOMPOK 6 : Ekstrak / infus 30%

TANDA HASIL PENGAMATAN

(-) : Tidak ada respon

(+) : Ada respon

(o) : Hewan uji mati

Praktikum Metode Farmakologi 36


DAFTAR PUSTAKA

Djide, N dan Sartini, 1997, Farmakologi dan Terapi, Pendekatan Pada


Keperawatan, Makassar

Ganiswara, S.G, 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi 4, Bagian Farmakologi


FKUI, Jakarta

Ganong. W.F, 1998, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 17, Alih Bahasa: M.
Djauhari Widjajakusumah, dkk, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta

Malole, M.B.M, Pramono, S, 1986, Penggunaan Hewan hewan Percobaan di


Laboratorium, Depdikbud, Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi, IPB, Bogor

Noer, S, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta

Indijah, S.W., Nida, K, 2006, Panduan Praktikum Farmakologi, Laboratorium


Farmakologi, Jurusan Farmasi Poltekkes Jakarta II, Jakarta

Shargel L, dan Yu, A,B.C, 1988, Biofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan,


Edisi Kedua, Alih Bahasa : Siti Sjamsiah dan Fasich, Airlangga University
Press, Surabaya

Sjamsiah, S, 2001, Diare, Fakultas Farmasi Unair, Surabaya

Tim Dosen Laboratorium Biofarmasi, 2000, Penuntun Praktikum Biofarmasetik


dan Farmakokinetik, Edisi Ketiga, Jurusan Farmasi FMIPA Unhas,
Makassar

Tim Farmakologi, 2011, Penuntun Praktikum Farmakologi, Jurusan Farmasi


Politeknik Kesehatan, Makassar

Turco, S, 1994, Steril Dosage Forms, Their Preparation and Clinical


Application, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia

Wells, B.G, et.al, 2000, Pharmacotherapy Handbook, 2nd edition, Appleton &
Lange, New York

Praktikum Metode Farmakologi 37


Lampiran 1

PERBANDINGAN LUAS PERMUKAAN TUBUH HEWAN PERCOBAAN


( UNTUK KONVERSI DOSIS )

Hewan dan Mencit Tikus Marmut Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia
BB rata-rata 20 g 200 g 400 g 1,5 kg 2,0 kg 4,0 kg 12,0 kg 70,0 kg
Mencit 1,0 7,0 12,29 27,8 28,7 64,1 124,2 387,9
20 g
Mencit 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 60,5
20 g
Marmut 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,06 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
2,0 kg
Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
4,0 kg
Anjing 0,006 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12,0 kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,76 0,16 0,32 1,0
70,0 kg

Praktikum Metode Farmakologi 38


Lampiran 2

KARAKTERISTIK HEWAN UJI

Mencit Tikus Marmut Kelinci Anjing


Karateristik Mus musculus Rattus novergicus Cavia percellus Orylolagus cuniculus Caris familiaris

Pubertas 35 hari 40-60 hari 60-70 hari 4 bulan 7-9 bulan

Masa beranak Sepanjang Sepanjang Sepanjang Mei-September -


Tahun Tahun Tahun

Lama hamil 19-20 hari 21-23 hari 63 hari 28-36 hari 62-63 hari

Jumlah sekali 4-12 6-8 2-5 5-6 1-18


lahir (ekor) 6-8 (biasa)

Lama hidup 2-3 tahun 2-3 tahun 7-8 tahun 8 tahun 12 16 tahun

Masa tumbuh 6 bulan 4-5 bulan 15 bulan 4-6 bulan 12-15 bulan

Masa laktasi 21 hari 21 hari 21 hari - 6-8 minggu

Frekwensi 4 kali 7 kali 4 kali 3-4 kali 1-2 kali


kelahiran/tahun

Suhu tubuh 37,9-39,2 37,7-38,8 37,8-39,5 38,5-39,5 37,5-39,0


(oC)

Kecepatan 136-216 kali 100-150 kali 100-150 kali 50-60 kali 15-28 kali
respirasi/menit

Tekanan darah 147/106 130/95 - 110/80 148/100

Volume darah 7,5 7,5 6 5 7,2-9,5


(%BB)

Luas K = 11,4 K = 9,13 K = 8,88 K = 12,89 K = 12,322


permukaan g = BB g = BB g = BB g = BB g = BB
tubuh 0 =
Kg3g2

Praktikum Metode Farmakologi 39


Lampiran 3

VOLUME MAKSIMUM LARUTAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA HEWAN UJI

Jenis hewan uji Rute pemberian dan volume maksimum pemberian (ml)

dan BB IV IM IP SK PO

Mencit ( 20-30 g ) 0,5 0,05 1,0 0,5-1,0 1,0

Tikus ( 100 g ) 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0 5,0

Hamster ( 50 g ) - 0,10 1,0-5,0 2,5 2,5

Marmut ( 250 g ) - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0

Merpati ( 300 g ) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0

Kelinci ( 2,5 kg ) 5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0

Kucing ( 3 kg ) 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0

Anjing ( 5 kg ) 10,0-20,0 5,0 20,0-50,0 10,0 100,0

Keterangan : Didistribusikan ke daerah yang lebih luas

BB = Bobot Badan

IV = Intravena

IM = Intramuskuler

IP = Intraperitoneal

SK = Subkutan

PO = Peroral

Praktikum Metode Farmakologi 40


Lampiran 4.
Jenis-jenis Hewan percobaan:

No Jenis hewan percobaan Spesies


1. Mencit (Laboratory mince) Mus musculus
2. Tikus (Laboratory Rat) Rattus norvegicus
3. Golden (Syrian) Haruster Mescoricetus auratus
4. Chinese Haruster Cricetulus griseus
5. Marmut Cavia porcellus (Cavia cobaya)
6. Kelinci Oryctolagus cuniculus
7. Mongolian gerbil Meriones unguiculatus
8. Forret Mustela putorius furo
9. Tikus kapas (cotton rat) Sigmodon hispidus
10. Anjing Canis familiaris
11. Kucing Fells catus
12. Kera ekor panjang (Cynomolgus) Macaca fascicularis (Macaca irus)
13. Barak Macaca nemestrina
14. Lutung/monyet daun Presbytis ctistata
15. Kera rhesus Macaca mulata
16. Chimpanzee Pan troglodytes
17. Kera Sulawesi Macaca nigra
18. Babi Sus scrofa domestica
19. Ayam Gallus domesticus
20. Burung dara Columba livia domestica
21. Katak Rana sp.
22. Salamander Hynobius sp.
23. Lain-lain

Tabel 1. Jenis-Jenis Hewan Percobaan


(Sulaksonono, M.E., 1987)

Praktikum Metode Farmakologi 41


Lampiran 5.
Data biologik normal Mencit
- Konsumsi pakan per hari 5 g (umur 8 minggu)
- Konsumsi air minum per hari 6,7 ml (umur 8 minggu)
- Diet protein 20-25%
- Ekskresi urine per hari 0,5-1 ml
- lama hidup 1,5 tahun
- Bobot badan dewasa
- Jantan 25-40 g
- Betina 20-40 g
- Bobot lahir 1-1,5 g
- Dewasa kelamin (jantan=betina) 28-49 hari
- Siklus estrus (menstruasi) 4-5 hari (polyestrus)
- Umur sapih 21 hari
- Mulai makan pakan kering 10 hari
- Rasio kawin 1 jantan 3 betina
- Jumlah kromosom 40
- Suhu rektal 37,5oC
- Laju respirasi 163 x/mn
- Denyut jantung 310 840 x/mn
- Pengambilan darah maksimum 7,7 ml/Kg
- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt) 8,7 10,5 X 106 / l
- Kadar haemoglobin(Hb) 13,4 g/dl
- Pack Cell Volume (PCV) 44%
- Jumlah sel darah putih (Leucocyte) 8,4 X 103 /l

Praktikum Metode Farmakologi 42


Lampiran 6

CONTOH PERHITUNGAN DOSIS


MENGGUNAKAN TABEL KONVERSI

Contoh : Parasetamol 500 mg


Dosis untuk manusia = 500 mg
Dosis untuk mencit = Dosis manusia x faktor konversi
= 500 mg x 0026
= 1,3 mg / 20 g mencit (sesuai standar
berat badan mencit pada tabel konversi)
Contoh : Diketahui setelah penimbangan berat badan mencit adalah 24,5 g.
Dosis yang diberikan kepada hewan uji tersebut =
24,5 g
24,5 g bb mencit = x 1,3 mg
20 g
= 1,592 mg
= 0,001592 g / 1 ml (volume maksimal yang
diberikan kepada hewan uji mencit)

Pembuatan sediaan suspensi parasetamol % b/v


Akan dibuat 100 ml suspensi parasetamol
Parasetamol = 100 ml x 1,592 mg
= 159,2 mg
= 0,1592 % b/v
Pembuatan suspensi parasetamol 0,195% b/v
Ditimbang tablet parasetamol = 625 mg/tablet, setara dengan 500 mg
parasetamol.
Berapa mg tablet parasetamol yang diambil untuk membuat suspensi
parasetamol 0,1592% b/v
159,2mg
x 625 mg = 199 mg
500mg

Praktikum Metode Farmakologi 43


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa
atas Rahmat dan hidayah-Nyalah sehingga penuntun ini dapat selesai.
Penuntun praktikum Metode Farmakologi disusun dan digunakan
dalam lingkungan Stifar Yayasan Mabulosibatang Makassar sebagai salah
satu instrumen penunjang dalam pengembangan basic pharmacology untuk
menerapkan suatu model pendekatan dan penerapan sistem terapi obat.
Namun disadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan referensi
dalam menyusun penuntun praktikum farmakologi, sehingga tim penyusun
sangat mengharapkan kritikan dan saran yang konstruktif guna
kesempurnaan penuntun ini.
Akhirnya semoga penuntun praktikum ini dapat bermanfaat bagi kita
semua... Amin.

Makassar, Agustus 2016

Praktikum Farmakologi STIFAR YAMASI iii


DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN..................................................................................... i

SAMPUL DALAM..................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iv

PERCOBAAN 1 PENANGANAN HEWAN UJI..................................... 1

PERCOBAAN 2 CARA PEMBERIAN SECARA ORAL ........................ 8

PERCOBAAN 3 CARA PEMBERIAN SECARA PARENTERAL .......... 12

PERCOBAAN 4 EFEK ANALGETIK .................................................... 17

PERCOBAAN 5 EFEK ANTIPIRETIK .................................................. 21

PERCOBAAN 6 EFEK DIARE ............................................................. 24

PERCOBAAN 7 EFEK TOKSISITAS AKUT......................................... 28

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 35

LAMPIRAN............................................................................................... 36

Praktikum Farmakologi STIFAR YAMASI iv


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN MABULOSIBATANG
MAKASSAR
2016
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
YAYASAN MABULOSIBATANG
MAKASSAR
2016

Anda mungkin juga menyukai