Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang
tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada pria (peringkat kedua setelah kanker prostat)
dan 19% pada wanita (peringkat ketiga setelah kanker payudara dan kanker kolorektal)
(Ancuceanu and Victoria, 2004).

Faktor- faktor risiko kanker paru yaitu merokok, terpapar asbestos, riwayat adanya
penyakit paru interstisial, terpapar zat beracun (nikel, kromium, klorometil eter), terpapar uranium
atau radon, dan infeksi HIV (Sat Sharma, 2009). Dari semua faktor risiko diatas, merokok adalah
penyebab utama terjadinya kanker paru pada 80-90% kasus kanker paru meskipun hanya 10-15%
perokok terserang kanker paru (Kopper and Timar, 2005).

Dampak negatif konsumsi tembakau dan paparan terhadap asap tembakau yang telah
terbukti adalah penyakit kanker paru, kanker mulut dan organ lainnya, penyakit jantung dan
saluran pernapasan kronik. Rokok kretek mengandung tembakau sebanyak 60-70%. Ada selang
waktu 20-25 tahun di antara mulai merokok hingga mulai timbul penyakit. Akibatnya, dampak
negatif terjadi tanpa disadari. (WHO Indonesia & DepKes RI, 2003)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

2
Trakea di lokasi bifurkasio membelah menjadi dua, bronkus utama adalah sudut lancip, tonjolan
yang terbentuk dalam lumen trakea disebut karina. Bronkus utama bercabangkan bronkus lobaris
di kiri terdapat dua buah, di kanan tiga buah. Bronkus lobaris secara berturut turut bercabang
lagi menjadi bronkus segmentalis, bronkus segmentalis lebih lanjut bercabangkan bronkus kecil,
bronkiolus, hingga bronkiolus terminalis. Fungsi dari setiap level percabangan bronkus itu adalah
transmisi udara, berikutnya bercabangkan bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, sakus
alveolaris, dan alveoli yang berfungsi melewatkan udara dan pertukaran udara.

Definisi Kanker Paru

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus.
Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan
merusak sel - sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh massa
pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada massa prakanker disebut metaplasia skuamosa
yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.

Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Paru

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tetapi
paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan factor
penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain - lain
(Amin, 2006).

Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru :

a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari
seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi
dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya
berhenti merokok.

3
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap
rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker
paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang - orang yang tidak merokok, tetapi
mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok
pasif.

c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila
dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih
banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistic juga
menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat
sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
Hal ini,
sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah
cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar
lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan
pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.

d. Paparan zat karsinogen


Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik
hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru
di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat
umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau
orang tersebut juga merokok.

e. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit
ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen

4
dan gen - gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker.
Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen gen K-ras dan myc) dan
menonaktifkan gen gen penekanan tumor termasuk gen rb, p53, dan CDKN2).

F. Penyakit Paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi resiko
kanker paru.

Klasifikasi Kanker Paru

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru
sel tidak kecil (non small lung cancer, NSCLC). Termasuk di dalam golongan kanker paru sel
tidak kecil adalah epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.

Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologic kanker paru yang paling sering
ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia atau
displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahuluinya tumor paru. Karsinoma sel
skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter
tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar
getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma ini lebih sering terjadi pada laki-
laki dibandingkan pada perempuan.

Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan seluler seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mucus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang dikaitkan
dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke
pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala.

Karsinoma bronkoalveolus, dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi tumor


terbaru Dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel sel ini cenderung timbul

5
pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat
yang jauh.

Karsinoma sel kecil, umumnya tampak sebagai massa abu abu pucat yang terletak di sentral
dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan
mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit
sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan
nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan
crush artifact pada sediaan biopsy. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas
pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nucleus akibat letak sel tumor dengan sedikit
sitoplasma yang saling berdekatan.

Karsinoma sel besar, adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam macam. Sel sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang
jauh.

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarcoma, dan mesothelioma bronkus.
Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma bronkogenik dan
mengancam jiwa.

