Anda di halaman 1dari 30

PENERAPAN PERATURAN

DAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI BIDANG
KESEHATAN MASYARAKAT

Dr. Muh. Ryman Napirah, S.KM., M.Kes., M.AP.


Section Break
UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
PASAL 28 H :
Ayat 1 : Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hdup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
Ayat 3 : Setiap orang berhak atas jaminan sosial
yang memungkinkan pengembangan dirinya secara
utuh sebagai manusia yang bermartabat.
UNDANG-UNDANG DASAR 1945
PASAL 34 :
Ayat 2 : Negara mengembangkan Sistem Jaminan
Sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
Ayat 3 : Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan
umum yang layak.
UPAYA KESEHATAN DALAM UU No. 17/2023

Pasal 23
(1) Penyelenggaraan upaya Kesehatan dilaksanakan
secara bertanggung jawab, aman, bermutu, merata,
nondiskriminatif, dan berkeadilan.
(2) Penyelenggaraan upaya kesehatan harus
memperhatikan fungsi sosial, nilai sosial budaya,
moral, dan etika.
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Pasal 26
Upaya kesehatan dalam bentuk pelayanan diselenggarakan melalui :
a. Pelayanan kesehatan primer
b. Pelayanan kesehatan lanjutan.

Pasal 27
Pelayanan kesehatan primer dan pelayanan kesehatan lanjutan
diselenggarakan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat dengan memperhatikan masukan dari Pemerintah Daerah dan/
atau masyarakat.
Kegiatan Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
a. Kesehatan ibu, bayi dan anak, remaja, dewasa, dan n. Kesehatan lingkungan
lanjut usia o. Kesehatan matra
b. Kesehatan penyandang disabilitas p. Kesehatan bencana
c. Kesehatan reproduksi q. Pelayanan darah
d. Keluarga berencana r. Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh,
e. Gizi terapi berbasis sel dan/atau sel punca, serta
f. Kesehatan gigi dan mulut bedah plastik rekonstruksi dan estetika
g. Kesehatan penglihatan dan pendengaran s. Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi
h. Kesehatan jiwa dan alat kesehatan
i. Penanggulangan penyakit menular dan penanggu- t. Pengamanan makanan dan minuman
langan penyakit tidak menular u. Pengamanan zat adiktif
j. Kesehatan keluarga v. Pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum
k. Kesehatan sekolah w. Pelayanan kesehatan tradisional
l. Kesehatan kerja x. Upaya kesehatan lainnya
m. Kesehatan olahraga
UU No. 17 Tahun
2023 mengatur :

• Dalam penyelenggaraan upaya ke-


sehatan

Peran Pe-
merintah
dan
Masyarakat
Standar Mutu Pelayanan Kesehatan
A. Perlindungan Pasien
Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap. Akan tetapi menerima atau
menolak ini tidak berlaku pada :
1) Penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam
masyarakat yang lebih luas;
2) Keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau
3) Gangguan mental.
B. Hak-hak Pasien
Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. Ketentuan mengenai
hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi ini tidak berlaku dalam hal: perintah UU,
pengadilan, kepentingan masyarakat.
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan

Pengamanan Makanan dan Minuman


Pasal 146
(1) Setiap orang yang memproduksi, mengolah, serta mendistribusikan makanan
dan minuman wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan keamanan, mutu,
dan gizi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain kewajiban memenuhi standar dan/atau persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), makanan dan minuman yang diproduksi, diolah,
didistribusikan, dan dikonsumsi harus memenuhi ketentuan jaminan produk
halal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengamanan Makanan dan Minuman
(Lanjutan)

Pasal 147
(1) Setiap orang yang memproduksi makanan dan minuman dilarang
memberikan infromasi atau pernyataan yang tidak benar dan/atau
menyesatkan pada informasi produk.
(2) Setiap orang dilarang mempromosikan produk makanan dan minuman
yang tidak sesuai dengan informasi produk.
(3) Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi administratif dan/atau pidana
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengamanan Makanan dan Minuman
(Lanjutan)

Pasal 148
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
bertanggung jawab mengatur dan mengawasi
produksi, pengolahan, dan pendistribusian makanan
dan minuman sebagaimana dimaksud pada Pasal 146
dan Pasal 147.
PENGATURAN SARANA KESEHATAN

Pasal 165
(1) Fasilitas pelayanan kesehatan memberikan pelayanan kesehatan
berupa pelayanan kesehatan berupa pelayanan kesehatan perseoran-
gan
dan/atau pelayanan kesehatan masyarakat.
(2) Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi :
a.Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama
b.Fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut
c. Fasilitas pelayanan kesehatan penunjang
PENGATURAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

Pasal 322
(1) Sumber sediaan farmasi yang berasal dari alam semesta dan sudah terbukti berkhasiat,
memenuhi ketentuan jaminan produk halal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, dan aman digunakan dalam pencegahan, pengobatan, dan/atau perawatan,
serta pemeliharaan kesehatan tetap harus dijaga kelestariannya.
(2) Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk meneliti, mengembangkan,
memproduksi, mengedarkan, meningkatkan, dan menggunakan sediaan farmasi dan alat
kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.
(3) Penelitian, pengembangan, produksi, peredaran, peningkatan, serta penggunaan sediaan
farmasi dan alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin pelaksanaan penelitian dan
pengembangan sediaan farmasi dan bahan baku alat kesehatan yang berasal dari alam
dengan tetap menjaga kelestariannya.
PENGATURAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

Pasal 323
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mendorong dan
mengarahkan penelitian dan pengembangan sediaan farmasi dan alat
kesehatan dengan memanfaatkan potensi nasional yang tersedia.
(2) Penelitian dan pengembangan sediaan farmasi dan alat kesehatan
dilakukan dengan memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan
hidup, sumber daya alam, norma agama, dan sosial budaya.
(3) Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan oleh industri sediaan farmasi, industri alat kesehatan,
lembaga penelitian, dan lembaga pendidikan.
SISTEM MANAJEMEN MUTU RS
PERMENKES NO. 34/2017 TENTANG AKREDITASI RS

Pasal 2
Pengaturan Akreditasi bertujuan untuk :
a. Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan melindungi
keselamatan pasien Rumah Sakit;
b. Meningkatkan perlindungan bagi masyarakat, sumber daya
manusia di Rumah Sakit dan Rumah Sakit sebagai institusi;
c. Mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan; dan
d. Meningkatkan profesionalisme Rumah Sakit Indonesia di
mata Internasional.
Section Break
Peraturan/Perundang-Undangan tentang Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan dalam UU No. 17/2023
Pasal 197
Sumber daya manusia Kesehatan terdiri atas :
a. Tenaga medis
b. Tenaga kesehatan
c. Tenaga pendukung atau penunjang kesehatan
TENAGA KESEHATAN

Tenaga kesehatan adalah


“Setiap orang yang
mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan
dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu
Welcome!!
memerlukan kewenangan
Insert the title of your subtitle Here
untuk melakukan upaya
kesehatan”.
Tenaga Kesehatan dalam UU No. 17/2023
Pasal 202
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
berkewajiban
memenuhi kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan
terkait jumlah, jenis, kompetensi, dan distribusi
secara merata
untuk menjamin keberlangsungan pembangunan
kesehatan.
Tenaga Kesehatan (Lanjutan)
Pasal 203
(1) Menteri menetapkan kebijakan dan menyusun perencanaan tenaga medis dan
tenaga kesehatan dalam memenuhi kebutuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan
secara nasional.
(2) Menteri dalam menyusun perencanaan tenaga medis dan tenaga kesehatan
sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota,
Pemerintah Daerah Provinsi, dan pihak terkait dengan berdasarkan ketersediaan
tenaga medis dan
tenaga kesehatan serta kebutuhan penyelenggaraan pembangunan dan upaya
kesehatan.
(3) Perencanaan tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan
terhadap tenaga medis dan tenaga kesehatan yang melaksanakan pekerjaan
keprofesian sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya yang bekerja pada fasilitas pelayanan
kesehatan atau unit
Tenaga Kesehatan (Lanjutan)
Pasal 204
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyusun perencanaan
tenaga medis dan tenaga kesehatan harus memperhatikan :
a. Jenis, kualifikasi, jumlah, pengadaan, dan distribusi tenaga medis dan
tenaga kesehatan;
b. Penyelenggaraan upaya kesehatan;
c. Ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan;
d. Keuangan negara atau daerah;
e. Kondisi demografis, geografis, dan sosial budaya; dan
f. Tipologi/jenis penyakit di daerah atau kebutuhan masyarakat.
Tenaga Kesehatan (Lanjutan)
Pasal 205
Kebijakan perencanaan tenaga medis dan tenaga kesehatan
yang ditetapkan oleh Menteri secara nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 203 ayat (1) menjadi pedoman bagi
setiap institusi pengguna tenaga medis dan tenaga kesehatan,
baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun
masyarakat dalam pemenuhan dan pengelolaan tenaga medis
dan tenaga kesehatan.
PP No. 32/1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Tenaga Medis, mencakup : 4. Tenaga Kesehatan Masyarakat :


a. Dokter a. Epidemiolog kesehatan
b. Entomolog kesehatan
b. Dokter gigi c. Mikrobiolog kesehatan
2. Tenaga Keperawatan : d. Penyuluh kesehatan
a. Perawat e. Administrator kesehatan
f. Sanitarian
b. Bidan
5. Tenaga Gizi :
3. Tenaga Kefarmasian : g. Nutrision
a. Apoteker h. Dietisien
b. Analis 6. Tenaga Keterapian Fisik :
a. Fisioterapis
c. Asisten apoteker
b. Akupasiterafis
UU No. 17/2023, jenis tenaga meliputi:
2. Tenaga Kesehatan :
1. Tenaga Medis : a. Psikologi klinis (psikolog klinis)
a. Dokter (dokter, dokter spesialis, dan b. Keperawatan (perawat vokasi, ners, dan ners spesialis)
c. Kebidanan (bidan vokasi dan bidan profesi)
dokter sub spesialis) d. Kefarmasian (tenaga vokasi farmasi, apoteker, dan apoteker spesialis)
b. Dokter gigi (dokter gigi, dokter gigi e. Kesehatan masyarakat (tenaga kesehatan masyarakat, epidemiolog
kesehatan, tenaga promosi Kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing
spesialis, dan dokter gigi subspesialis) kesehatan kerja, serta tenaga administratif dan kebijakan kesehatan)
f. Kesehatan lingkungan (tenaga sanitasi lingkungan dan entomolog
kesehatan)
g. Gizi (nutrisionis dan dietisien)
h. Keterapian fisik (fisioterapis, terapis okupasional, terapis wicara, dan
akupuntur)
i. Keteknisian medis (perekam medis dan infromasi kesehatan, teknisi
kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, optometris, teknisi gigi, penata
anastesi, terapis gigi dan mulut, serta audiologis)
j. Teknik biomedika (radiografer, elektromedis, tenaga teknologi laboratorium
medik, fisikawan medik, dan ortotik prostetik)
k. Kesehatan tradisional (tenaga kesehatan tradisional ramuan atau jamu,
tenaga kesehatan tradisional pengobat tradisional, dan tenaga kesehatan
tradisional interkontinental)
l. Tenaga kesehatan lain yang ditetapkan Menteri
Tenaga Kesehatan/SDM RS
UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 12
(1) Persyaratan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 Ayat (1) yaitu Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi
tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga
kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga
nonkesehatan.
(2) Jumlah dan jenis sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) harus sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit.
(3) Rumah Sakit harus memiliki data ketenagaan yang melakukan praktik
atau pekerjaan dalam penyelenggaraan Rumah Sakit.
(4) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga tidak tetap dan konsultan
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangan.
Tenaga Kesehatan
UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 13
(1) Tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit wajib
memiliki Surat Izin Praktik sesuai dengan ketentuan peraturan perun-
dang-undangan.
(2) Tenaga kesehatan tertentu yang bekerja di Rumah Sakit wajib memiliki
izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak
pasien, dan mengutamakan keselamatan pasien.
(4) Ketentuan mengenai tenaga medis dan tenaga kesehatan sebagaimana
dimaksud pada Ayat (1) dan Ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tenaga Kesehatan
UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, Pasal 14
(1) Rumah Sakit dapat mempekerjakan tenaga kesehatan asing sesuai
dengan kebutuhan pelayanan.
(2) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) hanya dilakukan dengan mempertimbangkan
kepentingan alih teknologi dan ilmu pengetahuan serta ketersediaan
tenaga kesehatan setempat.
(3) Pendayagunaan tenaga kesehatan asing sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) hanya dilakukan bagi tenaga kesehatan asing yang
telah memiliki Surat Tanda Registrasi dan Surat Izin Praktik.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tenaga kesehatan
asing pada Ayat (1), Ayat (2), dan Ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
THANK YOU...

Anda mungkin juga menyukai