Anda di halaman 1dari 39

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kanker leher rahim merupakan penyakit kanker perempuan yang menimbulkan
kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di negara berkembang. Kanker leher
rahim merupakan keganasan yang terjadi pada leher rahim dan disebabkan oleh infeksi
Human Papilloma Virus (HPV) yang ditularkan melalui hubungan seksual dan infeksinya
terjadi pada 75% wanita yang pernah berhubungan seksual. Penelitian World Health
Organization (WHO) tahun 2005 menyebutkan, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru, dan
260.000 kasus kematian akibat kanker leher rahim, 90% diantaranya terjadi di negara
berkembang.1
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1,4 per 1000 penduduk atau sekitar 330 orang. Kanker tertinggi di Indonesia
pada perempuan adalah kanker leher rahim dan kanker payudara.2
Berdasarkan International Agencies for Research on Cancer (IARC) 2008 dengan
perkiraan age standardized rate, kanker leher rahim menempati urutan kedua dengan
incidence rate 15,2 per 100.000 perempuan, kasus baru yang ditemukan 8,8% (530.232
kasus) dengan angka kematian 8,2% (275.008) per tahun dari seluruh kasus kanker pada
perempuan di dunia.3
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan
jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Kanker payudara merupakan
salah satu penyebab utama kematian yang diakibatkan oleh kanker pada perempuan di
seluruh dunia.1 Berdasarkan data Globocan International Agency for Research on Cancer
(IARC) 2005, kanker payudara menempati urutan pertama seluruh kanker pada perempuan
dengan incidence rate 38 per 100.000 perempuan, kasus baru yang ditemukan 22,7% dengan
jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia.3
Di Indonesia, berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia
tahun 2007 diketahui bahwa kanker leher rahim menempati urutan kedua pada pasien rawat
inap (11,78%) dan pasien rawat jalan (17,00%). Manakala, kanker payudara menempati
urutan pertama pasien rawat inap (16,85%) dan pasien rawat jalan (21,69%). 3 Oleh karena itu,
Indonesia mengembangkan upaya pengendalian kanker leher rahim dan payudara melalui
deteksi dini sejak tahun 2007. Deteksi dini kanker leher rahim menggunakan metode Single
Visit Approach yaitu dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan krioterapi untuk
1
IVA positif, sedangkan deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Clinical Breast
Examination (CBE).4
Hingga saat ini telah ditemukan bahwa pemeriksaan visual dengan asam asetat atau
dikenal dengan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) merupakan alternatif yang
memenuhi kriteria di atas, yaitu memerlukan biaya rendah, teknik yang sederhana, dengan
sumber daya yang terbatas bagi pemeriksaan kanker leher rahim. Sedangkan pemeriksaan
deteksi dini kanker payudara menggunakan metode Clinical Breast Examination (CBE) dan
edukasi mengenai SADARI (periksa payudara sendiri).4
Di Kabupaten Karawang, kasus kanker leher rahim yang ditemukan pada tahun 2011
sebanyak 0,3% dari seluruh wanita usia subur dan kasus kanker payudara sebanyak 0,6% dari
seluruh wanita usia subur. Menurut Depkes RI 2007, deteksi dini kanker leher rahim
difokuskan pada wanita yang berisiko tinggi dan berusia 30-50 tahun.1
Pada Kabupaten Karawang, kasus kanker leher rahim yang ditemukan pada tahun 2011
sebanyak 0,3% dari seluruh wanita usia subur dan kasus kanker payudara sebanyak 0,6% dari
seluruh wanita usia subur. Program penapisan kanker leher rahim dan kanker payudara di
Kabupaten Karawang yang telah berlangsung dari tahun 2008, berdasarkan data yang
diperoleh dari periode Januari sampai dengan desember 2013 telah mampu menapiskan
sebesar 44,94% dari seluruh wanita usia subur dan dengan target sebesar 80%.6Berdasarkan
latar belakang di atas maka perlu dilakukan evaluasi untuk menilai tingkat keberhasilan
program penapisan kanker leher rahim dan kanker payudara di Puskesmas Kecamatan
Jatisari, Kabupaten Karawang periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2013.5

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1.2.1 Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2010, masih
tingginya angka kematian kanker leher rahim di dunia dengan incidence rate 15
per 100.000 perempuan, dengan jumlah kematian 7,8 % per tahun dari seluruh
kanker pada perempuan di dunia.
1.2.2 Menurut International Agency for Research on Cancer (IARC) tahun 2005, masih
tingginya jumlah kasus baru dan angka kematian kanker payudara di dunia dengan
incidence rate 38 per 100.000 perempuan, kasus baru yang ditemukan 22,7%
dengan jumlah kematian 14% per tahun dari seluruh kasus kanker pada
perempuan di dunia.

2
1.2.3 Berdasarkan data dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Indonesia tahun
2007 diketahui bahwa kanker leher rahim menempati urutan kedua pada pasien
rawat inap (11,78%) dan pasien rawat jalan (17,00%), sedangkan kanker payudara
menempati urutan pertama pasien rawat inap (16,85%) dan pasien rawat jalan
(21,69%).
1.2.4 Masih tingginya jumlah kasus kanker leher rahim dan kanker payudara di
Kabupaten Karawang, yaitu sebanyak 0,3% dan 0,6% dari seluruh wanita usia
subur pada tahun 2011.
1.2.5 Masih terdapat kesenjangan antara cakupan yaitu 44,94% dengan target sejumlah
80% setelah dilakukan program penapisan kanker leher rahim dan kanker
payudara selama periode 1 tahun ( Januari 2013-desember2013) di Puskesmas
Jatisari.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program pencegahan kanker leher
rahim dan kanker payudara di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Diketahuinya cakupan konseling perempuan berusia 30-50 tahun di
Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
1.3.2.2 Diketahuinya cakupan penyuluhan kelompok perempuan berusia 30-50
tahun di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang
periode Januari sampai dengan Desember 2013.
1.3.2.3 Diketahuinya cakupan penapisan kanker leher rahim pada perempuan
berusia 30-50 tahun di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.
1.3.2.4 Diketahuinya cakupan perempuan dengan hasil positif dari tes Inspeksi
Visual dengan Asam Asetat (IVA) pada penapisan kanker leher rahim di
Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang periode
Januari sampai dengan Desember 2013.
1.3.2.5 Diketahuinya cakupan perempuan yang dilakukan krioterapi pada
penapisan kanker leher rahim dengan IVA positif di Puskesmas Jatisari,
Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang periode Januari sampai
dengan Desember 2013.

3
1.3.2.6 Diketahuinya cakupan pelayanan rujukan pada penapisan kanker leher
rahim di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang
periode Januari sampai dengan Desember 2013.
1.3.2.7 Diketahuinya cakupan penapisan kanker payudara pada perempuan
berusia 30-50 tahun di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.
1.3.2.8 Diketahuinya cakupan pelayanan rujukan pada penapisan kanker
payudara di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten
Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.

1.4 Manfaat Evaluasi Program


1.4.1 Bagi evaluator
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh saat kuliah.
2. Melatih serta mempersiapkan diri untuk mengevaluasi program, khususnya
Program Kesehatan dengan pendekatan sistem bermula dari masukan, proses,
keluaran, dampak dan lingkungan.
3. Mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan antara lain
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

1.4.2 Bagi perguruan tinggi


1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau
tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan,
penelitian dan pengabdian bagi masyarakat.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di
bidang kesehatan.

