Anda di halaman 1dari 7

- Pembesaran limpa ditemukan pada mumi di

Mesir yang berusia lebih dari 3000 tahun


- Tersebar di 90 negara dan kematian 90% di
Afrika
- Sebelum masehi disebut dengan raja segala
penyakit
- Berasal dari kata Malaria yang dalam bahasa
italia artinya udara busuk
- Laveran (1878-1882) mengamati parasit
(plasmodium) melalui mikroskop dan dilanjutkan
oleh peneliti2 selanjutnya
MALARIA - Tahun 2004 di Indonesia 15 juta penduduk
diobati setiap tahun
OLEH - Tahun 2006 malaria di Indonesia dinyatakan
ABDUL THAIF HAMZAH KLB

PETA ENDEMIS MALARIA DI INDONESIA


TAHUN 2007 Insiden Malaria Menurut Provinsi
##
# ### ##
###
#### # # # # ###
##### # # # ## #
# ## ## # ## # ##
# ### #
# #
####### ## ## ## ## ## ###
# # ### # # ## ##
# # # # # ##
# # ##
##
# # ###
# # #####
# ## #######
#

#### #
# #
## # # ##
## #
# #### ##
# #
# #####
## ## #
# # ### # # ##
#### #
## ################ #
## ###
#
# # # ## #
# #### ### ### # # # # ## ############## # #
# # ## ### ####### # # #### #
# # # # ## # # # ##### ### # # # # # ## ## # ##
#
#
### # # # # # # # #
#
# ## # ## # ### #
# # ### # ### #
## # # # # #
#
# # # # # #
# ## # # ##
#
# ## # # #
#### # ## # ##
## # ## # # # ##
## # # # ## #
#
##
#

# ## # # #
#
#
##
# # # ## ## # # # # # # #
#
## ###
#
## # # ### ## # # # # ## #### # # # #
#
# #

#
#
#

##
##
##### #
# #### ##
# # ## #
#
# #####
#

# # # # ### # # # #

####
# # # ##
# # # #
#
# ## ##
## # ### ## # ### ##
# #
#
#

# # # # ####### ## #
#
# #
#
# # #
### ######
# # ## ####
##### # ## ## # #
#
###
# #
# ## #
#
# #
# ##
###### ######################### ## # #
# # #### # ## # #
##
#
#
# #### # #### # # # ##### #
# # # ##
############################## # # # #
# # ### #
# # ## # # ## #

## # #
##
#
#
## #
######################### ####### # # ##
## # # #
#
#
#
####### ## ## ##
# # #
# # #
#
# ##
## ############# #####
#### ###### # # ## # ### # ## ## #

#
# ##
# ## ########
# ## ## # # ###### # # #
# # ## # ##
# ## # # ####
### # ## # #
## #
# # ###### # ###### #
# #
#
##### ### # # ## ###
# # ### ## # ###### #
# #
#
#
#
#
# ### #### ###### ### ### ## ## # ## ### # # #
#

# # ## ### ########################
#
#
#
# # ######## ########
## ###
### # # ## # # ##
## #
#
#
#
#
#
# # # # # # # # ####
# ## # ## ### # ## # ### ###### ##
## # # # ### ## # ### #
# ###
# #
#
# ## #
#
#
#
## # ## ## # # # # # # ### ## #
##
#
## # #### # #
#

Tahun 2007
# ##
### #
##
# ######### #
## #
# # ## # ## # #
# # ### ## #
#
#
#
# #
#

## # # # #
# ## ##
#
# ## # ## # # # # #### ###
# # # ## # ##### # ##
## ##
# #
# # # ## # #
#
# ## ### # #
###

## ## ### #
### ######
#
##
# ## # # # #
##########
#### ###
# #
# ##
#### ## #
#####
# ##
##
##
# # ## ##
####
#
# ## #### #
# # ## ## ##
# # ##
#
###
# # #
##
##### # ### ### #
#
# #
# # #
##
##
### ###
#
# #### ## ## ######
# # #### #### # #
# # #### ## ## #
# # #
# # #
####### ####### # ###### ## ###### ###### ##### #####
# ######
# # # # ##### # ### #### ## #####
#### ## #### #### ##
# ## # #### # # ### ###### ## # ## # ##
### ###### ###### #### #
#
#
# # ###
## ##### ## ### ######## ##
# #
# # # ## ### ###### #
#
## ##
#
#
# ## # # ## #### # # ###
#
## ##
## #
##
## ## #
#
##### ## # # ## #
# # #

Tahun 2013
### ## ## ### ##### ## # # #### ##
# # # # ##### ## #
# ### #
#
## # # # # #
#
# # # ## #
#
# ## #
# ## #
# ##
##
#