Stadium Klinis

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International Union
Against (IUAC) The American Joint Comitee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut :

STADIUM TNM
Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0
Stadium 0 Tis, N0, M0
Stadium IA T1, N0, M0
Stadium IB T2, N0, M0

6
Stadium IIA T1, N1, M0
Stadium IIB T2, N1, M0
T3, N0, M0
Stadium IIIA T3, N1,M0
T1-3, N2, M0
Stadium IIIB T berapapun, N3, M0
T4, N berapa pun, M0
Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

Keterangan :

Status Tumor Primer (T)


T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat pada
radiogram atau bronkoskopi
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor berdiameter 3 cm, sekitarnya diselubungi paru atau pleura viseral, endoskopi
menemukan tumor tak mengenai proksimal dari bronkus lobaris (yakni tak mengenai bronkus
primer)
T2 : Ukuran tumor atau lingkupnya memenuhi salah satu kondisi berikut: berdiameter > 3 cm atau
ukuran berapa pun yang sudah menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang
meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina
T3 : Tumor ukuran berapa pun yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura
mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal
karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea,
oesophagus, atau korpus vertebra
T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea,
oesophagus, korpus vertebra, rongga pleura/pericardium yang disertai efusi pleura/pericardium,
satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.

7
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)

NX : Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai


N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional
N1 : Metastasis ke kelenjar limfe peribronkial ipsilateral dan/atau kelenjar limfe hilus paru
ipsilateral, dan tumor primer langsung mengenai kelenjar limfe intrapulmonal
N2 : Metastasis ke kelenjar limfe medistinal ipsilateral dan/atau subkarina
N3 : Metastasis ke kelenjar limfe mediastinal kontralateral, hilus paru kontralateral, kelenjar limfe
skaleni atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral

Metastasis Jauh (M)

MX : Metastasis jauh tak dapat dinilai


M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Ada metastasis jauh

Patofisiologi

Menurut Hecht (2003) dalam Ibrahim (2007), skema ini menggambarkan peran utama perubahan
DNA dalam proses karsinogenesis. Dalam skema ini, nikotin menyebabkan sifat adiksi ingin terus
merokok dan menyebabkan pajanan kronis terhadap bahan karsinogen. Karsinogen secara
metabolik dapat diaktifkan untuk bereaksi dengan DNA, membentuk produk kovalen gabungan
yang disebut DNA yang berubah (DNA adducts). Bersaing dengan proses metabolik ini, proses
detoksifikasi produk karsinogen gagal untuk diekskresikan. Jika DNA yang sudah berubah

8
tersebut dapat diperbaiki (repair) oleh enzim perbaikan seluler, DNA akan kembali menjadi
bentuk normalnya. Akan tetapi jika perubahan terus berlangsung selama replikasi DNA, kegagalan
pengkodean DNA dapat terjadi, yang cenderung menjadi mutasi permanen dalam urutan DNA.
Sel-sel dengan DNA rusak atau bermutasi dapat dilisiskan dengan proses apoptosis. Jika mutasi
terjadi pada bagian utama dalam gen-gen yang krusial, seperti RAS atau MYC onkogen atau TP53
atau CDKN2A tumor supresor gen, hanya dapat terjadi kehilangan kontrol regulasi pertumbuhan
sel-sel normal dan terjadi pertumbuhan tumor. Nikotin dan karsinogen dapat juga berikatan secara
langsung dengan reseptor beberapa sel, selanjutnya mengaktivasi protein kinase B (AKT), protein
kinase A (PKA) dan faktor-faktor lain. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya penurunan proses
apoptosis, peningkatan angiogenesis, dan peningkatan transformasi sel. Bahan isi tembakau juga
berisi promotor tumor dan kokarsinogen, yang dapat mengaktifkan proses karsinogenesis.

Gejala Klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala gejala klinis. Bila sudah
menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut.

