Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang dapat menimbulkan


berbagai komplikasi, misalnya stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan.
American Society of Hypertension (ASH) mendefinisikan hipertensi sebagai suatu
sindrom kardiovaskuler yang progresif sebagai akibat dari kondisi lain yang kompleks
dan saling berhubungan.
Menurut Depkes RI, peningkatan usia harapan hidup akan menambah jumlah lanjut
usia (lansia) yang akan berdampak pada pergeseran pola penyakit di masyarakat dari
penyakit infeksi ke penyakit degenerasi. Prevalensi penyakit menular mengalami
penurunan, sedangkan penyakit tidak menular (PTM) seperti hipertensi cenderung
mengalami peningkatan.
Pada tahun 1997 sebanyak 15 juta penduduk Indonesia mengalami hipertensi tetapi
hanya 4% yang melakukan kontrol rutin. Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT,
2001) di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkkan bahwa 27% laki-laki
dan 29% wanita menderita hipertensi; 0,3% mengalami penyakit jantung iskemik dan
stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga
penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari faktor risiko. Sebanyak
70% adalah hipertensi ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan sehingga menjadi
ganas (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya 10% penyebabnya
diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh darah.
Berdasarkan Survei Kesehatan Nasional Tahun 2001, angka kesakitan Hipertensi pada
dewasa sebanyak 6-15% dan kasusnya cenderung meningkat menurut peningkatan usia.
Beberapa penyakit tidak menular yang ada tersebut, penyakit kardiovaskular
mempunyai kontribusi cukup besar terhadap tingginya angka kesakitan, kecacatan dan
kematian akibat PTM.

1
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Cakupan diagnosis hipertensi
oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24.0%, atau dengan kata lain sebanyak 76.0%
kejadian hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis. Prevalensi hipertensi di Jawa
dan Sumatera memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari prevalensi nasional.
Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu, penyakit
hipertensi harus dicegah dan diobati. Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas dari penyakit hipertensi ini maka diperlukan gambaran
mengenai hipertensi dan akan dihubungkan usia penderita yang akan diuraikan pada
mini project ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan data di atas, dapat dinilai cakupan penderita hipertensi terus mengalami
peningkatan terhadap tingginya angka kesakitan, kecacatan dan kematian. Oleh
karena itu melalui mini project ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
tentang gambaran penyakit hipertensi berdasarkan usia yang diambil dari bulan
Januari Desember 2015 di Puskesmas Rawasari.

1.3 Ruang Lingkup


Mini project ini dibuat berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Puskesmas
Rawasari. Data tersebut diperoleh dari hasil pencatatan selama periode Januari
hingga Desember 2015.

1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk melihat gambaran tentang penderita penyakit hipertensi di Puskesmas
Rawasari pada tahun 2015.

2
1.4.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui adakah hubungan antara hipertensi terhadap usia penderita


pada Puskesmas Rawasari.
Untuk mengetahui adakah hubungan antara hipertensi dengan jenis kelamin
penderita.
Untuk melihat tentang status penderita hipertensi (pasien lama atau baru) di
Puskesmas Rawasari.

1.5 Manfaat

1.5.1 Masyarakat

Untuk memberikan gambaran umum tentang penyakit hipertensi agar


masyarakat dapat terhindar dari penyakit hipertensi.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan kepatuhan dalam pengobatan
dan pemeriksaan kesehatan secara berkala terutama pada penderita hipertensi
agar terhindar dari komplikasi hipertensi.

1.5.2 Puskesmas

Untuk memberikan gambaran tentang penyakit hipertensi berdasarkan usia


yang terjadi pada puskesmas Rawasari pada tahun 2015.
Untuk memberikan gambaran tentang penyakit hipertensi berdasarkan jenis
kelamin yang terjadi pada Puskesmas Rawasari tahun 2015
Untuk melihat status penderita hipertensi pada Puskesmas Rawasari tahun
2015.
1.5.3 Dokter Internsip
Untuk menambah pengetahuan yang akan ditunjukan dalam hubungan yang
terjadi pada gambaran hipertensi dan usia penderita, serta sebagai salah satu
syarat kelulusan dokter internsip.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).7 Hipertensi didefinisikan
oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.

Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi berbagai


faktor resiko yang dimiliki seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang
tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga, jenis kelamin, dan umur. Faktor yang
dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perilaku merokok, pola
konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak jenuh.

Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke, kelemahan jantung,


penyakit jantung koroner (PJK), gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada
kelemahan fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat berakibat
kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang
merupakan salah satu faktor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung
(cardiovascular).

2.2 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka

4
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan
sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari
sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di
tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan
pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak mempunyai keluhan.

2.3 Klasifikasi Hipertensi


Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung).
Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil
pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan
diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak
dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit
secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang
melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan
dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua
denyutan. Hipertensi campuran merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan
diastolik.

5
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular,
dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,merokok, serta
polisitemia.

2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab


spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular
renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing, feokromositoma, koartasio
aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII), klasifikasi hipertensi
pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
derajat I dan derajat II.

Klasifikasi Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik


Normal < 120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Stadium I 140-159 90-99
Stadium II >160 >100
Tabel 1. Hipertensi berdasarkan JNC VIII

Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah


Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Hipertensi berat 180 110
Hipertensi sedang 160 179 100 109
Hipertensi ringan 140 159 90 99
Hipertensi perbatasan 120 149 90 94
Hipertensi sistolik 120 149 < 90
perbatasan
Hipertensi sistolik > 140 < 90

6
terisolasi
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH

2.4 Etiologi Hipertensi


Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan oleh
faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu,
stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling umum pada
penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati. Risiko relatif
hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat
dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur,
jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres,
obesitas dan nutrisi.
A. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar
sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu
dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga.
B. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang
berumur di atas 60 tahun, 50 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama

7
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat
karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade
kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur
akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal
juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus menurun.
C. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini
terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
D. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang

8
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopresin lebih besar.
E. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,
1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status
gizi normal menurut standar internasional). Perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin
plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan
peningkatan tekanan darah secara terus menerus.
F. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam
dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena
budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam
dan MSG.

9
G. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif
oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Womens Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti
dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
batang perhari.
H. Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi
hipertensi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan
hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka
bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas.
Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi
kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis.
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.

10
2.5 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian
yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal
ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi, yaitu:

11
No Sistem Organ Komplikasi
1 Jantung Infark miokard
Angina pectoris
Gagal jantung kongestif
2 Sistem saraf pusat Stroke
Ensefalopati hipertensif
3 Mata Retinopati hipertensif
4 Ginjal Gagal ginjal kronis
5 Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer

Tabel 3. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai
sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi
maligna.
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali.

12
2.6 Penatalaksanaan

Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:


Target tekanan darah yatiu <140/90 mmHg dan untuk individu berisiko tinggi
seperti diabetes melitus, gagal ginjal target tekanan darah adalah <130/80 mmHg.
Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.
Menghambat laju penyakit ginjal.

a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan
berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak,
latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol
hipertensi.
Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif.
Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai
pencegahan primer dari hipertensi.

Mengurangi asupan natrium


Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian obat anti hipertensi
oleh dokter.

Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol


Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya. Sementara konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat
meningkatkan risiko hipertensi.

13
b. Farmakologis

Pedoman tatalaksana hipertensi menurut JNC 8 rekomendasi yang diusulkan adalah


sebagai berikut:
1. Pada populasi umum yang berusia 60 tahun, terapi farmakologi dimuali ketika
tekanan darah sistolik 150 mmHg dan diastolik 90 mmHg. Target terapi merupakan
untuk menurunkan tekanan darah sistolik menjad < 150 mmHg dan diastolik menjadi <
90 mmHg.

2. Pada populasi umum yang berusia <60 tahun, terapi farmakologi dimuali ketika
tekanan darah diastoliknya 90 mmHg. Target penurunan tekanan darahnya adalah <
90 mmHg. Untuk usia 30-59 tahun, rekomendasi kuat, tingkat rekomendasi A dan
untuk usia 18-292 tahun, opini ahli, tingkat rekomendasi E.

3. Pada populasi umum usia < 60 tahu, terapi farmakologi dimuali ketika tekanan darah
sistoliknya 140 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 140 mmHg.

4. Pada populasi umum dengan usia 18 tahun yang mengidap penyakit ginjal kronik,
trapi farmakologi diawali ketika tekanan darah sistoliknya 140 mmHg atau tekanan
darah diastoliknya 90 mmHg. Target terapi yaitu menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.

5. Pada populasi yang berusia 18 tahun yang menderita diabetes, terapi farmakologi
diawali ketika tekanan darag sistoliknya 140 mmHg atau diastoliknya 90 mmHg.
Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistoliknya < 140 mmHg atau
diastoliknya < 90 mmHg.

