Anda di halaman 1dari 16

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kota Makassar pada ruang publik Anjungan Pantai
Losari, Benteng Fort Rotterdam, dan Lapangan Karebosi yang secara administrasi
terletak pada Kecamatan Ujung Pandang. Ruang publik yang dipilih merupakan
ruang publik dengan kuantitas pengunjung terbesar. Pemilihan lokasi ini
didasarkan atas tipologi ruang publik yang telah dapat mewakili jenis ruang publik
lainnya yang ada di Kota Makassar. Adapun pembahasan mengenai gambaran
umum lokasi penelitian dibahas pada bab gambaran umum. Lokasi penelitian
dapat dilihat pada peta Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Studi Ruang Publik Kota Makassar

30
B. Objek dan Sampel
1. Objek
Objek penelitian merupakan bagian dari populasi yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Objek dalam penelitian ini
berfokus pada kualitas dari tiga jenis ruang publik Kota Makassar yaitu Anjungan
Pantai Losari, Benteng Fort Rotterdam, dan Lapangan Karebosi.
2. Sampel
Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan yaitu nonprobability
sampling. Dengan menggunakan teknik tersebut, pengambilan sampel
berdasarkan puposive sampling yaitu kepada pengunjung ruang publik
berdasarkan usia yang ditentukan oleh peneliti serta accidental sampling yaitu
kepada pengunjung yang kebetulan bertemu saat peneliti melakukan
pengumpulan data.
Peneliti memilih sampel pengunjung ruang publik dengan sikap objektif untuk
melihat jenis kegiatan yang dilakukan pengunjung di ruang publik serta jenis
kegiatan yang ingin dilakukan pengunjung. Pengambilan sampel dilakukan secara
objektif yaitu jika penarikan sampel dilakukan oleh orang lain akan diperoleh hasil
yang tidak jauh berbeda dengan penarikan sampel sebelumnya dalam menduga
sifat atau ciri populasinya. Artinya bila pengambilan sampel dilakukan secara
berulang-ulang terhadap populasi yang sama hasilnya tetap terkendali dalam arti
tetap menggambarkan sifat atau ciri dari populasinya, walaupun hasilnya tidak
persis antara yang satu dengan yang lainnya.
Jumlah sampel pengunjung ruang publik yang diambil yaitu sebanyak 90
responden yang masing-masing 30 responden pada setiap lokasi ruang publik.
Karena pengambilan sampel dilakukan secara objektif, maka dengan jumlah
sampel tersebut, jika peneliti telah menemukan ciri jawaban yang cenderung sama
dari kuisioner yang diisi oleh pengunjung, maka peneliti tidak melanjutkan
penambahan jumlah sampel. Adapun jumlah 30 yang ditentukan oleh peneliti
dengan landasan bahwa pada tabel-tabel perhitungan statistik, dengan n=30 atau
dengan jumlah sampel sebanyak 30, tingkat ketelitian yang terbentuk mendekati
asumsi terdistribusi normal.

31
C. Jenis Penelitian
Konsep Place Making dalam peningkatan kualitas ruang publik Kota
Makassar merupakan jenis penelitian terapan. Penelitian terapan merupakan
penelitian yang dikerjakan dengan maksud untuk menerapkan, menguji, dan
mengevaluasi kemampuan suatu teori yang diterapakan dalam pemecahan
permasalahan praktis. Menurut Jujun S. Sumantri (1985) dalam Nazir (1988)
penelitian terapan merupakan penelitian yang bertujuan untuk memecahkan
masalah-masalah praktis. Penelitian terapan dapat diartikan sebagai penyelidikan
yang hati-hati, sistematik, dan terus menerus terhadap suatu masalah dengan
tujuan untuk digunakan dengan segera untuk keperluan tertentu (Nazir, 1988).
Charters (1925) dalam Nazir (1988) mengemukakan bahwa terdapat langkah-
langkah dalam melaksanakan penelitian terapan, yakni:
1. Sesuatu yang sedang diperlukan, dipelajari, diukur, dan diperiksa
kelemahannya
2. Satu dari kelemahan-kelemahan yang diperoleh, dipilih untuk penelitian
3. Biasanya dilakukan pemecahan dalam laboratorium
4. Kemudian dilakukan modifikasi sehingga penyelesaian dapat dilakukan
untuk diterapkan
5. Pemecahannya dipertahankan dan menempatkannya dalam suatu kesatuan
sehingga ia menjadi bagian yang permanen dari satu sistem.
Dengan melihat karakteristik tersebut, penelitian ini merupakan penelitian
yang menerapkan prinsip-prinsip Place Making sebagai salah satu upaya yang
digunakan untuk meningkatkan kualitas ruang publik. Penerapkan prinsip-prinsip
Place Making digunakan karena dinilai telah mampu menghasilkan ruang publik
yang berkualitas oleh berbagaii peneliti dan perencana. Adapun tahap-tahap yang
dilaklukan dalam penelitian ini yaitu:
1. Mengukur kualitas ruang publik Kota Makassar
2. Kualitas diukur berdasarkan elemen-elemen pada prinsip Place Making
3. Melihat prioritas dari tiap elemen untuk ditingkatkan kualitasnya
4. Merekomendasikan arahan-arahan dari tiap elemen prioritas berdasarkan
prinsip Place Making

32
D. Jenis dan Metode Pengambilan Data
Berdasarkan tujuan penelitian, terdapat dua jenis data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder :
1. Data primer
Data primer merupakan data/informasi yang diperoleh secara langsung di
lapangan dengan melakukan observasi, dokumentasi, serta wawancara yang
berhubungan dengan variabel penelitian. Adapun data primer dalam penelitian ini
dikumpulkan dengan dua metode yang terdiri dari:
a) Observasi
Observasi dilakukan pada lokasi studi yaitu ruang publik Kota Makassar
dengan pengambilan data yang terdiri dari:
1) Jenis aktivitas di ruang publik Kota Makassar
2) Aksesibilitas lokasi studi
3) Ketersedian sarana dan prasarana penunjang ruang publik
4) Rata-rata jumlah pengguna ruang dengan melihat jumlah kendaraan yang
parkir
5) Kegiatan sosial di ruang publik
6) Intensitas penggunaan ruang
b) Kuisioner
Angket kuisioner diberikan kepada pngguna ruang publik. Hasil dari
pengumpulan data kuisioner diperlukan untuk melihat jenis kegiatan yang
dilakukan pengunjung serta jenis kegiatan yang diinginkan pengunjung
selama berada di ruang publik.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data hasil pengumpulan orang lain dengan maksud
tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan berupa
data ataupun dokumen dari pihak pemerintah sebagai penunjang perencanaan.
Data sekunder dalam perencanaan ini adalah :
1) Peta dasar lokasi penelitian
2) Peta arahan penataan lokasi penelitian.
3) Ketersedian sarana dan prasarana penunjang.
4) Peta pendukung

33
Selain data yang telah disebutkan, data sekunder dalam penelitian ini juga
terdiri dari studi pustaka yang bersumber dari jurnal, penelitian, artikel, ataupun
karya tulis yang memberi informasi mengenai elemen-ekemen ruang publik yang
berkualitas. Studi kasus juga diperlukan untuk mengamati ruang publik yang
berkualitas.

E. Teknik Analisis Data


Terdapat tiga teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Teknik Behavior mapping
Teknik ini bertujuan untuk menggambarkan perilaku dalam peta,
mengidentifikasikan jenis dan frekuensi perilaku, serta menunjukkan kaitan antara
perilaku tersebut dengan wujud perancangan yang spesifik. Pemetaan perilaku ini
dapat dilakukan secara langsung pada saat dan tempat dimana dilakukan
pengamatan kemudian berdasarkan catatan-catatan yang dilakukan (Haryadi 1995
: 72 75 dalam Adhitama 2013) Terdapat dua cara melakukan pemetaan perilaku
yakni:
a) Place-centered mapping
Digunakan untuk mengetahui bagaimana manusia atau sekelompok
manusia memanfaatkan, menggunakan dan mengakomodasikan
perilakunya dalam suatu waktu di tempat tertentu. Langkah-langkah yang
harus dilakukan di teknik ini adalah: 1. Membuat persebaran jenis aktifitas
2. Membuat kelompok pelaku kegiatan 3 .Membuat kelompok setting waktu
dengan jenis kegiatan dan pelakunya.
b) Person-centered mapping
Menekankan di pergerakan manusia di periode waktu tcrtentu dan
kecenderungan dilapangan, hal ini dikaitkan dengan aktifitas perilaku
terhadap setting fisik : 1. Menentukan jenis sampel individu yang akan
diamati 2. Menentukan waktu pengamatan (pagi, siang, malam) 3.
Mengamati aktivitas yang dilakukan dari masing-masing satu individu 4.
Mencatat aktivitas sampel individu yang diamati dalam matrix 5. Membuat
alur sirkulasi sampel individu di area yang diamati

34
Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi permasalahan di waktu
observasi dilakukan katagorisasi yaitu :
1). Untuk waktu pengamatan dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
a) Periode 1 : pukul 05.00 10.00 ( Pagi )
b) Periode 2 : pukul 10.01 14.00 ( Siang )
c) Periode 3 : pukul 14.01 18.00 ( Sore )
d) Periode 4 : pukul 18.01 22.00 ( Malam )
2). Untuk hari pengamatan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
a) Hari Senin Jumat ( hari kerja )
b) Hari Sabtu Minggu ( hari libur )
Teknik analisis ini digunakan untuk menemukan indeks keberhasilan ruang
publik. Dengan didapatkan indeks dengan skala 0 100% dalam hal
pemanfaatan ruang publik. Masing-masing variabel memiliki interpretasi yang
sama dimana nilai mendekati 100% bersifat positif, dengan demikian nilai
minimun adalah 0 dan nilai maksimum adalah 100%. Adapaun persamaan
yang digunakan untuk mendapatkan nilai indeks tersebut dibedakan berdasarkan
kebutuhan variabel antara lain :
1) Intensity of Use (IU)
Untuk mengukur Intensity Of Use dapat digunakan dengan dua cara. Cara
pertama yaitu yang pertama membagi jumlah rata-rata orang yang terlihat
dengan jumlah terbanyak dari rata-rata orang yang terlihat.

= x 100%

2) Importance Performance Analysis


Teknik analisis ini digunakan untuk mengetahui peforma kualitas ruang
publik yaitu dengan cara menghitung tingkat kesesuaiannya yang diperoleh
dengan melihat kesenjangan antara skor tingkat kepentingan atribut dan
kepuasan pengunjung. Dengan melihat karakteristik metode, maka penulis
mengguanakan metode ini untuk mengukur kualitas ruang publik Kota
Makasar. Adapun penggunaan metode ini yaitu mengukur tingkat kesesuaian
untuk melihat kualitasnya dengan langkah-langkah sebagai berikut :

35
1. Menentukan bobot dari masing-masing atribut yang akan dinilai
2. Memberi nilai dari masing-masing atribut ruang publik berdasarkan
kondisi yang ada.
3. Menemukan tingat kesesuaian dengan rumus :

= 100%

Keterangan :
TK = Tingkat kesesuaian
X = Skor penilaian kinerja (Performance)
Y = Bobot dari masing-masing atribut (Importance)
Dengan menggunakan skala yang sama seperti sebelumnya, maka akan
didapatkan indeks dengan skala 0 100%. Masing-masing variabel memiliki
interpretasi yang sama dimana nilai mendekati 100% bersifat positif, dengan
demikian nilai minimun adalah 0 dan nilai maksimum adalah 100%.

2. Analytical Hirarcy Process


Metode Analytical Hirarchy Process (AHP) ditemukan oleh Thomas L. Saaty
pada tahun 1970 digunakan untuk menyelesaikan masalah multikriteria yang
kompleks menjadi suatu hirarki. Metode ini dikenal menjadi salah satu metode
pengambilan keputusan sehingga penulis menggunakan metode ini untuk melihat
prioritas dari tiap elemen ruang publik. Tiga prinsip yang harus diperhatikan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan dengan metode AHP, yaitu : decomposition,
comparative judgement, idan logical consistency.
a) Decomposition; adalah memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur
yang saling berhubungan dalam bentuk struktur hirarki seperti tampat pada
gambar berikut.
b) Comparative Judgement
Dilakukan dengan memberikan penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitanyya dengan tingkatan di
atasnya, untuk memberikan urutan prioritas dari elemen-elemennya. Hasil
penilaian ini akan lebih mudah disajikan dalam bentuk matriks pairwaise,
Saaty(1980) menetapkan skala kuantitatif 1 sampai dengan 9 untuk menilai
perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lain.

36
Tabel 3.1. Skala penilaian comparative judgement
Nilai Keterangan
1 Kedua elemen sama penting
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari elemen yang
lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting dari elemen yang lainnya
7 Elemen yang satu sangat penting dari elemen yang lainnya
9 Satu elemen mutlak lebih penting dari elemen yang lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan

c) Logical Consistency
Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah bahwa objek-objek
yang serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek
yang didasarkan pada kriteria tertentu. Adapun dalam penelitian ini terdapat
empat komponen yang menjadi acuan berdasarkan prinsip-prinsip Place
Making. Dimana tiap komponen terdiri dari elemen-elemen yang menjadi
kriteria penilaian oleh pihak ahli. Empat komponen tersebut terdiri dari
aktivitas, aksesibilitas, kenyamanan, dan sosiabilitas. Masing-masing
elemennya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.2. Objek penialian elemen ruang publik
No Komponen Kriteria
Aktivitas pagi hari
Aktivitas siang hari
Aktivitas sore hari
Aktivitas malam hari
1. Aktivitas
Aktivitas pagi hari
Aktivitas siang hari
Aktivitas sore hari
Aktivitas malam hari
Rute transportasi publik
Lajur kendaraan
Jalur penyebrangan jalan
Shelter
2. Aksesibilitas Jalur pedestrian
Lajur sepeda
Luas on street parking
Luas off street parking
Jalur disabilitas
Lampu penerangan
3. Kenyamanan Tempat duduk
Toilet umum

37
No Komponen Kriteria
Penghijauan
Landmark
Tempat sampah
Tempat berteduh
Peta/penunjuk lokasi
Patroli keamanan
Tempat kuliner
Assembly point
Sarana ibadah
4. Sosiabilitas
Pedagang kaki lima
Minimarket
Olahraga

Empat komponen dari prinsip-prinsip Place Making yang masing-masing


komponen terdiri dari elemen-elemen yang menjadi alternatif pilihan prioritas
untuk meningkatkan kualitas ruang publik. Adapun tahap yang dilakukan dengan
menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif.
2) Menyusun kriteria-kriteria ke dalam bentuk matriks berpasangan
3) Menjumlahkan matriks kolom
4) Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing
elemen kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom
5) Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris
hasil langkah ke-4 dan hasilnya dibagi dengan jumlah kriteria.
6) Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan dengan langkah sebagai
berikut:
Menghitung indeks konsistensi (CI) dengan rumus:


=
1

= indeks konsistensi
= nilai eiger terbesar dari matriks berordo n
= Jumlah kriteria
Nilai eiger terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah
kolom dengan vektor prioritas.
Menghitung Rasio Konsistensi (CR) dengan rumus:

=

38
Dimana nilai Random Index (RI) berdasarkan perhitungan Saaty, dapat
dilihat dari tabel dibawah ini.
Tabel 3.3. Nilai Random Index (RI)
N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

7) Menyusun matriks baris antara alternatif versus kriteria yang isinya hasil
perhitungan proses langkah 2 sampai dengan langkah 5.
8) Hasil akhirnya berupa prioritas global sebagai nilai yang digunakan oleh
pengambil keputusan berdasarkan skor yang tertinggi. Jika hasil perhitungan
rasio konsistensi kurang dari 0,1 maka penilaian dianggap konsisten dan
dapat diterima.

3. Rasionalistik Kualitatif
Setelah memperoleh hasil dari analisis IPA, maka digunakan pendekatan
rasionalistik kualitatif untuk merumuskan ide penataan yang sesuai pada ruang
publik Kawasan Karebosi. Ide yang dipaparkan secara rasionalistik
berdasarkan prioritas kebutuhan serta kesesuaian penerapannya. Adapun
konsep Place Making menjadi acuan dalam menyusun ide penataan lokasi
studi.

F. Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2009:38). Berdasarkan hasil telaah studi
pustaka dan penelitian terdahulu, maka penulis merumuskan variabel yang akan
dianalisis.
Variabel yang digunakan dalam penelitian mengacu pada kebutuhan prinsip-
prinsip Place Making yang terdiri dari empat komponen yaitu aktivitas,
aksesibilitas, kenyamanan, dan sosibilitas. Berdasarkan tujuan dari penelitian ini,
maka yang menjadi variabel terikat merupakan kualitas ruang publik yang diukur
dari empat komponen yang telah disebutkan. Adapun variabel bebasnya adalah
elemen-elemen ruang publik yang juga berdasarkan dari empat komponen tersebut.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.4.

39
Tabel 3.4. Variabel dan Kebutuhan Data Penelitian

No. Tujuan Variabel Input Kebutuhan Data Sumber Data Metode Analisis Output

1. Jumlah pengguna per periode


Observasi
Aktivitas waktu
langsung
2. Jumlah jenis kegiatan

1. Jumlah lajur kendaraan Observasi


2. Lebar side walk langsung
Aksesibilitas 3. Luas parkir dan
4. Konektivitas transportasi publik Digitasi peta
5. Ketersediaan halte citra

1. Jumlah lampu penerangan 1. Behavior


Mengidentifikasi
2. Jumlah tempat duduk Mapping Indeks kualitas
kualitas Ruang
1. 3. Jumlah toilet umum Observasi 2. Importance ruang publik Kota
Publik Kota
4. Luas penghijauan langsung Performance Makassar
Makassar
Kenyamanan 5. Jumlah landmark dan Analysis
6. Jumlah tempat sampah Digitasi peta
7. Jumlah tempat berteduh citra
8. Jumlah peta/penunjuk lokasi
9. Jumlah patroli keamanan

1. Jumlah tempat kuliner, Observasi


2. Jumlah assembly point langsung
Sosiabilitas 3. Jumlah sarana ibadah dan
4. Jumlah pedagang asongan Digitasi peta
5. Jumlah minimarket citra

40
No. Tujuan Variabel Input Kebutuhan Data Sumber Data Metode Analisis Output
1. Jenis kegiatan yang diinginkan
Pengunjung
2. Prioritas jenis aktivitas menurut
Aktivitas
para ahli
3. Kesenjangan kualitas tiap
elemen aktivitas
1. Jenis kegiatan yang diinginkan
Pengunjung
2. Prioritas jenis aktivitas menurut
Mengidentifikasi Aksesibilitas
para ahli
prioritas elemen 1. Observasi
3. Kesenjangan kualitas tiap
prinsip Place langsung Prioritas kebutuhan
elemen aktivitas Analytical
2. Making terhadap 2. Kuisioner elemen ruang publik
1. Jenis kegiatan yang diinginkan Hirarhcy Process
kualitas ruang 3. Penelitian Kota Makassar
Pengunjung
publik Kota terdahulu
Kenyamanan dan 2. Prioritas jenis aktivitas menurut
Makassar
Identitas para ahli
3. Kesenjangan kualitas tiap
elemen aktivitas
1. Jenis kegiatan yang diinginkan
Pengunjung
2. Prioritas jenis aktivitas menurut
Sosiabilitas
para ahli
3. Kesenjangan kualitas tiap
elemen aktivitas
Aktivitas
Merumuskan arahan
Hasil Analisis Rekomendasi arahan
3. peningkatan kualitas Aksesibilitas Prioritas elemen ruang publik
Tujuan Rasionalistik peningkatan kualitas
ruang publik berdasarkan prinsip-prinsip Place
Penelitian poin Kualitatif ruang publik Kota
berdasarkan prinsip Kenyamanan Making.
1 dan 2 Makassar
Place Making
Sosiabilitas
Sumber : Hasil Analisis Penulis, 2016

41
G. Defenisi Operasional
Tabel 3.5. Defenisi Operasional
Variabel Defenisi Operasional
Ruang yang diperuntukan untuk mewadahi berbagai jenis
Ruang Publik
kegiatan publik.
Konsep yang terdiri dari prinsip-prinsip untuk menciptakan
Place Making
sebuah ruang menjadi sebuah tempat yang menarik.
Indeks yang menunjukkan tingkat ruang publik yang berhasil
Kualitas Ruang diukur berdasarkan skor yang diperoleh dari perbandingan
Publik
bobot importance dan nilai performance.

Bobot Skala yang diberikan pada setiap elemen berdasarkan standar


Performance dan studi literatur serta ukuran terbaik dari setiap elemen.

Nilai Angka yang didapat berdasarkan kondisi nyata dari setiap


Importance elemen ruang publik yang mengacu pada bobot Performance.
Bagian dari aspek-aspek pada prinsip Place Making yang
Elemen
diperhatikan untuk menghasilkan ruang publik yang baik.
Aktivitas Kegiatan yang dilakukan pengunjung di ruang publik
Intensitas Banyaknya publik yang berkunjung pada ruang publik per
Penggunaan
periode waktu pada hari kerja dan hari libur.
Ruang
Karakteristik kegiatan yang dilakukan pengunjung di ruang
Jenis Kegiatan
publik
Kemudahan pencapaian ruang publik yang didukung dengan
Aksesibilitas
sarana prasarana transportasi
Kenyamanan Kesan yang dinilai oleh publik selama berada di ruang publik
Sosiabilitas Kegiatan yang melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih
Tingkat kepentingan dari sebuah elemen yang perlu
Prioritas
diperhatikan kualitasnya
Persepsi Penilaian yang dilakukan pengunjung ruang publik
Pengunjung
Pihak-pihak Orang-orang yang dianggap memiliki pengalaman serta
Ahli pengetahuan lebih dalam tentang ruang publik

Kesenjangan Selisih antara nilai performance dengan bobot importance pada


Kualitas setiap elemen

42
Variabel Defenisi Operasional
Rute Banyaknya pilihan rute trasnportasi publik yang melewati
transportasi
ruang publik
publik
Akses Jumlah lajur yang dilalui kendaraan bermotor
Jalur Fasilitas yang diperuntukkan untuk melintasi jalur kendaraan
penyebrangan
bermotor
jalan
Shelter Fasilitas transit bagi kendaraan umum
Fasilitas bagi pejalan kaki berupa jalur khusus yang aman dari
Side Walk kendaraan bermotor serta dilengkapi dengan tempat duduk dan
Pedagang Kaki Lima
Lajur yang disediakan untuk pengguna kendaraan tidak
Lajur sepeda
bermotor

On street Ruang manfaat jalan yang bisa digunakan untuk parkir


parking kendaraan
Off street Ruang yang disediakan khusus untuk parkir kendaraan
parking
Fasilitas yang disediakan untuk mewadahi orang yang
Jalur disabilitas
berkebutuhan khusus (disabilitas) untuk melakukan pergerakan
Lampu Fasilitas penerangan di ruang publik
penerangan
Fasilitas yang nyaman dan jumlahnya banyak digunakan untuk
Tempat duduk
beristirahat
Fasilitas yang disediakan untuk mewadahi kebutuhan publik
Toilet umum
dalam hal sanitasi.
Penghijauan Pohon atau taman yang berfungsi sebagai penyejuk
Sebuah penanda yang dapat memberi kesan dan menjadi
Landmark
identitas ruang publik
Wadah yang disediakan untuk membuang sampah dengan
Tempat sampah
terpilah sesuai jenisnya.

Tempat Fasilitas yang digunakan untuk berteduh dari hujan dan panas
berteduh matahari

Peta/penunjuk Papan informasi atau signage yang memberikan informasi bagi


lokasi pengunjung

43
Variabel Defenisi Operasional
Patroli Aparat yang bertugas menjaga keamanan ruang publik
keamanan
Restaurant atau rumah makam yang menyajikan makanan khas
Tempat kuliner
lokal maupun interlokal
Lokasi yang bisa digunakan pengunjung ruang publik sebagai
Assembly point
titik bertemu
Bangunan yang digunakan untuk kebutuhan rohani pengunjung
Sarana ibadah
rung publik

Pedagang kaki Pedagang infromal yang menyediakan dagangan 1 jenis atau


lima yang variasinya minim
Minimarket Ritel modern dengan ukuran bangunan yang kecil
Kegiatan kebugaran di ruang publik yang dilengkapi fasilitas
Olahraga
untuk semua kelompok usia dan jenis kelamin.

44
45

Anda mungkin juga menyukai