Gejala gejala dapat bersifat :

Lokal (tumor tumbuh setempat)


- Batuk: gejala paling sering karsinoma paru, umumnya batuk kering iritatif, tanpa
sputum atau sedikit sputum mukoid putih. Batuk seringkali dikarenakan tumor
mengenai berbagai percabangan bronkus.
- Hemoptisis : gejala paling khas karsinoma paru, umumnya sputum berserat darah atau
bernoda darah. Hemoptisis disebabkan kanker menginvasi kapiler mukosa bronkial,
sering bercampur dengan sel ganas yang terlepas, angka positif pemeriksaan sitologi
sputum tinggi.
- Dada penuh, sakit : stadium dini hanya tampil sebagai dada terasa penuh ringan, ketika
kanker mengenai pleura parietal atau langsung menginvasi dinding toraks, dapat timbul
nyeri menetap di lokasi tersebut.
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas

9
- Dispnea : Tumor menyumbat bronkus menimbulkan pneumonia obstruktif atau
atelectasis merupakan salah satu sebab terjadinya napas pendek pasien karsinoma paru.
Derajat dyspnea bervariasi menurut lingkup obstruksi. Penyebaran karsinoma paru ke
pleura menimbulkan efusi pleural maligna juga penyebab dyspnea. Selain itu, kanker
alveolar difus menyebabkan kelainan interstisium paru, dapat timbul dyspnea karena
insufisiensi pertukaran gas, yang parah dapat menyebabkan dyspnea refrakter.
- Demam : Pneumonia obstruktif merupakan sebab utama demam pada karsinoma paru.
Kekhasan demam ini adalah berkepanjangan intermiten, kadang memburuk dan kadang
membaik, sulit diterapi. Selain itu demam juga disebabkan oleh toksin kanker atau
metastasis sumsum tulang.
- Gejala sistemik nonspesifik : anoreksia, penurunan berat badan, kakeksia pada stadium
lanjut.

Simtomatologi karsinoma paru tidak khas, dan banyak penyakit sistemik pernapasan
memiliki gejala klinis serupa. Maka berdasarkan simtomatologi menegakkan diagnosis
karsinoma paru kunci nya terletak pada kewaspadaan terhadap karsinoma paru. Segala
gejala saluran pernapasan yang tidak sembuh setelah diobati selama 2 minggu lebih harus
diwaspadai kemungkinan keberadaan karsinoma paru.

Gejala invasi keluar dan metastasis karsinoma paru

- Sindroma obstruksi vena kava superior : ini akibat dari karsinoma paru langsung
menginvasi atau metastasis kelenjar limfe mediastinum superior kanan mendesak vena
kava superior, manifestasinya berupa edema di bagian kepala, leher bahkan kedua
ekstremitas atas, hiperdilatasi vena dan kapiler darah daerah leher dan dada atas, dll.
- Sindroma horner : disebabkan karsinoma paru atau metastasis kelenjar limfe mengenai
saraf simpatis paravertebral servikal VII hingga torakal I, tampak sebagai bola mata
ipsilateral cekung ke dalam, ptosis palpebral superior, celah mata menyempit, pupil
mengecil, sisi lesi tak berkeringat.

10
- Sindroma Pancoast : di atas dasar sindroma Horner, tumor lebih lanjut mendestruksi
iga I, II, dan saraf pleksus brakialis, timbul nyeri ekstremitas atas.

Gejala lain invasi dan metastasis yang sering ditemukan adalah: mengenai nervus rekuren
laringeus timbul suara serak, sebagian pasien datang dengan keluhan ini; metastasis otak
timbul sefalgia, muntah, hemiplegia; metastasis tulang timbul nyeri menetap daerah
tersebut.

Diagnosis

Anamnesis

Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis tepat.
Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakaan tanda awal penyakit kanker paru. Batuk
disertai dahak yang banyak dan kadang kadang bercampur darah, sesak napas dengan
suara pernapasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan
anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
pada pasien dengan diagnosis kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, kebiasaan
merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan kelainan berupa perubahan


bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening, dan tanda-tanda
obstruksi parsial, infiltrate dan pleuritis dengan cairan pleura.