6. Pada populasi umum yang bukan berasal dari ras berkulit hitam, termasuk yang
menderita diabetes, terapi antihipertensi awal sebaiknya termasuk diuretika tipe
tiazida, penghambat saluran kaklsium, pemhambat enzim ACE, atau penghambat
reseptor angiotensin.

7. Populasi ras berkulit hitam, termasuk mereka yang menderita diabetes, terapi
antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe tiazida atau penghambat saluran
kalsium.

8. Pada populasi berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi antihipertensi
awal atua tambahan hendaknya termasuk penghambat enzim ACE atau penghambat
reseptor angiotensin untuk memperbaiki fungsi ginjal. Hal ini berlaku untuk semua
penderita penyakit ginjal kronik tanpa melihat ras atau status diabetes.

14
9. Tujuan utama dari tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga target
tekanan darag. Jika target tekaan darah tidak tercapai dalam waktu 1 bvulan terapi,
maka dosis obat awal dapat dinaikkan atau tambahkan obat kedua dari kelompok obat
hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium,
penghambat enzim ACE, dan penghambat reseptor angiotensin). Penilaian terhadap
tekanan darah hendaknya tetap dilakukan, sesuaikan regimen terapi hingga target
tekanan darah tercapai. Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan terapi oleh 2
jenis obat, maka tambahkan obat ke tiga dari kelompok obat yang tersedia. Jangan
menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat reseptor angiotensin
bersama-sama pada satu pasien.

Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat- obat antihipertensi yang tersedia
pada rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau kebutuhan untuk menggunakan
lebih dari 3 macam obat, maka obat antihipertensi dari kelompok yang lain dapat
digunakan. Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi

2.7 Prognosis Hipertensi


Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target
organ yang diserangnya. Factor-faktor yang mempengaruhi prognosis seorang penderita
hipertensi adalah :
- Etiologi hipertensi; hipertensi sekunder yang ditemukan pada tahap dini akan lebih
baik prognosisnya
- Komplikasi; adanya komplikasi memperberat prognosis

2.8 Pencegahan Hipertensi


Upaya pencegahan terhadap Hipertensi meliputi :
1. Pencegahan primodial, yaitu upaya pencegahan munculnya factor predisposisi
terhadap hipertensi dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya factor
yang menjadi resiko Hipertensi.
2. Promosi Kesehatan berkaitan dengan penyakit Hipertensi
3. Proteksi spesifik yakni dengan : kurangi mengkonsumsi garam sebagai salah
satu factor risiko.
4. Diagnosis dini dengan melakukan screening dan pemeriksaan check-up
5. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komprehensif dan kausal
awal keluhan

15
6. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati.
BAB III

METODE

3.1 Jenis dan Subjek Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Mini project ini mengambil populasi
pasien hipertensi yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas Rawasari dari
bulan Januari hingga Desember 2015. Sampel di ambil dari data sekunder kunjungan
poli umum Puskesmas Rawasari. Oleh karena itu, pengambilan sampel adalah non
ranom accidental.

3.2 Analisa Data

Data sekunder didapat melalui pencatatan kunjungan poli Puskesmas Rawasari.


Data ini kemudian did olah dan dianalisa dalam bentuk grafik.

3.3 Kerangka Konsep

Hipertensi

Kejadian Hipertensi
berdasarkan Usia
Faktor Risiko

- Faktor Genetik
- Usia
- Jenis Kelamin
- Etnis
- Obesitas
- Pola asupan
makanan

16
Gambar 1. Kerangka Konsep

BAB IV

HASIL

4.1 Profil Lingkungan Komunitas Umum

Kota jambi merupakan Ibukota Provinsi Jambi, yang memiliki slogan Jambi
Kota Beradat . Geografi wilayah kota Jambi secara keseluruhan terdiri atas daratan
dengan luas 20,538 ha atau 205.38 km2. Wilayah kota Jambi dikelilingi oleh wilayah
kabupaten Muaro Jambi baik dari arah utara, selatan, barat, maupun timur.

17
Gambar 2. Peta Kota Jambi

Berdasarkan kecamatan, sebagian besar wilayah Kecamatan Pasar Jambi,


Pelayangan, dan Danau Telu berada pada ketinggian 0-10 meter dari permukaan laut,
sedangkan wilayah Kecamatan Telanaipura, Jambi Selatan, Jambi Timur, dan Kotabaru
sebagian besar berada pada ketinggian 10-40 meter dari permukaan laut.

