1. Definisi
DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau
akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus
merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk,
2007)
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume
urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit
hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan
relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
2. Etiologi
1) Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI)
a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses
imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel & pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel & pancreas.
4. Manifestasi Klinik
1) Diabetes Tipe I
a. Hiperglikemia berpuasa
b. Glukosuria, diuresis osmotik, poliuria, polidipsia, polifagia
c. Keletihan dan kelemahan
d. Ketoasidosis diabetik (mual, nyeri abdomen, muntah, hiperventilasi, nafas bau
buah, ada perubahan tingkat kesadaran, koma, kematian)
2) Diabetes Tipe II
a. Lambat (selama tahunan), intoleransi glukosa progresif
b. Gejala seringkali ringan mencakup keletihan, mudah tersinggung, poliuria,
polidipsia, luka pada kulit yang sembuhnya lama, infeksi vaginal, penglihatan
kabur
c. Komplikasi jangka panjang (retinopati, neuropati, penyakit vaskular perifer)
5. Pemeriksaan Penunjang
1) Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2
jam setelah pemberian glukosa.
2) Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
3) Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
4) Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I
5) Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau
peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun.
6) Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3
7) Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi
merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
8) Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal
9) Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II)
10) Urine: gula dan aseton positif
11) Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.
6. Pengobatan
Pengobatan Diabetes milittus yang secara langsung terhadap kerusakan pulau-pulau
Langerhans di pankreas belum ada. Oleh karena itu pengobatan untuk penderita DM
berupa kegiatan pengelolaan dengan tujuan :
1) Menghilangkan keluhan dan gejala akibat defisiensi insulin ( gejala DM )
2) Mencegah komplikasi kronis yang dapat menyerang pembuluh darah, jantung,
ginjal, mata, syaraf, kulit, kaki dsb.
7. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan
sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007)
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek
dari glukosa darah
2) Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi
koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral.
b. Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati)
dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular.
c. Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta
menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki.
d. Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih
e. Ulkus/ gangren/ kaki diabetik
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Kasus :
Tn. M (65 tahun) mempunyai istri Ny. S (60 tahun). Mereka memiliki 2
orang anak, yakni Ny. K (38 tahun) dan Tn. O (30 tahun). Ny. K yang telah
menikah, tinggal bersama suaminya di luar kota. Tn. O yang juga sudah menikah
dengan Ny. J (27 tahun) yang tinggal bersama Tn. M. Ny.S sering mengeluh
banyak minum, sering kencing serta nafsu makannya meningkat. Keadaanya
terlihat lemas, dan kurang bersemangat. 1 tahun yang lalu, Ny.S dibawa periksa ke
puskesmas kota dan didiagnosa diabetes militus (DM).
b. Pengkajian
1. Data Umum
Nama KK : Tn. M
Umur : 65 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Swasta
b. Komposisi Keluarga
f. Agama : Islam
1) Kegiatan Organisasi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga yang aktif dalam organisasi di masyarakat. Khususnya
Ny. S, ia selalu ikut dalam kegiatan pengajian, arisan dll walaupun dengan badan yang sudah
rentan dan kaki yang terkadang terasa sakit.
2) Keadaan Ekonomi
Keluarga Tn. M termasuk keluarga prasejahtera karena keluarga hanya bisa mendapatkan
uang dari kontrakan dan dari uang gakin serta mendapatkan beras miskin. Untuk memenuhi
kebutuhann sehari-hari keluarga Tn. M hanya mengandalkan penghasilan anak dan
menantunya.
Kegiatan rekreasi keluar rumah seperti ikut pengajian namun untuk tamasya Tn. M tidak
melakukan lagi karena tesangkut masalah biaya dan kondisi sakit yang dialaminya dan istri.
Sedangkan rekreasi di dalam rumah seperti mengobrol dengan tetangga sebelah di beranda
rumah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah keluarga telah memenuhi
perkembangannya.
Ny. S menderita diabetes mellitus tipe 2 setelah kontrol gula darah di puskesmas November
2011 dan di berikan injeksi insulin.
Tidak diketahui apakah orang tua Ny. S menderita diabetes mellitus atau tidak. Karena tidak
pernah diperiksa tim medis.
3. Lingkungan
a. Kharakteristik Rumah
Rumah Tn. M merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100 m2.
Termasuk rumah semi permanent, berdinding tembok dan juga kayu (gedek) lantainya dari
sebagian semen dan sebagian tanah. Mempunyai 1 ruang tamu, 4 kamar tidur, 1 dapur, 1
kamar mandi dan WC. Ventilasi rumah belum mencukupi 10% dari total bangunan dan
lingkungannya tampak kotor.
Ada septik tank dan pembuangan air limbah dengan kondisi baik dengan kedalaman 10 meter
terletak di belakang rumah dan jarak dari sumber air kurang dari 10 meter.
2) Pembuangan Sampah
Keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah sendiri yang di tempatkan di bak sampah
atau di bagor dan kemudian di ambil petugas sampah setiap 2 hari sekali.
3) Sanitasi
Lingkungan rumah Tn. M tampak sedikit kotor, pekarangan tidak dimanfaatkan secara
maksimal hanya ada beberapa tanaman saja.
4) Jamban Keluarga
Mempunyai jamban keluarga sendiri dengan bentuk leher angsa dan terletak di dalam rumah.
Tetangga Tn. M termasuk tetangga yang baik, rasa kekeluargaan dan kegotong royongan
tinggi dan selalu siap membantu keluarga Tn. M.
Keluarga Tn. M sudah lama tinggal di rumah tersebut tidak pernah pindah sejak oranng
tuanya masih ada Tn. M tinggal di sana.
Keluarga selalu mendapat dukungan dari tetangga dan juga dari keluarga besarnya. Bila ada
masalah kesehatan dengan salah satu anggota keluarga, Tn. M selalu membawa ke dokter
yang terdekat dengan rumah atau ke pak mantra.
Fasilitas Sosial
4. Struktur Keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan yang harmonis, dalam menghadapi suatu
permasalahan, biasanya dilakukan musyawarah keluarga sebelum memutuskan suatu
permasalahan. Komunikasi dilakukan dengan sangat terbuka.
Keluarga merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan 2 orang anak dan saling
perhatian.
Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangganya.
Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai dalam agama Islam
yang dianutnya serta norma masyarakat disekitarnya.
5. Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
b. Fungsi sosial
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang baik. Keluarga juga
cukup aktif bermasyarakat dengan mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat.
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit DM, hal ini
ditunjukkan dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit
DM. Keluarga juga tidak tahu bahwa penyakitnya bisa di turunkan kepada anaknya sehingga
harus mendapat pengobatan yang segera dan jangka waktu yang cukup panjang. Kemampuan
keluarga dalam mengambil keputusan juga terbatas karena keluarga tidak mengetahui tentang
masalah yang terjadi pada penyakit DM. Keluarga tidak mengetahui langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam menangani penyakitnya.
d. Fungsi reproduksi
Tn. M berusia 65 tahun dan Ny. S 60 tahun merupakan usia lansia, keluarga tidak
menggunakan kontrasepsi pil dan suntik.
e. Fungsi ekonomi
Tn. M bekerja sebagai buruh pabrik untuk kehidupan sehari-harinya ia dibantu oleh anak dan
menantunya yang juga bekerja sebagai buruh pabrik.
a. Strategi Koping
Tn. M merasa apa yang terjadi pada istrinya merupakan kehendak Tuhan, Tn. M hanya bisa
pasrah. Bila ada masalah tidak dibuat tegang agar tidak stress berusaha berpikir dengan
pikiran dingin dan lebih santai.
b. Status Emosi
Tn. M termasuk orang yang tidak mudah untuk stress. Ia berusaha membesarkan hati istri dan
anaknya agar tidak gampang emosi sehingga pemikiran dan pengambilan keputusan memang
benar-benar di pikirkan matang-matang.
7. Pemeriksaan Fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga terutama yang diidentifikasi
sebagai klien atau sasaran pelayanan asuhan keperawatan keluarga.
Keadaan umum Ny. S nampak lemah dan tidak bersemangat, badannya agak kurus, banyak
makan dan minum.
b. Tanda-tanda vital :
Pernapasan : 30 x/menit
Suhu : 37oC
1) Kepala
2) Leher
Pada leher tidak nampak adanya peningkatan tekanan vena jugularis dan arteri carotis, tidak
teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid (struma).
3) Mata
Konjungtiva tidak terlihat anemis, tidak ada katarak, penglihatan masih baik.
4) Telinga
5) Hidung
6) Mulut
7) Dada
Pergerakan dada terlihat simetris, suara jantung S1 dan S2 tunggal,tidak terdapat palpitasi,
suara mur-mur (-), ronchi (-), wheezing (-), nafas cuping hidung (-)
8) Abdomen
Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan adanya pembesaran hepar, tidak kembung,
pergerakan peristaltik usus baik, tidak ada bekas luka operasi
9) Ekstremitas
Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah ditemukan luka kecil pada kaki kiri dan sudah
3 minggu belum sembuh. Sehingga Ny. S sulit melakukan kegiatan sehari hari.
8. Harapan Keluarga
Keluarga Tn. M berharap istrinya sembuh dari penyakitnya sehingga dapat melakukan
aktifitas sehari-hari dengan nyaman.
C. Analisa Data
Data Objektif:
Luka gangren
Nampak lesu, lemah
Tampak kurus
Kulit tidak elastis
Otot lengan dan kaki lemah
Data Objektif:
Luka gangren
Menggunakan alas kaki
Tidak menggunakan alas
kaki
Lingkungan rumah kotor
Diagnosa prioritas:
3. Rencana Keperawatan
4. Implementasi
Diagnosa Pelaksanaan
Ketidakefektifan managemen
1. Mengkaji kondisi klien
regimen terapeutik keluarga
2. Mengkaji respon klien dengan adanya luka
berhubungan dengan:
pada kakinya.
Ketidakmampuan keluarga
3. Mendiskusikan tentang apa yang membuat
mengenal masalah,
gambaran diri klien terganggu.
Ketidakmampuan keluarga
4. Memberi penjelasan tentang luka yang terjadi.
mengambil keputusan,
5. Memberikan pengertian tentang DM
Ketidakmampuan keluarga
6. Menjelasakan efek makanan dan patofisiologi
merawat anggota keluarga yang
DM
sakit, Ketidakmampuan keluarga
7. Menganjurkan untuk membatas pemakaian
memanfaatkan fasilitas kesehatan
gula
8. Menganjurkan untuk di periksakan ke
pelayanan kesehatan
9. Menganjurkan untuk jalan hati-hati agar tidak
menimbulkan luka pada kaki.
10. Mengingatkan kembali makanan yang boleh di
komsumsi dan tidak boleh di komsusmsi
Resiko terjadinya peningkatan 1. Mengkaji kondisi klien
ketidaknyamanan berhubungan 2. Memeriksa kakinya yang terasa gatal
dengan : 3. Menganjurkan untuk mengkompres dengan air
Ketidakmampuan keluarga hangat
merawat anggota yang sakit, 4. Menganjurkan untuk memilih makanan yang
Ketidakmampuan keluarga tidak menimbulkan semakin parah lukanya
memanfaatkan fasilitas kesehatan 5. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air
hangat
6. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
7. Mengingatkan untuk mengkompres dengan air
hangat
8. Mengingatkan untuk tidak menggaruk lukanya.
9. Memberikan obat-obatan untuk merawat gatal-
gatalnya.
10. Mengajarkan dan mendemonstrasikan
perawatan gatalnya (mengajarkan pemakaian
obatnya)
11. Memberitahu makanan yang boleh di
komsumsi dan yang tidak boleh di komsumsi
dengan sakit gatalnya.
5. Evaluasi
Diagnosa Evaluasi
BAB IV
TERAPI MODALITAS
A. Topik
Topik dalam terapi modalitas ini adalah senam kaki diabetes. Senam kaki adalah kegiatan
atau latihan yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus untuk mencegah terjadinya luka dan
membantu melancarkan peredaran darah bagian kaki yang memiliki tujuan memperbaiki
sirkulasi darah, memperkuat otot-otot kecil, mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki,
meningkatkan kekuatan otot betis dan paha, mengatasi keterbatasan gerak sendi. Untuk itu
penderita diabetes melitus di anjurkan untuk melakukan senam kaki.
B. Tujuan
C. Sasaran
Senam kaki ini dapat diberikan kepada seluruh penderita diabetes mellitus dengan tipe 1
maupun 2. Namun sebaiknya diberikan sejak pasien didiagnosa menderita diabetes melitus
sebagai tindakan pencegahan dini. Namun senam ini tidak disarankan pada penderita diabetes
melitus yang mengalami perubahan fungsi fisiologis seperti dipsnu atau nyeri dada dan orang
yang mengalami depresi, khawatir atau cemas.
D. Metode
Metode yang digunakan dalam terapi modalitas ini adalah praktik, dimana perawat akan
mengajari klien untuk melakukan senam diabetes serta melatih keluarga klien untuk dapat
melakukan secara mandiri.
E. Media
Alat yang digunakan dalam terapi ini adalah kertas koran 2 lembar, kursi (jika tindakan
dilakukan dalam posisi duduk), hanscoon serta lingkungan yang nyaman agar klien merasa
nyaman.
F. Waktu
G. Prosedur Pelaksanaan
1. Posisi kan pasien duduk tegak di atas bangku dengan kaki menyentuh lantai.
2. Dengan meletakkan tumit dilantai, jari-jari kedua belah kaki diluruskan ke atas lalu
dibengkokan kembali ke bawah seperti cakar ayam sebanyak 10 kali
3. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki dilantai, angkat telapak kaki ke atas. Pada
kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki diangkat ke atas. Cara ini
dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan kanan secara bergantian dan diulangi sebanyak
10kali.
4. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan buat gerakan
memutar dengan pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
5. Jari-jari kaki diletakkan dilantai. Tumit diangkat dan buat gerakan memutar dengan
pergerakan pada pergelangan kaki sebanyak 10 kali.
6. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakan jari-jari ke depan turunkan kembali
secara bergantian kekiri dan ke kanan. Ulangi sebanyak 10 kali.
7. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan gerakkan
ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai. Ulangi sebanyak 10 kali.
8. Angkat kedua kaki dan luruskan, pertahankan posisi tersebut. Gerakan pergelangan
kaki ke depan dan ke belakang. Ulangi sebanyak 10 kali.
9. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki, tuliskan pada
udara dengan kaki dari angka 0 hingga 9 lakukan secara bergantian.
10. Letakkan sehelai koran dilantai. Bentuk kertas itu menjadi seperti bola dengan kedua
belah kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran seperti semula menggunakan kedua
belah kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali saja :
c. Pindahkan kumpulan sobekan-sobekan tersebut dengan kedua kaki lalu letakkan sobek
kan kertas pada bagian kertas yang utuh.
H. Kriteria Evaluasi
b. Klien dan keluarga dapat menyebutkan kembali 2 dari 4 tujuan senam kaki.
c. Klien dan keluarga dapat memperagakkan sendiri teknik-teknik senam kaki secara
mandiri
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan metabolisme
karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau secara relatif
kekurangan insulin. Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM).
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah Umur yang
berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur yang berkaitan
dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan vaskuler, Obesitas,
banyak makan, Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang bermacam-macam,
Keturunan, Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan yang sering muncul
adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Prinsip
penatalaksanaan DM lansia adalah menilai penyakitnya secara menyeluruh dan memberikan
pendidikan kepada pasien dan keluarganya, menghilangkan gejala-gejala akibat
hiperglikemia, lebih bersifat konservatif, mengendalikan glukosa darah dan berat badan.
Peran keluarga sangat penting dalam pencegahan terjadinya komplikasi lanjut pada penderita
diabetes terutama lansia.
B. Saran
2. Pada pasien DM pada lansia kita harus mewaspadai adanya perubahanfungsi fisiologis
maupun psikologisnya untuk mengantisipasi.
DAFTAR RUJUKAN
Carpenito, Lynda Juall, 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati. Jakarta : EGC, 1999.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC, 2002