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :


- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada
paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas

11
- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ
lainnya
- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan
tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan Sinar X

Dewasa ini masih tetap menjadi metode dasar penting untuk menemukan, mendiagnosis,
karsinoma paru dan memberikan rujukan terapi. Sekitar 5-10% pasien karsinoma paru
dapat tanpa gejala apapun, hanya berdasarkan pemeriksaan sinar X ditemukan lesi di paru
nya. Metode pemeriksaan sinar X yang sering dipakai meliputi fluoroskopi sinar X regio
toraks, foto toraks frontal dan lateral, foto tomogram (tomogram lesi, tomogram hilus paru
dan tomogram posisi oblik). Tomogram lesi dapat dengan jelas menampilkan morfologi,
profil, densitas lesi; tomogram hilus paru dapat menampilkan trakea, bronkus utama dan
bronkus lobaris apakah terdapat penyempitan lumen, obstruksi, desakan, dll juga dapat
menampilkan kelenjar limfe di hilus paru, subkarina, dan mediastinum apakah membesar,
makanya penting sebagai rujukan diagnosis dan seleksi metode terapi terhadap karsinoma
paru. Yang perlu ditekankan adalah pemeriksaan sinar X karsinoma paru harus secara
simultan melakukan foto toraks posisi frontal dan lateral, terdapat statistik yang
menunjukkan, menambah pemeriksaan lateral toraks, angka keberhasilan menemukan
karsinoma paru bertambah 7%.

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk


mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran
tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada


pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding
toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak

12
hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke
dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat
mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan.

Pemeriksaan Sitologi

Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik
yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari
sel pada jaringan. Pemeriksaan sitology dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik
pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan
sebab peradangan.

Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling
sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasive.
Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya
sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada
golongan resiko tinggi.

Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik
mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih
mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit
dicapai oleh bronkoskop.

Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada
paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk

13
menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan
letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang
berdekatan dengan tumor.

Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik
untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat bronkoskop yang
ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian
jaringan paru yang tampak.
Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan
menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan
pengisapan jaringan tumor yang ada.

Diagnosis Banding

Karsinoma paru harus dibedakan dari penyakit paru :

Tuberkulosis Paru

Tuberkuloma harus dibedakan dari karsinoma paru tipe perifer. Yang pertama lebih sering pada
pasien usia muda. Pencitraan menemukan batas tepi lesi jelas, densitas agak tinggi, kadang kala
ada noda kalsifikasi, lesi tidak berubah dalam jangka relative panjang. Tuberkulosis milier perlu
dibedakan dari kanker bronkioalveolar tipe difus, yang pertama umumnya terdapat gejala toksik
sistemik seperti demam dll, tetapi gejala saluran pernapasan tidak jelas. Pada pencitraan lesi
tampak sebagai nodul milier yang halus, tersebar merata, densitas agak pudar.

Pneumonia

Ini harus dibedakan dari pneumonia obstruktif maligna. Pneumonia terjadinya akut, didahului
menggigil, demam tinggi dan gejala toksik lain, lalu timbul gejala saluran pernapasan, dengan

14
terapi antibiotik lesi cepat teresorpsi. Namun bila terjadi pneumonia lokal yang hilang timbul
berkepanjangan tidak kunjung sembuh, harus dicurigai keberadaan karsinoma paru, pemeriksaan
sitologi sputum atau bronkoskopi serat optik membantu diagnosis banding ini.

Tumor jinak paru

Yang sering adalah hamartoma, kondroma, dan lesi karsinoid dan pseudotumor peradangan. Lesi
demikian kadang sulit dibedakan, bila perlu harus menggunakan torakotomi eksploratif.

Tumor mediastinum

Terutama limfoma mediastinum harus dibedakan dari karsnimoa paru tipe sentral. Limfoma sering
menampilkan kelainan bilateral, dapat disertai gejala demam rendah jangka panjang.
Mediastinoskopi memiliki makna cukup besar untuk diagnosis banding.

Pleuritis tuberkulosis

Ini harus dibedakan dari efusi pleura maligna. Sitologi efusi pleura merupakan cara membedakan
yang terbaik.

Penatalaksanaan

Terapi karsinoma paru harus berdasarkan kondisi fisik pasien,klasifikasi hasil pencitraan, tipe
patologik dan stadium TNM untuk dipertimbangkan secara menyeluruh, diberikan terapi gabungan
multidisiplin. Pada umumnya karsinoma paru non sel kecil dilakukan operasi sebagai terapi utama
dalam terapi gabungan, sedangkan karsinoma paru sel kecil dengan kemoterapi sebagai utama
dalam terapi gabungan.

Pembedahan

Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut
kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh

15
terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis
SCLC. Luas reseksi atau pembedahan tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru.
Pembedahan dapat juga dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif.
Pembedahan paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan
demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.

Indikasi operasi : karsinoma paru non sel kecil stadium klinis I, II, dan sebagian stadium
IIIA (T3N1M0); karsinoma paru stadium IIIA setelah diberikan terapi neoadjuvan dapat dilakukan
operasi, karsinoma paru sel kecil stadium terbatas yang pasca kemoterapi mengalami peredaan.

Pendekatan operasi : lubektomi ditambah pembersihan kelenjar limfe hilus dan


mediastinum sebagai pendekatan pilihan pertama. Teknik lain termasuk total pulmonektomi,
pulmonektomi parsial, pulmonektomi ekstensi, pulmonektomi trakeobronkial atau/dan
vaskuloplasti.

Seleksi berbagai teknik operasi harus berdasarkan prinsip reseksi maksimal tumor,
mempertahankan jaringan paru secara maksimal, ditentutakan atas dasar situasi riil.

Kontraindikasi operasi : gangguan fungsi serius jantung, paru, hati, ginjal terhadap
metastasis jauh.

Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :

a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor, bersamaan
dengan margin jaringan normal.

b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.

c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan jika
diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru.

Radioterapi

Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru dengan tumor
yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau
karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus

16
utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung
untuk dilakukan pembedahan.

Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada
beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan
secara internal dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan
kateter dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai
kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi.

Kemoterapi

Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan pada SCLC
atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan
hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan,
dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang kemoterapi diberikan sebagai
kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi.
Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk membunuh sel kanker.
Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang
memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih
(ASCO, 2010).

Terapi gabungan multidisiplin karsinoma paru sesuai stadium

1. Terapi gabungan multidisiplin karsinoma paru bukan sel kecil (NSCLC) sesuai stadium.
- Terapi NSCLC stadium IA: pilihan pertama adalah operasi, pasca operasi tak
diperlukan terapi adjuvant. Jika karena keterbatasan faal hingga tak dapat dioperasi,
dianjurkan radioterapi konformal terhadap lesi primer.
- Terapi NSCLC stadium IIB dan sebagian IIIA (N1) : pilihan pertama adalah operasi,
pasca operasi diberikan adjuvant kemoterapi regimen dua obat mengandung platinum
sebanyak 4 siklus.
- Terapi NSCLC stadium IIIA (N2) IIIB (N0N1) : diberikan kemoterapi neoadjuvan
lalu operasi, jika tidak dapat dioperasi maka diberikan radioterapi.
- Terapi NSCLC stadium IIIA (N2 konfluen) IIIB (kering, N2) : kombinasi radioterapi
dan kemoterapi.

17
- Terapi NSCLC stadium IIIB (basah) IV : kemoterapi regimen dua obat mengandung
platinum.

2. Terapi gabungan multidisiplin karsinoma paru sel kecil (SCLC)


Karsinoma paru sel kecil stadium terbatas dapat diberikan kemoterapi kemudian dioperasi
atau radioterapi, lalu kemoterapi lagi. Karsinoma paru sel kecil stadium ekstensif terutama
dengan kemoterapi.

Prognosis

Yang terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium penyakit. Pada kasus
kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun
adalah 30%. Pada karsinoma in situ, kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah
70%, pada stadium I, sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan
kurang dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis bervariasi dari
6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini tergantung pada status penderita dan luasnya tumor.
Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup rata-rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan.
Sedangkan ketahanan hidup SCLC tanpa terapi hanya 3-5 bulan (Wilson, 2005).

Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35 % pada tahun 1975-
1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu, angka harapan hidup 5 tahun untuk
semua stadium hanya 15%. Angka ketahanan sebesar 49% untuk kasus yang dideteksi ketika
penyakit masih bersifat lokal, tetapi hanya 16% kanker paru yang didiagnosis pada stadium dini
(American Cancer Society, 2008).

18
DAFTAR PUSTAKA

Science Publication, Beijing, China. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Terjemahan Willie
Japaries. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2011.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai