Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL
A. PENGERTIAN
Isolasi sosial : menarik diri merupakan satu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel,
tingkah maladaptiF, dan mengganggu fungsi individu dalam hubungan sosialnya.
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan
yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut
salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain dan tidak mampu merumuskan
keinginan dan rasa tertekan. Sedangkan faktor stressor prespitasi dari faktor sosio-kultural
karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis
seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung,
merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespon menghindar
dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and Sundeen, 2008).
B. RENTANG RESPON SOSIAL
Manusia adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka
harus membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan interpersonal yang sehat
terjadi jika individu yang terlibat saling merasakan kedekatan, sementara identitas pribadi
masih dipertahankan, dan juga perlu untuk membina perasaan saling tergantung, yang
merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam suatu hubungan
(Yosep, 2013).
Rentang Respon Sosial
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Solitude Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik Diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisme
Saling Ketergantungan
Gambar 1. Rentang Respon Isolasi Sosial
Sumber : (Yosep, 2013)
1. Respon adaptif
Respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan, meliputi :
a. Solitude : merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang
telah dilakukan dilingkungan sosialnya dan merupakan suatu cara mengevaluasi diri
untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya
b. Otonomi : keadaan respon individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran dan perasaan dalam hubungan sosial
c. Kebersamaan : respon individu dalam berhubungan interpersonal dimana individu
saling memberi dan menerima
d. Saling Ketergantungan : saling ketergantungan dalam hubungan interpersonal
2. Respon antara adaptif dan maladaptif
a. Aloness (kesepian) : individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan tersisihkan
dari lingkungan
b. Manipulation (manipulasi) : hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan bukan orang lain
c. Dependence (ketergantungan) : individu mulai tergantung kepada individu yang lain
dan mulai tidak memperhatikan kemampuan yang dimilikinya
3. Respon maladaptif
Respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial
dan budaya lingkungannya.
a. Manipuation (manipulasi) : individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada
tujuan bukan berorentasi pada orang lain dan tidak dapat dekat dengan orang lain
b. Impulisve (impulisf) : keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu
c. Narkisisme : secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian,
individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya
C. ETIOLOGI
Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan
adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan
hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan dapat mencederai diri
(Carpenito, 2011).
D. TANDA DAN GEJALA
Menurut Maramis (2013), tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial yaitu :
1. Observasi yang dilakukan pada pasien ditemukan data objektif
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
b. Menghindar dari orang lain atau menyendiri. Pasien tampak memisahkan diri dari
orang lain, misalnya pada saat makan
c. Komunikasi kurang/tidak ada. Pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan pasien
lain maupun perawat
d. Tidak ada kontak mata, pasien lebih sering menunduk
e. Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah, pasien kurang mobilisasinya
f. Menolak berhubungan dengan orang lain, pasien memutuskan percakapan atau
pergi jika diajak bercakap-cakap
g. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah
tangga sehari-hari tidak dilakukan
2. Data subjektif susah didapat jika pasien menolak berkomunikasi. Beberapa data
subjektif adalah menjawab dengan singkat dengan kata-kata tidak, ya, tidak
tahu.
E. POHON MASALAH
Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi = Efek

Isolasi Sosial : Menarik Diri = Masalah

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah = Penyebab


Gambar 2. Pohon Masalah Isolasi Sosial : Menarik Diri
Sumber : Yosep (2013)

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial : menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
3. Resiko perubahan sensori persepsi : Halusinasi
G. Perencanaan
Masalah Utama : Isolasi Sosial
Tabel 1. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial
Pasien Keluarga
No
SPIP SPIK
1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosia: siapa Diskusikan masalah yang
yang serumah,siapa yang dekat, dan apa dirasakan dalam merawat pasien
sebabnya
2 Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan
Jelaskan pengertian, tanda, dan
berinteraksi dengan orang lain gejala dan proses terjadinya isolasi
sosial (gunakan booklet)
3 Kerugian tidak punya teman dan bercakap- Jelaskan cara merawat isolasi
cakap. sosial
4 Latihan cara berkenalan dengan pasien dan Latih dua cara merawat
perawat atau tamu berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian.
5 Masukan pada jadwal kegiatan untuk Anjurkan membantu pasien sesuai
berkenalan. jadwal dan memberikan pujian
besuk.
SPIIP SPIIK
1 Evaluasi kegiatan berkenalan (berapa orang). Evaluasi kegiatan kelaurga dalam
Beri pujian merawta/ melatih pasien
berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian. Beri
pujian
2 Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan Jelaskan kegiatan rumah tangga
hatian (latih 2 kegiatan) yang dapat melibatkan pasien
berbicara (makan, sholat bersama)
di rumah.
3 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Latih scara membimbing pasien
berkenalan 2-3 orang, pasien, perawta dan tamu, berbicara dan memberi pujian
berbicara saat melakukan kegiatan harian
SPIIIP SPIIIK
1 Evaluasi kegiatan latihan berkenalan (berapa Evaluasi kegiatan keluarga dalam
orang) dan berbicara saat melakukan dua merawat/melatih pasien
kegiatan harian. Beri pujian berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian. Beri
pujian
2 Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan Jelaskan cara melatih pasein
harian (2 kegiatan baru) melakukan kegiatan sosial seperti
berbelanja, meminta sesuatu, dll
3 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Latih keluarga mengajak pasien
berkenalan 4-5 orang, berbicara saat melakukan berbelanja saat besuk
4 kegiatan harian.
Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal kegiatan dan memberikan
pujian
SPIVP SPIVK
1 Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara Evaluasi kegiatan keluarga dalam
saat melakukan empat kegiatan merawat/melatih pasien
berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian/RT,
berbelanja. Beri pujian
2 Latih cara berbicara sosial : meminta sesuatu, Jelaskan follow up ke RSJ/PKM,
menjawab pertanyaan. tanda kambuh, rujukan.
3 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Anjurkan memabntu pasien sesuai
berkenalan > 5 orang, berbicara saat melakukan jadwal kegiatan dan berikan pujian
4 kegiatan harian.
SPVP SPVK
1 Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, berbicara Evaluasi kegiatan keluarga dalam
saat melakukan kegiatan harian dan sosialisasi. merawat/melatih pasien
Beri pujian berkenalan, berbicara saat
melakukan kegiatan harian/RT,
berbelanja dan kegiatan lain dan
follow up. Beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga
merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol RSJ/PKM

H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Psikofarmaka
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas,
kesadaran diri terganggu, daya ingat norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya
berat dalam fungsi-fungsi mental: faham, halusinasi. Gangguan perasaan dan
perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan
sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi)
antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung.
Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom parkinson). Gangguan
endoktrin (amenorhe). Metabolic (Soundiee). Hematologik, agranulosis. Biasanya
untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit
darah, epilepsy, kelainan jantung (Damaiyanti, M, & Iskanda, 2012).
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam
fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan
parasimpatik, defeksi, hidung tersumbat mata kabur , tekanan infra meninggi,
gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsy, kelainan jantung (Damaiyanti, M, & Iskandar, 2012).
c. Trihexyphenidil (THP)
Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom
Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping
diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung,
agitasi, konstipasi, takikardia, dilatasi, ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat
psikoneurosis (Damaiyanti, M, & Iskandar, 2012).
2. Terapi Individu
Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi
pertemuan (SP) yang terdiri dari tiga SP dengan masing-masing strategi pertemuan yang
berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, berdiskusi
dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak
berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukkan kegiatan
latihan berbiincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua,
perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada
SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan
untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan hariannya (Damaiyanti, M, & Iskandar, 2012).
3. Terapi kelompok
Menurut Keliat dan Akemat (2011) aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan
bersosialisasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Activity Daily Living (ADL) adalah tingkah laku yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
b. Tingkah laku sosial adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan
sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat.

Anda mungkin juga menyukai