1.4.3 Bagi Puskesmas yang dievaluasi


Dengan adanya masukan-masukan berupa hasil evaluasi dan beberapa saran-saran
maka diharapkan dapat menjadi umpan balik positif bagi Puskesmas Jatisari
dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas program pencegahan kanker leher
rahim dan kanker payudara sehingga Puskesmas dapat mengetahui besarnya
permasalahan khususnya mengenai kanker payudara dan kanker leher rahim di
wilayah kerja Puskesmas serta faktor risiko yang ditemukan sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan yang tepat.

1.4.4 Bagi masyarakat


Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh kanker leher
rahim dan kanker payudara dengan cara deteksi dini dan perlakuan yang tepat

4
bagi masyarakat yang membutuhkan sebagai upaya menghentikan penyakit pada
tahap awal.

1.5 Sasaran
Semua perempuan berusia 30-50 tahun yang ada di Puskesmas Jatisari, Kecamatan
Jatisari, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013.

Bab II
Materi Dan Metode

2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan hasil kegiatan bulanan
dan laporan tahunan Puskesmas mengenai program pencegahan kanker leher rahim
dan kanker payudara di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang
periode Januari sampai dengan Desember 2013, yang berisi kegiatan:
1. Konseling
2. Penyuluhan kelompok
3. Penapisan kanker leher rahim

5
4. Penapisan dengan hasil IVA positif pada penapisan kanker leher rahim
5. Penanganan dengan krioterapi pada penapisan kanker leher rahim dengan IVA
positif
6. Pelayanan rujukan pada penapisan kanker leher rahim
7. Penapisan kanker payudara
8. Pelayanan rujukan pada penapisan kanker payudara

2.2 Metode
Evaluasi dilakukan dengan cara mengetahui cakupan program pencegahan kanker
leher rahim dan kanker payudara di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 yang kemudian
dibandingkan dengan tolak ukur yang ditetapkan dengan mengadakan pengumpulan
data, pengolahan data, analisis data dan interpretasi data dengan menggunakan
pendekatan sistem sehingga dapat ditemukan masalah yang ada dari pelaksanaan
program pencegahan kanker leher rahim dan kanker payudara di Puskesmas Jatisari
dan kemudian dibuat usulan dan saran sebagai pemecahan masalah tersebut
berdasarkan penyebab masalah yang ditemukan dari unsur-unsur sistem.

Bab III
Kerangka Teoritis

3.1 Bagan Pendekatan Sistem

6
Gambar di atas menerangkan sistem menurut Ryans adalah gabungan dari elemen-elemen
yang saling dihubungkan dengan suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu
kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.6
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Untuk terbentuknya sistem
tersebut perlu dirangkai beberapa unsur atau elemen sedemikian rupa sehingga secara
keseluruhan membentuk suatu kesatuan dan secara bersama-sama berfungsi untuk mencapai
kesatuan.6
Ada 6 unsur yang saling berhubungan dan mempengaruhi pada system, yaitu :6
1. Masukan (input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Terdiri dari tenaga (man), dana
(money), sarana (material) dan metode (method).

2. Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output) yang
direncanakan. Menurut George R Terry, proses terdiri dari perencanaan (planning),
organisasi (organization), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem.

4. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem, tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.

5. Umpan Balik (feed back)


Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran yang
sudah diolah dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut berupa
rencana tindak lanjut (RTL).

6. Dampak (impact)
7
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu system.

3.2 Tolak Ukur Keberhasilan


Tolok ukur keberhasilan terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan,
umpan balik, dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai
dalam program pencegahan kanker leher rahim dan kanker payudara (Lampiran I).

Bab IV
Penyajian Data

4.1 Sumber Data


4.1.1 Data Sekunder
4.1.1.1 Data Profil Kesehatan UPTD/DTP/PONED Puskesmas Jatisari tahun
2013.
4.1.1.2 Laporan Pembangunan Kesehatan tahunan UPTD/DTP/PONED
Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang tahun 2013.
4.1.1.3 Laporan Bulanan dan Tahunan IVA UPTD Puskesmas Jatisari periode
Januari sampai dengan Desember 2013.

4.2 Data Umum


4.2.1 Data Geografis
4.2.1.1 Lokasi Puskesmas
UPTD Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari adalah salah satu
Puskesmas di Kecamatan Jatisari, yang merupakan Puskesmas induk
dengan luas wilayah 519,475 Ha. Puskesmas Jatisari memiliki Puskesmas
8
pembantu (Pustu) yang terletak di desa Situdam. UPTD Jatisari terletak di
desa Jatisari berjarak 30 Km dengan kota kabupaten Karawang dengan
waktu tempuh 1 jam menggunakan roda 4. Secara administrasi UPTD
Puskesmas Jatisari Kecamatan Jatisari berbatasan dengan :5
Sebelah utara : Berbatasan dengan Puskesmas Cicinde
Sebelah selatan : Berbatasan dengan Puskesmas Pacing
Sebelah barat : Berbatasan dengan Puskesmas Kota Baru
Sebelah timur : Berbatasan dengan Puskesmas Beusi
Kabupaten Subang

4.2.2.2 Luas Wilayah Kerja


UPTD Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari mempunyai wilayah kerja terdiri dari 10 desa, 30 dusun, 63 RW, dan 180 RT

dengan jarak desa terjauh 7 Km dari Puskesmas dengan waktu tempuh 20 menit dengan roda 2 dan 30 menit dengan roda 4,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat di bawah ini sebagai berikut :5

Nama Desa Jarak ke Puskesmas (km) Waktu


1. Cirejag 4,5 15
2. Cikalongsari 4 15
3. Jatisari Lokasi PKM -
4. Balonggandu 1 10
5. Jatiragas 5 20
6. Jatiwangi 7 20
7. Kalijati 7 30
8. Situdam 4 20
9. Barugbug 7 25
10. Mekarsari 0,5 10

Jarak terjauh dari desa ke Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari yaitu


desa Kalijati dengan jarak 7 km dan merupakan desa dengan waktu
tempuh terlama yaitu 30 menit.

4.2.2 Data Demografi

9
4.2.2.1 Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah kerja Puskesmas Jatisari,
Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan
Desember 2013 adalah sebesar 55.398 jiwa.5
4.2.2.2 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah laki-laki 27.577 jiwa
dan jumlah perempuan 27.821 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak yaitu
desa Balonggandu dengan jumlah 12.872 jiwa.5 (Selengkapnya dapat
dilihat di Lampiran II Tabel 2)
4.2.2.3 Jumlah desa yang termasuk di wilayah kerja Puskesmas Jatisari adalah
sebanyak 10 desa dengan jumlah kepala keluarga (KK) 15.556.5
4.2.2.4 Mata pencaharian terbanyak di Kecamatan Jatisari adalah buruh tani
24.145 sebanyak penduduk.5 (Selengkapnya terdapat pada Lampiran II
Tabel 3)
4.2.2.5 Tingkat kepercayaan terbesar penduduk di Kecamatan Jatisari yang
terbanyak adalah Islam dengan presentase 99,8% dan sebagian kecil
adalah Kristen Katolik/ Prostesten dengan presentase 0.2%.5
4.2.2.6 Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Jatisari yang terbanyak adalah
tamat SD sebanyak 3.795 orang.5 (Selengkapnya terdapat pada Lampiran
II Tabel 4)
4.2.2.7 Pada Kecamatan Jatisari didapatkan proporsi penduduk miskin dan
keluarga miskin sebesar 48,6 % dan 50,5%. Ini merupakan bukti cukup
banyaknya penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas Jatisari,
Kecamatan Jatisari, sehingga harus menjadi perhatian dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.5 (Selengkapnya terdapat pada
Lampiran II Tabel 5)

4.2.3 Fasilitas Kesehatan


Jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang ada pada wilayah kerja Puskesmas
Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang, antara lain Puskesmas (1),
Puskesmas Pembantu (1), Polindes (0), Pusling (1), Ambulance Pusling (1),
Posbindu (10), Posyandu (66), klinik rawat inap (3), Balai Pengobatan 24 jam
(2), Klinik Bersalin (3), Balai Pengobatan Sore Swasta: Dokter (4), Perawat (4),
Bidan (11), Pengobatan Tradisional (56), Toko Obat (1), Apotek (4).5
(Selengkapnya terdapat pada Lampiran II Tabel 6)

4.3 Data Khusus7


4.3.1 Masukan
4.3.1.1 Tenaga
Dokter Umum (terlatih) : 1 orang

10
Bidan Puskesmas (terlatih) : 3 orang

4.3.1.2 Dana
APBD : Cukup

4.3.1.3 Sarana
Medis :
i. Tes IVA
Meja peralatan (trolley) : 2 buah
Wadah peralatan dengan tutup: 2 buah
Meja pemeriksaan : 1 buah
Lampu sorot sumber cahaya : 1 buah
Senter (bila listrik mati) : 1 buah
Baterai kering untuk senter : 2 buah/bulan
Bivalved spekulum : 36 (13 buah ukuran
kecil, 17 buah sedang, dan 6 buah besar)
Kain perlak untuk meja ginekologi : 15 buah
Kain penutup perut pasien : 10 buah
Kursi pemeriksa : 1 buah
Gallipots antikarat : 24 buah
Kapas lidi kassa : Jumlah cukup
Sarung tangan disposable : Jumlah cukup
Spatula kayu : Jumlah cukup
Asam asetat 3-5% : Jumlah cukup
Masker : Jumlah cukup
Atlas IVA : 2 buah

ii. Krioterapi
Unit Krioterapi : 1 buah (1 untuk
cadangan)
Krioterapi tip : 2 buah (1 untuk
cadangan)
Karet penahan untuk krio unit : 1 per unit
Tabung CO2 : 2 buah (1 untuk
cadangan)
Kereta dorong untuk tabung CO2 : 1 buah
Tang/ spanner : 1 buah
Mur/ baut Washers krio machine : Ada
Pengatur waktu/Timer : 1 buah

iii. Pencegahan Infeksi


Ember plastik dekontaminasi : 3 buah
Larutan klorin 0,5% : Jumlah cukup
Sabun bubuk : Jumlah cukup
Sikat gigi (untuk cuci alat) : 1 buah
Sarung tangan rumah tangga : 2 pasang
Tempat sampah plastik : Ada

11
Kantung plastik : Jumlah cukup

iv. Antibiotik untuk IMS : Jumlah cukup

Non-Medis :
Tinta stempel : 1 buah
Leaflet : Ada
Poster : Ada
Catatan Medik Pemeriksaan
PAnggul/ IVA dan Payudara : Ada
Stempel untuk persetujuan ibu
di kartu status ibu : Ada
Buku acuan Pencegahan
Kanker Leher Rahim da
Kanker Payudara : Ada

4.3.1.4 Metode
1. Penyuluhan Kelompok dan Konseling
Penyuluhan kelompok hendaknya dilaksanakan baik didalam
maupun diluar gedung. Dimana untuk program diluar gedung
dijadwalkan bersamaan dengan IVA keliling. Sebelum menjalani
test IVA, perlunya dilakukan sesi penyuluhan, konseling, dan juga
edukasi pada setiap yang menjalani test. Pada sesi tersebut dibahas
beberapa topik, yaitu :8
Menghilangkan kesalahpahaman konsep dan rumor tentang IVA
dan krioterapi
Sifat dari kanker leher rahim atau payudara sebagai sebuah
penyakit
Faktor- faktor risiko terkena penyakit tersebut
Pentingnya penapisan dan pengobatan dini
Konsekuensi bila tidak menjalani penapisan
Mengkaji pilihan pengobatan bila hasil test IVA abnormal
Peran pasangan pria dalam penapisan dan keputusan menjalani
pengobatan
Pentingnya pendekatan kunjungan tunggal sehingga ibu siap
menjalani krioterapi pada hari yang sama jika mereka mendapat
hasil IVA abnormal
Arti test IVA positif atau negatif

12
Pentingnya membersihkan daerah genital atau kemaluan
sebelum menjalani test IVA
Pada anamnesis perorangan dicari faktor risiko baik kanker leher
rahim atau payudara yang tercantum dalam status pemeriksaan,
seperti :8
Menstrusai < 12 tahun
Usia pertama berhubungan seksual <17 tahun
Sering keputihan
Merokok
Terpapar asap rokok > 1 jam sehari
Kurang konsumsi buah dan sayur
Sering konsumsi makanan berlemak dan berpengawet
Kurang aktifitas fisik (30 menit/hari)
Pernah pap smear
Riwayat keluarga kanker dan jenis kanker
KB hormonal (pil > 5 tahun atau suntik > 5 tahun)
Riwayat tumor jinak payudara (dalam keluarga maupun diri
sendiri)
Riwayat operasi kandungan
Menopause > 50 tahun
Kehamilan pertama > 35 tahun
Pernah atau tidak menyusui
Pernah atau tidak melahirkan

2. Penapisan Kanker Leher Rahim


Upaya penapisan merupakan upaya pemeriksaan atau tes
sederhana dan mudah dilaksanakan pada populasi masyarakat yang
sehat yang bertujuan untuk mengetahui masyarakat yang sakit atau
berisiko terkena penyakit di antara masyarakat yang sehat. Dalam
hal ini dilakukan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk
pemeriksaan lesi prakanker leher rahim. Tindakan sesuai prosedur
tepat dan etis.

13
Tes IVA dilakukan dengan prosedur pasien berada dalam posisi
litotomi, kemudian dengan penerangan yang cukup, dilakukan
inspeksi genitalis eksternal dan lihat apakah terjadi discharge pada
mulut uretra. Setiap abnormalitas yang ditemukan, bila ada dicatat.
Katakan pada pasien spekulum akan dimasukkan dan mungkin ibu
akan merasakan beberapa tekanan. Dengan hati-hati masukan
spekulum sepenuhnya atau sampai terasa ada tahanan lalu secara
perlahan buka bilah untuk melihat serviks. Atur spekulum sehingga
seluruh leher rahim dapat terlihat. Serviks diamati apakah ada
infeksi (cervicitis) seperti discharge/ cairan keputihan (mucopus),
ektropion (ectropion), kista Nabothian, nanah dan lesi strawberry
(infeksi Trichomonas). Kapas lidi yang bersih digunakan untuk
membersihkan cairan yang keluar, darah atau mukosa serviks dan
dilakukan indentifikasi ostium servikalis dan SSK serta daerah di
sekitarnya. Kapas lidi dibasahi dengan larutan asam asetat dan
dioleskan pada serviks dan didiamkan selama kurang lebih 1 menit
agar diserap dan memunculkan reaksi. Periksa SSK dengan teliti
dan apakah serviks mudah berdarah dan dicari apakah ada bercak
putih yang tebal atau epitel aceto-white yang menandakan IVA
positif. Leher rahim yang normal akan tetap bewarna merah muda
sementara hasil positif bila ditemukan area, plak atau ulkus yang
bewarna putih. Bila pemeriksaan visual pada serviks telah selesai,
gunakan kapas lidi yang baru untuk menghilangkan sisa asam
asetat dari serviks dan vagina. Spekulum dilepaskan secara
perlahan.

3. Penapisan dengan Hasil IVA Positif pada Penapisan Kanker


Leher Rahim

Tabel 1. Klasifikasi lesi pada hasil tes IVA.1,8

Klasifikasi IVA Kriteria klinis


Tes negative Halus, berwarna merah muda, seragam, polos, ektropion,
servisitis, ovula Nabothi dan lesi acetowhite tidak signifikan.
Tes positif Bercak putih (aceto white epithelium yang sangat jelas

14
terlihat) dengan batas yang tegas dan meninggi, tidak
mengkilap yang terhubung atau meluas dari SSK
(squamocolumnar junction)
Dicurigai kanker Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah
berdarah atau luka bernanah/ ulcer

4. Penanganan dengan Krioterapi pada Penapisan Kanker Leher


Rahim

Proses pembekuan leher rahim baik menggunakan CO2 terkompresi


atau NO2 sebagai pendingin (pendinginan terus-menerus selama 3
(tiga) menit untuk membekukan, diikuti pencairan selama 5 (lima)
menit kemudian 3 (tiga) menit pembekuan kembali. Tindakan
sesuai prosedur legeartis.1

Tabel 2. Kriteria Pasien yang dapat dilakukan dan yang tidak dapat
dilakukan tindakan krioterapi di Puskesmas.1

Lesi yang dapat dilakukan krioterapai di Krioterapi yang tidak dapat dilakukan
puskesmas dan unit pelayanannya dan RS oleh tenaga dokter umum/bidan di
yang mempunyai pelayanan ginekologi. puskesmas
1. Lesi aceto white yang menutupi serviks 1. Lesi aceto white yang menutupi
kurang dari 75%( jika lebih dari 75% serviks lebih dari 75% permukaan

15
serviks tertutup harus dilakukan oleh leher rahim.
seorang ginekolog) 2. Lesi acetowhite meluas sampai ke
2. Tidak lebih dari 2 mm di luar daerah dinding vagina atau lebih dari 2 mm di
kriotop. luar kriotip.
3. Lesi tidak meluas sampai dinding vagina. 3. Klien menginginkan pengobatan lain
4. Tidak dicurigai kanker. selain dari krioterapi atau meminta tes
diagnosa lebih lanjut.
4. Dicurigai kanker
5. Pada pemeriksaan bimanual, dicurigai
adanya massa ovarium(ovarium mass)
5. Pelayan Rujukan Kanker Leher Rahim
Bidan dan dokter umum harus merujuk pasien yang mengalami
kondisi-kondisi di bawah ini ke tingkat fasilitas perawatan yang
lebih tinggi:
Lesi aceto-white lebih dari 75% permukaan serviks
Lesi aceto-white meluas sampai dinding vagina atau melebihi 2
mm dari tepi luar prob krioterapi.

Tabel 3. Pelayanan rujukan penapisan kanker leher rahim sesuai dengan temuan IVA
Temuan IVA Tindakan Rujukan
Bila ibu dicurigari menderita Segera rujuk ke RS Kab/ Kota atau Propinsi
kanker leher Rahim yang dapat memberikan pengobatan kanker
yang memadai.
Ibu dengan hasil tes positif yang Rujuk untuk penilaian dan pengobatan di
lesinya menutupi rahim lebih fasilitias terdekat yang menawarkan LEEP
dari 75%, meluas ke dinding atau cone biopsy. Jika tidak mungkin atau
vagina atau lebih luas 2 mm dari dianggap tidak akan pergi ke fasilitas lain,
probe krioterapi. beritahu tentang kemungkinan besar
ersintensi lesi dalam waktu 12 bulan dan
tentang perlunya pengobatan ulang.
Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu mengenai kelebihan dan
memenuhi kriteria untuk kekurangan semua metode pengobatan.
mendapat pengobatan segera Rujuk ke RS Kab/ Kota atau Propinsi
tetapi meminta diobati dengan terdekat yang menawarkan pengobatan
tindakan lain, bukan dengan sesuai keinginan pasien.
kriterapi

16
Ibu dengan hasil tes positif yang Rujuk ke fasilitas tersier (RS Propinsi/ Pusat)
meminta tes lebih lanjut yang menawarkan klinik ginekologi (bila
(diagnose tambahan), yang tidak diindikasi).
tersedia di Puskesmas.
Ibu dengan hasil tes positif yang Beritahu tentang kemungkinan pertumbuhan
menolak menjalani pengobatan penyakit dan prognosisnya. Anjurkan untuk
datang kembali setelah setahun untuk
menjalani tes IVA kembali untuk menilai
status lesinya.

6. Penapisan Kanker Payudara


Terdiri dari skrining kanker payudara (Clinical Breast
Examination) dan edukasi masyarakat tentang Pemeriksaan
Payudara Sendiri (SADARI). Pemeriksaan sesuai prosedur yang
tepat. Penapisan pada kanker payudara yang dilakukan oleh
petugas kesehatan dapat dilakukan dengan pelbagai cara, antara
lain adalah Cinical Breast Examination (CBE). Pada perempuan
berumur 20-40 tahun, CBE dianjurkan untuk dilakukan tiga tahun
sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat
SADARI dianjurkan untuk melaksanakan CBE sehingga dapat
lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan. Pada
perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun.
7. Pelayanan Rujukan Kanker Payudara
Pada setiap kasus berat yang menunjukkan tanda bahaya yang tidak
dapat diatasi serta pada kasus yang dicurigai keganasan.8,9

4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
Ada perencanaan tertulis mengenai:
1. Konseling
Dilakukan pada hari pelayanan IVA yaitu Selasa dan Kamis oleh
bidan di Puskesmas dengan memberikan sesi konseling perorangan
kepada setiap wanita yang datang untuk menjalani pemeriksaan
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat di Puskesmas. Konseling
perorangan dilakukan sebelum, semasa dan sesudah pemeriksaan
IVA dilakukan. Dilakukan juga konseling dan sosialisasi kepada

17
pasien yang menjadi sasaran yang datang ke Balai Pengobatan
Umum dengan menganjurkan kepada mereka untuk menjalani
pemeriksaan IVA.8
2. Penyuluhan Kelompok
Dilakukan berkelompok satu kali setiap bulan di setiap desa oleh
bidan-bidan desa.

3. Penapisan kanker leher rahim


Dilakukan pada hari Selasa dan Kamis oleh bidan di gedung KIA
Puskesmas atau di tempat lain secara berkelompok oleh bidan desa
serta satu bulan diadakan satu kali di setiap desa.

4. Penapisan dengan hasil IVA positif pada penapisan kanker leher


rahim
Dilakukan pada hari Selasa dan Kamis oleh bidan di gedung KIA
Puskesmas atau di tempat lain secara berkelompok oleh bidan desa
serta satu bulan diadakan satu kali di setiap desa.

5. Penanganan dengan krioterapi pada penapisan kanker leher


rahim
Single Visit Approach yaitu dilakukan krioterapi untuk IVA positif
pada saat itu juga. Dilakukan pada hari Selasa dan Kamis oleh
dokter atau bidan terlatih di gedung KIA Puskesmas atau tempat
lain secara berkelompok serta satu bulan diadakan satu kali di setiap
desa.7
6. Pelayanan Rujukan pada Penapisan kanker leher rahim
Dilakukan pada hari Selasa hingga Jumat oleh dokter maupun bidan
di gedung KIA Puskesmas, berupa sistem rujukan bagi pasien
dengan efek samping maupun komplikasi yang berat yang tidak
dapat ditangai oleh tenaga medis di Puskesmas. Rujukan diberikan
ke RSUD Karawang atau rumah sakit yang bekenaan bagi pasien.

7. Penapisan kanker payudara


Dilakukan pada hari Selasa dan Kamis oleh bidan di gedung KIA
Puskesmas atau tempat lain secara berkelompok oleh bidan desa
serta satu bulan diadakan satu kali di setiap desa.9
8. Pelayanan rujukan pada penapisan kanker payudaya
Dilakukan pada hari Selasa hingga Jumat oleh dokter maupun bidan
di gedung KIA Puskesmas, berupa sistem rujukan bagi pasien
dengan efek samping maupun komplikasi yang berat yang tidak
18
dapat ditangani oleh tenaga medis di Puskesmas. Rujukan diberikan
ke RSUD Karawang atau rumah sakit yang bekenaan bagi pasien.8,9
9. Pencatatan dan pelaporan
Setiap akhir bulan oleh bidan di Puskesmas, berupa kegiatan
pencatatan hasil kegiatan program pencegahan kanker rahim dan
payudara di Puskesmas setempat dan dilaporkan setiap bulan.

4.3.2.2 Pengorganisasian

Kepala Puskesmas

Hj. Een Nuraeni, SKM

Penanggung jawab
Pelaksana Pelayanan IVA

dr. Diah Eka Yusnitasari

Koordinator IVA

Ooy Suhartika, SST

Koordinator Pelayanan

Bd. Dewi S. AMKeb

Bidan-Bidan Desa

Bagan 1. Struktur Organisasi Program Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)
Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang

Strukturorganisasiyangdibuatolehpuskesmassudahcukupbaik,
namunpadastrukturorganisasiinitidakdicantumkansecarajelas
pembagian tugas dan wewenang pelaksanaan Program IVA

19
sehingga dalam pelaksanaan di lapangan akan menghadapi
tantangan apabila pelaksanaan program IVA yang dilaksanakan
pada Senin dan Kamis berbenturan dengan kegiatan yang lain.
Dalam struktur ini tidak ditemukan pembagian yang jelas antara
siapayangakan melakukankonselingdanpenyuluhankelompok,
siapa yang akan melakukan penapisan kanker leher rahim, siapa
yang akan melakukan krioterapi, siapa yang akan melakukan
penapisankankerpayudaradanprogramrujukanIVApositifserta
yang dicurigai kanker payudara. Kekurangan dari pembuatan
strukturiniakanberdampakpadahasilcakupanprogrampenapisan
kankerleherrahimdankankerpayudara.

4.3.2.3 Pelaksanaan
1. Konseling
Dilakukan kepada semua pasien hanya pada hari Selasa dan Kamis
oleh bidan di Puskesmas dan konseling dilakukan kepada sasaran
perorangan sebelum, semasa dan sesudah pemeriksaan IVA
dilakukan. Sosalisasi kepada pasien yang menjadi sasaran dijalankan
pada hari Selasa dan Kamis di Balai Pengobatan Umum.

2. Penyuluhan kelompok
Tidak terdapat data bertulis mengenai pelaksanaan penyuluhan
kelompok di desa-desa oleh bidan desa.

3. Penapisan kanker leher rahim


Dilakukan hanya pada hari Selasa dan Kamis di Puskesmas oleh
bidan di Puskesmas. Tidak terdapat data bertulis mengenai
pelaksanaan penapisan kanker leher rahim di tempat lain secara
berkelompok oleh bidan desa satu bulan satu kali di setiap desa.

4. Penapisan dengan hasil IVA positif pada penapisan kanker leher


rahim
Dilakukan hanya pada hari Selasa dan Kamis di Puskesmas oleh
bidan di Puskesmas. Tidak terdapat data bertulis mengenai
penapisan dengan hasil IVA positif pada penapisan kanker leher
rahim di tempat lain secara berkelompok oleh bidan desa satu bulan
satu kali di setiap desa.

20
5. Penanganan dengan krioterapi pada penapisan kanker leher
rahim
Dilakukan hanya pada hari Senindan Kamis oleh dokter terlatih di
Puskesmas. Semua pasien yang ditemukan positif IVA pada hari
pelayanan IVA dan memerlukan tindakan krioterapi akan
dijadwalkan untuk dilakukan krioterapi pada hari senin dan kamis.

6. Pelayanan Rujukan pada Penapisan kanker leher rahim


Dilakukan pada hari Selasa hingga Jumat di Puskesmas oleh dokter
maupun bidan di Puskesmas.

7. Penapisan kanker payudara


Dilakukan hanya pada hari Selasa dan Kamis di Puskesmas oleh
bidan. Tidak terdapat data bertulis mengenai pelaksanaan penapisan
kanker payudara di tempat lain secara berkelompok oleh bidan desa
satu bulan satu kali di setiap desa

8. Pelayanan rujukan
Dilakukan pada hari Selasa hingga Jumat oleh dokter maupun bidan
di Puskesmas.

9. Pencatatan dan pelaporan


Dilakukan pada setiap akhir bulan oleh bidan di Puskesmas.

4.3.2.4 Pengawasan
Pencatatan dan pelaporan bulanan oleh bidan.
Rapat bulanan yang dipimpin oleh kepala Puskesmas Jatisari,
Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang.

4.3.3 Keluaran
4.3.3.1 Cakupan Konseling7
Perkiraan target sasaran

21
Data Dinas Kesehatan Karawang tahun 2013, jumlah sasaran penapisan
Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari (wanita usia subur = 7.356
orang perempuan.)
Target penapisan = 80% x 7.356
= 5.885 orang perempuan

Target yang akan ditapis tiap tahun = 5.885


5
= 1.177 orang perempuan
Target yang akan ditapis tiap tahun % = 1.177 x 100%
7.356
= 16 %
Persentase konseling

= 529 X 100%
529
= 100%

4.3.3.2 Cakupan Penyuluhan Kelompok


Tidak terdapat data mengenai berapa jumlah peserta dalam pelaksanaan
penyuluhan kelompok

4.3.3.3 Cakupan Penapisan Kanker Leher Rahim


Tabel 4. Jumlah Penapisan Kanker Leher Rahim Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang periode Januari sampai

dengan Desember 2013.7

Bulan Inspeksi IVA (+) Curiga Krioterapi Rujukan Komplikasi


Visual dengan Ca

22
Asam Asetat

Januari 2013 33 0 0 0 0 0
Februari 2013 35 1 1 1 1 0
Maret 2013 83 1 0 1 0 0
April 2013 25 0 0 0 0 0
Mei 2013 63 0 0 0 0 0
Juni 2013 40 0 1 0 1 0
Juli 2013 22 0 0 0 0 0
Agustus 2013 29 0 0 0 0 0
September
2013 42 0 1 0 1 0
Oktober 2013 60 2 1 1 1 0
November
2013 49 1 0 1 0 0
Desember
2013 48 0 0 0 0 0
Total 529 5 4 4 4 0

Persentase penapisan kanker leher rahim

= 529 x 100%
1.177
= 44,94%

4.3.3.4 Cakupan Penapisan dengan Hasil IVA Positif7


Persentasi penapisan dengan hasil IVA positif

=5 x 100%
529
= 0,94 %

23
4.3.3.5 Cakupan Penanganan dengan Krioterapi pada Penapisan Kanker
Leher Rahim7
Persentase penanganan dengan krioterapi

= 4 x 100%
5
= 80 %

4.3.3.6 Cakupan Pelayanan Temuan Kasus Rujukan Penapisan Kanker


Leher Rahim7
a) Cakupan temuan kasus rujukan kanker leher rahim
Persentase temuan kasus rujukan kanker leher rahim

= 80%

b) Cakupan Pelayanan rujukan Kanker Leher Rahim7


Cakupan pelayanan rujukan kanker leher rahim

= 100%

4.3.3.7 Cakupan Penapisan Kanker Payudara


Tabel 5. Jumlah Penapisan Kanker Payudara Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember

2013.7

Bulan Clinical Breast Examination Benjolan (+) Rujukan


Januari 2013 33 0 0

24
Februari 2013 35 0 0
Maret 2013 83 0 0
April 2013 25 0 0
Mei 2013 63 0 0
Juni 2013 40 0 0
Juli 2013 22 0 0
Agustus 2013 29 0 0
September 2013 42 0 0
Oktober 2013 60 0 0
November 2013 49 0 0
Desember 2013 48 0 0
Total 529 0 0

Persentase penapisan kanker payudara


=

= 529 x 100%
1.177
= 44,94%

4.3.3.8 Cakupan Pelayanan Rujukan pada Penapisan Kanker Payudara7


a) Cakupan temuan kasus rujukan kanker payudara
Persentase temuan kasus rujukan kanker payudara
=

= 0 x 100%
1.177
= 0%
b) Cakupan pelayanan rujukan kanker payudara
Persentase pelayanan kasus rujukan kanker payudara
=

= 0%

25
4.3.4 Lingkungan
4.3.4.1 Fisik
a) Lokasi Puskesmas
Lokasi puskemas mudah dijangkau oleh masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang.5
b) Transportasi5
Tersedia sarana transportasi umum yang relatif murah seperti ojek
dan mobil angkutan umum.
Jalur jalan raya yang rata dan tidak sukar dilalui oleh prasarana
trasportasi darat.
Di Puskesmas terdapat 1 ambulans yang siap pakai.
c) Fasilitas kesehatan
Adanya kerjasama yang baik antara Puskesmas dengan fasilitas
kesehatan yang lain seperti Rumah Sakit Bersalin (RSB) dan Bidan
Praktek Swasta (BPS).5

4.3.4.2 Non Fisik


a) Pendidikan : Mayoritas berpendidikan rendah (tamat SD)
sebanyak 3.795 orang.5
b) Sosial Ekonomi : Mayoritas bekerja sebagai buruh tani sebanyak
24.145 orang.5
c) Agama : Mayoritas beragama Islam sebanyak 99,8%.5
d) Dukungan suami : Mayoritas istri akan meminta persetujuan suami
untuk setiap tindakan.5

4.3.5 Umpan Balik


4.3.5.1 Pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan sesuai
dengan waktu yang ditentukan akan dapat digunakan Ada
sebagai masukan
4.3.5.2 Rapat kerja yang membahas laporan kegiatan setiap
bulannya untuk mengevaluasi program yang telah Tidak Ada
dijalankan

4.3.6 Dampak
4.3.6.1 Langsung
1. Menurunkan jumlah kesakitan kanker leher rahim dan Belum
kanker payudara. dpt dinilai
2. Menurunkan jumlah kematian kanker leher rahim Belum
dan kanker payudara. dpt dinilai
4.3.6.2 Tidak Langsung
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Belum
26
dapat dinilai

Bab V
Pembahasan

Tabel 6. Masalah Menurut Variabel Keluaran:


No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1 Penyuluhan Kelompok 1x/bulan/desa Tidak Ada (+)
2. Persentase penapisan kanker 80% 44,94% (+) 35,06%
leher rahim dan kanker
payudara
3. Persentase penanganan dengan 85% 80% (+) 5%
krioterapi pada penapisan
kanker leher Rahim

Keterangan : = bermasalah

Tabel 7. Masalah Menurut Variabel Masukan:


27
No Variabel Tolak ukur Pencapaian Masalah
1. Tenaga :
Bidan (terlatih) 5 orang 3 orang (+)

Tabel 8. Masalah Menurut Variabel Proses:


No Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1. Konseling Dilakukan Selasa dan Untuk Senin dan Kamis, (+)
Kamis oleh bidan di konseling yang dilakukan
Puskesmas dengan adalah perorangan pada
memberikan sesi konseling setiap wanita sebelum,
perorangan pada setiap semasa dan sesudah
wanita sebelum, semasa pemeriksaan IVA oleh
dan sesudah pemeriksaan Bidan Puskesmas.
IVA.

Dilakukan sosalisasi pada Dilakukan sosialisasi pada (+)


hari Selasa dan Kamis hari Selasa dan Kamis
kepada sasaran yang datang jarang dilakukan.
ke Balai Pengobatan Umum
untuk menjalani
pemeriksaan IVA.
2. Penyuluhan Dilakukan satu kali pada Tidak terdapat data bertulis (+)
kelompok satu bulan di setiap desa mengenai pelaksanaan
oleh bidan desa. penyuluhan kelompok.
3. Penapisan kanker Dilakukan Selasa dan Dilakukan hari Selasa dan (+)
leher rahim Kamis oleh bidan di Kamis oleh bidan di
Puskesmas. Puskesmas.

Dilakukan satu bulan


Tidak terdapat data bertulis (+)
diadakan satu kali di setiap
mengenai pelaksanaan
desa di tempat lain secara
penapisan kanker leher
berkelompok oleh bidan.
rahim secara berkelompok
di desa.
4. Penapisan dengan Dilakukan Selasa dan Dilakukan hari Selasa dan (+)

28
hasil IVA positif Kamis oleh bidan di Kamis oleh bidan di
pada penapisan Puskesmas. Puskesmas.
kanker leher
Dilakukan penapisan
rahim Tidak terdapat data bertulis (+)
dengan hasil IVA positif
mengenai pelaksanaan
pada penapisan kanker leher
penapisan dengan hasil IVA
rahim satu bulan diadakan
positif pada penapisan
satu kali di setiap desa di
kanker leher rahim secara
tempat lain secara
berkelompok di desa.
berkelompok oleh bidan.
5. Penanganan Single Visit Approach harus Masih belum dijalankan (+)
dengan krioterapi dilakukan pada setiap kasus Single Visit Approach untuk
dengan IVA positif. setiap kasus IVA positif
yang ditemui.
Tindakan krioterapi pada Tindakan krioterapi pada (+)
hari Selasa dan Kamis, hari Selasa dan Kamis,
dilakukan oleh dokter. hanya terdapat seorang
dokter terlatih untuk
melakukan tindakan
krioterapi

Setiap hasil pemeriksaan Setiap lesi yang dijumpai (+)


IVA positif harus di pastikan dengan IVA positif di
adakah dapat ditangani di pastikan bahwa bukan
puskesmas atau tidak. dicurigai kanker dan dapat
dilakukan krioterapi di
puskesmas
6. Pelayanan Dilakukan Selasa dan Dilakukan hari Selasa dan (+)
rujukan pada Kamis oleh dokter maupun Kamis oleh bidan di
penapisan kanker bidan di puskesmas, berupa Puskesmas.
leher rahim sistem rujukan bagi pasien
dengan efek samping
maupun komplikasi yang
berat yang tidak dapat
ditangani oleh tenaga medis

29
di Puskesmas. Rujukan
diberikan ke RSUD
Karawang atau rumah sakit
yang bekenaan bagi pasien.
7. Penapisan kanker Dilakukan Selasa dan Dilakukan hari Selasa dan (+)
payudara Kamis oleh bidan di Kamis oleh bidan di
Puskesmas. Puskesmas.

