PENDAHULUAN
1
Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Cakupan diagnosis hipertensi
oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24.0%, atau dengan kata lain sebanyak 76.0%
kejadian hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis. Prevalensi hipertensi di Jawa
dan Sumatera memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari prevalensi nasional.
Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linear
dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular. Oleh sebab itu, penyakit
hipertensi harus dicegah dan diobati. Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas dari penyakit hipertensi ini maka diperlukan gambaran
mengenai hipertensi dan akan dihubungkan usia penderita yang akan diuraikan pada
mini project ini.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk melihat gambaran tentang penderita penyakit hipertensi di Puskesmas
Kediri pada Juni 2016 – Mei 2017.
2
1.4.2 Tujuan Khusus
1.5 Manfaat
1.5.1 Masyarakat
1.5.2 Puskesmas
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar dari 140
mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan
selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang).7 Hipertensi didefinisikan
oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg.
2.2 Epidemiologi
Penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala
yang berlanjut untuk suatu target organ, seperti stroke untuk otak, penyakit jantung
koroner untuk pembuluh darah jantung dan untuk otot jantung. Penyakit ini telah
menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat yang ada di Indonesia maupun di
beberapa negara yang ada di dunia. Semakin meningkatnya populasi usia lanjut maka
4
jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga akan bertambah. Diperkirakan
sekitar 80 % kenaikan kasus hipertensi terutama di negara berkembang tahun 2025 dari
sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di
tahun 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan
pertambahan penduduk saat ini.
Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak dikumpulkan dan
menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan. Baik dari segi case finding maupun penatalaksanaan
pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan sebagian besar penderita
hipertensi tidak mempunyai keluhan.
5
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang
mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis,
sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular,
dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti obesitas, alkohol,merokok, serta
polisitemia.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII), klasifikasi hipertensi
pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi
derajat I dan derajat II.
6
terisolasi
Normotensi < 140 < 90
Optimal < 120 < 80
Tabel 2. Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH
7
dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang
yang bertambah usianya.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot,sehingga pembuluh darah
akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat
karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade
kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur
akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan
resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks
baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal
juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus menurun.
C. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang
tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.
Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada
usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit
hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini
terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
D. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit
putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya. Namun pada orang
8
kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap
vasopresin lebih besar.
E. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada kebanyakan
kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for Health USA (NIH,
1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT)
>30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status
gizi normal menurut standar internasional). Perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin, dan
perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan insulin
plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan
peningkatan tekanan darah secara terus menerus.
F. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol
(sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan
ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan
ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak
kepada timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida (garam
dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan sodium karbonat.
Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram
per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena
budaya masak-memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam
dan MSG.
9
G. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort prospektif
oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts
terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok
perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti
dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15
batang perhari.
H. Tipe kepribadian
Secara statistik pola perilaku tipe A terbukti berhubungan dengan prevalensi
hipertensi. Mengenai bagaimana mekanisme pola perilaku tipe A menimbulkan
hipertensi banyak penelitian menghubungkan dengan sifatnya yang ambisius, suka
bersaing, bekerja tidak pernah lelah, selalu dikejar waktu dan selalu merasa tidak puas.
Sifat tersebut akan mengeluarkan katekolamin yang dapat menyebabkan prevalensi
kadar kolesterol serum meningkat, hingga akan mempermudah terjadinya aterosklerosis.
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung
sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini dapat
berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik personal.
10
2.5 Komplikasi Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit jantung,
gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal. Tekanan
darah yang tinggi umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi tersebut.
Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi semua sistem organ dan akhirnya
memperpendek harapan hidup sebesar 10-20 tahun.
Mortalitas pada pasien hipertensi lebih cepat apabila penyakitnya tidak
terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab kematian
yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke dan gagal
ginjal. Dengan pendekatan sistem organ dapat diketahui komplikasi yang mungkin
terjadi akibat hipertensi, yaitu:
11
No Sistem Organ Komplikasi
1 Jantung Infark miokard
Angina pectoris
Gagal jantung kongestif
2 Sistem saraf pusat Stroke
Ensefalopati hipertensif
3 Mata Retinopati hipertensif
4 Ginjal Gagal ginjal kronis
5 Pembuluh darah perifer Penyakit pembuluh darah perifer
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan
pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat mengakibakan
kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan
iskemia otak sementara (Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai
sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi
maligna.
Risiko penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi ditentukan tidak hanya
tingginya tekanan darah tetapi juga telah atau belum adanya kerusakan organ target
serta faktor risiko lain seperti merokok, dislipidemia dan diabetes melitus. Tekanan
darah sistolik melebihi 140 mmHg pada individu berusia lebih dari 50 tahun,
merupakan faktor resiko kardiovaskular yang penting. Selain itu dimulai dari tekanan
darah 115/75 mmHg, kenaikan setiap 20/10 mmHg meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskuler sebanyak dua kali.
12
2.6 Penatalaksanaan
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan
berat badan berlebih, konsumsi alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak,
latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap tekanan darahnya.
Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol
hipertensi.
Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif.
Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai
pencegahan primer dari hipertensi.
13
b. Farmakologis
1. Pada populasi umum yang berusia ≥ 60 tahun, terapi farmakologi dimuali ketika
tekanan darah sistolik ≥ 150 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. Target terapi merupakan
untuk menurunkan tekanan darah sistolik menjad < 150 mmHg dan diastolik menjadi <
90 mmHg.
2. Pada populasi umum yang berusia <60 tahun, terapi farmakologi dimuali ketika
tekanan darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target penurunan tekanan darahnya adalah <
90 mmHg. Untuk usia 30-59 tahun, rekomendasi kuat, tingkat rekomendasi A dan
untuk usia 18-292 tahun, opini ahli, tingkat rekomendasi E.
3. Pada populasi umum usia < 60 tahu, terapi farmakologi dimuali ketika tekanan darah
sistoliknya ≥ 140 mmHg. Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 140 mmHg.
4. Pada populasi umum dengan usia ≥ 18 tahun yang mengidap penyakit ginjal kronik,
trapi farmakologi diawali ketika tekanan darah sistoliknya ≥ 140 mmHg atau tekanan
darah diastoliknya ≥ 90 mmHg. Target terapi yaitu menurunkan tekanan darah sistolik
menjadi < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.
5. Pada populasi yang berusia ≥ 18 tahun yang menderita diabetes, terapi farmakologi
diawali ketika tekanan darag sistoliknya ≥ 140 mmHg atau diastoliknya ≥ 90 mmHg.
Target terapi adalah menurunkan tekanan darah sistoliknya < 140 mmHg atau
diastoliknya < 90 mmHg.
14
6. Pada populasi umum yang bukan berasal dari ras berkulit hitam, termasuk yang
menderita diabetes, terapi antihipertensi awal sebaiknya termasuk diuretika tipe
tiazida, penghambat saluran kaklsium, pemhambat enzim ACE, atau penghambat
reseptor angiotensin.
7. Populasi ras berkulit hitam, termasuk mereka yang menderita diabetes, terapi
antihipertensi awal hendaknya termasuk diuretika tipe tiazida atau penghambat saluran
kalsium.
8. Pada populasi berusia ≥ 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, terapi antihipertensi
awal atua tambahan hendaknya termasuk penghambat enzim ACE atau penghambat
reseptor angiotensin untuk memperbaiki fungsi ginjal. Hal ini berlaku untuk semua
penderita penyakit ginjal kronik tanpa melihat ras atau status diabetes.
9. Tujuan utama dari tatalaksana hipertensi adalah untuk mencapai dan menjaga target
tekanan darag. Jika target tekaan darah tidak tercapai dalam waktu 1 bvulan terapi,
maka dosis obat awal dapat dinaikkan atau tambahkan obat kedua dari kelompok obat
hipertensi pada rekomendasi 6 (diuretika tipe tiazida, penghambat saluran kalsium,
penghambat enzim ACE, dan penghambat reseptor angiotensin). Penilaian terhadap
tekanan darah hendaknya tetap dilakukan, sesuaikan regimen terapi hingga target
tekanan darah tercapai. Jika target tekanan darah tidak tercapai dengan terapi oleh 2
jenis obat, maka tambahkan obat ke tiga dari kelompok obat yang tersedia. Jangan
menggunakan obat golongan penghambat ACE dan penghambat reseptor angiotensin
bersama-sama pada satu pasien.
Bila target tekanan darah tidak tercapai dengan obat- obat antihipertensi yang tersedia
pada rekomendasi 6 oleh karena kontra indikasi atau kebutuhan untuk menggunakan
lebih dari 3 macam obat, maka obat antihipertensi dari kelompok yang lain dapat
digunakan. Pertimbangkan untuk merujuk pasien ke spesialis hipertensi.
15
2.7 Prognosis Hipertensi
Tanpa pengobatan maka hipertensi akan berakibat lanjut sesuai dengan target
organ yang diserangnya. Factor-faktor yang mempengaruhi prognosis seorang penderita
hipertensi adalah :
- Etiologi hipertensi; hipertensi sekunder yang ditemukan pada tahap dini akan lebih
baik prognosisnya
- Komplikasi; adanya komplikasi memperberat prognosis
16
BAB III
METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
memberikan gambaran atau menginterpretasi sesuai dengan fenomena yang ada, dengan
desain studi Cross Sectional dimana pengumpulan data hanya dilakukan satu kali saja
pada saat pemeriksaan tersebut . Mini project ini mengambil populasi pasien hipertensi
yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas Kediri dari bulan Juni 2016 –
Mei 2017. Sampel di ambil dari data sekunder kunjungan poli umum Puskesmas Kedir.
Data sekunder didapat melalui pencatatan kunjungan poli Puskesmas Kediri. Data
ini kemudian did olah dan dianalisa dalam bentuk grafik.
Hipertensi
Kejadian Hipertensi
berdasarkan Usia
Faktor Risiko
- Faktor Genetik
- Usia
- Jenis Kelamin
17
BAB IV
HASIL
18
b. Luas Wilayah Kerja
Puskesmas Kediri mencakup wilayah 8 (delapan) Desa dan 57 Dusun dengan luas
wilayah keseluruhan 21,64 Km2 dengan luas perDesa sebagai berikut.
LUAS
JUMLAH
No DESA WILAYAH
DUSUN
(HA)
1 2 3 4
1 KEDIRI 120,74 13
2 MONTONG ARA 185,40 10
3 GELOGOR 112,48 5
4 RUMAK 211,74 4
5 OMBE BARU 398,58 4
6 BANYU MULEK 320,37 9
7 JAGA RAGA INDAH 70,61 7
8 DASAN BARU 410,47 5
2005 1.833,38 57
Tabel. 4.1 Luas Wilayah dan Jumlah Dusun per Desa Wilayah Kerja Puskesmas Kediri
c. Kondisi Wilayah
Kondisi wilayah kerja Puskesmas Kediri merupakan wilayah dataran rendah dengan
jalur angkutan perhubungan antar desa sebagian besar merupakan sarana jalan beraspal
dan jalan tanah. Sarana transportasi lancar dengan fasilitas sarana angkutan pedesaan,
cidomo dan ojek.
19
2. Demografi
a. Jumlah Penduduk
Puskesmas Kediri menyediakan pelayanan kesehatan untuk 49.834 jiwa
(jumlahriil) yang tersebar di 8 (delapan) Desa di sebagian wilayah Kecamatan
Kediri, dengan rincian jumlah penduduk per desa adalah sebagai berikut :
RATA-
JUMLAH
JUMLAH RATA KEPADATAN
RUMAH
No DESA PENDUDUK JIWA/ PENDUDUK
TANGGA
(RIIL) RUMAH (Km2)
(KK)
TANGGA
1 2 5 6 7 8
1 KEDIRI 8.277 1.090 8 6.855
MONTONG
2 6.972 1.201 6 3.760
ARA
3 GELOGOR 7.256 1.503 5 6.451
Tabel. 4.2. Jumlah Penduduk, Kepala Keluarga dan kepadatan Penduduk Per Desa di
Wilayah Puskesmas Kediri Tahun 2005
20
b. Mata Pencaharian
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kediri sebagian besar adalah sebagai petani,
pedagang, Pegawai Negeri dan wiraswasta/pengusaha.
B. SUMBER DAYA
1. Sarana
a. Sarana Kesehatan
Puskesmas Kediri merupakan Puskesmas dengan Rawat Inap yang mempunyai
kapasitas 14 TT. Sarana lain yang berada diwilayah Puskesmas Kediri adalah :
Tabel. 4.3. Jumlah Sarana Kesehatan Per Desa di Wilayah Puskesmas Kediri Tahun
2005
Sumber: Propil UKBM Puskesmas Kediri 2005
21
Puskesmas Pembantu berjumlah 3 buah yang berada di Desa Rumak, Desa Banyu
Mulek dan Desa Dasan Baru. Puskesmas Keliling 1 (satu) buah. Seluruh Desa di
wilayah Kerja Puskesmas Kediri (8 Desa) telah dilayani dengan sarana Polindes (Pos
Bersalin Desa) tetapi hanya 4 desa yang telah mempunyai Gedung sarana Polindes,
untuk Desa Gelogor Pelayanan dilakukan dirumah Bidan Desa sendiri, Desa Jaga Raga
Indah pelayanan masih menumpang di Rumah Penduduk (kontrak) , 57 Dusun telah
mempunyai Posyandu, sedangkan Praktek Dokter Swasta di wilayah Kerja Puskesmas
Kediri sebanyak 2 buah.
b. Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kediri adalah sebagai
berikut ; Sekolah Dasar sebanyak 26 buah, MI 9 buah, SLTP 2 buah, MTs 9 buah, SMU
1 buah, MA 4 buah dan 4 buah Pondok Pesantren.
c. Sarana Umum penunjang lainnya
Wilayah Kerja Puskesmas Kediri dilengkapi juga dengan sarana umum penunjang
seperti pasar 2 buah.
22
2. Tenaga
a. Ketenagaan Puskesmas Kediri
Puskesmas Kediri termasuk Pustu dan Polindes didukung oleh 58 petugas
diantaranya 38 petugas PNS, 1 Pegawai Tidak Tetap (PTT) 17 petugas Honor Daerah
dan 2 petugas magang,
No Jenis Tenaga Status Kepegawaian Jumlah
1 Dokter Umum 1 1 2
2 Dokter Gigi 1
3 Sarjana Keperawatan 1 1
4 Sarjana Kesehatan 1 1
Masyarakat
5 Akademi Kebidanan 1 2 3
6 Bidan (P2B) 3 3
7 Akademi Perawat 2 1 3
8 Perawat Kesehatan 6 2 11
10 SPRG 1 2
11 Akademi Sanitasi 2 2
12 SPPH 1 1
13 Akademi Gizi 2 3
14 SPAG 1 0
15 Akademi Analis 1 1
Kesehatan
23
16 Analis Kesehatan 1 2
17 Asisten Apoteker 1 1
18 Tenaga Komputer 0
19 Administrasi/ SLTA 3 1 8
20 Administrasi/ SLTP
21 Juru Imunisasi 1 1
22 Sopir 1 1
Cleaning Service 2
Jaga Malam 1
II PUSKESMAS
PEMBANTU
Perawat Kesehatan 3 3
III POLINDES
JUMLAH 37 1 6 0 60
24
karena keterbatasan tenaga Puskesmas dan dana untuk perekrutan serta mengadakan
pelatihan bagi kader kesehatan baru.
Sampel pada mini project ini adalah seluruh pasien yang melakukan kunjungan pada
poli Puskesmas Kediri dan terdeteksi hipertensi.
2 Dispepsia 2285
4 Diare 1550
6 Demam 935
7 Asma 738
9 Cephlgia 554
10 Osteartritis 432
25
GRAFIK 10 PENYAKIT TERBANYAK PASIEN BPJS DI RAWAT INAP
PUSKESMAS KEDIRI KAB.LOMBOK BARAT TAHUN 2015
80
70
60
50
40
30
20
10
0
TIFOID ASHMA
DHF DIARE DISPEPSIA ISPA GASTRITIS ISPA HIPERTENSI VOMITING
FEVER BRONCIAL
DATA 68 64 40 32 20 20 20 17 13 11
Dari kedua tabel dan grafik di atas, menunjukkan penyakit hipertensi masih
termasuk dalam daftar 10 penyakit terbanyak. Hal ini menunjukkan bahwa pola hidup
masyarakat masih berisiko untuk terjadinya penyakit metabolic dan degeneratif.
26
27
28
BAB V
DISKUSI
5.1 Hasil
Data yang dihasilkan pada mini project ini adalah mengenai gambaran penderita
hipertensi berdasarkan usia pada periode Juni 2016 - Mei 2017 yaitu akan di tampilkan
berdasarkan pengelompokan usia yaitu 15 - 24 tahun, 25- 34 tahun, 35 – 44 tahun, 45-
54 tahun, 55-64 tahun, >65 tahun. Hasil ini mencangkup jumlah penderita baru dan
penderita lama pada tiap bulan nya berdasarkan jenis kelamin dan penderita berdasarkan
pengelompokan usia.
600
500
400
300 Laki-laki
Perempuan
200
100
0
15-24 25-34 35-44 45-54 55-64 >65
29
terdeteksi sebanyak 21 orang laki – laki dan 33 perempuan penderita paling sedikit
ditemukan pada usia termuda yaitu 15 – 24 tahun sebanyak 1 orang laki – laki dan 7
orang perempuan, dengan jumlah seluruh penderita hipertensi periode Juni 2016- Mei
2017 sebanyak 2.307 orang.
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
Laki-laki Perempuan
Berdasarkan grafik diatas yaitu grafik penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin
dimana terlihat bahwa penderita hipertensi banyak dialami oleh perempuan dari laki-
laki, penderita hipertensi yang terdeteksi pada periode Juni 2016 - Mei 2017 berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 948 orang, pasien penderita hipertensi lama berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 1359 orang.
30
300
250
200
150
Laki-laki
100 Perempuan
50
Gambar 6. Gambaran penderita hipertensi yang baru terdiagnosis pada Juni 2016
- Mei 2017
Berdasarkan grafik diatas yang menggambarkan penderita hipertensi yang baru
terdeteksi pada bulan Juni 2016 – Mei 2017, menunjukan bahwa di setiap bulan nya
penderita hipertensi ditemui pada kunjungan poli dewasa pada Puskesmas Kediri. Pada
bulan Juni 2016 ditemui sebanyak 16 orang pria dan wanita yang baru terdeteksi
menderita hipertensi, Maret 2017 terbanyak sepandang peiode sejumlah 448 orang, pada
Juli 2016 sejumlah 82 orang, Agustus 2016 sejumlah 65 orang, September 2016
sejumlah 89 orang, Oktober 2016 sejumlah 105 orang, November 2016 sejumlah 135
orang, Desember 2016 sejumlah 187 orang, Januari 017 sejumlah 233 orang, Februari
2017 sejumlah 298 orang, Maret 2017 sejumlah 448 orang, April 2017 sejumlah 349
dan Mei 2017 sejumlah 300 orang.
31
5.2 Pembahasan
Pada umumnya penderita hipertensi adalah orang berusia diatas 40 tahun, namun
saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang usia muda. Seperti hal yang di
temukan penulis diatas ada jumlah yang sedikit di temukan pada usia dibawah 40 tahun,
dan sebagian besar hipertensi primer mulai terjadi pada usia 25 - 45 tahun dan hanya
sedikit terjadi dibawah usia 20 tahun hal ini disebabkan karena orang pada usia
produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti pola makan dan pola hidup yang
kurang sehat seperti merokok. Kemudian pada umur 45-54 merupakan umur yang
paling banyak penulis jumpai, hal ini di akibatkan adanya saloh satu faktor yaitu
kelastisitasan dari pembuluh darah yang semakin menurun karena usia.
Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia,
hal ini disebabkan karena tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia, terjadinya regurgitasi aorta, serta adanya proses degeneratif, yang lebih sering pada
usia tua. pada saat terjadi penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula risiko
peningkatan penyakit yang meliputi kelainan syaraf/ kejiwaan, kelainan jantung dan
pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan kelainan metabolism pada
tubuh. Kemudian pada penderita hipertensi ini harus dilakukan mengkajian lebih lanjut
faktor resiko terjadinya hipertensi pada pasien usia muda, kepatuhan terhadap
pengobatan pada setiap pasien dan pengontrolan tekanan darah serta memeriksakan
kesehatan secara berkala agar tidak jatuh pada kondisi yang lebih berat, mengingat
hipertensi menjadi urutan ke 3 dari 10 macam penyakit terbesar pada Puskesmas Kediri.
Kemudian untuk menghindari kemungkinan tidak terdeteksinya penderita
hipertensi alangkah baiknya apabila setiap pasien kunjungan ke Puskesmas Kediri
dilakukan pemeriksaan tekanan darah, dengan begitu pendataan bisa lebih akurat
sebagai laporan penderita hipertensi pada Puskesmas Kediri, dan kemudian bisa
dilakukannya pendataan semua penduduk melalui RT untuk setiap kelurahan mengenai
data penduduk yang memiliki usia diatas 18 tahun dan dilakukannya skrining
pemeriksaan tekanan darah.
32
BAB VI
1.1 Kesimpulan
1. Penderita hipertensi menurut pengelompokan usia pada Puskesmas Kediri
menunjukan pada usia 45 – 54 tahun memiliki penderita hipertensi
terbanyak dengan total penderita laki – laki 237 orang dan perempuan 483
orang. Pada usia > 65 tahun sebanyak 351 orang laki-laki dan 408
perempuan, pada usia 55- 64 tahun penderita hipertensi yang terdeteksi
sebanyak 298 orang laki – laki dan 285 perempuan, pada usia 35- 44 tahun
penderita hipertensi yang terdeteksi sebanyak 40 orang laki – laki dan 143
perempuan, pada usia 25- 34 tahun penderita hipertensi yang terdeteksi
sebanyak 21 orang laki – laki dan 33 perempuan penderita paling sedikit
ditemukan pada usia termuda yaitu 15 – 24 tahun sebanyak 1 orang laki –
laki dan 7 orang perempuan, dengan jumlah seluruh penderita hipertensi
periode Juni 2016- Mei 2017 sebanyak 2.307 orang. penderita hipertensi
banyak di derita oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
2. Hipertensi banyak ditemukan pada jenis berjenis kelamin laki-laki sebanyak
948 orang, pasien penderita hipertensi lama berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 1359 orang selama periode Juni 2016- Mei 2017.
3. Total penderita hipertensi di Puskesmas Kediri periode Juni 2016 – Mei
2017 sebanyak 2.307 orang.
33
1.2 Saran
1. Dilakukannya pemeriksaan tekanan darah pada seluruh pasien yang berobat ke
Puskesmas Kediri.
2. Pencatatan dan pendataan penduduk melalui RT untuk setiap kelurahan terhadap
masyarakat yang berusia diatas 15 tahun dan dilakukankan skrining pemeriksaan
tekanan darah.
3. Membuka posyandu Lansia dan melatih kader posyandu mengingat lansia
memiliki akses yang terbatas untuk sampai ke pusat pelayanan kesehatan demi
memudahkan dan mengurangi angka kesakitan akan hipertensi.
4. Memberikan informasi dan edukasi terkait hipertensi pada masyarakat sekitar
akan pemeriksaan diri terutama tekanan darah secara berkala, kepatuhan
pengobatan, dan pola hidup masyarakat.
34
DAFTAR PUSTAKA
35