PENDAHULUAN
1
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Cakupan diagnosis hipertensi
oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24.0%, atau dengan kata lain sebanyak 76.0%
kejadian hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis. Prevalensi hipertensi di Jawa
dan Sumatera memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari prevalensi nasional.
Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu, penyakit
hipertensi harus dicegah dan diobati. Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas dari penyakit hipertensi ini maka diperlukan gambaran
mengenai hipertensi dan akan dihubungkan usia penderita yang akan diuraikan pada
mini project ini.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk melihat gambaran tentang penderita penyakit hipertensi di Puskesmas
Rawasari pada tahun 2015.
2
1.4.2 Tujuan Khusus
1.5 Manfaat
1.5.1 Masyarakat
1.5.2 Puskesmas
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).7 Hipertensi didefinisikan
oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
2.2 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka
4
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan
sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari
sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di
tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan
pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak mempunyai keluhan.
5
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular,
dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,merokok, serta
polisitemia.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII), klasifikasi hipertensi
pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
derajat I dan derajat II.
6
terisolasi
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH
7
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat
karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade
kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur
akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal
juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus menurun.
C. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini
terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
D. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
8
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopresin lebih besar.
E. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,
1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status
gizi normal menurut standar internasional). Perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin
plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan
peningkatan tekanan darah secara terus menerus.
F. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam
dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena
budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam
dan MSG.
9
G. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif
oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti
dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
batang perhari.
H. Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi
hipertensi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan
hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka
bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas.
Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi
kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis.
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
10
2.5 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian
yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal
ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi, yaitu:
11
No Sistem Organ Komplikasi
1 Jantung Infark miokard
Angina pectoris
Gagal jantung kongestif
2 Sistem saraf pusat Stroke
Ensefalopati hipertensif
3 Mata Retinopati hipertensif
4 Ginjal Gagal ginjal kronis
5 Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai
sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi
maligna.
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali.
12
2.6 Penatalaksanaan
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan
berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak,
latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol
hipertensi.
Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif.
Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai
pencegahan primer dari hipertensi.
13
b. Farmakologis
2. Pada populasi umum yang berusia <60 tahun, terapi farmakologi dimuali ketika
tekanan darah diastoliknya 90 mmHg. Target penurunan tekanan darahnya adalah <
90 mmHg. Untuk usia 30-59 tahun, rekomendasi kuat, tingkat rekomendasi A dan
untuk usia 18-292 tahun, opini ahli, tingkat rekomendasi E.
3. Pada populasi umum usia < 60 tahu, terapi farmakologi dimuali ketika tekanan darah
sistoliknya 140 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 140 mmHg.
4. Pada populasi umum dengan usia 18 tahun yang mengidap penyakit ginjal kronik,
trapi farmakologi diawali ketika tekanan darah sistoliknya 140 mmHg atau tekanan
darah diastoliknya 90 mmHg. Target terapi yaitu menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.
5. Pada populasi yang berusia 18 tahun yang menderita diabetes, terapi farmakologi
diawali ketika tekanan darag sistoliknya 140 mmHg atau diastoliknya 90 mmHg.
Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistoliknya < 140 mmHg atau
diastoliknya < 90 mmHg.
6. Pada populasi umum yang bukan berasal dari ras berkulit hitam, termasuk yang
menderita diabetes, terapi antihipertensi awal sebaiknya termasuk diuretika tipe
tiazida, penghambat saluran kaklsium, pemhambat enzim ACE, atau penghambat
reseptor angiotensin.
7. Populasi ras berkulit hitam, termasuk mereka yang menderita diabetes, terapi
antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe tiazida atau penghambat saluran
kalsium.
8. Pada populasi berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi antihipertensi
awal atua tambahan hendaknya termasuk penghambat enzim ACE atau penghambat
reseptor angiotensin untuk memperbaiki fungsi ginjal. Hal ini berlaku untuk semua
penderita penyakit ginjal kronik tanpa melihat ras atau status diabetes.
14
9. Tujuan utama dari tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga target
tekanan darag. Jika target tekaan darah tidak tercapai dalam waktu 1 bvulan terapi,
maka dosis obat awal dapat dinaikkan atau tambahkan obat kedua dari kelompok obat
hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium,
penghambat enzim ACE, dan penghambat reseptor angiotensin). Penilaian terhadap
tekanan darah hendaknya tetap dilakukan, sesuaikan regimen terapi hingga target
tekanan darah tercapai. Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan terapi oleh 2
jenis obat, maka tambahkan obat ke tiga dari kelompok obat yang tersedia. Jangan
menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat reseptor angiotensin
bersama-sama pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat- obat antihipertensi yang tersedia
pada rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau kebutuhan untuk menggunakan
lebih dari 3 macam obat, maka obat antihipertensi dari kelompok yang lain dapat
digunakan. Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi
15
6. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati.
BAB III
METODE
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Mini project ini mengambil populasi
pasien hipertensi yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas Rawasari dari
bulan Januari hingga Desember 2015. Sampel di ambil dari data sekunder kunjungan
poli umum Puskesmas Rawasari. Oleh karena itu, pengambilan sampel adalah non
ranom accidental.
Hipertensi
Kejadian Hipertensi
berdasarkan Usia
Faktor Risiko
- Faktor Genetik
- Usia
- Jenis Kelamin
- Etnis
- Obesitas
- Pola asupan
makanan
16
Gambar 1. Kerangka Konsep
BAB IV
HASIL
Kota jambi merupakan Ibukota Provinsi Jambi, yang memiliki slogan Jambi
Kota Beradat . Geografi wilayah kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan
dengan luas 20,538 ha atau 205.38 km2. Wilayah kota Jambi dikelilingi oleh wilayah
kabupaten Muaro Jambi baik dari arah utara, selatan, barat, maupun timur.
17
Gambar 2. Peta Kota Jambi
Dari sisi iklim, Kota Jambi termasuk beriklim tropis. Musim hujan jatuh pada
bulan Oktober sampai April (yang dipengaruhi oleh musim timut selatan) dan musim
kemarau pada bulan April sampai Oktober (yang dipengaruhi oleh musim barat).
Keadaan iklim rata-rata kota Jambi dalam kurun waktu tahun 2003-2006 terlihat cukup
18
berfluktuasi. Penduduk kota Jambi terdiri dari masyarakat yang heterogen, Jumlah Hasil
Proyeksi Penduduk Tahun 2013 tercatat penduduk Kota Jambi sebanyak 569.331 jiwa.
Komposisi pekerjaan menurut lapangan usaha utama yang digeluti masyarakat Kota
jambi (persentase penduduk usia 15 tahun ke atas) tahun 2013, adalah sebagai berikut:
19
5 Lainnya (pertambangan, 24,92
perggalian; Listrik, gas, air;
Bangunan ; angkutan
perdagangan dan komunikasi,
keuangan, asuransi persewaan
dan jasa perusahaan.)
TOTAL 100%
Tabel 5. Komposisi Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha Utama Masyarakat Kota
Jambi Tahun 2015
20
4. Sebelah Selatan berbatan dengan Kelurahan Suka Karya dan Kenali Asam
Bawah
Jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga dan jumlah RT tahun 2015 di banding tahun
2014 serta keadaan demografik wilayah kerja puskesmas Rawasari dapat dilihat pada
tabel berikut:
21
puskesmas Pembantu, yaitu Pustu Sei. Sawang, Pustu Simpang III Sipin, Pustu Kenali
Permai, dan Pustu Kampung Hidayat. Dan Sebagian ke Puskesmas sekitar atau praktek
swasta. Otonomi daerah dengan dukungan pemerintah daerah cukup baik, mata
pencarian penduduk mayoritas petani dan pegawai negeri dan yang lainnya pedagang,
buruh dan pensiunan pegawai negeri.
4.5 Pendidikan
22
17 Asisten Apoteker D III 2 orang
18 Asisten Apoteker 1 orang
19 Cras Program ( PCPPM) 1 orang
20 LCPK 3 orang
Tebel 8. Jumlah tenaga kerja puskesmas rawasari
Visi
23
5. Memelihara sarana dan prasarana puskesmas yang mendukung pelayanan
kesehatan.
6. Melaksanakan sistem informasi kesehatan yang cepat dan tepat.
1 2 3 4
7 Dispepsia K 30 1.614
8 Gastritis K 29 1.524
24
9 1.510
Tabel 10. Sepuluh penyakit terbanyak diwilayah Puskesmas Rawasari tahun 2014
adalah sbb
Jumlah Kasus
No. Penyakit Kode ICD
1 2 3 4
25
8 Gastritis K 29 1.379
26
27
Berdasarkan tabel 11, pasien penderita hipertensi pada tahun 2015 memiliki jumlah
3.604 orang, dengan penderita yang baru terdeteksi hipertensi ditahun 2015 dengan
jenis kelamin Laki-laki berjumlah 169 orang dan pasien lama hipertensi berjumlah
1.366 orang sehingga total penderita hipertensi berjenis kelamin pria berjumlah 1.535
orang, sedangkan penderita hipertensi yang baru terdiagnosis ditahun 2015 jenis
kelamin perempuan memiliki angka lebih tinggi yaitu 294 orang dan pasien lama
hipertensi 1.775 orang dengan total pasien wanita hipertensi sebesar 2.069. Total
penderita baru yang terdeteksi hipertensi jenis kelamin pria dan wanita pada tahun 2015
berjumlah 463 orang. Hipertensi esensial ini merupakan penyakit ke 2 dari daftar 10
penyakit terbesar pada Puskesmas Rawasari.
Berdasarkan tabel 12, penderita hipertensi dikelompokan berdasarkan usia 15-25 tahun
memiliki penderita hipertensi yang baru terdeteksi sebanyak 7 orang pria, 1 orang
penderita yang telah lama terdeteksi hipertensi dan 3 orang wanita yang baru terdeteksi
hipertensi. pada usia 26-44 tahun penderita pria baru 55 orang dan lama 86 orang,
sedangkan penderita wanita baru terdeteksi 101 orang dan lama 252 orang, pada usia
45-60 tahun memiliki 64 orang penderita hipertensi pria yang baru terdeteksi dan 658
penderita lama sedangkan penderita pada wanita baru 139 orang dan 1.038 penderita
lama, untuk usia >60 tahun penderita baru pria 43 orang lama 621 dan penderita wanita
yang baru terdeteksi 51 orang dan 485 penderita lama.
28
BAB V
DISKUSI
5.1 Hasil
Data yang dihasilkan pada mini project ini adalah mengenai gambaran penderita
hipertensi berdasarkan usia pada tahun 2015 yaitu akan di tampilkan berdasarkan
pengelompokan usia yaitu 15 - 25 tahun, 26 - 44 tahun, 45 60 tahun, dan > 60 tahun.
Hasil ini mencangkup jumlah penderita baru dan penderita lama pada tiap bulan nya
berdasarkan jenis kelamin dan penderita berdasarkan pengelompokan usia.
1400
1177
1200
1000
800 722
664 Laki-Laki
600 536 Perempuan
400 353
200 141
8 3
0
15 - 25 tahun 26 - 44 tahun 45 - 60 tahun > 60 tahun
29
2000
1775
1800
1600
1366
1400
1200
600
400 294
169
200
0
Laki Perempuan
Berdasarkan grafik diatas yaitu grafik penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin
dimana terlihat bahwa penderita hipertensi banyak dialami oleh perempuan dari laki-
laki, penderita hipertensi yang baru terdeteksi pda tahun 2015 berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 169 orang, pasien penderita hipertensi lama berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 1366 orang. Sedangkan pada perempuan sebanyak 294 orang penderita
hipertensi yang baru terdeteksi dan sebanyak 1775 orang penderita hipertensi lama.
30
50
46
45
40
36 35
35 33 33
30
26 26
24
25
19 19 Laki - laki
20 17 18 18
14 15 15 Perempuan
15 13 12
10 11 11
10 7
5 32
31
5.2 Pembahasan
Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang berusia diatas 40 tahun, namun
saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda. Sebagian besar
hipertensi primer terjadi pada usia 25 - 45 tahun dan hanya sedikit terjadi dibawah usia
20 tahun hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan
kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat seperti merokok.
Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia,
hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif, yang lebih sering pada
usia tua. pada saat terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko
peningkatan penyakit yang meliputi kelainan syaraf/ kejiwaan, kelainan jantung dan
pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan kelainan metabolism pada
tubuh.
Dari data yang telah diteliti bahwa penderita hipertensi pada Puskesmas
Rawasari usia terendah ditemukan pada usia 15 25 tahun sebanyak 8 orang,
selanjutnya mengalami peningkatan jumlah pasien penderita hipertensi pada usia 45
60 tahun sebanyak 1.899 orang, pada usia > 60 tahun mengalami penurunan jumlah
penderita hipertensi,. pada penderita hipertensi ini harus dilakukan mengkajian lebih
lanjut faktor resiko terjadinya hipertensi pada pasien usia muda, kepatuhan terhadap
pengobatan pada setiap pasien dan pengontrolan tekanan darah serta memeriksakan
kesehatan secara berkala agar tidak jatuh pada kondisi yang lebih berat, mengingat
hipertensi menjadi urutan ke 2 dari 10 macam penyakit terbesar pada puskesmas
rawasari. Untuk menghindari kemungkinan tidak terdeteksinya penderita hipertensi
alangkah baiknya apabila setiap pasien kunjungan ke Puskesmas Rawasari dilakukan
pemeriksaan tekanan darah, dengan begitu pendataan bisa lebih akurat sebagai laporan
penderita hipertensi pada puskesmas rawasari, dan kemudian bisa dilakukannya
pendataan semua penduduk melalui RT untuk setiap kelurahan mengenai data
penduduk yang memiliki usia diatas 15 tahun dan dilakukannya skrining pemeriksaan
tekanan darah.
32
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1. Penderita hipertensi pada Puskesmas Rawasari periode Januari Desember
2015 berdasarkan usia yang digolongkan menurut beberapa kelompok yaitu
15 25 tahun sebanyak 11 orang pria dan wanita, 25 44 tahun sebanyak
494 orang, 45 60 tahun sebanyak 1.899 orang merupakan usia tertinggi
yang banyak menderita hipertensi dan usia > 60 tahun sebanyak 1.200 orang,
penderita hipertensi banyak di derita oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
2. Hipertensi banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 294
orang dan laki-laki sebanyak 169 orang pada periode Januari - Desember
tahun 2016.
3. Total penderita hipertensi sebanyak 3.604 orang, dengan jumlah penderita
yang baru terdeteksi sebanyak 463 orang, penderita lama sebanyak 3.141
orang.
6.2 Saran
1. Dilakukannya pemeriksaan tekanan darah pada seluruh pasien yang berobat ke
Puskesmas Rawasari.
2. Pencatatan dan pendataan penduduk melalui RT untuk setiap kelurahan terhadap
masyarakat yang berusia diatas 15 tahun dan dilakukankan skrining pemeriksaan
tekanan darah.
3. Membuka posyandu Lansia dan melatih kader posyandu mengingat lansia
memiliki akses yang terbatas untuk sampai ke pusat pelayanan kesehatan demi
memudahkan dan mengurangi angka kesakitan akan hipertensi.
4. Memberikan informasi dan edukasi terkait hipertensi pada masyarakat sekitar
akan pemeriksaan diri terutama tekanan darah secara berkala, kepatuhan
pengobatan, dan pola hidup masyarakat.
33
DAFTAR PUSTAKA
34