Dilakukan satu bulan Tidak terdapat data tertulis (+)


diadakan satu kali di setiap mengenai pelaksanaan
desa di tempat lain secara penapisan kanker payudara
berkelompok oleh bidan. secara berkelompok di desa.
8. Pelayanan Dilakukan Selasa dan Dilakukan hari Selasa dan (+)
rujukan pada Kamis oleh dokter maupun Kamis oleh bidan di
penapisan kanker bidan di puskesmas, berupa Puskesmas.
payudara sistem rujukan bagi pasien
dengan efek samping
maupun komplikasi yang
berat yang tidak dapat
ditangani oleh tenaga medis
di Puskesmas. Rujukan
diberikan ke RSUD
Karawang atau rumah sakit
yang bekenaan bagi pasien.
9. Pencatatan dan Setiap akhir bulan oleh Setiap akhir bulan oleh (+)
pelaporan bidan di puskesmas, berupa bidan di puskesmas
kegiatan pencatatan hasil
kegiatan program
pencegahan kanker rahim
dan payudara di puskesmas
setempat dan dilaporkan
setiap bulan.
10. Pengorganisasian Terdapat pengaturan, Tidak terdapat pembagian (+)
pembagian tugas, dan tugas secara tertulis pada

30
penanggung jawab yang struktur dalam
teratur dalam melaksanakan melaksanakan tugasnya.
tugasnya

Tabel 9. Masalah Menurut Variabel Lingkungan:


No. Variabel Tolok Ukur Pencapaian Masalah
1. Pendidikan Tidak menjadi faktor Masyarakat berlatarbelakang (+)
penghambat pendidikan rendah sehingga
kesadaran untuk mendeteksi
dini tentang sistem reproduksi
pun rendah
Perempuan cenderung takut (+)
untuk memeriksakan diri,
meski merasa ada tanda-tanda
ganjil pada dirinya.

2. Agama Tidak menjadi faktor Mayoritas kepercayaan (+)


penghambat penduduk adalah muslim.
Masih banyak pandangan
bahwa pemeriksaan pada
sistem reproduksi ini masih
dianggap tabu.

3. Dukungan suami Tidak menjadi faktor Masih banyak suami yang (+)
penghambat tidak peduli dengan masalah
sistem reproduksi wanita,
sehingga kesehatan istri
tentang hal ini belum begitu
penting.
* Tabel pembahasan pembandingan variable dengan tolok ukur untuk mengetahui masalah dapat
dilihat selengkapnya di Lampiran III.

31
Bab VI
Perumusan Masalah

Masalah menurut keluaran (masalah sebenarnya):


A. Penyuluhan kelompok tidak ada data yang mendukung.
B. Cakupan penapisan kanker leher rahim dan kanker payudara masih kurang 44,94%
dari target sebesar 80%. Besarnya masalah adalah 35,06%.
C. Cakupan penanganan dengan krioterapi pada penapisan kanker leher rahim masih
80% dari target sebesar 85%. Besarnya masalah adalah 5%.

Masalah lain (penyebab):


1. Masukan tenaga masih kurang. Ini karena bidan terlatihnya masih kurang yang
seharusnya terdapat 5 bidan terlatih.
2. Tidak terdapat data tertulis mengenai pelaksanaan kegiatan penyuluhan kelompok.
3. Pada struktur organisasi tidak terdapat pembagian tugas dan penanggung jawab yang
teratur dalam menjalankan tugas.
4. Penapisan kanker leher rahim hanya dilakukan pada hari Selasa dan Kamis oleh bidan
di Puskesmas.
5. Masih belum dijalankan Single Visit Approach untuk setiap kasus IVA positif yang
ditemui.
6. Penapisan kanker payudara hanya dilakukan pada hari Selasa dan Kamis oleh bidan
di Puskesmas.
7. Mayoritas penduduk di Kecamatan Jatisari, Kabupaten Karawang beragama muslim
sehingga pemeriksaan sistem reproduksi masih dianggap tabu.
8. Mayoritas istri akan meminta persetujuan suami untuk setiap tindakan dan masih
banyak suami yang berpendapat bahwa pemeriksaan sistem reproduksi belum begitu
penting.

Bab VII
Prioritas Masalah

Masalah menurut keluaran:


32
A. Penyuluhan kelompok tidak ada data (0%)
B. Cakupan penapisan kanker leher rahim dan payudara masih kurang 44,94% dari
target sebesar 80%. Besarnya masalah adalah 35,06%.
C. Cakupan penanganan dengan krioterapi pada penapisan kanker leher rahim
sebesar 80% dari target sebesar 85%. Besarnya masalah adalah 5%.

Prioritas Masalah:

Masalah
No. Parameter
A B C
1 Besarnya masalah 5 5 4
2. Berat ringannya akibat yang ditimbulkan 5 5 4
3. Keuntungan sosial yang diperoleh 4 4 4
4. Teknologi yang tersedia 5 5 5
5. Sumber daya yang tersedia 4 5 5
Total 23 24 22

Keterangan derajat masalah:


5 = Sangat penting
4 = Penting
3 = Cukup penting
2 = Kurang penting
1 = Sangat kurang penting

Yang menjadi prioritas masalah adalah:


1. Penyuluhan kelompok tidak ada data.
2. Cakupan penapisan kanker leher rahim dan kanker payudara masih kurang dimana
sebesar 44,94% dari target sebesar 80%.

Bab VIII
Penyelesaian Masalah
Masalah:
8.1 Penyuluhan kelompok tidak ada data
Penyebab :
33
Ketidaklengkapan pencatatan dan pelaporan secara teratur.
Kurangnya dokumentasi yang ada.
Struktur pengorganisasian tidak begitu jelas untuk pembagian tugas masing-
masing di program pelayanan IVA Puskesmas Jatisari.
Kurangnya jumlah kader di setiap desa terlatih atau yang memiliki pengetahuan
cukup tentang progam IVA, sehingga penjaringan pendataan pun tidak ada.

Penyelesaian :
Membuat struktur organisasi yang lebih jelas dengan pembagian tugasnya,
sehingga bidan atau petugas yang melakukan pencatatan dan pelaporan program
jelas siapa yang mengerjakannya.
Pelatihan penyuluhan untuk kader dan bidan desa oleh bidan terlatih Puskesmas
supaya dapat menjadi sumber informasi untuk masyarakat dan pelaporan data
penyuluhan untuk Puskesmas.

8.2 Cakupan penapisan kanker leher rahim dan kanker payudara masih kurang
(44,94%) dari target sebesar 80%.

Penyebab :
Masukan tenaga masih kurang. Ini karena bidan terlatihnya masih kurang yang
seharusnya terdapat 5 bidan terlatih dan di setiap desa seharusnya dilantik
seorang bidan desa yang terlatih untuk Program IVA, yang mana wilayah
kerjanya mencakup 10 desa, serta bidan yang siap untuk penyuluhan kelompok
minimal 1 kali setiap bulan kepada penduduk wanita desa yang berusia 30 hingga
50 tahun.
Jangkauan semua desa belum tercapai karena seharusnya kunjungan ke desa
minimal 1 kali/bulan, namun ternyata dilapangan krmunkinan tidak dilakukan
secara merata.
Kurangnya penyuluhan yang dilakukan di desa-desa untuk menarik minat
penduduk tempatan melakukan pemeriksaan.
Kurangnya media promosi kesehatan yang menarik untuk program IVA agar
masyarakat tertarik memeriksakan diri ke puskesmas.
Tidak ada pembagian tugas dan wewenang yang jelas dalam struktur
pengorganisasian sehingga kemungkinan besar terdapat hambatan di
pelaksanaannya.

34
Penyelesaian :
Perlunya ditambah bidan terlatih pada dan dilakukan pula pelatihan penyuluhan
untuk kader dan bidan desa supaya dapat menjadi sumber informasi masyarakat
terdekat.
Penambahan jadwal kegiatan pelayanan IVA di Puskesmas Jatisari sehingga
target penapisan diharapkan bertambah.
Harus dilakukan penyebaran info melalui media yang menarik mengenai
pelayanan IVA dan pemeriksaan payudara yang diberikan di puskesmas dengan
bantuan lintas sektor seperti lintas program seperti POSYANDU dan kelas ibu
hamil.
Memberikan penyuluhan secara rutin sesuai dengan perencanaan awal untuk
meningkatkan tingkat pengetahuan masyarakat tentang pentingnya pencegahan
kanker leher rahim dan payudara. Penyuluhan sebaiknya diadakan dengan sistem
terbuka melalui kerja sama dari puskesmas dengan pihak luar seperti media
massa, pamong desa, tokoh agama, sponsor bakti sosial, PKK, yang dilakukan
secara rutin. Untuk dapat meningkatkan motivasi dari masing-masing pihak
diperlukan pula penghargaan pada kegiatan yang dilakukan, sehingga dapat terus
dilaksanakan dengan rutin.
Melakukan pelayanan IVA ke desa-desa dengan frekuensi 1 kali/bulan secara
rutin dan menyeluruh.
Membuat struktur organisasi dengan pembagian tugas dan wewenang yang jelas
dan sesuai pedoman.

35
Bab IX
Kesimpulan Dan Saran

9.1. Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pencegahan kanker leher rahim dan payudara yang
dilakukan dengan cara pendekatan sistem di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari,
Kabupaten Karawang periode Januari sampai dengan Desember 2013 didapatkan:
1. Cakupan konseling sebesar 100%.
2. Tidak terdapat data pelaksanaan penyuluhan kelompok.
3. Cakupan penapisan kanker leher rahim sebesar 44,94%.
4. Cakupan penapisan kanker leher rahim dengan IVA positif yaitu 0,94%.
5. Cakupan penanganan krioterapi pada penapisan kanker leher rahim sebesar
80%.
6. Cakupan pelayanan rujukan pada penapisan kanker leher rahim 100%.
7. Cakupan penapisan kanker payudara sebesar 44,94%.
8. Cakupan pelayanan rujukan pada penapisan kanker payudara 0%.

Dipilih dua prioritas masalah, yaitu:


1. Penyuluhan kelompok tidak ada data.
2. Cakupan penapisan kanker leher rahim dan kanker payudara masih kurang
dimana sebesar 44,94% dari target sebesar 80%.

9.2 Saran
Apabila saran ini dapat dijalankan dengan benar, maka diharapkan masalah ini tidak
akan kembali muncul di Puskesmas Jatisari, Kecamatan Jatisari sebagai pokok
masalah, yaitu dengan:
Mengadakan penyuluhan tidak hanya untuk kelompok perempuan, namun juga
dilakukan pada kelompok pria atau suami untuk meningkatkan pengetahuan akan
pentingnya pencegahan kanker leher rahim sehingga dapat meningkatkan
kesadaran untuk melakukan pemeriksaan IVA dan meningkatkan dukungan dari
pihak pria atau suami terhadap kegiatan pencegahan kanker leher rahim.
Penyuluhan dilakukan dengan rutin bekerja sama dengan pihak-pihak luar, seperti
pamong desa, tokoh agama dan organisasi sosial lainnya sehingga dengan
dukungan peran aktif masyarakat dapat mempermudah dan memfasilitasi
kegiatan penyuluhan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan kesadaran
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan IVA.
Penyuluhan yang diadakan harus lebih bersifat interaktif dan dinamis dengan
mengikutsertakan narasumber dokter atau mereka yang menderita kanker leher
rahim sehingga kesadaran masyarakat akan meningkat seiring peningkatan

36
pengetahuan masyarakat. Adanya penghargaan pada kegiatan juga bisa
meningkatkan motivasi dari masing-masing pihak sehingga dapat terus
dilaksanakan dengan rutin.
Perlunya evaluasi cara penyampaian penyuluhan dan konseling diantara dokter,
bidan dan kader sehingga perbaikan dan penuturan bahasa yang benar dapat
membantu menarik minat masyarakat untuk menyertai program penapisan kanker
leher rahim dan kanker payudara yang dijalankan di Puskesmas atau di desa-desa.
Perlunya ada bantuan penyebaran informasi mengenai program penapisan kanker
leher rahim dan kanker payudara yang di laksanakan di gedung KIA Puskesmas
Jatisari lintas sektoral dan lintas program terutama pada program POSYANDU
dan kelas ibu hamil.
Sosialisasi kepada sasaran mengenai program program penapisan kanker leher
rahim dan kanker payudara bukan hanya di PONED tapi diluaskan lagi ke BPU
dan lansia jika ditemukan wanita sesuai dengan kriteria sasaran untuk
pemeriksaan program penapisan kanker leher rahim dan kanker payudara ini.
Diharapkan agar dokter melatih kembali para bidan untuk melakukan tindakan
IVA sehingga tindakan IVA dapat dilaksanakan lebih banyak dan lebih sering
lagi.
Diharapkan agar bidan membuat data tertulis didalam sebuah buku mengenai
penyuluhan kelompok mengenai desa mana dilakukan penyuluhan, waktu
pelaksanaan, materi yang diberikan, hasil pelaksanaan sehingga kegiatan
penyuluhan dapat dinilai manfaatnya.
Diharapkan agar dokter terlatih memberi kesempatan kepada bidan terlatih untuk
melakukan tindakan krioterapi sehingga tindakan krioterapi dapat dilaksanakan
secara mandiri dengan metode Single Visit Approach.
Pihak puskesmas juga membuat usulan kepada Suku Dinas Kesehatan tentang
penyediaan media-media promosi seperti spanduk, poster, video dan pamflet di
wilayah Kecamatan Jatisari, sehingga diharapkan pada tahun berikutnya dengan
diadakan kegiatan rutin ini, cakupan penapisan kanker leher rahim dan payudara
dapat meningkat dan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
kanker payudara dan kanker leher rahim

37
Daftar Pustaka

1) Buku Acuan Pencegahan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Direktorat
Jendral PP & PL Depkes RI, Jakarta. 2007.
2) Riset kesehatan dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan pemgembangan kesehatan
kementrian kesehatan RI; 2013.
3) Incidens Cancers in the World Based on International Agency for Research on Cancer.
[updated 2010, cited on 2013]. Diunduh dari http://globocan.iarc.fr. pada tanggal 26
Februari 2013.
4) Kepmenkes. 2007. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker
Leher Rahim. Jakarta:Kepmenkes RI No. 798/Menkes/ SK/ VII/ 2007.
5) Profil Kesehatan UPTD/DTP/PONED Puskesmas Jatisari tahun 2013, Dinas
Kesehatan Kabupaten Karawang.
6) HS, Djap. 2011. Pedoman evaluasi program. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat dan Kedokteran UKRIDA.
7) Laporan tahunan Puskesmas Jatisari, Kabupaten Karawang tahun 2013.
8) Pedoman Teknis Pengendalian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.
Kepmenkes RI No. 796/Menkes/ SK/ VII/ 2010.

38
9) Petunjuk teknis pencegahan deteksi dini dan kanker payudara. Direktorat Jendral PP
& PL Depkes RI, Jakarta. 2007.

39

Anda mungkin juga menyukai