Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah ruang di perkotaan (urban space) pada dasarnya memiliki
karakteristik yang berbeda berdasarkan aktivitas yang berlangsung di dalamnya.
Berbeda dengan sebuah tempat atau place yang idealnya dirancang agar memiliki
daya tarik untuk dikunjungi sebagai bagian dari ruang. Publik sebagai pengguna
ruang memiliki rasa yang mempengaruhi keinginannya untuk menggunakan
ruang di perkotaan. Pengguna ruang tersebut memberikan kontribusi terbesar
dalam menilai sukses tidaknya sebuah tempat dalam ruang perkotaan. Untuk
menunjang ruang publik sebagai destinasi yang memiliki fungsi serta aktivitas
yang menonjol perlu didukung dengan fasilitas penunjang agar dapat menjadi
sebuah tempat yang menarik sehingga dapat memberi kesan dalam rasa yang
dimiliki publik untuk menilai tempat yang dikunjunginya.
Ruang perkotaan juga memiliki sifat baik yang dapat diakses secara bebas
oleh publik maupun yang bersifat privat. Menurut bentuk dan aktivitas yang
terjadi pada urban space, Lynch (1987) mengkatagorikan menjadi dua, yaitu
lapangan (squere) dan jalur/jalan (the street). Ruang kota, baik berupa lapangan
maupun koridor/jaringan, merupakan salah satu elemen rancang kota yang sangat
penting dalam pengendalian kualitas lingkungan ekologis dan sosial (Shirvani,
1985). Namun pada kenyataannya, dewasa ini kualitas urban space semakin
menurun akibat kurangnya perhatian pemerintah maupun masyarakat dalam
merencanakan dan melestarikan konsep ruang publik kota yang nyaman.
Kualitas ruang publik Kota Makassar dilihat dari tingkat kinerja secara
keseluruhan memiliki persentase kurang dari 100% (Darwis, 2015). Masyarakat
menilai fasilitas yang terdapat pada ruang publik masih jauh dari harapan
pengunjung. Adapun secara keseluruhan pengunjung masih merasa kurang pada
fasilitas seperti masih sulitnya akses jalan untuk orang berkebutuhan
khusus/lansia/anak-anak, kurangnya kuantitas maupun kualitas terhadap kondisi
tanaman hias, partisipasi pengunjung dalam menjaga kebersihan yang kurang
sehingga sampah tercecer dibeberapa sudut di ruang terbuka publik, buruknya
kondisi lampu penerangan, kondisi tempat bermain anak yang dinilai belum

1
tersedia secara baik, kondisi toilet umum yang tidak terawat dan keberadaan
fasilitas olahraga belum sesuai dengan harapan masyarakat sehingga dibutuhkan
pengadaan maupun peningkatan terhadap fasilitas-fasilitas tersebut (Darwis,
2015).
Anjungan Pantai Losari, Benteng Fort Rotterdam, dan Lapangan Karebosi
merupakan tiga dari berbagai jenis ruang publik yang ada di Kota Makassar. Tiga
ruang publik ini menjadi ruang publik yang paling banyak diminati masyarakat
lokasi serta wisatawan. Penilaian publik terhadap kesan yang dirasakannya selama
berada dalam kawasan ini dapat mendukung untuk menciptakan destinasi yang
dibutuhkan dalam sebuah kota. Melihat masih rendahnya kualitas ruang publik di
Kota Makassar berdasarkan persepsi pengunjung, maka diperlukan upaya yang
dapat meningkatkan kualitas ruangnya sehingga dapat menjadi sebuah place yang
berkualitas.
Inovasi penataan sebuah place yang telah berkembang sejak tahun 1960-an
merumuskan sebuah ide Project for Public Space dalam konsep Place Making
telah menciptakan kawasan-kawasan yang menarik untuk menghasilkan sebuah
ruang publik yang sukses. Empat pilar utama dalam konsep ini yaitu sosiabilitas,
aktivitas, akses, dan image menjadi sebuah dasar ukuran penilaian untuk
menciptakan kawasan yang menarik. Atas dasar itulah sehingga penulis tertarik
untuk menerapkan konsep Place Making di ruang publik Kota Makassar dalam
memberikan solusi guna meningkatkan kualitas ruang publik. Sehingga
diharapkan tulisan ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan
sebuah ruang publik kota berkualitas dalam hal memiliki sense sehingga
meningkatkan daya tarik dan menjadi sebuah kawasan dengan aktivitas ekonomi
dan sosial yang mendukung prinsip layak huni dan berkelanjutan.

B. Pertanyaan Penelitian
Untuk menjabarkan arahan konsep peningkatan kualitas public space di Kota
Makassar berdasarkan latar belakang yang sebelumnya telah disebutkan, maka
terlebih daluhu dilakukan penelitian untuk melihat priorita dari masing-masing
elemen ruang publik. Kemudian arahan peningkatan kualitas ruang publik Kota

2
Makassar dapat disesuaikan dengan kebutuhan prirotas dari masing-masing
elemen. Adapun pertanyaan penelitian dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Bagaimana kualitas ruang publik di Kota Makassar ?
2. Bagaimana prioritas elemen ruang publik berdasarkan prinsip Place Making
terhadap kualitas ruang publik Kota Makassar ?
3. Bagaimana arahan peningkatan kualitas ruang publik Kota Makassar
berdasarkan prinsip-prinsip Place Making ?

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas ruang publik dengan
pendekatan pada prinsip-prinsip Place Making. Sehingga dari beberapa aspek
diharapkan dapat berdampak pada peningkatan daya tarik kawasan yang juga
dapat berpengaruh pada peningkatan kuantitas pengunjung, peningkatan
pendapatan pedagang, serta peningkatan sumber pendapatan daerah dari kawasan
ruang publik. Maka untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan proses berupa
penelitian dengan menjawab pertanyaan penelitian yaitu :
1. Mengidentifikasi kualitas ruang publik Kota Makassar
2. Mengidentifikasi priotritas elemen ruang publik terhadap kualitas ruang
publik Kota Makassar
3. Merumuskan arahan peningkatan kualitas ruang publik Kota Makassar yang
mengacu pada prinsip-prinsip Place Making.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dapat tercapai sebagai bagian dari tujuan
dilakukan penelitian yaitu antara lain :
1. Bagi bidang ilmu PWK, sebagai bahan pembelajaran dan pengalaman
mengenai penentuan konsep penataan kawasan khususnya kawasan
komersial.
2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, sebagai masukan untuk
pengembangan peningkatan kualitas ruang menjadi sebuah kawasan yang
memiliki daya tarik.

3
3. Bagi pihak lain, sebagai ilmu pengetahuan yang memberikan informasi
inovasi penataan kawasan komersial sebagai salah satu bagian dari ruang
publik.
E. Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian yang merupakan batasan sebagai acuan dalam tulisan ini
mencakup lokasi penelitian dan lingkup substansial yang merupakan landasan
materi utama. Berikut penjabaran dari batasan wilayah dan substansial tulisan ini.
1. Batasan Wilayah
Lokasi penelitian dalam tulisan ini adalah ruang publik Anjungan Pantai
Losari, Benteng Fort Rotterdam, dan Lapangan Karebosi. Dasar pemilihan
lokasi ini yaitu berdasarkan tipologinya, ketiga ruang publik ini dapat
mewakili jenis ruang publik di Kota Makassar. Serta dilihat pula dari jumlah
pengunjung dari tiga lokasi ini memiliki kuantitas lebih besar dibandingkan
dengan ruang publik lainnya di Kota Makassar.

2. Batasan Substansial
Materi utama dalam penelitian ini mencakup komponen serta prinsip
utama yang digunakan dalam menata sebuah kawasan berdasarkan konsep
place making. Dimana konsep tersebut mendukung empat pilar utama
penataan sebuah kawasan yang terdiri dari sosiabilitas, aktivitas, akses, dan
image. Ditunjang dengan teori-teori yang mendukung peningkatan kualitas
public space berdasarkan dari desain tak terukur dan desain tak terukur serta
kebutuhan masyarakat dari setiap elemennya.
Selanjutnya teknik Analitycal Hirarchy Process (AHP) digunakan untuk
menganalisis prioritas kebutuhan penataan kawasan. Metode analisis ini
dipilih sebagai metode pengambilan keputusan untuk menghindari
subjektivitas dalam melakukan arahan. Data yang dianalisis merupakan hasil
dari pengumpulan data kuisioner yang diberikan pada pihak-pihak ahli dan
dikung dengan data dari penelitian sebelumnya serta kesenjangan kualitas
dari setiap elemen yang dibahas.

4
Gambar 1.1. Lokasi Penelitian
Sumber : Diolah pada Arcmap 10.4

5
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tulisan ini, disusun sebagai berikut :
1. Bab Pertama Pendahuluan, berisi mengenai latar belakang yang berisikan
latar belakang dilakukannya penelitian sehingga dirumuskan tujuan serta
manfaat yang diharapkan dapat diperoleh pada tulisan.
2. Bab Kedua Kajian Teori, diuraikan teori-teori yang dapat mendukung
dalam menjawab rumusan masalah terkait dengan bagaimana kebutuhan
penataan public space. Didukung dengan studi literatur dari penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya untuk menemukan variabel
dalam melakukan analisis dan pembahasan pada tulisan ini.
3. Bab Ketiga Metode Analisis Penelitian, berisi bagaimana penulis
melakukan analisis dan pembahasan serta dalam menyusun arahan yang
akan diterapkan. Susunan mengenai data-data apa saja yang dibutuhkan
untuk mengidentifikasi permasalahan serta karakteristik lokasi studi serta
teknik yang digunakan dalam melakukan analisis dan perencanaan
sehingga menghasilkan output.
4. Bab Keempat Gambaran Umum, berisi tentang gambaran umum lokasi,
dan karakteristik spasial lokasi penelitian.
5. Bab Kelima Analisis dan Pembahasan, menguraikan hasil yang diperoleh
dari pengumpulan data-data yang diperlukan yang kemudian dilakukan
pengolahan untuk dapat diidentifikasi dan dianalisis. Sehingga rumusan
masalah pada poin pertama dan poin kedua akan terjawab pada bab ini.
6. Bab Keenam Konsep Arahan, setelah memperoleh ahsil analisis
didilanjutkan dengan menjawab rumusan masalah tiga yaitu arahan untuk
meningkatkan kualitas ruang publik Kota Makassar.
7. Bab Ketujuh Penutup, berisi kesimpulan yang dari hasil pembahasan
berdasarkan rumusan masalah yang terdapat pada bab pendahuluan.
Terdapat pula saran bagi pihak-pihak yang diharapkan dapat memberi
pengaruh dalam mewujudkan tujuan serta manfaat dari tulisan ini.
8. Daftar Pustaka, berisi sumber kajian literatur, daftar tabel, daftar foto,
daftar diagram, dan daftar grafik.

Anda mungkin juga menyukai