TINJAUAN PUSTAKA
5
6
2.1.2 UU No. 36 Tahun 2009 Pasal 4-8 Tentang Kesehatan Hak Atas Setiap
Orang Mendapatkan Akses Sumber Daya
1. Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
2. Pasal 5
a. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang kesehatan.
b. Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
c. Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab
menentukan sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi
dirinya.
3. Pasal 6
Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi
pencapaian derajat kesehatan.
4. Pasal 7
Setiap orang berhak untuk mendapatkan informasi dan edukasi tentang
kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
5. Pasal 8
Setiap orang berhak memperoleh informasi tentang data kesehatan
dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah maupun yang akan
diterimanya dari tenaga kesehatan.
7
2. Pasal 72
Setiap orang berhak:
a. menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat,
aman, serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan
yang sah.
b. menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi,
paksaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur
yang tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma
agama.
c. menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi
sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
d. memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan
reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
8
3. Pasal 73
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana
pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
masyarakat, termasuk keluarga berencana.
4. Pasal 74
a. Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifat promotif,
preventif, kuratif, dan/atau rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan
bantuan dilakukan secara aman dan sehat dengan memperhatikan
aspek-aspek yang khas, khususnya reproduksi perempuan.
b. Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan tidak bertentangan dengan nilai
agama dan ketentuan hukum yang berlaku.
Ketentuan mengenai reproduksi dengan bantuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Pemerintah
5. Pasal 75
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini
kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin,
yang menderita penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan,
maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi
tersebuthidup di luar kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat
dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra
tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang
dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang.
9
2.1.4 UU Kesehatan Nomor 36 Pasal 126 Ayat (1-4) Tentang Kesehatan Ibu
1. Upaya kesehatan ibu harus ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu
sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu.
2. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Pemerintah menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas, alat dan obat dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan ibu secara aman, bermutu, dan
terjangkau.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kesehatan ibu diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2.1.5 UU Kesehatan No. 36 Pasal 128-133 Tentang Kesehatan Bayi dan Anak
1. Pasal 128
a. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis.
b. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah,
pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi
secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
c. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum.
2. Pasal 129
a. Pemerintah bertanggungjawab menetapkan kebijakan dalam rangka
menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.
b. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
10
3. Pasal 130
Pemerintah wajib memberikan imunisasi lengkap kepada setiap bayi dan
anak.
4. Pasal 131
a. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk
mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak.
b. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia
18 (delapan belas) tahun.
c. Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjadi tanggung jawab dan
kewajiban bersama bagi orang tua, keluarga, masyarakat, dan
Pemerintah, dan pemerintah daerah.
5. Pasal 132
a. Anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara
bertanggung jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan
berkembang secara sehat dan optimal.
b. Ketentuan mengenai anak yang dilahirkan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
c. Setiap anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan
ketentuan yang berlaku untuk mencegah terjadinya penyakit yang
dapat dihindari melalui imunisasi.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis-jenis imunisasi dasar
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan Peraturan
Menteri.
6. Pasal 133
a. Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar dari segala
bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat mengganggu
kesehatannya.
11
2. Tentang Perizinan
Pasal 2
a. Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di
fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Bidan yg menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal
Diploma III (D III) Kebidanan.
Pasal 3
a. Setiap bidan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan wajib
memiliki SIKB.
b. Setiap bidan yg menjalankan praktik mandiri wajib memiliki SIPB.
c. SIKB atau SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
berlaku untuk 1 (satu) tempat.
Pasal 4
a. Untuk memperoleh SIKB dan SIPB sebagaimana dimaksud pada
pasal 3, Bidan harus mengajukan permohonan kepada pemerintah
daerah kabupaten/kota dengan melampirkan :
1) Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir
2) Surat ket sehat fisik dari dokter yangg memiliki SIP
13
Pasal 7
a. SIKB/SIPB berlaku selama STR masih berlaku dan dapat
diperbaharui kembali jika habis masa berlakunya.
b. Pembaharuan SIKB/SIPB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota setempat
dengan melampirkan :
1) fotokopi SIKB/SIB yg lama
2) fotokopi STR
3) surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki SIP
4) pasfoto berwarna terbaru ukuran 4x6 sebanyak 3 (tiga) lembar
5) rekomendasi dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota atau
pejabat yang ditunjuk sesuai ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf e
6) rekomendasi dari oranisasi profesi
Pasal 8
SIKB/SIPB dinyatakan tdk berlaku bila :
a. Tempat kerja/praktik tidak sesuai lagi dengan SIKB/SIPB
b. Masa berlakunya habis dan tidak diperpanjang
c. Dicabut oleh pejabat yang berwenang memberikan izin
3. Penyelenggaraan Praktik
Pasal 9
Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan
Pelayanan yang meliputi :
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
Pasal 10
a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan,
masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
15
2) Kewenangan:
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan
promosi air susu ibu (ASI) eksklusif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kematian
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
b. Pelayanan kesehatan anak
1) Ruang lingkup:
a) Pelayanan bayi baru lahir
b) Pelayanan bayi
c) Pelayanan anak balita
d) Pelayanan anak pra sekolah
2) Kewenangan:
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini
(IMD), injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada
masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
d) Pemberian imunisasi rutin sesuai program Pemerintah
18
f. Sistem Muskuluskeletal
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak.
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat badan
wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita hamil
berubah secara menyolok. (Fitramaya. 2008)
a) Faktor predisposisi
- Primigravida
- Overdistensi rahim: hidramnion, kehamilan ganda,
estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
b) Faktor organik
- Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
- Perubahan metabolik akibat hamil
- Resistensi yang menurun dari pihak ibu
- Alergi
c) Faktor psikologis
- Rumah tangga yang retak
- Hamil yang tidak diinginkan
- Takut terhadap kehamilan dan persalinan
- Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
- Kehilangan pekerjaan
3) Dampak Terhadap Kehamilan
Muntah yang terus menerus tanpa pengobatan dapat
menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim
dengan manifestasi klinisnya. Oleh karena itu, hiperemesis
gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat
pengobatan yang adekuat.
b. Anemia Kehamilan
1) Pengertian
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah
merah berada di bawah normal. Tingkatan anemia:
a) Kadar Hb 10,00 gr%-13,00 gr% disebut anemia ringan
sekali
b) Kadar Hb 8,00 gr% - 9,90 gr% disebut anemia ringan.
c) Kadar Hb 6,00 gr% - 7,90 gr% disebut anemia sedang.
d) Kadar Hb <6,00 gr% disebut anemia berat.
30
2) Penyebab
Penyebab umum dari anemia:
a) Perdarahan hebat
- Akut: kecelakaan, pembedahan, persalinan, pecah
pembuluh darah.
- Kronis: perdarahan hidung, wasir, ulkus peptikum,
kanker atau polip di saluran pencernaan, tumor ginjal
atau kandung kemih, perdarahan menstruasi yang
banyak.
b) Berkurangnya pembentukan sel darah merah
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik
c) Meningkatnya penghancuran sel darah merah
- Pembesaran limfa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Penyakit sel sabit
- Thalasemia
3) Dampak Terhadap Kehamilan
a) Abortus
b) Parturs prematurus
c) Pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat (IUGR)
perdarahan antepartum
d) IUFD
e) Hiperemesis gravidarum
f) Mola hidatidosa
g) Ketuban pecah dini (KPD)
31
c. Abortus
1) Pengertian
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sebagai batasan
ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.
2) Penyebab
a) Kelainan kromosom
b) Infeksi kronis (sifilis, TB aktif)
c) Keracunan
d) Trauma fisik
e) Penyakit kronis
f) Gangguan endrokin (hipotiroid, DM)
g) Oksidan (rokok, alkohol)
h) Defisiensi hormonal
i) Kematian janin akibat kelainan bawaan
j) Mola hidatidosa
k) Penyakit plasenta dan desidua
d. Kehamilan Ektopik Terganggu
1) Pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi
di luar rongga uterus, tuba falopi merupakan tempat tersering
untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik. Sebagian besar
kehamilan ektopik berlokasi di tuba, jarang terjadi implantasi
pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis, tanduk uterus
yang rudimenter, dan divertikel pada uterus.
2) Etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Faktor-faktor yang
memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut:
32
9. Antenatal Care
a. Pengertian
Antenatal care atau asuhan kehamilan merupakan pengawasan
sebelum persalinan terutama di tujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim.(manuaba 2007 : 129).
b. Tujuan Asuhan antenatal
Menurut syaifudin (2009:90), tujuan dari pelayanan antenatal
adalah sebagai berikut:
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan
ibu dan kembang bayi
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental,
dan social, ibu dan bayi
3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif
35
2.2.2 PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses yang dimulai sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkannya perubahannya pada servik membuka dan menipis
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (APN,2007).
Perssalian adalah proses membuka dan menipisnya servik dan
janin turun ke jalan lahir,kelahiran adalah proses dimana jan9n dan
ketuban di dorong melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),lahir spontan
dengan persentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.(Sarwono :
2009:100)
40
2. Bentuk persalinan
Berdasarkan pengertian persalinan menurut persalinan :
a. Persalinan spontan adalah proses lahirnya bayi pada LBK dengan
tenaga ibu sendiri,tanpa bantuan alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung selama 24 jam.
b. Persalinan buatan adalah persalinan dengan tenaga dari luar
misalnya persalinan pervaginam dengan menggunakan forceps atau
fakum, melalui dingding perut dengan operasi section caesarea
c. Persalinan anjuran adalah persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya akan tetapi berlangsung setelah dilakukan perangsangan.
b. Power (Tenaga)
HIS
Adalah gelombang kontraksi rumit otot polos dingding uterus yang
dimulai dari daerah fundus dimana tuba fallopi memasuki dinding
uterus yang pada awalnya kontraksi tersebut berasal dari
pacemaker. Efek gaya kontraksi tersebut mengarah kedaerah lokus
minoris yaitu daerah kenalis servikalis yang membuka untuk
mendorong isi uterus keluar.
Sifat his:
1) Setelah kontraksi :
- Tidak relaksasi
- Lebih pendek
- Tonus seperti sebelum kontraksi retraksi
2) Kontraksi tidak sama kuat
- Terkuat di fundus
- Terlemah di SBR
3) Pacemaker batas keduanya
- Lingkaran retraksi fisiologis
- Lingkaran retraksi patologis (Bandl)
Sifat lain his
1) Involuntir : tidak dapat di atur oleh ibu
2) Intermitten
3) Terasa sakit
4) Terkoordinasi dan simetris
5) Kadang dapat dipengaruhi dari luar baik kimia, fisik maupun
psikis
His yang baik :
a) Kontraksi simultan simetris diseluruh uterus
b) Kekuatan di dominasi di daerah fundus
c) Terdapat priode relaksasi antara 2 priode kontraksi
d) Terdapat retraksi otot otot korpus uteri disetiap sesudah his
42
4. Fisiologi Persalinan
Proses terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan terjadinya
kekuatan his.
Ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu:
a. Estrogen
1) Meningkatkan sensitivitas otot rahim
2) Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan
mekanis
b. Progesterone
1) Menurunkan sensitivitas otot rahim
44
6. Penyulit Persalinan
Kenali penyulit persalinan selama kala 1 dan kala 2, diantaranya :
a. Persalinan lama
1) Pengertian
Masalah: Fase laten lebih dari 8 jam Persalinan telah
berlangsung selama 12 jam/lebih tanpa kelahiran bayi. Dilatasi
serviks di kanan garis waspada pada partograf.
Disebabkan beberapa faktor:
a) Kecemasan dan ketakutan
b) Pemberian analgetik yang kuat atau pemberian analgetik
yang terlalu cepat pada persalinan dan pemberian anastesi
sebelum fase aktif.
c) Abnormalitas pada tenaga ekspulsi
d) Abnormalitas pada panggul
e) Kelainan pada letak dan bentuk janin
2) Penanganan Umum :
a) Nilai dengan segera keadaan umum ibu hamil dan janin
(termasuk tanda vital dan tingkat hidrasinya). Dan perbaiki
keadaan umum. Dukungan, perubahan posisi, (sesuai
dengan penanganan persalinan normal).
b) Periksa kefon dalam urine dan berikan cairan, baik oral
maupun parenteral dan upayakan buang air kecil (kateter
bila perlu).
c) tramadol atauBerikan analgesic petidin 25 mg IM
(maximum 1 mg/kg BB atau morfin 10 mg IM, jika pasien
merasakan nyeri.
d) Kaji kembali partograf, tentukan apakah pasien berada
dalam persalinan.
e) Nilai frekuensi dan lamanya His.
48
3) Penanganan Khusus
a) Persalinan palsu/belum in partu (False Labor)
Periksa apakah ada ISK atau ketuban pecah, jika didapatkan
adanya infeksi, obati secara adekuat, jika tidak ada pasien
boleh rawat jalan.
b) Fase laten memanjang (Prolonged Latent Phase)
- Diagnosa fase laten memanjang dibuat secara
retrospektif, jika his berhenti. Pasien disebut belum
inpartu/persalinan palsu. Jika his makin teratur dan
pembukaan makin bertambah lebih dari 4 cm, pasien
masuk dalam fase laten
- Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda
kemajuan lekukan penilaian ulang terhadap serviks
- Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau
pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin, mungkin
pasien belum inpartu.
- Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan
serviks lakukan amniotomi dan induksi persalinan
dengan oksitosin atau prostaglandin.
- Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam.
- Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan
pemberian oksitosin selama 8 jam, lakukan SC.
- Jika didapatkan tanda-tanda infeki (demam, cairan,
berbau): Lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin
- Berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan:
Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam Ditambah Gentaisin 5
mg/kgBB IV setiap 24 jam
- Jika terjadi persalinan pervaginam stop antibiotika pasca
persalinan
49
b. Distosia
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat
disebabkan kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk janin, serta
kelainan jalan lahir
1) Distosia karena kelainan tenaga/his
His Hipotonic/ Inersia Uteri
His Hipertonic
His yang tidak terkordinasi
2) Distosia karena kelainanletak dan bentuk janin
3) Distosia karena jalan lahir
c. Penyulit Persalinan: Penyimpangan Jalan Lahir
Persalinan yang normal eutasia apabila ketiga faktor penting telah
membuktikan kerja sama yang baik sehingga persalinan
berlangsung spontan, aterm, dan hidup. Keadaan demikian
menunjukkan bahwa ketiga faktor power (P), passage (P), dan
passenger (P) telah bekerja sama dengan baik tanpa terdapat
intervensi sehingga persalinan berjalan dengan mulus. Dapat pula
ditambahkan faktor lainnya, seperti faktor kejiwaan penderita dan
penolong tetapi kedua faktor tambahan tidak banyak berfungsi
dalam menentukan jalannya persalinan.
Dengan faktor 3 P, kemungkinan besar terdapat kelainan yang
mempengaruhi jalannya persalinan, sehingga memerlukan
intervensi persalinan untuk mencapai well born baby dan well
health mother. Persalinan yang memerlukan bantuan dari luar
karena terjadi penyimpangan dari 3 P disebut persalinan distosia.
Kelainan yang terdapat pada masing-masing faktor dapat dirinci
sebagai berikut:
1) Power. kekuatan his dan mengejan.
His:
Inersia uteri: primer, sekunder.
Tetania uteri.
51
7. Persiapan Persalinan
a. Mempersiapkan ruangan persalinan dan kelahiran bayi
b. Persiapan perlengkapan bahan-bahan dan obat-obatan yang di
perlukan
c. Persiapkan rujukan
d. Mempersiapkan asuhan sayang Ibu
(APN 2008:50)
52
Penurunan kepala
b. Fleksi
Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam
sikap fleksi. Dengan adanya his atau tahanan dari dasar panggul
yang makin besar, maka kepala janin akan makin turun dan
semakin fleksi sehingga dagu janin menekan dada dan belakang
kepala (oksiput) menjadi bagian terbawah, keadaan ini dinamakan
fleksi maksimal.
c. Putaran paksi dalam
Makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan
berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga
panggul atau diameter antero posteror kepala janin akan bersesuaian
dengan diameter terkecil tranversal (oblik) Pintu Atas Panggul, dan
54
b. Tanda Inpartu
1) dorongan meneran
2) tekanan anus
3) perineum menonjol
4) vulva membuka
kaki bayi yang kemudian dipegang ibu jari dan ketiga jari
tengah lainnya.
8) Penanganan bayi baru lahir
a) Menilai bayi dengan cepat. Letakan bayi diatas kain yang
bersih/ handuk yang bersih yang telah disiapkan pada perut
bawah ibu. Kemudian setelah bayi di atas perut ibu, posisikan
kepala bayi sedikit lebih rendah dari badannya.
b) Suntikan oksitosin 10 IU segera sebelum 1 menit.
c) Segera mengeringkan bayi kecuali kedua telapak tangan dan
biarkan proses inisiasi dini dan menyelimuti bayi.
d) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira kira 3 Cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan tali pusat mulai dari klem kearah
ibu dan memasang klem kedua 2 Cm dari klem pertama.
e) Memegang tali pusat dengan 1 tangan, melindungi bayi dari
gunting dan memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut.
f) Mengganti kain bayi yang basah dengan yang kering,
menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika
bayi sulit bernafas lakukan tindakan yang sesuai.
(JNPK-KR.2007)
11. Partograf
a. Definisi
Informasi klinik tentang kemajuan persalinan, asuhan,
pengenalan penyulit dan membuat keputusan klinik. Patograph
adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.
b. Tujuan
1) Mencatat hasil observasi kemajuan persalinan
2) Mendeteksi apakah persalinan berjalan secara normal
3) Mencatat kondisi ibu dan janin
4) Untuk membuat keputusan klinik
c. Catatan Kondisi Ibu
1) frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit (termasuk
pemantauan DJJ setiap 30 menit).
2) Nadi setiap 30 menit.
3) dilatasi serviks setiap 4 jam.
4) Penurunan bagian terbawah setiap 4 jam.
5) tekanan darah dan temperatur suhu tubuh setiap 4 jam
6) produksi urine, atau adanya aseton/ protein urin setiap 2 4 jam.
d. Data Dalam Partograf
1) informasi tentang ibu dan riwayat tentang kehamilan/ persalinan
2) kondisi janin
3) kemajuan persalinan
4) jam dan waktu
5) kontraksi uterus
6) obat obatan dan cairan yang di berikan.
65
7) kondisi ibu.
8) asuhan, tatalaksana dan keputusan klinik.
e. Catatan Tentang Air Ketuban
1) U: aelaput ketuban utuh
2) J: selaput ketuban sudah pecah, cairannya sudah jernih.
3) M: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
meconium.
4) D: selaput ketuban sudah pecah, cairannya bercampur dengan
darah.
5) K: selaput ketuban sudah pecah, cairannya tidak ada (kering)
f. Molase
Adalah penyusupan antara tulang kronium, dalam patograph ditandai
dengan:
1) 0 : tulang kepala janin terpisah
2) 1 : hanya bersentuhan.
3) 2 : saling tumpang tindih, dapat dipisah
4) 3 : saling tumpang tindih, tidak dapat dipisah
g. Penurunan Bagian Terbawah Atau Presentasi Janin
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam),atau lebih
sering jika ada tanda-tanda penyulit,nilai dan catat turunnya bagian
terbawah atau turunnya bagian terbawah persentasi janin.pada
persalinan normal ,kemajuan pembukaan servik umumnya diikuti
dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin .namun
kadangkala,turunnya bagian terbawah/presentasi janin baru terjadi
setelah pembukaan servik sebesar 7 cm.penurunan kepala janin di
ukur secara pasti palpasi bimanual. Penurunan kepala janin di ukur
seberapa jauh dari tepi simfisis pubis. Dibagi menjadi 5 kategori
denganb simbol 5/5 sampai 0/5.simbol 5/5 menyatakan bahwa
bagian kepala janin belum memasuki tepi atas simfisis pubis,
sedangkan simbol 0/5 menyatakan bahwa kepala janin sudah tidak
bisa lagi di palpasi diatas simpisis pubis.kata-kata turunnya kepala
66
dan garis terputus dari 0-5,tertera di sisi yang sama dengan angka
pembukaan servik .beri tanda O pada garis waktu yang
sesuai.sebagai contoh,jika kepala bisa dipalpasi 4/5,tuliskan tanda O
dinomber 4.hubungkan tanda O dari setiap pemeriksaan dengan garis
terputus.
h. Parameter Partograf
Parameter Frekwensi fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam
Suhu Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30 60 Menit
DJJ Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 3 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam*
Penurunan Setiap 4 jam*
6. Kunjungan Neonatal
Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada
neonatus sedikitnya 3 kali,selama periode 0 sampai 28 hari setelah
lahir,baik di fasilitas maupun melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai
standart yang di berikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4
kali,selama periode 29 hari sampai dengan 11 bulan setelah bayi lahir.
a. Tujuan
Resiko terbesar kematian neonatus terjadi pada 24 jam
pertama kehidupannya.sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan
sangat di anjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan tersebut
selama 24 jam setelah kelahirannya.
Kunjungan neonatal bertujuan :
Untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan
kesehatan dasar.
Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan atau
masalah kesehatan pada neonatus.
Kunjungan bayi bertujuan :
1) Untuk meningkatkan akses bayi terhadap pelayanan kesehatan
dasar.
2) Mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi
sehingga cepat mendapat pertolongan
3) Pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pemantauan pertumbuhan,imunisasi,serta peningkatan kualitas
hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang.
76
b. Standar pelayanan
Pelayanan kesehatan Neonatal dasar dilakukan secara komprehensif
dengan melakukan pemeriksaan dan perawatan Bayi baru lahir.
Pemeriksaan dan Perawatan Bayi baru lahir
1) Perawatan Tali pusat
2) Melaksanan ASI Eklusif
3) Memastikan bayi telah diberikan Injeksi Vitamin K1
4) Memastikan bayi telah diberi Salep Mata Antibiotik
5) Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
c. Pemeriksaan menggunakan pendekatan MTBM
1) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, berat badan rendah dan Masalah pemberian ASI
2) Pemberian Imunisasi Hepatitis B0 bila belum diberikan pada
waktu perawatan bayi baru lahir
3) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI
ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan
bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan Buku KIA
4) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
untuk pemeriksaan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan
lakukan pemeriksaan
c. Telinga : Periksa dalam hubungan letak dengan
mata dan kepala
d. Mata :. Tanda-tanda infeksi
e. Hidung dan mulut :Bibir dan langitanPeriksa
adanya sumbing Refleks hisap, dilihat pada saat
menyusu
f. Leher :Pembekakan,Gumpalan
g. Dada : Bentuk,Puting,Bunyi nafas,, Bunyi
jantung
h. Bahu lengan dan tangan :Gerakan Normal,
Jumlah Jari
i. System syaraf : Adanya reflek moro
j. Perut : Bentuk, Penonjolan sekitar tali pusat pada
saat menangis, Pendarahan tali pusat ? tiga
pembuluh, Lembek (pada saat tidak menangis),
Tonjolan
k. Kelamin laki-laki : Testis berada dalam skrotum,
Penis berlubang pada letak ujung lubang
l. Kelamin perempuan :Vagina berlubang,Uretra
berlubang, Labia minor dan labia mayor
m. Tungkai dan kaki : Gerak normal, Tampak
normal, Jumlah jari
n. Punggung dan Anus: Pembekakan atau
cekungan, Ada anus atau lubang
o. Kulit : Verniks, Warna, Pembekakan atau bercak
hitam, Tanda-Tanda lahir
p. Konseling : Jaga kehangatan, Pemberian ASI,
Perawatan tali pusat, Agar ibu mengawasi tanda-
78
tanda bahaya
q. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu
: Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau
lemah hisapan, Kesulitan bernafas yaitu
pernafasan cepat > 60 x/m atau menggunakan
otot tambahan, Letargi bayi terus menerus tidur
tanpa bangun untuk makan,Warna kulit abnormal
kulit biru (sianosis) atau kuning, Suhu-terlalu
panas (febris) atau terlalu dingin
(hipotermi),Tanda dan perilaku abnormal atau
tidak biasa,Ganggguan gastro internal misalnya
tidak bertinja selama 3 hari, muntah terus-
menerus, perut membengkak, tinja hijau tua dan
darah berlendir, Mata bengkak atau
mengeluarkan cairan
r. Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa
tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena
udara dan dengan kain bersih secara longgar,
Lipatlah popok di bawah tali pusat ,Jika tali pusat
terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air
bersih dan keringkan dengan benar
5. Gunakan tempat yang hangat dan bersih
6. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
pemeriksaan
7. Memberikan Imunisasi HB-0
Kunjungan 1. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering
Neonatal ke-2 2. Menjaga kebersihan bayi
(KN 2) dilakukan 3. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan
pada kurun waktu infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan
hari ke-3 sampai Masalah pemberian ASI
dengan hari ke 7 4. Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-
79
d. Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus adalah sebagai berikut:
Kunjungan Neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu
6-48 jam setelah bayi lahir.
Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu
hari ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir.
80
2.2.4 NIFAS
1. Pengertian Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari
rahim,sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya
kembali oragan-organ yang berkaitan dengan kandungan,yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan
saat melahirkan. (Fitramaya:2009, 1).
Masa nifas(puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandung kembali ke keadaan seblum hamil.
(Mitracendikya press : 2008, 2)
6. Proses laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari asi di
produksi sampai proses bayi menghisap dan menelan asi.
86
2) Peritonitis
PENGERTIAN
Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum).
Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang membungkus
organ perut dan dinding perut sebelah dalam
PENYEBAB
a) Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi
b) Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif
melakukan kegiatan seksual
c) Infeksi dari rahim dan saluran telur yang mungkin
disebabkan oleh bebrapa jenis kuman (termasuk yang
menyebabkan gonorrhea dan infeksi klamidia)
d) Kelainan hati atau gagal jantug dimana cairan bisa
berkumpul diperut dan mengalami infeksi
e) Adanyan pembedahan yang mengakibatkan cedera pada
kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus.
f) Dialisa peritoneal.
g) Iritasi tanpa infeksi
GEJALA
a) Gejala tergantung jenis dan penyebaran infeksinya
b) Muntah
c) Demam tinggi
d) Nyeri tumpul pada perut
e) Muncul abses
PENATALAKSANAAN
Biasanya yang pertama dlakukan adalah pembedahan
eksplorasi darurat, terutama bila terdapat appendicitis, ulkus
peptikum yang mengalami perforasi atau diver tikulitis.
Pada peradangan pancreas (pancreas akut) atau penyakit radang
panggul pada wanita, pembedahan darurat biasanya tidak
89
b. Bendungan ASI
PENGERTIAN
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktoferin atau oleh kelenjar kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu.
PENYEBAB
1) Pengosongan mammae yang tidak sempurna
2) Faktor hisapan bayi yang tidak aktif
3) Posisi ibu menyusui yang tidak benar
4) Peuting susu terbenam
5) Putting susu terlalu panjang
GEJALA
1) Payudara terlihat bengkak
2) Payudara terasa keras
3) Payudara terasa panas
4) Terdapat nyeri tekan pada payudara
PENATALAKSANAAN
1) Bila ibu menyusui
a) Susukan sesering mungkin dan susui dengan kedua
payudara secara bergantian
b) Kompres payudara dengan ir hangat sebelum menyusui
c) Bantu dengan memijat payudara sebelum memulai
menyusui
d) Sangga payudara
e) Kompres payudara dengan air dingin diantara menyusui
f) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap
4 jam
90
c. Infeksi Payudara
PENGERTIAN
Infeksi payudara adalah infeksi yang terjadi pada jarinagn
payudara. Infeksi payudara merupakan keluhan yang jarang
dijumpai di klinik dan lebig banyak terjadi pada wanita menyusui.
KLASIFIKASI
1) MASTITIS
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Kejadian ini
biasanya terjadi 1-3 minggu setelah post partum
PENYEBAB
a) Staphylococcus aureus
b) Sumbatan saluran susu yang berlanjut
KOMPLIKASI
a) Mammae yang membesar, nyeri, merah dan membengkak
b) Temperature badan ibu tinggi kadang disertai menggigil
c) Bila mastitis berlanjut dapat menyebabkan abses payudara
PENATALAKSANAAN
a) Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
Bila diberikan sebelum terbentuk abses biasanya
keluhannya akan berkurang
b) Sangga payudara
91
c) Kompres dingin
d) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap
4 jam
e) Ibu harus didorong menyusui walau ada pus
f) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
2) Abses Payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses oayudara
terjadi abapila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga
memperberat infeksi.
GEJALA
a) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah
b) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah
c) Benjolan terasa lebih lunak karena berisi nanah
PENATALAKSANAAN
a) Diperlukan anestesi umum (ketamin)
b) Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir,
supaya tidak memotong saluran ASI
c) Pecahkan kantong pus
d) Pasang tampon dan drainase kemudian angkat setelah 24
jam
e) Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam sekali bila
diperlukan
f) Sangga payudara
g) Kompres dingin
h) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg per oral setiap
4 jam
i) Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada pus
j) Lakukan follow up setelah pemberian pengobatan selama 3
hari
92
d. Tromboflebitis
PENGERTIAN
Trombofeblitis adalah invasi/ perluasan mikroorganisme pathogen
yang mengikuti alira darah disepanjang vena dan cabang
cabangnya. Trombofeblitis didahului dengan thrombosis, dapat
terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa
nifas
PENYEBAB
1) Perubahan susunan darah
2) Perubahan laju peredaran darah
3) Perlukaan lapisan interna pembuluh darah
FAKTOR PREDISPOSISI
1) Riwayat bedah kebidanan
2) Usia lanjut
3) Multi paritas
4) Varises
5) Infeksi nifas
setiap payudara
Menganjurkan ibu agar
istirahat cukup untuk
mencegah kelelahan yang
berlebihan.
Menganjurkan ibu untuk
menjaga payudara tetap bersih
dan kering. Terutama putting
susu,Menganjurkan ibu untuk
memakai BH yang
menyongkong payudara
Menganjurkan ibu untuk
menyusui bayinya setiap 2
jam, siang dan malam hari
dengan lama menyusui 10-15
menit di setiap payudaranya.
Melakukan imunisasi BCG
4 6 minggu Menanyakan pada ibu Memeriksa tekanan darah,
setelah tentang penyulit-penyulit nadi, suhu, tinggi fundus dan
persalinan yang ia atau bayi alami pengeluaran pervaginam
Memberikan konseling Memberitahukan pada ibu
untuk KB secara dini bahwa aman untuk memulai
hubungan suami istri kapan
saja ibu siap
Menganjurkan ibu dan suami
untuk memakai alat
kontrasepsi dan menjelaskan
kelbihan, kekurangan, dan efek
sampingnya.
(DEPKES RI,2009)
99
Kontra Indikasi
a) Tidak menyusui secara eksklusif
b) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
b. Senggama terputus
Adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
Indikasi
a) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
b) Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil
menunggu metode yang lain
c) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
Efek samping
Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4 27 kehamilan per 100 perempuan pertahun).Efek
sampingnya memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual.
2) Mencegah inplantasi
3) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
4) Pergerakan tuba terganggu sehngga transpotasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula
Efek samping
Mual, perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama, pusing,
nyeri payudara, mengurangi ASI, meningkatkan tekanan darah
dan retensi cairan
b. Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksip
progesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan
injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Nerotindron
enantat dan 5 mg Estradol Valerat yang diberikan injeksi I.M.
sebulan sekali.
Cara kerja
1) Menekan ovulasi
2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang
tinggi
4) Menyusu ASI pasca persalinan > 6 bulan
5) Pasca persalinan tidak menyusui
6) Anemia, nyeri haid hebat dan haid teratur
Kontraindikasi
1) Hamil atau diduga hamil
103
d. Kontrasepsi progestin
a. Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin :
1) Depo medroksiprogeston Asete (Depo provera, mengandung
150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular (didaerah bokong)
2) Depo noristerat yang mengandung 200 mg noretindron
enentat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular
Cara kerja
1) Mencegah ovulasi
2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
3) Menjadikan selaput lendir tipis dan atrofi
4) Menghambat transfortasi gamet ke tuba
Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Nulipara dan yang telah memiliki anak
104
e. AKDR
AKDR Cut 380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Cara kerja
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba fallopi
2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma
untuk fertilisasi
Indikasi
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Hamil atau kemungkinan hamil
6) Perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya
Efek samping
1) Perubahan siklus haid (umumnya dalam 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
f. Kontrasepsi MANTAP
Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan
vertilitas (kesuburan) seorang perempuan.
107
Cara kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan
ovum.
Indikasi
1) Usia > 26 tahun
2) Paritas > 2
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya
4) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1) Hamil dan dicurigai hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
3) Infeksi sistemik atau velvik yang akut
4) Belum memberikan persetujuan yang tertulis
Efek samping
1) Infeksi luka
2) Demam pasca operasi ( > 38 C )
3) Luka pada kandung kemih, intensial (jarang terjadi)
4) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
5) Perdarahan suferpisial (tepi tepi kulit atau subkutan)
g. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklsi vasa deferensia
sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses vertilisasi
penyatuan dalam ovum tidak terjadi.
Cara kerja
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan vertilitas
dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan
terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga
108
Kontraindikasi
1) Usia > 37 tahun
2) Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium)
Komplikasi
1) Komplikasi bisa terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa
saat setelah tindakan
2) Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis,
infeksi atau abses pada testis, otrifi testis.
7. Evaluasi
Yaitu hasil yang dicapai sesuai dengan tindakan yang telah
dilaksanakan.
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data
objektif ini.data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosis.
A: Assesment: menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interprestasi data sunjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: diagnose.
Antisipasi diagnose atau masalah potensial. Perlunya tindakan oleh bidan
atau dokter, konsultasi atau kolaborasi, rujukan sebagai langkah ke 2,3 dan
4 varney.
Sehingga mencakup hal-hal berikut ini ; diagnosis masalah kebidanan,
diagnosis masalah potensial, serta perlunya mengidentifikasio kebutuhan
tindakan segera untuk antisipasi diagnosis masalah potensial dan kebutuhan
tindakan segera harus di identifikasi menurut kewenangan bidan,meliputi
tindakan mandiri ,tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
P: Planing: menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan,
implementasi dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6 dan
7 varney
Mengapa SOAP dipakai untuk pendokumentasian ?
Alasan :
a. Pembuatan metode soap merupakan perkembangan informasi yang
sisitematis mengorganisir penemuan menjadi suatu rencana asuhan.
b. Metode ini merupakan intisari dari proses penatalaksanaan kebidanan
untuk tujuan mengadakan pendokumentasian asuhan.
c. SOAP merupakan urutan urutan yang dapat membantu dalam
mengorganisir pikiran dan memberikan asuhan yang menyeluruh.