USAHA KESEHATAN
GIGI SEKOLAH
(UKGS)
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TAHUN 2014
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
617
Ind Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Direktorat
P Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Pedoman usaha kesehatan gigi sekolah
(UKGS),-- Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. 2012
ISBN 978-602-235-191-7
1. Judul I. DENTISTRY
II. ORAL HEALTH III. CHILD HEALTH
SERVICES
@]
17
Ind
p
PEDOMAN
USAHA KESE,HATAN
GIG I SE,KOLAH (UKGS)
Kementerlan Kesehatan RI
2014
Cetakan Kedua
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
NOMOR: HK.02.04/1I/963/2012
TENTANG
ii
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di JAKARTA
Pada tanggal 14Juni2012
DIREKTUR JENDERAL
/
SUPRIYANTORO
NIP 195408112010061001
iii
iv
KATAPENGANTAR
Buku Pedoman ini disusun sebagai pegangan bagi tim pembina dan penge10la
usaha kesehatan sekolah (UKS)/usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS) pada
jenjang sekolah dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dengan memperhatikan
tiga pokok program UKSIUKGS yaitu pendidikan keschatan, pelayanan
kesehatan dan pembinaan liogkungan kehidupan sekolah sehat, schingga
dapat dicapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal bagi anak
sekolah.
Tujuan penyusunan buku ini adalah memberikan suatu araban atau pedoman
bagi tim pembina, petugas kesehatan sekolah, petugas lintas program dan
sektor terkait dalam melaksanakan program dan kegiatan UKGS guna
mewujudkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berrnutu, merata
dan terjangkau.
Jakarta,
Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar
v
vi
SAMBUTAN
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
karunia dan rahmat-Nya yang telah diberikan, sebingga tersusunnya Buku
Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS).
Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan gigi dan
mulut peserta didik di sekolah dasar (SD) / madrasab ibtidaiyah (MI) secara
optimal melalui pengetahuan sikap dan tindakan peserta didik dalam
memelihara kesehatan gigi dan mulut, meningkatkan peran serta guru,
dokter kecil, orang tua dalam upaya promotif dan preventif, serta teIpenuhinya
kebutuhan pelayanan medik gigi dan mulut bagi peserta didik.
Jakarta,
Direktur Jenderal Bina Uoaya Kesebatan
/
vii
TIM PENYUSUN
KONTRIBUTOR
dr. H.R. Dedi Kuswenda, M.Kes
viii
DAFTARISI
KATAPENGANTAR ............................................................................ V
A. PENGERTIAN .............................................................. 11
A. STRATEGI ................................................................ 15
ix
2. Terapi Mineralisasi CPP - ACP ............................ 27
kapasitas ............................................................ 35
(BOK) ....................................................................... 38
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PERANAN TENAGA YANG DILIBATKAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR DELAKANG
1
Program UKGS sudah beIjalan sejak tahun 1951, status kesehatan
gigi pada anak usia 12 tahun masih belum memuaskan . Hasil Riset
Kesehatan Dasar 2013 , menunjukkan prevalensi karies gigi dalam 12
bulan terakhir di Indonesia adalah 72,3%. Prevalensi karies aktif
kelompok umur 12 tahun sebesar 42,6% sedangkan pengalaman karies
50,2%. Besamya kernsakan gigi yang belum ditangani dan memerlukan
penumpatan/pencabutan (RTI) pada usia 12 tahun sebesar 73,6 %
sedangkan persentasi dari jumlah gigi tetap yang sudah di tumpat
(PTI) pada usia ini barn mencapai 24,5%.
PERSENTASEPUSKESMAS
MELAKSANAKAN UKGS
Melaksanakan
Setiap hari
Tidak Melaksanakan
2 -4 x seminggu
Tidak Menjawab . 1 x seminggu
2
Standar Pelayanan Minimal (SPM)Bidang Kesehatan
Kabupaten/Kota Permenkes RI No. 7411Menkes/PerNII/2008
menunjukkan bahwa cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan
setingkat sebesar 100% pada tabun 2010, sedangkan pada Petunjuk
Teknis SPM Bidang Kesehatan di KabupateniKota Kepmenkes RI
No. 828IMenkes/SKIIXI2008 disebutkan langkah-langkah kegiatan
UKGS . Oleh karena itu kegiatan UKGS harus dilaksanakan dan
dianggarkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
C. DASAR HUKUM
3
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 574/Menkesl
SKJIV12000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010.
9. Keputusan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Meteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor lIU/SKB/2003, Nomor 10671Menkesl
SKBN1I/2003, Nomor MAf230 AJ2003,Nomor 26 Tahun
2003, tanggal 23 Juli tentang Pembinaan Dan Pengembangan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
10. Keputusan Bersama Menteri Pendididkan Nasional, Menteri
Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 2/P/SKB/2003, Nomor 1068/Menkes
SKB/SKBNW2003, Nomot MAf230 B/2003, Nomor 4415
404 Tahun 2003 Tanggal 23 Juli 2003 Tentang Pembina Us aha
Kesehatan Sekolah (UKS) Pusat.
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 741IMenkes/PerNll/2008,
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
12. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 828IMenkes/SKIIXI2008
ten tang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan di KabupatenIKota
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1 tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Undang-Undang
RI nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 101 tahun
2013 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional
Sekolah Tahun Anggaran 2014
15. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
4
BABII
5
4. Dewasa umur 35 - 44 Tahun
- Penduduk dgn minimal 20 gigi berfungsi 90% 85 , 1%
- Penduduk tanpa gigi (edentulous) 2% 0,5% 0,4% 0,3%
rn_cno<ttc threshold
detl!mllMS who! Is recorded
Threshold used in
OS dl....... or lOund
Thre.holdund in
manyplilctlte &
re... arch &~~
" 1"'0,
........ . . ..
+1"""", d NK1db",only _lh
le... FOTla~
_d .~-~
lr~i!oon.ald""l"c>S1 ic ~Id$
6
sebesar 99,3% kasus yang belum tertangani. Apabila dibiarkan maka
gigi-gigi tersebut bertambah parah sehingga indikasi untuk pencabutan.
Berarti komponen target WHO 2010 untuk komponen M di usia 18
th sebesar 0 hanya dapat dicapai bila ada upaya memutus mata rantai
karies dengan melakukan pencegahan dan perlindungan gigi pada
generasi muda seawal mungkin. Bila tidak dilakukan maka target
tidak akan pernah tercapai, yang berarti secara etikolegal telah teIjadi
pembiaran secara sistematik oleh layanan kesehatan gigi mulut di
Indonesia yang menyebabkan generasi muda kehilangan giginya.
Sehubungan dengan situasi terse but diatas menjadi kebutuhan
yang mendasar untuk memenuhi pelayanan kesehatan gigi pada anak
sekolah terutama pada aspek menyelamatkan apa yang masih bisa
diselamatkan pada gigi anak bangsa disamping upaya edukatif untuk
mempertahankan gigi yang sehat. Oleh karena itu komponen KlE dan
deteksi dan penanganan dini pada program UKGS merupakan upaya
wajib untuk dilaksanakan. Dengan demikian tanpa kedua komponen
tersebut maka UKGS sulit untuk dikatakan sebagai program yang
efektif, efisien dan bermutu.
Dari indikator diatas tampak jelas bahwa status kesehatan gigi
masyarakat yang optimal bisa dicapai dengan meningkatkan upaya
promotif - preventif sejak usia dini, sampai dengan usia lanjut.
Kebijakan paradigma sehat yang mengutamakan upaya promotif
preventif disamping upaya kuratif - rehabilitatif sangat tepat untuk
mencapai sasaran tersebut.
B. PERILAKU MASYARAKAT
Setiap orang perlu menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara
menyikat gigi dengan benar untuk mencegah teIjadinya karies gigi.
Pertanyaan tentang perilaku menyikat gigi dalam Riskesdas 2013
bertujuan untuk mengetahui kebiasaan dan waktu menyikat gigi.
7
Definisi berperilaku benar dalam menyikat gigi adalah kebiasaan
menyikat gigi setiap hari sesudah makan pagi dan sebelum tidur
malam. Proporsi penduduk umur.2 10 tahun sebagian besar (93,8%)
menyikat gigi setiap hari . Provinsi dengan proporsi tertinggi adalah
DKI Jakarta (98,1%) dan terendah Papua (49,6%). Sebagian besar
pendudukjuga menyikat gigi pada saat mandi sore, yaitu sebesar 79,7
persen dengan urutan tertinggi di Bengkulu sebesar 94,2 persen, dan
yang terendah di Sulawesi Selatan sebesar 43,2 persen.
10
. 2.0)1 . 1013
RISKESDAS 2013
8
sementara 68,9 persen lainnya tidak dilakukan perawatan. Secara
keseluruhan keterjangkauan/kemampuan untuk mendapatkan
pelayanan dari tenaga medis gigilEMD hanya 8,1 persen.
menggambarkan kemampuan atau keterjangkauan untuk mendapat pelayanan dari tenaga medis
gigi
C. KEADAAN LINGKUNGAN
Keadaan fluor yang optimal dalam air minum (0,7 ppm) akan
memperkuat daya tahan email gigi terhadap karies. Penelitian di
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, dan lambi menunjukkan bahwa
kadar fluor dalam air minum di daerah tersebut (0,00 ppm), sehingga
prevalensi karies di daerah tersebut cukup tinggi , sedangkan daerah
Cipatat, Situbondo, Madiun, Donggala, Buoi, Toli-toli, Palu, Poso
dan Bangai kadar fluornya tinggi (0,75 - 3,4 ppm) sehingga banyak
ditemukan gigi yang mengalami fluorosis. Pada penduduk yang
berbeda letak geografisnya terlihat ada perbedaan prevalensi karies.
Banyak faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tersebut,
salah satu faktor adalah perbedaan kadar fluor dalam air minum. Bila
9
kadar fluor sekitar I ppm maka akan menyebabkan prevalensi karies
gigi yang rendah. Penelitian di 10 desa Asembagus dengan kadar fluor
(0,2 - 2,7 ppm) rata-rata sebesar 5% dengan rata-rata DMF-T 1,00
yang diikuti adanya penderita fluorosis sebanyak 83%. Rai (1983)
yang meneliti di Asembagus menemukan adanya hubungan antara
tingginya nilai kadar fluor dengan turunnya karies dan naiknya
penderita fluorosis.
Heriandi dan Suwelo (1988) di Cipatat, Bandung menemukan
kadar fluorida cukup tinggi (0,75 ppm) dengan prevalensi karies yang
rendah (56,46%) dan DMF-T 1,34. Data air minum (air sumur, kali,
sumber PAM, dsb) yang di kumpulkan Suwelo (1991) baik di pulau
Jawa maupun di luar pulau Jawa menunjukkan kadar fluor yang rendah
(kurang dari 0,3 ppm).
Hasil penelitian pada air yang di perdagangkan sebagai air
mineral (lebih dari 12 merek dagang), menunjukkan kadar fluomya
rata-rata 0,07 ppm. Beberapa gambaran keadaan tersebut diatas dapat
merupakan salah satu faktor tingginya prevalensi karies di Indonesia.
10
BABm
UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH
A. PENGERTIAN
b. Intervensi lingkungan
Fluoridasi air minurn (hila diperlukan)
Pembinaan keIjasama lintas program/1intas sektor melalui
TPUKS.
11
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
optimal.
Tujuan Khusus:
C. SASARAN
a) Lingkungan sekolah
b) Lingkungan keluarga
c) Lingkungan masyarakat
12
D. RUANG LINGKUP
E. KEBIJAKAN
13
2. Upaya kesehatan masyarakat berupa upaya promotif - preventif
dilaksanakan oleh tenaga non-professional terutama oleh guru/
dokter kecil sebagai bagian integral dari UKS.
3. Upaya kesehatan perorangan dilaksanakaan oleh tenaga
profesional (dokter gigi, perawat gigi)
4. UKGS diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, di
bawah binaan Puskesmas dan TP UKS.
14
BABIV
A. STRATEGI
15
IT. UKGS TAHAP IT (DUA)/Paket Standar UKGS
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI
sudah teIjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang
terbatas , kegiatannya adalah;
1. Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil
tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara
terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan
dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi.
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan
oleh guru penjaskes / guru pembina UKS/ dokter kecil
sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Buku Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan ) untuk semua murid kelas 1-6,
dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan
kegiatan sikat gigi bersama minimal untuk kelas 1, 2, dan
3 dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang
mengandung fluor minimal satu kali tiap minggu.
4. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh
guru.
5. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas 1 pada
awal tahun ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung
yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan tertulis
(informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan
oleh tenaga kesehatan gigi.
6. Fissure sealant pada gigi molar (surface protection pada
gigi molar yang sedang tumbuh) pada murid kelas 1 yang
membutuhkan, dilakukan di sekolah atau dirujuk.
7. Rujukan bagi yang memerlukan.
16
terjangkau tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah
memadai, adalah :
1. Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil
ten tang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara
terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan
dengan nara sumber tenaga kesehatan gigi.
2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan
oleh guru penjaskes / guru pembina UKS/ dokter kecil
sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Buku Pendidikan
Olahraga dan Kesehatan ) untuk semua murid kelas 1-6,
dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan.
3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan
kegiatan sikat gigi bersama minimal untuk kelas 1, 2, dan
3 dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang
mengandung fluor minimal satu kali tiap minggu.
4. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh
guru.
5. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada
awal tahun ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung
yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan tertulis
(informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan
oleh tenaga kesehatan gigi.
6. Fissure sealant pada gigi molar (surface protection pada
gigi molar yang sedang tumbuh) pada murid kelas 1 dan
2 yang membutuhkan dilakukan di sekolah atau dirujuk.
7. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid
kelas 1 sampai dengan kelas 6 ( care on demand)
8. Rujukan bagi yang memerlukan.
B. LANGKAH-LANGKAH
1. Persiapan
Kegiatan dijalankan dalam rangka mempersiapakan suasana
yang mendukung kelancaran program, mencakup:
a. Pengarahan dan forum komunikasi berjenjang, dengan unit
17
unit lintas program dan lintas sektoral yang ada kaitannya
dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SD dan MI,
diselenggarakan di bawah koordinasi atau koordinator
kesehatan gigi dan mulut di Tingkat Pusat, Dinas Kesehatan
Propinsi, Dinas Kesehatan KabupateniKota.
b. Pada tingkat Puskesmas
1) Penjelasan dan pengarahan kepada plmpman
Puskesmas serta staf pelaksanaan teknis, oleh
koordinator kesehatan gigi dan mulut Dinas Kesehatan
KabupateniKota.
2) Penjelasan kepada unit Diknas dan unit Komite Sekolah
Kecamatan oleh Pimpinan Puskesmas/Pelaksanaan
Teknis.
3) Perencanaan bersama menentukan SD dan MI sasaran
operasional.
4) Pendekatan kepada para guru SD dan MI sebagai
sasaran operasional, karen a guru merupakan orang
yang berpengaruh (key person) dalam proses merubah
perilaku murid. Karena itu hubungan baik dengan para
guru harus dibina terlebih dahulu oleh pelaksana teknis.
5) Penjelasan kepada orang tua muridIKomite Sekolah
melalui Kepala Sekolah dan atau guru kelas.
2. Pelaksanaan Lapangan
Pelaksanaan lapangan mencakup perangkat kegiatan yang
dilaksanakan pada tingkat Puskesmas, yang terdiri atas:
a. Pengumpulan data
1) Data dasar untuk keperluan perencanaan operasional,
meliputi:
a) Jumlah SD dan MI, murid dan guru
b) Data tentang situasi pelaksanaan UKS berdasarkan
paketUKS
18
c) Data tentang situasi pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di SD dan MI khususnya sehubungan dengan
persentase sekolah menurut pentahapan UKGS.
2) Data untuk evaluasi dampak program terhadap profil
kesehatan gigi dan mulut murid
a) Oleh tenaga kesehatan
b) Oleh guru
b. Intervensi perilaku
1) Penggerakan peran serta guru melalui lokakaryal
pelatihan
2) Penyuluhan kepada murid berupa:
a) Latihan menggosok gigi
b) Pengajaran formal tentang kesehatan gigi dan mulut
c) Penilaian kebersihan mulut oleh guru, melalui
pemeriksaan rutin
d) Penyuluhan oleh tenaga kesehatan secara insidental.
d. Manajemen
1) Supervisi dan bimbingan teknis
a) Kunjungan pembinaan ke SD dan MI, minimal IX
sebulan
19
b) Kunjungan supervisi dan pembinaan ke Puskesmas
oleh koordinator kesehatan gigi Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota atau kunjungan supervisi oleh
penanggung jawab program kesehatan gigi dan
mulut Dinas Kesehatan Propinsi ke KabupatenlKota
minimal 1x dalam 1 triwulan, dan supervisi dari
penanggung jawab program kesehatan gigi dan
mulut pusat ke daerah minimal 1 x 1 tahun.
2) Pelaporan
3) Penilaian (Evaluasi)
Penilaian (evaluasi) UKGS ini dilaksanakan beberapa
komponen:
a) Komponen kegiatan (Proses)
Meliputi penilaian tentang pelaksanaan lapangan,
antara lain frekuensi pelaksanaan intervensi perilaku,
frekuensi pelaksanaan supervisi dan bimbingan
teknis per minggu (bulan).
b) Komponen karya cipta (Output)
Meliputi penilaian volume pelayanan antara lain
jumlah murid yang diberi pelayanan medik gigi,
jumlah murid yang diben penyuluhan, per minggu
(bulan)
c) Komponen hasil antara (Outcome)
Meliputi penilaian tentang perubahan sikap dan
perilaku antara lain jumlah murid yang melakukan
sikat gigi dengan benar, jumlah murid
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan gigi
dan mulut sesuai kebutuhan.
d) Komponen dampak (Impact)
Meliputi penilaian survei perubahan dalam status
kesehatan gigi dan mulut murid.
1) Kebersihan gigi dan mulut murid (OHIS)
2) Pengalaman karies gigi (DMF-T)
3) Kondisi gusi
20
4) Pembinaan
Pembinaan mencakup :
a) Pembinaan untuk mempertahankan dan
perbaikan status kesehatan gigi dan mulut
yang telah dicapai, kegiatan berupa:
1) Penjaringan (screening) oleh guru dan
atau tenaga kesehatan gigi atau pelaksana
UKS untuk menentukan jumlah murid
yang perlu perawatan.
2) Kegiatan menggosok gigi di sekolah
dilakukan secara teratur di bawah
koordinasi guru.
3) Kegiatan perawatan kesehatan gigi dan
mulut bagi murid yang memerlukan.
b) Pembinaan peran serta melalui forum
komunikasi tatap muka, latihan ketrampilan
guru dan sebagainya.
21
BABV
UKGS INOVATIF
A. DONUT IRENE
22
Ap.k. h . n .k . uk. ngemut
permen tl. p herl?
Tlde k x
Pengertian
23
Tujuan:
1. Memberikan pemahaman ten tang faktor-faktor risiko
karies sejak dini.
2. Memberikan pemahaman tentang cara mencegah karies
gig!.
3. Memberikan gambar visual besar risiko karies yang
dihadapi dan kemungkinan perbaikannya.
4. Memberdayakan orang tua anak (masyarakat sekolah)
untuk pemeliharaan kesehatan gigi anak.
Indikasi
1. Untuk dipresentasikan kepada orang tua murid TKI SD
kelas 1 pada awal pelajaran barn sebagai pengenalan
program UKGS Inovatif.
2. Untuk menggerakkan peran serta orang tua murid secara
individual (atau kelompok 5 orang) pada anak dengan
24
kondisi karies parah (misalnya 5% dari kondisi anak
terparah atau dengan ketentuan anak tersebut gigi tetapnya
telah ada yang karies atau anak tersebut mempunyai karies
gigi susu lebih dari 8 gigi). Pada dasarnya peran orang
tua terhadap kesehatan gigi anaknya seusia TK / SD kelas
I sangat menentukan.
Persiapan
telah ada yang karies atau anak yang mempunyai karies gigi
Pelaksanaan
25
Gambar 7. Konsultasi menggunakan Donut Irene versi
komputer ditanggapi positif oleh anak dan orangtuanya.
26
Gambar 9. Pemeriksaan derajar keasaman plak
Penyelesaian
Catat I kompilasi hasil is ian SRK Donut Irene (faktor
yang jadi bermasalah , faktor yang dapat diantisipasi,
besar risiko sebelum dan sesuadah antisipasi).
Lakukan tindakan surface protection I terapi remineralisasi
(dilakukan di sekolah atau dirujuk sesuai kemampuan)
Lakukan evaluasi pengisian PR dan analisis
keberhasilannya.
Lakukan diskusi untuk meningkatkan peran serta orang
tua dalam pemeliharaan gigi anaknya.
27
pada gigi dalam kondisi awal karies yang bermanivestasi sebagai
"White Spot". IPTEKS terkini menunjukkan bahwa KARlES
GIGI bukan sekedar gigi berlubang, tetapi adalah proses
Deminerailisasi versus Remineralisasi yang tetjadi dalam struktur
gigi. "White spot" (bercak putihpada gigi) adalah proses karies
masih reversible dan dapat disembuhkan dengan memasukkan
kembaliion Calcium dan ion Phosphate ke dalam struktur gigi
yang telah hilang, melalui sediaan CPP-ACP.
Pengertian
Terapi remineralisasi adalah suatu tindakan dengan
memberikan sediaan calcium-phosphate khusus agar terjadi
proses kembalinya calcium dan phosphate ke dalam email
gigi yang mengalami demineralisasi, yaitu hilangnya mineral
gigi dalam proses karies pada gigi. Dengan terapi
remineralisasi proses karies dapat dihentikan bahkan
dikembalikan seperti semula (disembuhkan)
Tujuan
Mencegah terjadinya proses karies dengan memberikan
suplemen calcium-phosphate khusus untuk mcnjaga
28
keseimbangan proses demin-remin menjadi positifl
menguntungkan.
Indikasi
Digunakan pada gigi yang ada tanda tanda white spot.
Digunakan sebagai realisasi rek.omendasi Simulator Risiko
Karies (Donut Irene)
Digunakan pada individu yang rawan karies (anak yang
pempunyai risiko karies tinggi, anak dengan gigi beIjejal,
pasien dalam perawatan menggunakan obat jangka
panjang, pasien dalam perawatan ortodonsi, anak
cacat,orang tua)
Bahan sediaan
CPPACP (Casein PhosphoPeptide-Amorphous Calcium
Phosphate nano-complexes) CPP-ACP (RecaldentTM)
produk paten dari Australia
GC Tooth-mousse (tut-mus) dalam bentuk krem
(dipasarkan di Indonesia terbatas kepada tenaga kesehatan)
b. Penatalaksanaan
Persiapan
Sortir anak yang mempunyai risiko karies tinggi.
Beri penjelasan manfaat dan cara penggunaan CPP-ACP.
Siapkan Krem Tut-mus (tube atau pot) sesuai kebutuhan.
Pelaksanaan
Latih anak I orang tua anak untuk mengoleskan krem
CPP-ACP pada pennukaan gigi yang rawanlwhite-spot.
Oles krem pada gigi yang rawan denganjari/ sikat gigi,
dan gunakan lidah untuk membagi keseluruh pennukaan
gIg I
29
Sisanya boleh diludahkan, tetapi jangan berkumur-kumur
sedikitnya selama 30 menit agar tetjadi transfer Calcium
Phosphate.
Gunakan pagi hari setelah sikat gigi dan atau mal am hari
setelah sikat gigi sesuai keparahnnya .
Pengertian
Surface Protection adalah tindakan melapisi permukaan
oklusal dengan Glass-ionomer Protection and Stabilization
material, yaitu glassionomer kaya fluoride dan mempunyai
kemampuan mengalir (flow able), agar pada email terjadi
30
pematangan dengan terbentuknya ikatan Fluorapatite yang
tahan asaro. Dengan demikian walaupun kemudian lapisan
lepas, email gigi telah terproteksi.
Tujuan
1. Mematangkan pennukaan email yang barn erupsi, yang
masih banyak mengandung carbonat, agar terjadi
pematangan email karena teIjadinya ikatan Fluar-apatit
yang tahan asam.
2. Melindungi pennukaan oklusal gigi yang ada fisur
hitamnya yang rawan karies menjadi ikatan Fluor-apatit
yang tahan asam.
Indikasi
1. Untuk gigi molar yang baru erupsi, terutama pada
anaklpasien yang raw an karies (sesuai rekomendasi
Simulator Risiko Karies)
2. Untuk gigi molar yang memunyai fisur hitam terutama
pada anaklpasien yang rawan karies (sesuai rekomendasi
Simulator Risiko Karies)
Kontra indikasi
tidak untuk gigi dengan pennukaan oklusal dengan fisur
yang dangkal yang tergerus oleh gigi antagonisnya.
31
Kapas
Vaseline
Persiapan
Baca petunjuk penggunaan Glassionomer protection and
stabilization material
Atur set Surface protection & stabilization material beserta
peralatan lainnya pada meja kerja dan cukup cahaya.
Pelaksanaan
debris I plak.
kering
32
Penyelesaian
Catat tindakan ke dalam formulirlstatus kesehatan gigi
anak!pasien
Instrusikan anak! pasien tidak makan/minum selama 1 jam.
e. Catatan
Bahan fissure sealant berbasis Resin, tidak dapat dipergunakan
sebagai surface protection, karena sifat resin fissure sealant
yang menutup permukaan oklusal semata-mata secara
mekanis saja tanpa ada kemampuan proses persenyawaan
kimia. Bila kemudian sealant lepas, temyata ikatan karbonat
pada email, yang tidak tahan asam tidak diubah menjadi
ikatan fluor apatit, sehingga gigi tetap rawan karies.
1. Latar Belakang
Upaya promotif dan preventif yang berhubungan dengan
kebersihan dan kesehatan harns diperkenalkan kepada
anak-anak sejak usia dini. Penyakit yang saat ini memiliki
tingkat prevalensi tertinggi pada anak usia sekolah di
Indonesia adalah penyakit gigi dan mulut 74,4%, penyakit
cacingan 60-80%, penyakit pernapasan dan diare 30%.
33
Infeksi cacingan yang ditularkan melalui tanah
memiliki prevalensi tinggi pada anak usia sekolah
dan pra-sekolah; dan
Diare serta infeksi pemapasan merupakan salah satu
penyakit terbanyak yang teIjadi pada anak usia sekolah
dan pra-sekolah.
2. Evidence-based intervention
Fokus dari program ini adalah pada penerapan intervensi
evidence-based yang berbiaya rendah, seperti :
1. Mencuci tangan dengan sabun
2. Menyikat gigi dengan menggunakan pasta glgl
berfluorsetiap hari di tiap sekolah
3. Pemberian obat cacing dua kali setahun sebagai
aktivitas (reguler) sekolah.
34
Program berbiaya sangat rendah
Biaya materi per anak per tahun hanya sebesar lima ribu
rupiah untuk paket dasar (termasuk sabun, sikat dan pasta
gigi). Sebagai hasilnya, indikator kunci kesehatan
berkurang, seperti menurunnya tingkat penyakit menular
sebanyak 30-50%, berkurangnya karies gigi sebesar 40
50%; perbaikan kesehatan ini dapat meningkatkan angka
kehadiran dan performa di sekolah dan karenanya
membantu pemerintah dalam mencapai Millenium
Development Goals.
35
Tersedianya sikat gigi di sekolah satu anak peserta
didik satu sikat gigi
36
Tersedia lingkungan yang mendukung
Gambar 17. Sarana dan prasarana kegiatan sikat gigi dan cuci tangan bersama
37
BABVI
SISTEM PEMBIAYAAN
38
Poskesdes/polindes, Posyandu dan UKBM lainnya dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif
dan preventif.
Tujuao Umum :
tahun 2015.
Tujuao Khusus :
39
C. DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH / BOS (UKS)
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R1 No. 101 tahun
2013 ten tang Petunjuk Teknis Penggunaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional
Sekolah Tahun Anggaran 2014 dapat dimanfaat antara lain untuk
kegiatan :
Kegiatan pembelajaran dan ekstra kurikuler peserta didik
o PAKEM (SD)
o Pengembangan pendidikan karakter
o Pembelajaran remedial
o Pembelajaran pengayaan
o Pemantapan persiapan ujian
o Olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka dan
palang merah remaja,
o Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
40
BAB VII
PENUTUP
Akhirnya diucapkan terima kasih pada semua pihak yang ikut terlibat
hingga tersusunnya buku ini. Semoga buku ini bermanfaat.
41
OAFTAR PUSTAKA
1. Acs G., Lodolini G., Kaminski S., Cisneros GJ., 1992, Effect of Nursing
Caries on Body Weight in a Pediatric Population, Pediatr Dent 14:302
5.
2. Acs G., Shu lmann R., Ng 'MW et aI., 1999, The Effect of Denta l
Rehabilitation on the Body Weight of Children w ith Early Chilhood
Caries, Pediatr Dent 21:109-113
3. Adyatmaka A., Sutopo U., Carlsson P., Bratthall D., School-Based
Primary Preventive Programme for Children Affordable Toothpaste
as a Component in Primary Oral Health Care. Experiences from a field
trial in Kalimantan Barat, Indonesia, http://www.whoco''ab.od.mah.
se/searo/indonesia/afford/whoafford.html.
4. Adyatmaka I., 2011, Donut Irene "Simulator Risiko Karies",
Kementerian Pendidikan Nasional, CHAMPS-FKM-Universitas
Indonesia, Jakarta
5. Departemen Kesehatan, 1997, Pedoman Penyelenggaraan Usaha
Kese hatan Sekolah, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta
6. Departemen Kesehatan, 2004, Pedoman Penyelenggaraan Usaha
Kesehatan Sekolah, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta
7. Departemen Kesehatan, 2008, Riset Kesehatan Dasar 2007, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta
8. Departemen Kesehatan, 2007, Usaha Kesehatan Sekolah di Tingkat
Sekolah 'Oasar, lDirektorat Jenderal Komunitas, Jakarta
9. Fit for Schooll, 2009, Manual for Teachers for the Implementation of
Essential
10. Health Care Package in Schools, Fit for School Inc, Manila
11. Low W., Tan S." Schwartz S., 1999, The Effect of Severe Caries on the
Quality of Life in Young Children, Pediatr Dent 21:325-326
42
12. Marinho VCC, Higgins JPT, Logan S et al., 2003, Fluoride Gels for
Preventing Dental Caries in Children and Adolescents (Cochrane
Review). In : The Cochrane Library, Issue 3.
13. Monse B, Heinrich-Weltzein R, Mulder J, Holmgren CJ, Palenstein
Halderman W., Caries Preventive Efficacy of Silver Diamine Fluoride
(SDF) and ART Seallants in School Based Daily Fluoride Tooth Brushing
Program in Philippnes. Submitted BMC Oral Health.
14. Monse B, Heinrkh-Weltzein R, Benzian H, Holmgren C, van Pallenstein
Halderman W., 2010, PUFA - An Index of Clinical Consequences of
Untreated Detal Caries, Community Dent Oral Epidemiol 38:77-82
15. World Health Organization, Beijing Declaration, 2007, Call to action
to promote oral health by using fluoride in China and Southeast Asia,
http ://www.who.int/oral_health/events/oral%20healthc.pdf.
43
LAMPIRAN 1
44
3 Perawat gigi Betsama dokter gigi menyusun Buku Petunjuk
rencana UKGS dan pemantauan Pereo<:Jloaan Tingkat
SO Puskesmas (PTP)
Melakukan persiapan lokakarya
mini untuk menyampaikan
renCMa kegiatiln
Membina kerjasama dengan I
45
5 Guru SD Membantu tenaga kesehatan gigi Flipchart Donut
Idalam pengumpulan Irene
data/screening
Memberikan pendidikan
I
kesehatan gigi pada murid,
jadwal pelajaran Orkes
I
Pembinaan Dokter Keeil
Latihan menggosok gigi
Rujukan bila menemukan murid I
dengan keluhan penyakit gigi
Membina kerjasama dengan
petugas kesehatan dalam
memelihara kesehatan
Iingkungan, jajan, warung
sekolah.
Membantu guru dalam sikat gigi
bersama I
I
6 Dokter Keeil Mcmbantu guru dalam Memberi
dorongan / motivasi agar murid
berani utntuk periksa giginya !
46
LAMPIRAN 2
1. Tingkat Pusat
Pembina Gubemur
Ketua Wakil Gubemur
Ketua I Kepala Dinas Pendidikan
47
Ketua II Kepala Dinas Kesehatan
Ketua III Kepala Kanwil Depag
Ketua Harian Asisten yang relevan
Sekrataris Kepala Biro yang menangani Pendidikan dan
Kesehatan
Anggota 1) Unsur Dinas Pendidikan
2) Unsur Dinas Kesehatan
3) Un sur Kanwil Agama
4) Un sur Dinas / Instansi yang dianggap relevan
4. Tiogkat Kecamatan
Ketua Camat
Ketua I Kepala Cabang Dinas Pendidikan
Ketua II Kepala Puskesmas
Ketua III Pengawas Pendais Depag
Ketua N Ketua PKK
Sekretaris Sekretaris Kecamatan
Anggota 1) Unsur Dinas Pendidikan
2) Unsur Puskesmas
48
3) Unsur Pengawas Pendais
4) Unsur PKK.
1) UnsurPM1
2) Unsur Dinas / Instansi terkait lainnya
Pembina Camat
Ketua Kepala Sekolah / Kepala Madrasah / Pimpinan Ponpes
Sekretaris I Guru Pembina UKS / Pembina UKS
Sekretaris II Ketua Komite Sekolah / Majelis Madrasah
Anggota 1) Unsur Pengurus Komite Sekolah
2) Petugas UKS Puskesmas / Bidan Desa
3) Ketua OSIS
4) Unsur Sekolah
49
LAMPIRAN3
Ke~rangan :
I. Dallar tilik digunakan untuk mengamati pelakJ>anaan pelayanan kesehatan gigi di sekolah.
2. Isilah kolom jawaban dengan tanda (V)pada kolomjawaban yang sesuai.
.3. Kolom Jawaban "Y" (Y=ya) bila sesuai dengan Daftar Tilik
4. Kolom jawaban '1"" (l'=tidak) bila tidak sesuai dengan Daltar Tilik
5. Kolom jawaban "TB" TB= Tidak Bcrlaku
Pengamat,
"( .......................... )
50
LAMPIRAN4
PUSKESMAS Petugas :
NAMA PENGAMAT Tanggal:
Keterangan :
I. Daftar tilik digunakan untuk rnemantau pelaksanaan UKGS.
2. lsi lah kolom jawaban dengan tanda (V) pada kolorn jawaban yang sesuai.
3. Kolom jawaban "Y" (Y=ya) bila kegiatan Pelayanan UKGS dilakukan dan
dicatat ke dalam catatan kegiatan UKGS sesuai dengan Daftar Tilik
4. Kolom jawaban "T" (T=tidak) bila tidak dilakukan atau tidak dieatat ke
dalarn eatatan kegiatan UKGS sesuai dengan Daftar Tilik.
F. INPUT
Apakah ada
I. Reneana kerja kegiatan UKGS
2. Reneana kerja pelatihan dokter keeil
3. Reneana kerja pelatihan guru
4. Daftar inventaris peralatan kegiatan UKGS
5. Daftar inventaris bahan dan obat untuk kegiatan UKGS
6. Penjadwalan perternuan lintas sek"1or dan !iotas program dalarn pelaksanaan
UKGS
PROSES
I, 7. Apakah petugas rnelakukan pemeriksaan dan meneatat data dasar rnurid
I
kelas terpilih pada sekolah yang akan rnendapat pelayanan UKGS
8. Apakah berdasarkan data dasar tersebut dibuat rencana kegiatan!
peJaksanaan UKGS pada SD yang bersangkutan
9. Apakah dilakukan pencatatan bagi rnurid-rourid yang menerima perawatan
10. Apakah pad a masing-masing rourid dibuat rencana terapy
51
OUTPUT
Apakah ada
11. Realisasi pelaksanaan UKGS sesuai dengan rencana kerja
12. Fasilitas pelaksanaan UKGS sesuai dengan kebutuhan
13. Hasil pelaksanaan UKGS dilaporkan pada Pimpinan SD
\4. Cakupan SD yang mendapat pe\ayanan kesehatan gigi
I
15. Cakupan SD yang melaksanakan kegiatan UKGS optimal
I
16. Cakupan SD kelas selektif yang mendapat perawatan kesehatan gigi dan I
mulut
Pengamat,
( .......................... )
52
LAMPIRAN5
FORMATPEML~PELAKSANAANPROGRAMUKGS
Tanggal penilaian
Sekollih yang dinilai
Puskesmas Pembina
KabIKota
Materi Penilaian :
I. Upaya Kesehatan Masyarakat pada UKGS (Bobot nilai 45 %)
2. Upaya Kesehalan Perorangan pada UKGS (Bobot nilai 35 %)
3. Manajemen UKGS pada program UKS (Bobot nilai 20 %)
SkaT tiap variabeI Kegiatan UKM UKGS, antata 10 -100, dengan ketentuan sbb :
Skor 0 - 25 = Kegiatan tidak dilaksanakan, cakupan 0%
Skor 25 - 50 .- Kegiatan' kadang-kadang dilaksanakan. cakupan <50%
Skor 50 - 75 = Kcgiatan sering dilaksanakan, cakupan antara 50-5%
Skor 75 - 100 = Kegiatan secara rutin dilaksanakan,cakupan > 75%
53
sektor mll Tim Pembina Kegiatan ........
UKS Keeamatan
KEGIAT AN UKGS
Guru yang mengikuti Ada ITidak .10
pelatihan UKGS/UKS
2 Murid yang mengikuti ' Ada I Tidak 10
pelatihan dokter keeil
3 Pendidikan dan penyuluhan Ada I 10
54
n. UPAYA KESEHATAN PEROR ANGAN
2 Penjaringan dan 10
pencabutan gigi sulung (Bukti
yang sudah waktunya pellcatatan)
tanggal pada mood kelas I
3 ayahan medik gigi Ada/Tidal< 10
dasar aras pennintaan (Bukti
pacta mund Ktas I sid VI peneatatan)
(care on demand)
4 Pelayanan medik gtgi I I Ttdak 10
dasar pada kelas terpilih Prosentase keg.
sesuai kebuttihan untuk ........%
klas 1, III & IV (Bukti
pencatatan)
5 bagi yang Ada I Tidak 10
memerlukan (Bukti
pencatatan)
PELAYANAN
KESGILUTDI
PUSKESMAS
Jumlah perawatan gigi 10
yang ditangani : (Bukli
Balita peJaporan)
Murid TKI Apras
Murid SD/MI ...........................
55
.........................
.........................
dicabut (target 1 : 1)
PENINGKATAN
MUTU PELAYANAN
Tiogkat kepatuhan
kesgilut observasi
56
In. MANAJEMEN UKGS
sekolah Dokumen
4. Rencana Tim Ada/ S
Pc;:laksana Dokumen
5. Struktur/Jadwal kcgiatan Ada 10
Dokumen
MANAJEMEN SUMBER
DAYA
Sarana, Prasarana dan
Alkes
Kartu inventaris peralatan Ada / Tidak
Dokumen
UKGS Kit Ada / Tidak
Observasi
Alkes gigi dan mulut dasar Ada / Tidak
Observasi
Pcralatan Demo gilut Ada / Tidak
Observasi
Sarana penyuluhan gilut Ada / Tidak
Observasi
Ada runngan khuslIS & Ada / Tidak
perabotan _ Observas i
Ada / Tidak
Observasi
Ada / Tidak
Observasi
57
2. Kader murid Ada/Tidak
4 Dana
Sumberdana Ada /Tida.k
Dokumen
2 Dana sehat Ada / Tidak
Dokumen
3 Jml operasional dim sebulan Ada/Tidak
Dokumen
58
LAMPTRAN6
Ae Ne-;
Asien Confere""" of
Ood tI.... .llb Promo_
' I
'
lor SchoOl Chiklton
PeserU! the 7th Asian Conference of Oral Health Promotion for School Children,
berasal dari 22 negara
DEKLARASI BALI
Para peserta Konferensi 7th ACOHPSC yang berasal dari 21 negara menyepakati:
Bahwa penyakit gigi dan mulut, pada khususnya ,k aries gigi, merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama di kawasan Asia dan bahwa beban penyakit
pada anak-anak berdampak negatif yang signiflkan terhadap kesehatan,
pertumbuhan serta kesejahteraan sosial d'an emosional ;
Bahwa sumber daya dan kapasitas untuk ik esehatan mulut di sekolah bervariasi
diantara negara-negara di wilayah Asia, dan
Bahwa kesehatan mulut merupakan bagian integral dari kesejahteraan dan
kesehatan pada umumnya dan ;
Rekomendasi :
Integrasi kegiatan promotif dan preventif kesehatan gigi mulut dan mulut dalam
semua kebijakan dan kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan sekolah serta di
lingkungan sekolah yang lebih Il uas, termasuk pra sekolah dan taman kanak
kanak serta peran serta masyarakat sekitar;
Mengintensifkan kerjasama lintas prafesi dan lintas sektor untuk mengatasi
karies gigi, pada anak-anak sejak usia dini yang mengarah ke perilaku bersih dan
sehat dan perbalkan kesehatan gigl dan mulut;
59
- Integrasi promotif dan preventif kesehatan gigl, dan mulut di sekolah dalam
konteks rencana aksi di daerah dan nasional dalam hubungannyan dengan
pencegahan dan pengendalian PTM, dan
- Pengembangan tenaga kesehatan gigi dan mulut yang melaksanakan kegiatan
promotif yang inovatif dengan melibatkan dental therapist atau perawat gigl
dengan peran dan tanggung jawab yang jelas bagi sektor kesehatan, pendidikan
dan sektor terkait lainnya, terrnasuk orang tua dan masyarakat;
60
Ball Declaration - Good Oral Health as Invesbnent of Children's Future
The 7th Asian Conference of Oral Health Promotion for School Children
(ACOHPSC), September 12-14, 2013, Ball, Indonesia
The participants of the 7th Asian Conference of Oral Health Promotion for School
Recognize:
- That oral diseases, particularly dental caries, are major public health problems in
the Asian region and that the burden of disease in children results in significant
negative impacts on their health an growth, as well as their social and emotional
wellbeing ;
- That available resources and capacities for school oral health vary among
countries of the region ; and
- That oral health is an integral part of general health and wellbeing;
Recommend:
- The integration of oral health promotion and prevention in all policies and
activities related to school, health, in the wider school setting . including pre
schools/kindergartens, as well as within the surrounding communities;
Intensified interprofessional and intersectoral collaboration to address dental
caries in children from an early age, leading to healthy lifelong behaviours and
improvements in oral health;
- The integration of oral health promotion and prevention in schools in the context
of emerging regional and national action plans for prevention and control of
NCDs; and
- The development and promotion of innovative wor1<force models using a team
approach and involving mid-level providers, such as dental therapists or dental
61
nurses, as well as clear roles and responsibilities of the health, education and
othet related sectors, as well as parents and communities;
Adopted by the participants of the 7th Asian Conference of Oral Health Promotion for
School Children, held in Bali, Indonesia, on 14 September 2013.
62