## ## #
#
# # #
# # ## # #
# ## #

#
## #
### # # # # # ##### # # #
# #####
### # # ## ## ##### # #
## #########
## # #
# # #
### # ###### #### # # # # #
## # #
## # #
#
##### #
# # #
#
###############
#
#### # #### ## ### # # ## ##
#
## ## ######
##### ## #
## #### # # ### ## # ###############
## ## # ### # # ####### ## ######
# #### # ### ###
# # # ### ####### # ## #
# #
#### # ### ## ## # # # ## # # # ## #
# # ###
###
#
## ###
# ### #
######### ####
####
# # ## ## # ### ### #
# ##
# ##### #### ##
# # ##
# ##
# # # # ##
# ## # #
### # #

##
#

Sumber: (Kemenkes 2013)


0 0-1 1-5 5-49 50-100 > 100 1 dot = 50 Kasus
API
o/oo Free Low Moderate High
upikke2011 1 dot = 250 kasus

ETIOLOGI
An. subpictus, An. barbirostris An.
minimus, An. nigerrimus, A.
sundaicus, An. flavirostris dan An.
ludlowi.
Empat spesies plasmodium yang
(Nurdin et al. 2013) terdapat pada manusia :
1.Plasmodium vivaks (malaria tertiana)
2.Plasmodium falciparum (malaria
tropika)
3.Plasmodium malariae (malaria
Sumber: (Depkes RI 2013)
kuartana)
4.Plasmodium ovale (malaria ovale)
5.Terbaru adalah Plasmodium knowlesi

GEJALA KLINIK
- Tahun 2011 ditemukan jenis malaria baru 1. Malaria Falciparum
(P. knowlesi) di Asia tenggara dengan
gejala berat dan membahayakan jiwa. a. Asimptomatik hingga
- Sebelumnya plasmodium ini ditemukan menjadi berat dan
berakhir kematian
hanya menjangkiti monyet ekor panjang
b. Demam berupa
(Macaca fascicularis) di Asia Tenggara
serangan dengan
- Ditemukan kasus tersebut di kalimantan interval waktu tertentu
(6 kasus) yang terbagi tiga
- Gejala P. knowlesi seberat infeksi P. stadium :
falciparum dan sebandel P. vivax (Kusriati - Stadium dingin
2011) - Stadium demam
- Stadium berkeringat
2. Malaria Vivaks
c. Peningkatan SB hingga 41-42 0C (terjadi a. Beberapa hari
pada masa skizogoni eritrositik aseksual) pertama demam tidak
d. Pada P. vivaks dan P. falciparum, fase teratur
skizogoni terjadi setiap 48 jam (demam b. Menggigil
setiap hari ketiga) c. Periodisitas setiap 48
e. Masa inkubasi malaria falsiparum berkisar jam dengan gx khas
9-14 hari panas dingin dan
f. Nyeri kepala hebat, menggigil dan demam berkeringat
g. Mual dan muntah d. Suhu mencapai 40 0C
h. Gangguan mental atau lebih tinggi
i. Hipotensi e. Nyeri badan, mual
dan muntah

a. Pada minggu kedua


limpa mulai teraba 3. Malaria malariae
b. Akhir minggu ke lima
demam mulai turun a. Serangan pertama sangat menyerupai
karena parasit dalam malaria vivaks
darah mulai berkurang b. Gejala lebih ringan, lebih singkat
c. Udema ringan pada c. Gejala serangan pada tiap stadium sangat
tungkai dan biasanya jelas dan terjadi setiap 72 jam
hilang d. Timbulnya serangan terjadi secara perlahan
d. Kadang terjadi kejang berbeda dengan malaria falciparum dan
e. Anemia berat dan vivaks
splenomegali e. Serangan bisa tidak disertai dengan gejala
ditemukan pada kasus menggigil
yang tidak diobati

4. Malaria Ovale
f. Bila menggigil biasanya tidak sering a. Menyerupai malaria vivaks tetapi lebih
dan hanya terjadi selama 1 jam ringan gejalanya
kemudian diikuti peningkatan SB b. Puncak demam lebih rendah dan masa
g. Anemia terjadi lebih lambat dan tidak klinis lebih pendek sehingga bisa sembuh
menjadi lebih berat sendiri
h. Rendahnya parasitemia menyebabkan c. Biasanya serangan timbul pada sore hari
berkurangnya penghancuran eritrosit dibandingkan malaria vivaks yang timbul
biasanya pada siang hari
i. Ictrus juga jarang ditemukan
d. Gejala menggigil jarang atau tidak
j. Gejala lebih ringan, lebih singkat ditemukan
e. Mual dan muntah juga jarang ditemukan

