Seborrheic Dermatitis Oleh : Vinna Fazrihardani A 1102010284
Pembimbing : dr. Vitalis Pribadi, M. Kes, Sp. KK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN
KULIT DAN KELAMIN DEFINISI Dermatitis seboroik adalah penyakit inflamasi kronik berulang pada kulit ditandai dengan skuama dan patch eritema yang tidak berbatas tegas.
Dermatitis seboroik mempengaruhi daerah
yang mempunyai banyak kelenjar minyak termasuk kepala, wajah, dada bagian atas dan punggung. PREVALENSI Pada dewasa di estimasikan sekitar 5 % Puncak insidens pada dekade ketiga dan empat kehidupan Pria >> wanita ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Penyebab pasti terjadinya dermatitis seboroik belum diketahui, namun beberapa faktor seperti Malassezia yeasts, hormon, tingkat kelenjar minyak, respon imun, faktor neurogenik dan faktor eksternal lain terlibat dalam etiopatogenesis namun mekanisme patogenesis pasti sampai saat ini masih kontroversial. Malassezia species Bukti yang berkembang membuktikan Malassezia spp. adalah faktor etiologi utama dalam terjadinya dermatitis seboroik. Angka kejadian menurun setelah terapi pemakaian anti jamur pada lesi. Malassezia spp. adalah jamur lipofilik, yang utamanya berada pada daerah yang banyak lemak. Malassezia spp. diketahui mempunyai kemampuan memproduksi lipase yang dimana dapat menginisiasi respon inflamasi dengan melepaskan asam oleat dan asam arachidonat dari kelenjar minyak, keduanya dapat mengiritasi dan mendeskuamasi keratinosit. Hormon dan lemak kulit Dermatitis seboroik (SD) tidak selalu berhubungan dengan sekresi lemak walaupun 50% dari pasien mempunyai masalah kulit berminyak. Lemak penting terhadap proliferasi dan sintesis terhadap faktor proinflamasi. SD banyak terjadi pada masa pubertas dan dewasa muda, masa dimana produksi dari kelenjar minyak sedang tinggi. SD banyak pada pria karena pengaruh hormon androgen pada kelenjar pilosebasea. Respon imun SD adalah kondisi peradangan, yang disebabkan karena adanya ragi dari malassezia. Respon imun berkontribusi dalam peradangan, beberapa studi mengatakan adanya disfungsi dari imun. Prevalensi tertinggi pada immunodefisiensi sebesar 34%-83% dimana 3% dari prevalensi tersebut adalah pasien dengan HIV positif. Penelitian dari Bergbrant mengatakan adanya gangguan pada sel T dan peningkatan sel NK pada darah perifer pasien dengan SD dibandingkan dengan grup kontrol. Faktor neurogenic Pada pasien parkinson insidensi dermatitis seboroik cukup tinggi, kemungkinan akibat rendahnya aktivitas dopaminergik pada pasien parkinson yang menyebabkan produksi a-MSH (a-melanocyte stimulating hormone) tidak terkendali akibatnya sekresi sebum menjadi tinggi. Pemberian terapi L- dopa dapat menghambat produksi MSH sehingga sekresi sebum juga menurun. MANIFESTASI KLINIS Predileksi: daerah yang banyak kelenjar minyak seperti, kepala, alis, dahi, daerah nasolabial, telinga, dada bagian atas, punggung, daerah aksila dan umbilikus. Patch eritema dengan skuama yang berminyak Pruritus terutama daerah kepala dan telinga DIAGNOSIS BANDING Psoriasis SLE Dermatitis atopik Kandidiasis TERAPI Terapi Topikal Anti jamur (shampo, cream dan gel) Kortikosteroid Metronidazole Calcineurin inhibitor Zinc pyrithione Garam lithium Selenium sulfida Fototerapi Terapi sistemik Data dari efektifitas terapi anti jamur sistemik belum menunjukkan hasil yang konsisten. Dalam penelitian randomized, double blind, placebo- controlled study, 174 pasien dengan dermatitis seboroik mendapatkan terapi 250 mg terbinafine dan placebo yang dipilih secara acak selama 6 minggu menunjukkan hasil yang tidak efektif. Dalam penelitian lainnya 63 pasien mendapatkan 300 mg fluconazole single dose juga tidak menunjukkan hasil yang efektif. Dalam penelitian dengan mengikutsertakan 19 pasien mendapatkan 200 mg ketoconazole selama 4 minggu mendapatkan hasil yang signifikan. Thank You