TINJAUAN PUSTAKA
yang dianut oleh tiap individu pegawai dan kelompok pegawai tentang makna
kerja dan refleksinya dalam kegiatan mencapai tujuan organsiasi dan individual.
produktivitas (kinerja).
sistem internal dan sistem eksternal sosial. Hal itu tercermin dari isi visi, misi, dan
kepercayaan dan juga sikap para pegawai. Budaya kerja dapat positif, namun
dapat juga negatif. Budaya kerja yang bersifat positif dapat meningkatkan
Lingkungan yang berbeda akan memberi dampak pada pola dan warna
budaya, karena itu terjadi pola dan warna budaya yang tebal dan tipis. Dalam
budaya yang tebal terdapat kesepakatan yang tinggi dari anggotanya untuk
mempertahankan apa yang diyakini benar dari berbagai aspek sehingga dapat
membina keutuhan, loyalitas dan komitmen organisasi. Kesepakatan bersama ini
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Jadi ada proses dalam
tuntutan yang mengikat pada pegawai karena dapat diformulasikan secara formal.
budaya yang ada dalam organisasi. Pada umumnya mereka akan dipengaruhi oleh
Budaya kerja menurut Mangkunegara (2005 : 113) yang dikutip dari Edgar
Budaya kerja mempunyai dua tingkatan yaitu pada tingkatan yang lebih
dalam dan kurang terlihat, budaya merujuk pada nilai-nilai yang dianut bersama
oleh orang dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu. Pengertian
ini mencakup tentang apa yang penting dalam kehidupan dan sangat bervariasi
dalam organisasi yang berbeda. Pada tingkatan yang lebih terlihat, budaya
menggambarkan pola atau gaya perilaku suatu organisasi, sehingga pegawai-
budaya organisasi mengacu ke suatu sistem makna bersama yang dianut oleh
orang, dsb), yang dapat dilihat dan dirasakan terutama oleh orang di luar
organisasi tersebut.
bahwa budaya kerja atau organisasi sebagai pola asumsi-asumsi yang mendasar di
integrasi internal.
Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur,
yaitu:
a. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan
upaya untuk membangun sumber daya mnusia, proses kerja dan hasil kerja yang
lebih baik. Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan
bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu
sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyayi perbedaan cara kerja, yang
kerja organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki oleh pemimpin
dan teknologi.
Adapun istilah lain yang dapat dianggap lebih kuat ketimbang sikap, yaitu
sikap merupakan cermin pola tingkah laku atau sikap yang sering
dilakukan baik dalam keadaan sadar ataupun dalam keadaan tidak disadar,
2) Peraturan
pendidikan.
3) Nilai-nilai
Nilai merupakan penghayatan seseorang mengenai apa yang lebih penting
atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang
lebih benar atau kurang benar. Untuk dapat berperan nilai harus
abstrak, hanya dapat diamati atau dirasakan jika terekam atau termuat pada
suatu wahana atau budaya kerja. Jadi nilai dan budaya kerja tidak dapat
perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk
produktif.
e. Etos kerja
budaya kerja.
Robert E. Quinn dan R. McGrath (dalam buku Arie Indra Chandra) membagi
a) Budaya rasional
b) Budaya ideologis
Dalam budaya ini, pemrosesan informasi intuitif (dari pengetahuan yang
c) Budaya konsensus
d) Budaya hierarkis
2. Berdasarkan Tujuannya
a) Budaya organisasi,
lain.
Batas pembeda ini karena adanya identitas tertentu yang dimiliki oleh suatu
organisasi atau kelompok yang tidak dimiliki organisasi atau kelompok lain.
organisasinya.
makna bersama yang diberikan oleh suatu budaya yang kuat memastikan
e. Sebagai integrator
Budaya kerja dapat dijadikan sebagai integrator karena adanya sub budaya
besar di mana setiap unit terdapat para anggota organisasi yang terdiri dari
organisasi tersebut.
Budaya kerja dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan
bawahan atau sebaliknya, serta antara anggota organisasi. Budaya sebagai alat
kegiatan dan politik organisasi. Material merupakan indikator dari status dan
pada dasarnya dapat dirasakan oleh semua insan yang ada dalam organisasi.
Budaya kerja dapat juga sebagai penghambat dalam berinovasi. Hal ini terjadi
lalu.
1. Kebersamaan
Kebersamaan adalah sejauh mana anggota organisasi mempunyai nilai-nilai
2. Intensitas
nilai-nilai inti budaya kerja. Derajat intensitas bisa merupakan suatu hasil dari
1. Inisiatif Individual
pendapat. Inisiatif tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan suatu
organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan dan mengembangkan
organisasi.
Dalam budaya kerja perlu ditekankan, sejauh mana para pegawai dianjurkan
untuk dapat bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko. Suatu budaya
dilakukannya.
3. Pengarahan
menciptakan dengan jelas sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan
harapan tersebut jelas tercantum dalam visi, misi dan tujuan organisasi.
4. Integrasi
5. Dukungan Manajemen
terhadap bawahan.
Perhatian manajemen terhadap bawahan (pegawai) sangat membantu
6. Kontrol
yang berlaku dalam suatu organisasi. Untuk itu diperlukan sejumlah peraturan
7. Identitas
8. Sistem Imbalan
gaji, promosi dan sebagainya) didasarkan atas prestasi kerja pegawai, bukan
Sistem imbalan yang didasarkan atas prestasi kerja pegawai dapat mendorong
Sebaliknya, sistem imbalan yang didasarkan atas senioritas dan pilih kasih,
akan berakibat tenaga kerja yang punya kemampuan dan keahlian dapat
berlaku pasif dan frustasi. Kondisi semacam ini dapat berakibat kinerja dalam
sering terjadi dalam suatu organisasi. Namun, perbedaan pendapat atau kritik
yang terjadi bisa dijadikan sebagai media untuk melakukan perbaikan atau
pola komunikasi antara atasan dan bawahan atau antar pegawai itu sendiri.
budaya kerja juga bermanfaat untuk memetakan sejauh mana karakteristik tipe
budaya kerja tepat atau relevan dengan kepentingan suatu organisasi karena setiap
organisasi memiliki spesifikasi tujuan dan karakter sumber daya yang berlainan.