Dari sisi iklim, Kota Jambi termasuk beriklim tropis. Musim hujan jatuh pada
bulan Oktober sampai April (yang dipengaruhi oleh musim timut selatan) dan musim
kemarau pada bulan April sampai Oktober (yang dipengaruhi oleh musim barat).
Keadaan iklim rata-rata kota Jambi dalam kurun waktu tahun 2003-2006 terlihat cukup

18
berfluktuasi. Penduduk kota Jambi terdiri dari masyarakat yang heterogen, Jumlah Hasil
Proyeksi Penduduk Tahun 2013 tercatat penduduk Kota Jambi sebanyak 569.331 jiwa.

Tabel 4. Luas Wilayah dan Pembagian Daerah Adminitrasi Menurut Kecamatan


di Kota Jambi Tahun 2013

No Kecamatan Luas Jumlah Jumlah RT


(Km2) Kelurahan
1 Kota Jambi 77.78 10 316
2 Jambi Selatan 34.07 9 307
3 Jelutung 7.92 7 231
4 Pasar Jambi 4.02 4 58
5 Telanaipura 30.39 11 264
6 Danau Teluk 15.70 5 43
7 Pelayangan 15.29 6 46
8 Jambi Timur 20.21 10 221
Jumlah 205.38 62 1.484

Dengan populasi penduduk sebesar 569.331 jiwa, mayoritas merupakan suku


Melayu Jambi, sedangkan suku bangsa lain yang berdampingan dengan harmonis di
Kota Jambi antara lain: Aceh, Banjar, Batak, Bugis, Flores, Habib (keturunan Arab),
keturunan India, Jawa, Padang, Palembang, Papua, Sunda, dan Tiong-hoa(Hokkian,
Techiu, Khek, Hainan). Mayoritas penduduk Kota Jambi sebesar 87,17% beragama
Islam. Jumlah rumah tangga yang tercatat di Kota Jambi sebanyak 1.484 rumah tangga.
Dengan demikian, maka jumlah rata-rata anggota tiap keluarga di Kota Jambi berkisar
3-4 orang (rasio sebesar 4). Sementara perbandingan jumlah pria dan wanita nyaris
sebanding :
Pria : 286.289 jiwa (50.52% populasi)
Wanita: 283.042 jiwa (49.48% populasi)

Komposisi pekerjaan menurut lapangan usaha utama yang digeluti masyarakat Kota
jambi (persentase penduduk usia 15 tahun ke atas) tahun 2013, adalah sebagai berikut:

No Lapangan Usaha Utama Presentase (%)


1 Pertanian, kehutanan, 3,30
perburuan, perikanan
2 Industri pengobatan 6,13
3 perdagangan besar, Eceran, 32,33
Rumah makan, Hotel
4 Jasa Kemasyarakatan 33,32

19
5 Lainnya (pertambangan, 24,92
perggalian; Listrik, gas, air;
Bangunan ; angkutan
perdagangan dan komunikasi,
keuangan, asuransi persewaan
dan jasa perusahaan.)
TOTAL 100%
Tabel 5. Komposisi Pekerjaan Menurut Lapangan Usaha Utama Masyarakat Kota
Jambi Tahun 2015

No Kelompok Usia Jumlah (Jiwa) Presentase (%)


1 0 9 tahun 194. 496 35.63 %
2 20- 39 tahun 200.303 37, 07 %
3 40 59 tahun 118.275 21, 89 %
4 Lebih dari 60 tahun 29.184 5, 40 %
Total 540.258 100%
Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

4.2 Profil Puskesmas Rawasari

Puskesmas Rawasari pada awalnya berdiri sebagai Puskesmas Pembantu dari


Puskesmas induk pal V berdiri pada tahun 1980. Kemudian pada tahun 1994
dikembangkan menjadi Puskesmas Induk dengan nama Puskesmas Rawasari.
Disamping itu pertambahan penduduk yang semakin tinggi dan padat serta kunjungan
Puskesmas yang semakin meningkat, maka sangat dibutuhkan pengembangan dengan
membawahi 4 unit Puskesmas Pembantu yaitu Puskesmas Pembantu Sei. Sawang,
Simpang III Sipin, Villa Kenali dan Kampung Hidayat. Tanah tempat berdirinya
Gedung Puskesmas Rawasari merupakan hibah warga Kelurahan Rawasari.

Puskesmas Rawasari terletak di Kelurahan Beliung Kecamatan Kota Baru Kota


Jambi, wilayah kerja Puskesmas mencangkup 4 kelurahan, Kelurahan Rawasari,
Kelurahan Simpang III Sipin, Kelurahan Beliung dan Kelurahan Mayang Mengurai,
dengan luas wilayah 1,58 km2.

Adapun batas-batas wilayah Puskesmas Rawasari adalah:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Selamat


2. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kenali Besar dan Bagan Pete
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Simpang IV Sipin

20
4. Sebelah Selatan berbatan dengan Kelurahan Suka Karya dan Kenali Asam
Bawah

Gambar 3. Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari

4.3 Data Demografik Wilayah Kerja Puskesmas Rawasari

Jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga dan jumlah RT tahun 2015 di banding tahun
2014 serta keadaan demografik wilayah kerja puskesmas Rawasari dapat dilihat pada
tabel berikut:

No Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK Jumlah RT


2015 2014 2015 2014 2015 2014
1 Rawasari 17.576 17.163 3.565 3.629 28 28
2 Simp. 3 Sipin 25.982 25.373 4.625 5.110 45 43
3 Beliung 8.273 8.079 1.722 1.635 16 16
4 Mayang Mangurai 18.006 17.584 5.654 3.494 46 44
Puskesmas 69.836 68.199 15.566 13.868 135 131
Tabel 7. keadaan demografik wilayah kerja Rawasari Tahun 2014 dan 2015

4.4 Sosial Budaya, Agama, Politik dan Ekonomi

Mayoritas penduduk beragama Islam (82,1%), Kristen (13%), Budha / Hindu


(3,4%) dan lain-lain (1,6%). Perilaku Masyarakat berobat ke Puskesmas Rawasari dan 4

21
puskesmas Pembantu, yaitu Pustu Sei. Sawang, Pustu Simpang III Sipin, Pustu Kenali
Permai, dan Pustu Kampung Hidayat. Dan Sebagian ke Puskesmas sekitar atau praktek
swasta. Otonomi daerah dengan dukungan pemerintah daerah cukup baik, mata
pencarian penduduk mayoritas petani dan pegawai negeri dan yang lainnya pedagang,
buruh dan pensiunan pegawai negeri.

4.5 Pendidikan

Sebagian besar penduduk berpendidikan SD sederajat, SMP Sederajat, SMA


Sederajat dan perguruan tinggi. Fasilitas pendidikan yang ada diwilayah kerja
puskesmas Rawasari adalah: TK 26 sekolah, SD / MI : 17 / 3 Sekolah, SLTP / MTS : 2 /
3 sekolah, dan SLTA / MA : 6/ 1 Sekolah . PT: 1.

4.6 Sumber Daya Kesehatan

Puskesmas Rawasari mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan dalam gedung


berupa : pelayanan Gawat Darurat Sederhana, Poli Umum, Poli Gigi, Poli Anak, Poli
Imunisasi, Poli KIA, Poli KB, Kesehatan Anak, Pojok Kesling, Pojok Gizi, Pojok
Laktasi, Klinik IMS, Pemeriksaan Labor dan Pelayanan Apotik. Pada Tahun 2015
ditambah dengan pelayanan 24 Jam. Pelayanan diluar gedung berupa : Puskesmas
Pembantu 4 buah, Posyandu 35 Pos, Posyandu Usila 3 Pos, Posbindu 1, Kelas Bumil 4
dan UKS Strata Optimal di SD 150/IV Kota Jambi.

Tabel berikut menunjukan jumlah tenaga kerja di wilayah Puskesmas Rawasari

No Tenaga Jumlah Keterangan


1 Dokter Umum 2 orang 1 Kepala Puskesmas
2 Dokter Gigi 1 orang
3 Sarjana Kesehatan 1 orang
4 Bidan D III 6 orang
5 Bidan D I 9 orang
6 Sarjana keperawatan 5 orang 1 orang TKS
7 Perawat D III 10 orang
8 Perawat 5 orang
9 Perawat Gigi D III 2 orang 1 orang TKS
10 Perawat Gigi 2 orang
11 Analisis Kesehatan 3 orang
12 Sanitarian D III 4 orang
13 Sanitarian D I 1 orang
14 Gizi D III 1 orang
15 S I Gizi 1 orang
16 Apoteker S. I Farmasi 1 orang

22
17 Asisten Apoteker D III 2 orang
18 Asisten Apoteker 1 orang
19 Cras Program ( PCPPM) 1 orang
20 LCPK 3 orang
Tebel 8. Jumlah tenaga kerja puskesmas rawasari

4.7 Program Pelayanan Kesehatan Puskesmas Rawasari.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan berupa program pokok, program


tambahan. Program-program pokok meliputi Promkes, KIA, MTBS, P2M, Gizi,
Kesling, Pengobatan dasar. Program-program tambahan meliputi KB, Usila, Perkesmas,
Laboratorium, Kesehatan Mata, Kesehatan telinga, Kesehatan Jiwa, UKS / UKGS,
Kesehatan Gigi dan Mulut, Klinik IMS dan SP2TP (SIK) Puskesmas Rawasari mulai
tahun 2008 sudah menerapkan KAWASAN BEBAS ROKOK dilingkungan
Puskesmas, sehingga Puskesmas sudah terasa lebih sehat dan pengunjung selalu
diingatkankan untuk tidak merokok di lingkungan Puskesmas.

4.8 Visi dan Misi Puskesmas Rawasari

Visi

Menjadikan Puskesmas Rawasari sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat


yang bermutu di Kota Jambi.
Misi
pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas Rawasari
mempunyai misi mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah:
1. Melaksanakan sistem pembiayaan puskesmas sesuai PERDA yang berlaku
dengan pelayanan satu pintu.
2. Membina sumber daya manusia puskesmas menjadi terampil dan
bertanggung jawab terhadap tugasnya
3. Memelihara dan meningkatkan kerja sama lintas sektoral, lintas program,
masyarakat dalam upaya melaksanakan program kesehatan.
4. Melaksanakan enam program pokok puskesmas : pemberantasan penyakit
menular, kesehatan ibu dan anak, Gizi, Promosi Kesehatan, Kesehatan
Lingkungan serta Pengobatan kesehatan yang bermutu pada masyarakat.

23
5. Memelihara sarana dan prasarana puskesmas yang mendukung pelayanan
kesehatan.
6. Melaksanakan sistem informasi kesehatan yang cepat dan tepat.

4.9 Data penyakit terbanyak wilayah Puskesmas Rawasari

Tabel 9. Sepuluh penyakit terbanyak diwilayah Puskesmas Rawasari tahun 2015


adalah

No. Penyakit Kode ICD Jumlah Kasus

1 2 3 4

1 Nasopaharingitis acut / common cold J 00 15.034

2 Hypertensi Essential I 10 3.604

3 Nekrosis Pulpa K 04 1 2.168

4 Dermatitis kontak allergi L 23 2.031

5 Demam Tak Tahu Sebab R 50 1.989

6 Penyakit Otot dan Jaringan Ikat M 79 1.618

7 Dispepsia K 30 1.614

8 Gastritis K 29 1.524

Diare dan gastroenteritis A 09

24
9 1.510

10 Caries gigi K 02 1.245

Tabel 10. Sepuluh penyakit terbanyak diwilayah Puskesmas Rawasari tahun 2014
adalah sbb

Jumlah Kasus
No. Penyakit Kode ICD

1 2 3 4

1 Nasopaharingitis acut / common cold J 00 11.380

2 Penyakit Otot dan Jaringan Ikat M 79 4.078

3 Hypertensi Essential I 10 3.071

4 P. Pulpa dan Jaringan Pariental K 04 3.002

5 Dermatitis kontak allergi L 23 2.117

6 Nekrosis Pulpa K 04 1 2.083

7 Demam Tak Tahu Sebab R 50 1.771

25
8 Gastritis K 29 1.379

9 Sakit Kepala R 51 1.122

10 DM tak tergantung insulin E. 12 1.099

4.10 Data Sampel


Sampel pada mini project ini adalah seluruh pasien yang melakukan kunjungan pada
poli Puskesmas Rawasari dan terdeteksi hipertensi.

26
27
Berdasarkan tabel 11, pasien penderita hipertensi pada tahun 2015 memiliki jumlah
3.604 orang, dengan penderita yang baru terdeteksi hipertensi ditahun 2015 dengan
jenis kelamin Laki-laki berjumlah 169 orang dan pasien lama hipertensi berjumlah
1.366 orang sehingga total penderita hipertensi berjenis kelamin pria berjumlah 1.535
orang, sedangkan penderita hipertensi yang baru terdiagnosis ditahun 2015 jenis
kelamin perempuan memiliki angka lebih tinggi yaitu 294 orang dan pasien lama
hipertensi 1.775 orang dengan total pasien wanita hipertensi sebesar 2.069. Total
penderita baru yang terdeteksi hipertensi jenis kelamin pria dan wanita pada tahun 2015
berjumlah 463 orang. Hipertensi esensial ini merupakan penyakit ke 2 dari daftar 10
penyakit terbesar pada Puskesmas Rawasari.
Berdasarkan tabel 12, penderita hipertensi dikelompokan berdasarkan usia 15-25 tahun
memiliki penderita hipertensi yang baru terdeteksi sebanyak 7 orang pria, 1 orang
penderita yang telah lama terdeteksi hipertensi dan 3 orang wanita yang baru terdeteksi
hipertensi. pada usia 26-44 tahun penderita pria baru 55 orang dan lama 86 orang,
sedangkan penderita wanita baru terdeteksi 101 orang dan lama 252 orang, pada usia
45-60 tahun memiliki 64 orang penderita hipertensi pria yang baru terdeteksi dan 658
penderita lama sedangkan penderita pada wanita baru 139 orang dan 1.038 penderita
lama, untuk usia >60 tahun penderita baru pria 43 orang lama 621 dan penderita wanita
yang baru terdeteksi 51 orang dan 485 penderita lama.

28
BAB V
DISKUSI
5.1 Hasil
Data yang dihasilkan pada mini project ini adalah mengenai gambaran penderita
hipertensi berdasarkan usia pada tahun 2015 yaitu akan di tampilkan berdasarkan
pengelompokan usia yaitu 15 - 25 tahun, 26 - 44 tahun, 45 60 tahun, dan > 60 tahun.
Hasil ini mencangkup jumlah penderita baru dan penderita lama pada tiap bulan nya
berdasarkan jenis kelamin dan penderita berdasarkan pengelompokan usia.

1400

1177
1200

1000

800 722
664 Laki-Laki
600 536 Perempuan

400 353

200 141

8 3
0
15 - 25 tahun 26 - 44 tahun 45 - 60 tahun > 60 tahun

Gambar 4. Gambaran jumlah penderita hipertensi berdasarkan pengelompokan


usia pada tahun 2015.
Berdasarkan grafik penderita hipertensi menurut pengelompokan usia pada
puskesmas Rawasari menunjukan pada usia 45 60 tahun memiliki penderita
hipertensi terbanyak dengan total penderita laki laki 722 orang dan perempuan 1177
orang. Pada usia > 60 tahun sebanyak 664 orang laki-laki dan 536 perempuan, pada usia
24- 44 tahun penderita hipertensi yang terdeteksi sebanyak 141 orang laki laki dan
353 perempuan, penderita paling sedikit ditemukan pada usia termuda yaitu 15 25
tahun sebanyak 8 orang laki laki dan 3 orang perempuan, dengan jumlah seluruh
penderita hipertensi periode 2015 sebanyak 3.604 orang.

29
2000
1775
1800

1600
1366
1400

1200

1000 Status Penderita Baru


Status Penderita Lama
800

600

400 294
169
200

0
Laki Perempuan

Gambar 5. Gambaran grafik penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin.

Berdasarkan grafik diatas yaitu grafik penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin
dimana terlihat bahwa penderita hipertensi banyak dialami oleh perempuan dari laki-
laki, penderita hipertensi yang baru terdeteksi pda tahun 2015 berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 169 orang, pasien penderita hipertensi lama berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 1366 orang. Sedangkan pada perempuan sebanyak 294 orang penderita
hipertensi yang baru terdeteksi dan sebanyak 1775 orang penderita hipertensi lama.

30
50
46
45
40
36 35
35 33 33

30
26 26
24
25
19 19 Laki - laki
20 17 18 18
14 15 15 Perempuan
15 13 12
10 11 11
10 7
5 32

Gambar 6. Gambaran penderita hipertensi yang baru terdiagnosis pada tahun


2015
Berdasarkan grafik diatas yang menggambarkan penderita hipertensi yang baru
terdeteksi pada bulan Januari Desember 2015, menunjukan bahwa di setiap bulan nya
penderita hipertensi ditemui pada kunjungan poli umum pada Puskesmas Rawasari.
Pada bulan Januari ditemui sebanyak 31 orang pria dan wanita yang baru terdeteksi
menderita hipertensi, Februari terbanyak pada tahun 2015 sebanyak 70 orang, Maret 51
orang, April 52 orang, Mei 39 orang, Juni 22 orang, Juli 44 orang, Agustus 18 orang,
September 53 orang, Oktober 48 orang, November paling sedikit yaitu 5 orang dan
Desember sebanyak 30 orang. Dan terbanyak ditemui pada perempuan.

31
5.2 Pembahasan

Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang berusia diatas 40 tahun, namun
saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda. Sebagian besar
hipertensi primer terjadi pada usia 25 - 45 tahun dan hanya sedikit terjadi dibawah usia
20 tahun hal ini disebabkan karena orang pada usia produktif jarang memperhatikan
kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang kurang sehat seperti merokok.
Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia,
hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif, yang lebih sering pada
usia tua. pada saat terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko
peningkatan penyakit yang meliputi kelainan syaraf/ kejiwaan, kelainan jantung dan
pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan kelainan metabolism pada
tubuh.
Dari data yang telah diteliti bahwa penderita hipertensi pada Puskesmas
Rawasari usia terendah ditemukan pada usia 15 25 tahun sebanyak 8 orang,
selanjutnya mengalami peningkatan jumlah pasien penderita hipertensi pada usia 45
60 tahun sebanyak 1.899 orang, pada usia > 60 tahun mengalami penurunan jumlah
penderita hipertensi,. pada penderita hipertensi ini harus dilakukan mengkajian lebih
lanjut faktor resiko terjadinya hipertensi pada pasien usia muda, kepatuhan terhadap
pengobatan pada setiap pasien dan pengontrolan tekanan darah serta memeriksakan
kesehatan secara berkala agar tidak jatuh pada kondisi yang lebih berat, mengingat
hipertensi menjadi urutan ke 2 dari 10 macam penyakit terbesar pada puskesmas
rawasari. Untuk menghindari kemungkinan tidak terdeteksinya penderita hipertensi
alangkah baiknya apabila setiap pasien kunjungan ke Puskesmas Rawasari dilakukan
pemeriksaan tekanan darah, dengan begitu pendataan bisa lebih akurat sebagai laporan
penderita hipertensi pada puskesmas rawasari, dan kemudian bisa dilakukannya
pendataan semua penduduk melalui RT untuk setiap kelurahan mengenai data
penduduk yang memiliki usia diatas 15 tahun dan dilakukannya skrining pemeriksaan
tekanan darah.

32
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Penderita hipertensi pada Puskesmas Rawasari periode Januari Desember
2015 berdasarkan usia yang digolongkan menurut beberapa kelompok yaitu
15 25 tahun sebanyak 11 orang pria dan wanita, 25 44 tahun sebanyak
494 orang, 45 60 tahun sebanyak 1.899 orang merupakan usia tertinggi
yang banyak menderita hipertensi dan usia > 60 tahun sebanyak 1.200 orang,
penderita hipertensi banyak di derita oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
2. Hipertensi banyak ditemukan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 294
orang dan laki-laki sebanyak 169 orang pada periode Januari - Desember
tahun 2016.
3. Total penderita hipertensi sebanyak 3.604 orang, dengan jumlah penderita
yang baru terdeteksi sebanyak 463 orang, penderita lama sebanyak 3.141
orang.

6.2 Saran
1. Dilakukannya pemeriksaan tekanan darah pada seluruh pasien yang berobat ke
Puskesmas Rawasari.
2. Pencatatan dan pendataan penduduk melalui RT untuk setiap kelurahan terhadap
masyarakat yang berusia diatas 15 tahun dan dilakukankan skrining pemeriksaan
tekanan darah.
3. Membuka posyandu Lansia dan melatih kader posyandu mengingat lansia
memiliki akses yang terbatas untuk sampai ke pusat pelayanan kesehatan demi
memudahkan dan mengurangi angka kesakitan akan hipertensi.
4. Memberikan informasi dan edukasi terkait hipertensi pada masyarakat sekitar
akan pemeriksaan diri terutama tekanan darah secara berkala, kepatuhan
pengobatan, dan pola hidup masyarakat.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. Mansjoer A, Triyanti K, dkk, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-3 Jilid 1,


Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI, Jakarta, 1999.
2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular 2015, Pedoman Tatalaksana
Hipertensi. Jakarta: 2015.
3. Internal Publishing, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta: 2009.
4. Price A sylvia,dkk, Patofisiologi Edisi 6, ECG, Jakarta: 2006.
5. Departemen Kesehatan RI. 2003. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat.

34

Anda mungkin juga menyukai