Anda di halaman 1dari 7

TUGAS I

MANAJEMEN ENERGI
(SUPPLY SIDE MANAGEMENT DEMAND SIDE MANAGEMENT)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Manajemen Energi dan Teknologi

DISUSUN OLEH :

LUKMANUL HAKIM
NPM. 250120160023

MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


SEKOLAH PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016

Soal :
Apa yang dimaksud dengan SSM dan DSM?
Buat literatur mengenai SSM (Suplay Side Management) dan DSM (Demand Side
Management) berkenaan dengan permasalahan ketenagalistrikan (krisis energi
listrik) tentang: arti / maksudnya, tujuannya, penyebabnya, hal yang seharusnya
dilakukan, dan metode atau cara mengatasinya .

Jawab :
SSM (Suplay Side Management) dan DSM (Demand Side Management)
merupakan strategi dalam melakukan manajemen energi. Manajemen Energi
dilakukan agar penyediaan energi listrik untuk rakyat dapat terpenuhi atau tidak
terjadi krisis energi listrik yaitu dengan menyeimbangkan penawaran (supply) atau
dari sisi produsen dan permintaan (Demand) atau dari sisi konsumen. Untuk lebih
jelas mengenai SSM dan DSM dalam manajemen energi listik dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

ENERGY
SAVING

SSM (Supply DSM (Demand


Side Side
Management) Management)

POWER LOAD CONSERVAT


PURCHASE MANAGEMENT ION
Captive Power Peak Clipping House
Independent
Sumber : bahan kuliah Manajemen Energi tahun 2016

A. Supply Side Management (SSM)


Supply Side Management (SSM) dapat diartikan sebagai upaya
manajemen energi dari sisi suplai atau penyediaan sumber energi listrik, yaitu
dari sisi pembangkit listrik dan perusahaan yang mengatur peredarannya agar
efisien dan kompetitif. SSM dilakukan dengan upaya untuk meningkatkan
pasokan sumber energi listrik dari berbagai sumber untuk memenuhi
kebutuhan konsumen. Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang diberikan
wewenang dalam pengaturan energi listrik bagi rakyat mempunyai peran yang
sangat penting penyediaan energi listrik. SSM juga mengacu pada tindakan

1
yang diambil untuk memastikan pembangkit, transmisi dan distribusi energi
dilakukan secara efisien. Hal ini menjadi sangat penting bagi pengaturan
industri listrik di banyak negara, di mana efisiensi penggunaan sumber energi
yang tersedia menjadi penting untuk tetap kompetitif
Tujuan dari SSM adalah untuk meningkatkan penyediaan energi listrik
bagi rakyat yang terus bertambah. Selain itu juga untuk efisiensi penyediaan
energi listrik dengan cara mengurangi atau mengganti pasokan energi yang
berasal dari energi fosil dengan energi alternatif yang ramah lingkungan untuk
menghasilkan energi listrik yang semaksimal mungkin dengan tingkat emisi
yang kecil sehingga lingkungan tetap terjaga dengan baik serta mengurangi
pemanasan global.
Penyebab diperlukannya SSM karena tingkat permintaan energi listrik
yang terus meningkat menyebabkan PLN selaku badan usaha milik negara
(BUMN) yang menyelenggarakan usaha penyediaan tenaga listrik bagi
kepentingan umum berusaha mencari sumber energi, baik fosil maupun energi
terbarukan untuk memenuhi pasokan listrik tersebut. Jumlah pelanggan PLN
terus meningkat dimana pada tahun 2013 sebanyak 53.996.208 pelanggan
menjadi 57.493.244 pelanggan pada tahun 2014 atau naik sekitar 6,48%
(Ditjen Ketenagalistrikan, 2015). Hal ini menjadi tantangan bagi PLN karena
disatu sisi harus menyediakan sumber energi yang besar bagi rakyat, disisi
lain juga harus memperhatikan aspek lingkungan dengan menggunakan energi
terbarukan.
Hal yang perlu dilakukan yaitu dengan meningkatkan pasokan sumber
energi listrik dengan mencari sumber energi listrik baru dengan cara
mengoptimalkan pembangkit listrik milik PLN sendiri (captive power) dan
juga membeli dari penyedia sumber energi listrik yang swasta (independent).
Menurut Ditjen Ketenagalistrikan (2015) bahwa sampai dengan akhir tahun
2014 kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik di Indonesia mencapai
53.065,50 MW yang terdiri dari pembangkit PLN sebesar 37.379,53 MW dan
Non PLN sebesar 15.685,97 MW dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar
50.898,51 MW, maka kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik naik
sebesar 2.166,99 MW atau 4,25%. Produksi tenaga listrik yang dihasilkan

2
PLN pada tahun 2014 sebesar 175.296,97 GWh, sedangkan tenaga listrik dari
hasil pembelian (purchase) sebesar 53.257,93 GWh sehingga total tenaga
listrik yang disediakan PLN sebesar 228.554,90 GWh.
Menurut PLN lampung (2011) bahwa kondisi cadangan daya yang ideal
adalah 30% dari beban puncak. Jadi apabila beban puncak di Provinsi
Lampung adalah 769 MW, maka cadangan dayanya harus 231 MW. Jika
Cadangan daya ini terpenuhi, maka apabila pembangkit terbesar di Lampung
(mis. PLTU Tarahan berkapasitas 200 MW) mengalami masa pemeliharaan,
maka pemadaman bergilir dapat dihindarkan
Perusahaan yang menggunakan sumber energi untuk menyediakan
listrik dapat melihat cara memodifikasi profil beban mereka untuk
memungkinkan efisiensi peralatan pembangkit, setidaknya mereka
menggunakan sumber energi seminimal mungkin (dibandingkan dengan
peralatan efisiensi tinggi yang harus digunakan secara maksimal). Mereka
mungkin meningkatkan pemeliharaan dan kontrol peralatan yang ada, atau
meng-upgrade peralatan teknologi. Pengguna energi biasanya akan
memfokuskan upaya mereka pada metode Demand Side Management (DSM)
tetapi beberapa perusahaan penggunan sumber energi akan
mempertimbangkan sisi penawaran juga. Sebagai contoh, mereka mungkin
melihat di sisi pembangkit alternatif termasuk cogeneration atau
mempertimbangkan diversifikasi sumber bahan bakar alternatif (seperti gas
alam, tenaga surya, angin, biofuel). Untuk mengurangi ketergantungan
penggunaan sumber energi non-renewable.

B. Demand Side Management (DSM)


DSM dapat diartikan sebagai upaya manajemen energi dari sisi demand
atau sisi konsumen yaitu dengan penghematan yang dilakukan di sisi
konsumen tenaga listrik dengan metode untuk menurunkan atau mengubah
kurva beban tenaga listrik. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi
laju permintaan energi antara lain dilakukan dengan pemasyarakatan lampu
hemat energi (LHE). DSM melibatkan pada permintaan atau pelanggan energi
listrik, baik langsung atau tidak langsung yang dirangsang oleh penggunaan

3
listrik dalam mengelola dan mengoptimalkan konsumsi energi yang tersedia
agar optimal. DSM mencakup manajemen beban, konservasi strategis, dan
pertumbuhan strategis (Khan et al, 2009).
DSM dilakukan dengan memodifikasi pola penggunaan listrik melalui
pengaturan waktu dan mengurangi penggunaan listrik. DSM juga dilakukan
untuk mendorong aksi dari konsumen untuk mengurangi atau menghemat
penggunaan listrik agar biaya listrik menjadi rendah.
Pemyebabnya adalah pengguna listrik biasanya menggunakan listrik
pada saat bersamaan yaitu pada jam 18.00-22.00 atau yang dinamakan dengan
Waktu Beban Puncak (WBP). Bisa dibayangkan jika semua konsumen listrik
menyalakan semua peralatan listriknya dan digunakan pada saat yang sama,
maka daya listrik yang disediakan PLN tidak akan mencukupi. Oleh karena
itu, DSM sangat penting untuk dilakukan.
Beban puncak untuk wilayah Jawa-Bali merupakan yang tertinggi di
Indonesia. Berdasarkan data PLN, beban puncak pada 13 Mei 2016 pukul
18.00 WIB mencapai 24.461 MW. Angka ini meningkat 203 MW dari rekor
tertinggi sebelumnya, yakni 24.258 MW pada 5 November 2015 pukul 18.00
WIB. Peningkatan di tahun 2016 ini lebih cepat dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Fenomena beban puncak listrik tertinggi di Sistem Jawa-Bali
biasa terjadi setiap akhir tahun. Pertumbuhan konsumsi listrik yang diikuti
dengan pertumbuhan pelanggan mendorong peningkatan beban puncak lebih
cepat.
Menurut Wicaksono (2016) Beban Puncak untuk wilayah Jawa Bali
dapat dilihat sebagai berikut :
Daya Beban
No Tanggal Pukul
Puncak (MW)
1 20 Oktober 2010 18.00 18.000
2 30 November 2011 19.00 19.739
3 15 Oktober 2012 18.00 21.237
4 17 Oktober 2013 18.30 22.567
5 21 Oktober 2014 18.00 23.900
6 5 November 2015 18.00 24.258
7 13 Mei 2016 18.00 24.461

Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengatur waktu penggunaan

4
listrik (Load Management) dan menghemat penggunaan listrik dengan
mematikan listrik ketika tidak digunakan agar lebh efisien (Conservation).
Pengaturan waktu penggunaan listrik dilakukan dengan penurunan
penggunaan daya listrik pada saat WBP atau memindahkan penggunaan listrik
pada waktu selain WBP. Misalnya pada saat WBP, listrik digunakan hanya
untuk menyalakan lampu untuk penerangan saja. Pada saat WBP tidak
menggunakan energi listrik yang besar seperti menyetrika, menghidupkan
mesin air, menyalakan Air Conditioner (AC), menggunakan penanak nasi
listrik (rice cooker).Penghematan penggunaan listrik (conservation) dilakukan
dengan mematikan peralatan listrik ketika sudah selesai digunakan atau
dengan menggunakan peralatan hemat energi seperti lampu LED hemat
energi,
DSM memiliki berbagai efek menguntungkan, termasuk mengurangi
keadaan darurat sistem listrik, mengurangi jumlah pemadaman dan
meningkatkan keandalan sistem listrik. Manfaat lainnya juga dapat mencakup
mengurangi ketergantungan pada impor dari bahan bakar minyak, mengurangi
harga energi, dan mengurangi emisi berbahaya bagi lingkungan. Pada
akhirnya, DSM memiliki peran penting dalam menunda investasi yang tinggi
dalam sisi pembangkit listrik, jaringan transmisi dan distribusi. Jadi DSM
diterapkan untuk sistem penyediaan listrik yang signifikan, ekonomis,
keandalan dan ramah lingkungan.
Penerapan DSM pada sisi permintaan yaitu memanfaatkan energi listrik
sebaik mungkin atau seefisien mungkin dengan cara mengaudit kebutuhan
energi listrik. Penggunaan lampu hemat energi, penggunaan energi yang tidak
berlebihan dan hanya digunakan pada saat yang diperlukan sehingga dapat
menurunkan biaya penggunaan energi listrik. Krisis energi merupakan suatu
masalah pada supply dan demand pada energy listrik. Untuk itulah perlu
diterapkannya SSM dan DSM pada energi listrik.
DAFTAR PUSTAKA

Ditjen Ketenagalistrikan. 2015. Statistik Ketenagalistrikan Tahun 2014. Jakarta:


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

5
Khan, M. T., Afu, Mohammed. 2009). A review of electrical energy management
techniques: supply and consumer side (industries). Journal of Energy in
Southern Africa Vol 20 No 3 August 2009.

PLN. 2011. Mengenal sistim kelistrikan. http://www.pln.co.id/lampung/?p=3551.


diakses 10 Oktober 2016.

Wicaksono, P.E. (2016, 15 Mei). Pemakaian AC Naik, Beban Puncak Listrik


Jawa-Bali Tembus Rekor. Liputan 6 Bisnis (online).
http://bisnis.liputan6.com/read/2507418/pemakaian-ac-naik-beban-puncak-
listrik-jawa-bali-tembus-rekor. Diakses tanggal 10 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai