Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku sehingga
menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari. Gangguan jiwa meskipun
tidak menyebabkan kematian secara langsung tetapi menimbulkan penderitaan yang
mendalam bagi individu serta beban berat bagi keluarga (Mary C. Townsend, 2002).
Gangguan jiwa berat adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh terganggunya kemampuan
menilai realitas atau tilikan (insight) yang buruk. Gejala yang menyertai gangguan ini
antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan berpikir,
serta tingkah laku aneh, misalnya agresivitas atau katatonik.
Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis
adalah skizofrenia (Riskesdas 2013). Prevalensi gangguan jiwa di dunia pada tahun 2014
diperkirakan mencapai 516 juta jiwa (WHO, 2015). Prevalensi gangguan jiwa di
Indonesia berdasar data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) tahun 2013 sebesar 1,7
per mil. Prevalensi gangguan jiwa di Kalimantan Barat sebesar 0,7 per mil.
Gangguan jiwa dapat berupa depresi, gangguan afektif bipolar, dimensia, cacat
intelektual, gangguan perkembangan termasuk autisme, dan skizofrenia (WHO, 2015).
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang jumlahnya selalu meningkat setiap
tahun (WHO, 2015). Skizofrenia ditandai dengan pikiran yang tidak koheren atau pikiran
yang tidak logis, perilaku dan pembicaraan yang aneh, delusi dan halusinasi (APA, 2015).
Halusinasi merupakan persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart, 2005).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan
Barat diperoleh data pasien yang mengalami halusinasi tahun 2014 berjumlah 5.854 orang
(61,97%) dari 9.447 orang, pada tahun 2015 meningkat menjadi 5.934 orang (62,56%)
dari 9.485 orang, dan data sampai September 2016 pasien halusinasi berjumlah 4.873
orang (72,79%) dari 6.694 orang.
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang
menimbulkannya atau tidak ada obyek (Sunaryo, 2004). Halusinasi adalah satu persepsi
yang salah oleh panca indera tanpa adanya rangsang (stimulus) eksternal (Cook &
Fontain, 2007). Halusinasi pendengaran merupakan bentuk yang paling sering dari
gangguan persepsi pada pasien dengan gangguan jiwa (schizoprenia). Bentuk halusinasi
ini bisa berupa suara suara bising atau mendengung. Tetapi paling sering berupa kata
kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku pasien,
sehingga pasien menghasilkan respons tertentu seperti : bicara sendiri, bertengkar atau
respons lain yang membahayakan. Bisa juga pasien bersikap mendengarkan suara
halusinasi tersebut dengan mendengarkan penuh perhatian pada orang lain yang tidak
bicara atau pada benda mati.
Gangguan jiwa dipandang sebagai kerasukan setan, hukuman karena pelanggaran
sosial atau agama, kurang minat atau semangat, dan pelanggaran norma sosial. Penderita
gangguan jiwa dianiaya, dihukum, dijauhi, diejek, dan dikucilkan dari masyarakat.
Sampai abad ke-19, penderita gangguan jiwa dinyatakan tidak dapat disembuhkan dan
dibelenggu dalam penjara tanpa diberi makanan, tempat berteduh, atau makanan yang
cukup. American Psychiathric Association mendefinisikan gangguan jiwa sebagai suatu
sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang terjadi pada
seseorang dan dikaitkan dengan adanya disstress atau disabilitas (kerusakan pada satu
atau lebih fungsi area penting) atau disertai peningkatan resiko kematian yang
menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan kebebasan (Sheila, 2008).
Kebutuhan keselamatan dan keamanan tidak akan terpenuhi apabila pasien
mengalami kecemasan, oleh karena itu perawat sebagai tenaga kesehatan profesional
yang dalam tugas pokoknya adalah memenuhi kebutuhan dasar pasien, harus mampu
memahami respon dan bersikap secara profesional dalam menangani masalah kecemasan
yang terjadi pada pasien karena perawat merupakan tenaga profesional terbesar dalam
struktur ketenagaan rumah sakit. Sebagian berupa tindakan keperawatan untuk menangani
masalah kecemasan pasien dapat berupa tindakan (Potter & Perry 2005).
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
persepsi sensori; halusinasi karena jika halusinasi tidak teratasi akan menimbulkan resiko
perilaku kekerasan yang membahayakan individu dan orang lain.

2. Tujuan Penulisan
A. Tujuan umum
Melaporkan studi kasus tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan keamanan
pada Nn. N dengan halusinasi di bangsal Mawar RSJ Provinsi Kalbar.
B. Tujuan khusus
1) Penulis mampu melakukan Pengkajian pemenuhan kebutuhan keamanan pada
Nn. N dengan halusinasi
2) Penulis mampu merumuskan Diagnosa Keperawatan pemenuhan kebutuhan
keamanan pada Nn. N dengan halusinasi
3) Penulis mampu menyusun Rencana Asuhan Keperawatan pemenuhan
kebutuhan keamanan pada Nn. N dengan halusinasi
4) Penulis mampu melakukan Implementasi pemenuhan kebutuhan keamanan
pada Nn. N dengan halusinasi
5) Penulis mampu melakukan Evaluasi pemenuhan kebutuhan keamanan pada
Nn. N dengan halusinasi
6) Penulis mampu dapat melakukan Analisa pemenuhan kebutuhan keamanan
pada Nn. N dengan halusinasi

3. Ruang Lingkup
Dalam rang lingkup ini, kelompok hanya membahas pada klian Nn. N dengan
asuhan keperawatan perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran dan penglihatan.

4. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan : Terdiri dari latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus,
ruang lingkup dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka : a. Konsep teori masalah utama
Berisikan tentang penyusunan teori-teori medis, ilmu
keperawatan yang berhubungan dengan perubahan
persepsi sensori yang dimiliki pengertian tentang
respon, penyebab, gejala dan komplikaksi.
b. Konsep keperawatan
Berisikan tentang uraian pengkajian data dasar,
pohon masalah ( teori ) masalah keperawatan ( teori
), analisa data, diagnosa keperawatan.
Bab III Asuhan Keperawatan : Dalam bab ini berisikan pengkajian pada klien, pohon
masalah pada klien, masalah keperawatan klien,
analisa data pada klien,,diagnosa keperawatan pada
klien dan strategi pelaksanaan tindakan pada klien,
evaluasi keperawatan pada klien.
Bab IV Pembahasan : Bab ini berisikan tentang perbandinngan antara teori
medis
dan teori keperawatan dengan praktek pelaksanaan
tindakan keperawatan pada klien sehingga dapat
ditemukan kesenjangan antara teori dengan masalah
yang nyata pada klien.
Bab V Penutup : Yang mencakup kesimpulan dan saran-saran yang
dapat
diberikan oleh penulis setelah melakukan asuhan
keperawatan pada klien perubahan persepsi sensori ,
baik itu untuk penulis, institusi Rumah Sakit Jiwa
Provinsi Kalimantan Barat.

Anda mungkin juga menyukai