Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masyarakat pada umumnya memerlukan listrik untuk menjalani kehidupannya
sehari-hari. Dewasa ini, listrik sudah barang tentu menjadi kebutuhan hidup
manusia untuk melakukan hamper seluruh kegiatan yang dimiliki masing-masing.
Tanpa adanya listrik, kegiatan-kegiatan sehari-hari sangat mungkin untuk tersendat
atau kurang berjalan sebagaimana mestinya.
Kebutuhan manusia akan listrik tidak akan pernah ada habisnya. Alat-alat yang
digunakan sehari-hari pun tidak bisa dilepaskan dari yang namanya listrik. Untuk
itulah listrik harus tetap disediakan oleh pemerintah untuk membuat masyarakat
sejahtera akan listrik untuk membantu kegiatan hidupnya. Ketersediaan listrik ini
tentunya dihasilkan oleh yang namanya pembangkit. Dimana listrik dibangkitkan
agar bias memenuhi pasokan-pasokan listrik di segala penjuru kebutuhan listrik.
Maka itu perlulah sistem pembangkitan listrik yang digunakan untuk menyanggupi
kebutuhan listrik manusia sehari-hari.
Jenis-jenis pembangkit tenaga listrik sangat banyak, ada yang namanya Pusat
Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit
Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dan lain
sebagainya.
Pada pembahasan makalah ini, kami akan membahas tentang Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN). Manusia mengenal nuklir pada umumnya sebagai senjata
pamungkas yang dahsyat, yang menghasilkan energi yang sangat besar. Saat ini
tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam
berbagai bidang antara lain bidang kelistrikan, industri, kesehatan,
pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan
bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknik nuklir untuk
non energi.

Halaman 1
Salah satu pemanfaatan teknik nuklir dalam bidang energi saat ini
sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk
membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman dan tidak mencemari
lingkungan.
Di negara kita, pembangkit listrik yang memanfaatkan tenaga nuklir atau umum
disebutkan dengan istilah Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) masih belum
banyak dimanfaatkan karena di mata masyarakat limbah dari pembangkit listrik ini
sangat mengancam ekosistem disekitarnya.
Namun, seiring dengan krisis energi yang sedang menimpa Indonesia saat ini
yang ditandai dengan semakin menipisnya cadangan minyak yang dimiliki
Indonesia, maka pemerintah berniat membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN) di Indonesia. Pemerintah merasa pembangkit-pembangkit listrik yang
sudah ada sekarang dirasa masih kurang untuk memenuhi konsumsi listrik di
Indonesia.
Makalah ini akan membahas pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai sistem
pembangkitan yang menuju inovasi ke depan. Makalah ini juga merupakan salah
satu penugasan dari dosen kami pada mata kuliah Pembangkit Energi Listrik
sebagai jalannya proses pendidikan yang kami laksanakan di Universitas Negeri
Jakarta.

1.2 Rumusan Masalah


Beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)?
2. Apa saja komponen yang digunakan pada Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)?
3. Bagaimana prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)?
4. Bagaimana pola pemanfaatan dan dampak dari penggunaan Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN)?

Halaman 2
1.3 Batasan Masalah
Di dalam makalah ini kami tidak membahas:
1. Tingkat keefektivitasan dan keefisiensian dari Pembangkit Listrik Tenaga
Listrik.
2. Problematika penggunaan tenaga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.

1.4 Tujuan Makalah


Makalah ini memiliki beberapa tujuan yaitu :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN).
2. Untuk mengetahui dan memahami serta mengidentifikasi komponen yang
digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
3. Untuk mendeskripsikan prinsip kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN).
4. Untuk mengetahui dan memahami pola pemanfaatan dan dampak dari
penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

1.5 Manfaat Makalah


Beberapa manfaat dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut :
1. Supaya mahasiswa teknik elektro dapat menjelaskan tentang Pembangkit Listrik
Tenaga Nuklir (PLTN).
2. Supaya mahasiswa teknik elektro dapat mengidentifikasi komponen yang
digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
3. Supaya mahasiswa teknik elektro dapat mendeskripsikan prinsip kerja dari
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).
4. Supaya mahasiswa teknik elektro dapat menjelaskan pola pemanfaatan dan
dampak dari penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN).

I. 6. Metode Penulisan

Halaman 3
Metode penulisan yang akan digunakan untuk membahas lebih lanjut mengenai
penelitian ini di antaranya :
1. Referensi dan Kepustakaan.
Penulisan mengambil sumber-sumber pengetahuan di internet dan di buku
sebagai khasanah ilmiah dalam penulisan makalah ini. Buku yang dijadikan
sumber berupa buku teks, e-book, dan internet.

Halaman 4
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTN)

a. Pengenalan Nuklir
Nuklir merupakan kata sifat yang khusus berhubungan dengan nucleus
atau inti atom. Atom berasal dari bahasa Yunani yaitu atomos yang berarti
tidak dapat dibelah lagi. Kata atom awalnya digunakan untuk menggambarkan
unit terkecil dari materi yang tidak mungkin ada unit lain yang lebih kecil lagi.
Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, menunjukkan bahwa unit
materi atom masih tersusun atas sejumlah materi lain yang lebih kecil. Susunan
atom terdiri dari inti atom (nucleus) yang dikelilingi oleh partikel bernama
electron pada jarak atau orbit tertentu. inti atom sendiri tersusun atas partikel-
partikel bernama proton dan neutron. Electron, proton, dan neutron disebut
sebagai partikel elementer.
Nuklir adalah energi yang dihasilkan dengan mengendalikan reaksi
nuklir. Reaksi nuklir adalah reaksi yang melibatkan inti atom. Biasanya terjadi
antara inti atom dengan inti atom atau dengan partikel elementer yang
menghasilkan produk yang berbeda dengan inti atom atau partikel sebelum
reaksi. Pada prinsipnya sebuah reaksi dapat melibatkan lebih dari dua partikel
yang bertubrukan, tetapi kejadian tersebut sangat jarang. Bila partikel-partikel
tersebut bertabrakan dan berpisah tanpa berubah (kecuali mungkin dalam level
energi), proses ini disebut tabrakan dan bukan sebuah reaksi. Secara umum
reaksi nuklir dapat dibedakan menjadi reaksi penggabungan (fusi) dan reaksi
pembelahan (fisi).
1. Reaksi Fusi Nuklir
Reaksi fusi nuklir adalah reaksi peleburan atau penggabungan dua atau
lebih inti atom menjadi inti atom baru yang lebih berat dan menghasilkan

Halaman 5
energi, juga dikenal sebagai reaksi yang bersih. Reaksi fusi juga
menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang sagat berbahaya bagi
manusia. Reaksi ini diikuti oleh pelepasan atau penyerapan energi serta
partikel-partikel elementer fusi atom Deuterium (2H) dengan Tritium (3H)
atau (D-T fusion) akan menghasilkan sebuah atom Helium (He) dan Neutron
(n) disertai oleh pelepasan energi. Contoh reaksi fusi nuklir adalah reaksi
yang terjadi di hampir semua inti bintang di alam semesta. Senjata bom
hidrogen juga memanfaatkan prinsip reaksi fusi tak terkendali.
2. Reaksi Fisi Nuklir
Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat tubrukan inti
atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang bermassa lebih
kecil, serta radiasi elektromagnetik. Proses reaksi biasanya berawal dari
penetrasi elementer neutron ke dalam inti atom yang kemudian menjadi
tidak stabil dan akhirnya pecah menjadi dua inti atom lain yang disebut
produk fisi. Selain produk fisi, biasanya dilepaskan pula beberapa buah
neutron (n), energi dalam bentuk panas dan radiasi gamma.
3. Reaksi Fisi Berantai
Ketika inti atom suatu bahan bakar nuklir seperti uranium mengalami
reaksi fisi, maka akan dilepaskan pula sebanyak 2 atau 3 buah neutron baru
(neutron bebas) hasil dari reaksi fisi tersebut. Neutron-neutron bebas tersebut
bisa menjadi pemicu untuk terjadinya reaksi fisi berikutnya dari inti atom
uranium lain yang berada di sekitarnya. Jika reaksi-reaksi fisi ini terus
berlanjut, maka terjadilah apa yang dinamakan dengan reaksi fisi berantai.
4. Masa Kritis
Salah satu syarat agar reaksi fisi berantai dapat terus dipertahankan
adalah tersedianya bahan bakar nuklir dalam jumlah yang cukup. Jumlah
material bahan nuklir yang diperlukan agar reaksi fisi berantai dapat
dipertahankan tersebut dinamakan masa kritis.
5. Moderasi

Halaman 6
Secara umum hanya neutron dengan energi relatif rendah (thermal
neutron) yang memiliki kemungkinan terbesar untuk menimbulkan
terjadinya reaksi fisi pada inti atom bahan bakar nuklir.
Neutron bebas yang dihasilkan dari reaksi fisi adalah neutron dengan
energi relatif tinggi yang dikenal sebagai neutron cepat (fast neutron). Oleh
karena itu, energi neutron ini harus diturunkan dengan mempergunakan
moderator agar reaksi fisi berikutnya pada reaksi fisi berantai dapat terjadi.
Prinsip penurunan energi neutron (moderasi) adalah dengan cara
memantul-mantulkan neutron tersebut terhadap atom-atom material yang
berfungsi sebagai moderator. Karena pantulan inilah energi neutron menjadi
turun. Material yang biasa digunakan sebagai moderator adalah air dan grafit
(karbon).
6. Pengendalian reaksi fisi berantai
Selain bahan bakar nuklir, agen utama pada reaksi fisi adalah neutron,
dengan demikian pengendalian reaksi fisi berantai adalah dengan mengatur
populasi neutron. Untuk mengendalikan jumlah neutron ini maka dipakai
material penyerap neutron seperti boron.
Boron hanya menyerap neutron tanpa menimbulkan terjadinya reaksi
fisi. Dengan mengatur posisi boron di sekitar bahan bakar nuklir maka
terjadinya reaksi fisi dapat dikendalikan.
b. Energi Nuklir
Energi nuklir adalah energi yang dibebaskan dalam proses reaksi nuklir,
seperti dalam reaksi fisi, dinamakan energi nuklir. Proton dan neutron secara
independen adalah partikel bebas, sehingga ketika bergabung membentuk satu
inti atom, partikel-partikel ini terikat oleh energi yang disebut energi ikat.
Sebagian dari energi ikat yang dilepaskan dalam proses reaksi fisi nuklir inilah
yang menjadi sumber energi nuklir.
Sekitar 80% dari energi nuklir ini dibawa oleh produk fisi dalam bentuk
energi kinetik yang kemudian terdisipasi menjadi panas di dalam medium bahan
bakar ketika produk fisi tersebut bergerak dan kehilangan energi dalam medium.

Halaman 7
Sejauh ini, energi nuklir adalah sumber energi yang yang paling padat dari
semua sumber energi di alam ini yang bisa dikembangkan manusia. Artinya, kita
dapat mengekstrak lebih banyak panas dan listrik dari jumlah yang diberikan
dibandingkan sumber lainnnya dengan jumlah yang setara.
Sebagai pembanding, 1 kg batu bara dan uranium yang sama-sama
berasal dari perut bumi. Jika kita mengekstrak energi listrik dari 1 kg batubara,
kita dapat menyalakan lampu bohlam 100W selama 4 hari. Dengan 1 kg
uranium, kita dapat menyalakan bohlam paling sedikit selama 180 tahun.

c. PLTN

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit


listrik termal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih
reaktor nuklir pembangkit listrik. PLTN adalah suatu sistem yang
mengkorvesikan panas hasil reaksi fisi di dalam reaktor nuklir menjadi energi
listrik.

PLTN termasuk dalam pembangkit daya base load, yang dapat bekerja
dengan baik ketika daya keluarannya konstan (meskipun boiling water reactor
dapat turun hingga setengah dayanya ketika malam hari). Daya yang
dibangkitkan per unit pembangkit berkisar dari 40 MWe hingga 1000 MWe.
Unit baru yang sedang dibangun pada tahun 2005 mempunyai daya 600-1.

II.2. Komponen yang digunakan pada Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTN)

Komponen Utama Reaktor Nuklir Komponen yang ada pada reaktor nuklir
antara lain :
1. Inti reaktor: Dibuat dari batang-batang bahan bakar yang berisi uranium alam,
uranium yang dipercaya, plutoium, atau U-233. Batang- batang bahan bakar
tersebut dapat dicampur dengan material-material tidak berfisi.
2. Moderator: Berfungsi untuk memperlambat kecepatan nutron sehingga
berkecepatan termal. Biasanya dibuat dari granit yang membungkus bahan

Halaman 8
bakar, tetapi mungkin juga air berat, air ringan (normal), atau berilium.
Moderator dapat juga dicampur dengan bahan bakar.
3. Perisai Termal: Berfungsi menyerap radiasi (parikel , nutron yang terlepas, dan
sinar gamma) yang terjadi karena proses fisi. Karena itu perisai menyelubungi
inti reaktor, biasanya dibuat dari besi, menyerap energi dan menjadi panas.
4. Reflektor: Berfungsi untuk memantulkan kembali nutron yang meninggalkan
inti bahan bakar. Pada gambar diatas menunjukkan bahwa tepi moderator juga
berfungsi sebagai reflektor, selain reflektor yang diletakkan di dalam perisai
termal dan menyelubungi inti reaktor.
5. Tangki Reaktor: Berfungsi untuk membungkus seluruh inti reaktor, reflektor
dan perisai termal. Dengan demikian tangki reaktor membentuk pula saluran
untuk mengatur aliran pendingin melalui dan mengelilingi inti reaktor.
6. Fluida Pendingin: Membawa panas yang dihasilkan dari proses fisi untuk
berbagai keperluan, antara lain sebagai pemanas air ketel pada pusat tenaga
uap. Menjaga agar bahan bakar reaktor dan perlengkapannya ada pada
temperature yang diperbolehkan (aman dan tidak rusak).
7. Perisai Biologi: Membungkus reaktor untuk menahan dan melemahkan semua
radiasi yang mematikan sebagai akibat dari proses fisi. Perisai biologi dapat
dibuat dari besi, timah hitam atau beton tebal dicampur oksida besi.
8. Batang-batang Kendali: Berfungsi mengendalikan proses fisi (pembangkitan
panas) di dalam reaktor, yaitu dengan menyerap neutron berlebihan yang
terjadi dari proses fisi. Batang-batang kendali biasanya terbuat dari boron atau
hafnium yang dapat menyerap nutron.
Komponen pembangkitan pada PLTN, yaitu:
1. Steam Generator: Steam generator (pembangkit uap) merupakan suatu alat
untuk mengubah air menjadi uap. Pada reaktor tipe PWR, steam generator
dibuat terpisah dari reaktor, sedangkan pada reaktor tipe BWR, reaktor sendiri
sekaligus berfungsi sebagai steam generator.
2. Turbin Uap: Turbin uap mengubah energi kinetik uap menjadi putaran poros
turbin. Pada pembangkit listrik dengan kapasitas besar seperti PLTN biasanya

Halaman 9
terdapat 2 atau 3 buah turbin yaitu turbin tekanan tinggi, menengah
(intermediate) dan rendah.
3. Generator Listrik: Putaran poros turbin dikonversi menjadi listrik oleh
generator. Peletakan dikopel langsung poros ke poros dengan turbin uap.
4. ndenser: Kondenser menerima input uap dari stage terakhir turbin tekanan
dan mengubahnya kembali menjadi air (dikondensasi).
5. Ruang Kontrol: Ruang control adalah tempat mengendalikan reaktor. Di
ruangan ini terdapat display kondisi operasi semua peralatan utama dan
pendukung sehingga kondisi operai PLTN termonitor secara terus menerus
dan dapat segara diambil tindakan yang tepat pada saat diperlukan. Selama
PLTN beroperasi, sejumlah operator terlatih harus bertugas dan berjaga di
ruang control. Pada saat PLTN dioperasikan secara bergiliran dalam grup.
6. Bangunan Pelindung Reaktor: Bangunan ini terbuat dari beton untuk
melindungi lingkungan dari kemungkinan keluarnya radiasi dan material
radioaktif ke lingkungan dan sebaliknya juga berfungsi sebagai pelindung
reaktor dari kemungkinan kerusakan akibat faktor-faktor luar.

II.3. Prinsip kerja Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

Prinsip kerja PLTN, pada dasarnya sama dengan pembangkit listrik


konvensional, yaitu; air diuapkan di dalam suatu ketel melalui pembakaran. Uap yang
dihasilkan dialirkan ke turbin yang akan bergerak apabila ada tekanan uap. Perputaran
turbin digunakan untuk menggerakkan generator, sehingga menghasilkan tenaga listrik.
Perbedaannya pada pembangkit listrik konvensional bahan bakar untuk
menghasilkan panas menggunakan bahan bakar fosil seperti ; batubara, minyak dan gas.
Dampak dari pembakaran bahan bakar fosil ini, akan mengeluarkan karbon dioksida
(CO2), sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen oksida (Nox), serta debu yang mengandung
logam berat. Sisa pembakaran tersebut akan ter-emisikan ke udara dan berpotensi
mencemari lingkungan hidup, yang bisa menimbulkan hujan asam dan peningkatan
suhu global.

Halaman 10
Sedangkan pada PLTN panas yang digunakan untuk menghasilkan uap yang
sama, dihasilkan dari reaksi pembelahan inti bahan fisil (uranium) dalam reaktor nuklir.
Sebagai pemindah panas biasa digunakan air yang disirkulasikan secara terus menerus
selama PLTN beroperasi. Proses pembangkit yang menggunakan bahan bakar uranium
ini tidak melepaskan partikel seperti CO2, SO2, atau NOx, juga tidak mengeluarkan
asap atau debu yang mengandung logam berat yang dilepas ke lingkungan. Reaktor
daya dirancang untuk memproduksi energi listrik melalui PLTN.
Elemen bahan bakar menyediakan sumber inti atom yang akan mengalami fusi
nuklir. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah uranium U. Neutron-
neutron yang dihasilkan dalam fisi uranium berada dalam kelajuan yang cukup tinggi.
Adapun, neutron yang memungkinkan terjadinya fisi nuklir adalah neutron lambat
sehingga diperlukan material yang dapat memperlambat kelajuan neutron ini. Fungsi ini
dijalankan oleh moderator neutron yang umumnya berupa air. Jadi, di dalam teras
reaktor terdapat air sebagai moderator yang berfungsi memperlambat kelajuan neutron
karena neutron akan kehilangan sebagian energinya saat bertumbukan dengan molekul-
molekul air. Fungsi pengendalian jumlah neutron yang dapat menghasilkan fisi nuklir
dalam reaksi berantai dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi berantai yang
terjadi terkendali dimana hanya satu neutron saja yang diserap untuk memicu fisi nuklir
berikutnya, digunakan bahan yang dapat menyerap neutron-neutron di dalam teras
reaktor. Bahan seperti boron atau cadmium sering digunakan sebagai batang kendali
karena efektif dalam menyerap neutron. Batang kendali didesain sedemikian rupa agar
secara otomatis dapat keluar-masuk teras reaktor. Jika jumlah neutron di dalam teras
reaktor melebihi jumlah yang diizinkan (kondisi kritis), maka batang kendali
dimasukkan ke dalam teras reaktor untuk menyerap sebagian neutron agar tercapai
kondisi kritis. Batang kendali akan dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah neutron di
bawah kondisi kritis (kekurangan neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi
kritis yang diizinkan. Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau
fisi nuklir dapat membahayakan lingkungan di sekitar reaktor. Diperlukan sebuah
pelindung di sekeliling reaktor nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor
tidak menyebar ke lingkungan di sekitar reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh perisai beton

Halaman 11
yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui sangat efektif menyerap sinar
hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan sebagai bahan perisai.
Dalam reaktor nuklir PLTN, reaksi fisi berantai dipertahankan kontinuitasnya
dalam bahan bakar sehingga bahan bakar menjadi panas. Panas ini kemudian ditransfer
ke pendingin reaktor yang kemudian secara langsung atau tak langsung digunakan
untuk membangkitkan uap. Pembangkitan uap langsung dilakukan dengan membuat
pendingin reaktor (biasanya air biasa, H2O) mendidih dan menghasilkan uap. Pada
pembangkitan uap tak langsung, pendingin reaktor (disebut pendingin primer) yang
menerima panas dari bahan bakar disalurkan melalui pipa ke perangkat pembangkit uap.
Pendingin primer ini kemudian memberikan panas (menembus media dinding pipa) ke
pendingin sekunder (air biasa) yang berada di luar pipa perangkat pembangkit uap untuk
kemudian panas tersebut mendidihkan pendingin sekunder dan membangkitkan uap.
PLTN jenis PWR (Pressurizer Water Reactor) merupakan salah satu jenis PLTN
dengan pembangkit uap tidak langsung.
PWR bekerja berdasarkan prinsip dua daur, dimana pedingin pada masing-masing
daur terpisah satu sama lainnya. Daur primer berisi air yang bertekanan tinggi dan
bersuhu tinggi. mengambil panas yang dihasilkan oleh reaksi fisi didalam teras reaktor.
Panas digunakan untuk memanaskan air pada pendingin primer (lingkar pendingin
primer ditunjukkan dalam skema dengan garis putus-putus merah.). Air ini melalui pipa
berbentuk U terbalik tetapi tidak tercampur dengan air umpan ( fedwater ) pada daur
sekunder. Aliran panas ini dipindahkan ke daur sekunder, dimana air umpan didihkan
dan uap dihasilkan di dalam sistem pembangkit uap ( sistem pembangkit uap turbin
kondensor). Transfer panas ini dicapai tanpa mencampurkan dua cairan, air dari daur
primer dapat menjadi radioaktif. Air dari daur primer dipompa kembali kedalam bejana
reaktor oleh pompa primer.
Pada reaktor jenis PWR, aliran pendingin primer yang berada di teras reaktor
bersuhu mencapai 325C sehingga perlu diberi tekanan tertentu (sekitar 155 atm) oleh
perangkat pressurizer sehingga air tidak dapat mendidih.
Uap yang dihasilkan oleh sistem pembangkit uap dialirkan ke turbin dan memutar
turbin tersebut kemudian memutar generator. Hasil putaran generator ini menghasilkan

Halaman 12
listrik yang merupakan produk akhir PLTN. Uap selanjutnya berkondensasi dalam
kondenser, sedang air kondensat tersebut diumpan kembali ke sistem pembangkit uap.
Listrik sebagai produk akhir dari sebuah pembangkit melayani beban melalui
saluran transmisi. Jika beban bertambah maka putaran turbin-generator akan mengalami
penurunan, untuk menaikkannya kembali produksi uap ditambah. Jika terjadi putus
jaringan saluran transmisi, maka akan terjadi pelepasan beban secara tiba-tiba. Hal ini
akan menyebabkan putaran turbin-generator menjadi berlebih karena pasokan uap yang
memutar turbin-generator masih terus berjalan. Oleh karena itu dalam kondisi
kehilangan beban seperti ini, Katup-katup uap akan menutup dengan cepat sehingga
pasokan uap akan terhenti dan putaran turbin generator akan melambat dan akhirnya
berhenti. Kondisi kehilangan beban merupakan kejadian yang harus dihindarkan.
Perbedaan cara kerja pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan pembangkit
listrik tenaga nuklir (PLTN), yaitu pada PLTU, di dalam ketel uap (boiler) minyak atau
batu bara dibakar untuk membangkitkan uap dengan temperatur dan tekanan tinggi,
kemudian uap ini disalurkan ke turbin untuk membangkitkan tenaga listrik. Dalam hal
pembangkitan listrik, PLTU dan PLTN mempunyai prinsip yang sama. Panas yang
dihasilkan digunakan untuk membangkitkan uap dan kemudian uap disalurkan ke turbin
untuk membangkitkan listrik. Yang berbeda dari kedua tipe pembangkit listrik ini
adalah mesin pembangkit uapnya, yang satu berupa ketel uap dan yang lainnya berupa
reaktor nuklir.
Reaktor daya hanya memanfaatkan energi panas yang timbul dari reaksi fisi,
sedang kelebihan neutron dalam teras reaktor akan dibuang atau diserap menggunakan
batang kendali. Karena memanfaatkan panas hasil fisi, maka reaktor daya dirancang
berdaya termal tinggi dari orde ratusan hingga ribuan MW. Proses pemanfaatan panas
hasil fisi untuk menghasilkan energi listrik di dalam PLTN adalah sebagai berikut:
1. Bahan bakar nuklir melakukan reaksi fisi sehingga dilepaskan energy
dalam bentuk panas yang sangat besar.
2. Panas hasil reaksi nuklir tersebut dimanfaatkan untuk menguapkan
air pendingin, bisa pendingin primer maupun sekunder bergantung pada tipe
reaktor nuklir yang digunakan.

Halaman 13
3. Uap air yang dihasilkan dipakai untuk memutar turbin sehingga dihasilkan
energi gerak (kinetik).
4. Energi kinetik dari turbin ini selanjutnya dipakai untuk memutar generator
sehingga dihasilkan arus listrik.
Secara ringkas dan sederhana, rancangan PLTN terdiri dari air mendidih, boiling
water reactor bisa mewakili PLTN pada umumnya, yakni setelah ada reaksi nuklir fisi,
secara bertubi-tubi, di dalam reaktor, maka timbul panas atau tenaga lalu. Dialirkanlah
air di dalamnya. Kemudian uap panas masuk ke turbin dan turbin berputar poros turbin
dihubungkan dengan generator yang menghasilkan listrik.
Reaktor Nuklir adalah suatu alat dimana reaksi berantai dapat
dilaksanakan berkelanjutan dan dikendalikan. Atau dengan kata lain reaktor nuklir
merupakan suatu wadah bahan-bahan fisi dimana proses reaksi berantai terjadi terus
menerus tanpa berhenti atau tempat terjadinya reaksi pembelahan inti (nuklir). Bagian
utama dari reaktor nuklir yaitu: elemen bakar (batang-batang bahan bakar), perisai
(perisai termal), moderator dan elemen kendali. Bahan bakar yang digunakan didalam
reaktor nuklir ada tiga jenis antara lain : Uranium-235 (U235), Uranium-233 (U233),
Plutonium-239 (Pu239). Dari ketiga jenis bahan bakar diatas, yang paling sering
digunakan sebagai bahan bakar reaktor adalah Uranium-235 (U235).

II.4. Pola pemanfaatan dan dampak dari penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir (PLTN) dan Tenaga Nuklir

a. Pola pemanfaatan PLTN dan Tenaga Nuklir

Pemanfaatan tenaga nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara


komersial sejak tahun 1954. Pada waktu itu di Rusia (USSR), dibangun dan
dioperasikan satu unit PLTN air ringan bertekanan tinggi (VVER = PWR) yang setahun
kemudian mencapai daya 5 Mwe. Pada tahun 1956 di Inggris dikembangkan PLTN
jenis Gas Cooled Reactor (GCR + Reaktor berpendingin gas) dengan daya 100 Mwe.
Pada tahun 1997 di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara sedang
berkembang telah dioperasikan sebanyak 443 unit PLTN yang tersebar di 31 negara

Halaman 14
dengan kontribusi sekitar 18 % dari pasokan tenaga listrik dunia dengan total
pembangkitan dayanya mencapai 351.000 Mwe dan 36 unit PLTN sedang dalam tahap
kontruksi di 18 negara.
Di bidang kedokteran, peran tenaga nuklir memberikan kontribusi yang tidak
kalah besar, yaitu, terapi three dimensional conformal radiotherapy (3D-CRT), yang
dapat mengembangkan metode pembedahan dengan menggunakan radiasi pengion
sebagai pisau bedahnya. Di bidang persenjataan, tenaga nuklir berkontribusi di bidng
persenjataan berat seperti rudal dan lainnya. Di bidang pertanian, tenaga nuklir
dimanfaatkan untuk pemuliaan tanaman Sorgum dan Gandum dengan melalui metode
induksi mutasi dengan sinar Gamma.

b. Dampak dari penggunaan PLTN dan Tenaga Nuklir


Dampak yang Ditimbulkan dari Pembangunan PLTN:
1. Dampak positif dari adanya PLTN ini, adalah dapat menghasilkan daya listrik
yang cukup besar sehingga pada saat terjadi beban puncak pemakaian daya
listrik, kita tidak perlu khawatir lagi akan adanya pemadaman bergilir.
2. Dampak Negatif Reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam
keselamatan jiwa manusia. Radiasi yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada
dua, yaitu :
a. Radiasi langsung yaitu radiasi yang terjadi bila radioaktif yang dipancarkan
mengenai langsung kulit atau tubuh manusia.
b. Radiasi tak langsung adalah radiasi yang terjadi lewat makanan dan
minuman yang tercemar zat radioaktif, baik melalui udara, air, maupun
media lainnya. Baik radiasi langsung maupun tidak langsung, akan
mempengaruhi fungsi organ tubuh melalui sel-sel pembentukannya. Organ-
organ tubuh yang sensitif akan dan menjadi rusak. Sel-sel tubuh bila
tercemar radioaktif uraiannya sebagai berikut : terjadinya ionisasi akibat
radiasi dapat merusak hubungan antara atom dengan molekul-molekul sel
kehidupan, juga dapat mengubah kondisi atom itu sendiri, mengubah fungsi
asli sel atau bahkan dapat membunuhnya. Pada prinsipnya, radiasi dapat

Halaman 15
mempengaruhi beberapa hal seperti ,sel tubuh akan mati, terjadi
penggandaan sel yang pada akhirnya dapat menimbulkan kanker, dan
kerusakan dapat timbul pada sel telur atau testis, yang akan memulai proses
bayi-bayi cacat. Masalah lain juga ditimbulkan oleh limbah atau sampah
nuklir terhadap tingkat kesuburan tanah limbah/sampah nuklir merupakan
semua sisa bahan (padat atau cair) yang dihasilkan dari proses pengolahan
uranium, misalnya sisa bahan bakar nuklir yang tidak digunakan lagi, dan
bersifat radioaktif, tidak bisa dibuang atau dihilangkan seperti jenis sampah
domestik lainnya (sampah organik dan lain-lain.) Sampah nuklir ini harus
ditimbun dengan cara yang paling aman. Hal yang saat ini dapat dilakukan
oleh manusia hanyalah menunggu sampai sampah nuklir tersebut tidak lagi
bersifat radioaktif, dan itu memerlukan waktu ribuan tahun.

Keamanan dari Penggunaan PLTN Dibandingkan pembangkit listrik lainnya,


PLTN mempunyai faktor keselamatan yang lebih tinggi. Hal ini ditunjukkan
oleh studi banding kecelakaan yang pernah terjadi di semua pembangkit listrik.
Secara statistik, kecelakaan pada PLTN mempunyai persentase yang jauh lebih
rendah dibandingkan yang terjadi pada pembangkit listrik lain. Hal tersebut
disebabkan karena dalam desain PLTN, salah satu filosofi yang harus dipunyai
adalah adanya pertahanan berlapis (defence in-depth). Dengan kata lain,
dalam PLTN terdapat banyak pertahanan berlapis untuk menjamin keselamatan
manusia dan lingkungan. Jika suatu sistem operasi mengalami kegagalan, maka
masih ada sistem cadangan yang akan menggantikannya. Pada umumnya, sistem
cadangan berupa suatu sistem otomatis pasif. Disamping itu, setiap komponen
yang digunakan dalam instalasi PLTN telah didesain agar aman pada saat
mengalami kegagalan, sehingga walaupun komponen tersebut mengalami
kegagalan, maka kegagalan tersebut tidak akan mengakibatkan bahaya bagi
manusia dan lingkungannya. Dari sisi sumber daya manusia, personil yang
mengoperasikan PLTN harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat, dan
wajib mempunyai sertifikat sebagai operator reaktor yang dikeluarkan oleh

Halaman 16
Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Untuk mendapatkan sertifikat
tersebut, mereka harus mengikuti dan lulus ujian pelatihan. Sertifikat tersebut
berlaku untuk jangka waktu tertentu dan setelah lewat masa berlakunya maka
akan dilakukan pengujian kembali.

Halaman 17
BAB III

PENUTUP

III. 1. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa PLTN merupakan
suatu pembangkit listik yang dapat menghasilkan daya listik yang cukup besar dan
tidak menghasikan limbah karena siklusnya tertutup. Tetapi dampak negatif yang
dihasilkan juga cukup besar, karena adanya radiasi yang bisa ditimbulkan oleh zat
radioaktif nuklir sangat membahayakan ekosistem yang ada disekitarnya (termasuk
manusia). Prinsip kerja PLTN berdasarkan sumber panas yang dihasilkan oleh suplai
panas dari reaksi nuklir. Pemanfaatan energi panas tersebut tidak dapat dihasilkan
apabila kurangnya bahan bakar

III. 2. Saran
a. Pengembangan PLTN di Indonesia sangat penting bagi kemajuan ekonomi bagi
Negara tersebut.
b. Sebaiknya pengembangan PLTN dibuat berdasarkan kebutuhan. Oleh karena itu,
pemerintah mampu menyokong dalam pengembangan PLTN di Indonesia.
c. Dalam membangun PLTN diperlukan pertimbangan yang matang dari banyak
pihak
d. Untuk makalah, kami memerlukan nasihat, saran, dan kritikat terhadap
kekurangan dan kelemahan pada makalah ini agar kami bisa memaksimalkan
dalam memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Halaman 18
DAFTAR PUSTAKA
1. Kadir, Abdul. 2010. Pembangkit Tenaga Listrik. Jakarta: UI-Press, 1996.
2. Marsudi, Djiteng. 2005. Pembangkitan Energi Listrik. Jakarta: Erlangga.
3. http://www.batan.go.id/ensiklopedi/
4. http://dyahfsk.blogspot.co.id/2013/10/pltn.html

Halaman 19

Anda mungkin juga menyukai