PATOFISIOLOGI
Anamnesis:
Diagnosa Malaria
1. Keluhan utama: demam, menggigil,
berkeringat dan disertai gejala lain (nyeri
Ditegakkan berdasarkan : kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot)
1. Anamnesis 2. Riwayat berkunjung ke daerah endemik
2. Pemeriksaan fisik malaria
3. Pemeriksaan Lab. 3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
4. Riwayat sakit malaria
5. Riwayat minum obat malaria 1 bulan
terakhir
6. Riwayat mendapat transfusi darah

Diagnosa Laboratorioum Malaria


Pemeriksaan Fisik:
1. Temperatur
demam > 37.5 0C.
2. Pembesaran Limpa
/Splenomegali
Heckett (H1 s/d H4)
3. Pembesaran Hati /
hepatomegali
4. Pemeriksaan lain ke
arah malaria otak,
malaria berat atau
komplikasi.

Pewarnaan Acridine Orange


Mikroskopis
1. Pewarnaan Standar apusan
darah (tipis & tebal) =Giemsa
2. Mikroskop fluorescence :
sediaan darah diwarnai dengan
pewarnaan acridine orange inti
parasit berfluorescence

Rapid Diagnosis test (RDT) malaria


Rapid Diagnostic Test
Rapid Test:
Parasit laktat dehidrogenase (pLDH)
adalah enzim glikolitik yang dihasilkan
oleh stadium aseksual dan seksual parasit
hidup
Dilepaskan dari eritrosit terinfeksi parasit.
Ditemukan dalam semua 4 spesies
Plasmodium
pLDH berbeda untuk masing-masing dari
4 spesies ada
Terapi Obat golongan Artemisinin

A. Malaria ringan tanpa komplikasi


1. Artesunat
Bentuk : tab : 50 mg/200mg
1. Rekomendasi KOMLI dan WHO untuk tidak injeksi : im, iv, 60 mg/amp
menggunakan lagi obat standar kloroquin, sufadoksin Supositoria :100mg/200mg
dan pirimetamin karena multiresisten Dosis : oral : Hari I : 2 mg/kg BB, 2 kali sehari
2. Rekomendasi global WHO untuk menggunakan obat Hari II-V dosis tunggal 2,4 mg/kg BB
gol. Artemisinin kombinasi (Artemisinin based Injeksi : Hari I : 1,2 mg/kg BB / hari, minimal 3
combination therapy) atau disingkat ACT hari
Supositoria : 5 mg/kg BB/12 jam
Sumber : Hadidjaja & Margono 2011

Kombinasi Artesunat+Amodiakuin

Sumber : Kemenkes 2008 Sumber : Kemenkes 2008

B. Malaria Berat

2. Artemeter Prinsip Penanganan :


Bentuk : tab : 40 mg/50mg 1. Tindakan umum/ tindakan
injeksi : im, iv, 80 mg/amp perawatan
Dosis : oral : Hari I : 4 mg/kg BB, 2 kali sehari 2. Parasitemia : pemberian
Hari II-VI 2 mg/kg BB, 2 kali sehari obat antimalaria
Injeksi : Hari I : 3,2 mg/kg BB / hari 3. Tranfusi tukar (exchange
Hari II : 1,6 mg/kg BB / hari, selama 3 tranfusion) biasanya WB
hari sampai bisa obat per oral 4. Pemberian cairan/nutrisi
Sumber : Hadidjaja & Margono 2011 5. Penanganan terhadap
gangguan fungsi organ
yang mengalami
komplikasi

B. Malaria serebral
6. Udema paru/ARDS
1. Koma yang tidak 7. Hipoglikemia (< dari 40
disebakan oleh penyakit mg%)
lain atau > dari 30 menit 8. Gagal sirkulasi (tekanan
setelah serangan kejang sistole < 70 mm/Hg,
2. Hb < dari 5 gr% atau pada anak < 50
hematokrit < dari 15 % mm/Hg)
3. Keadaan parasit > dari 9. Hipertermia > dari 40 c
10.000/uL 10. Perdarahan/ gangguan
4. GGA (kreatinin > dari 3 koagulasi
mg% dan urin kurang dari
11. Kejang lebih dari 2
400 mg/24 jam pada orang
kali/hari
dewasa atau 12 ml/kg bb
pada anak. 12. Asidosis PH < 7.2
PEMBUATAN SEDIAAN DARAH 5. Gerakkan dengan memutar
tetesan darah tadi sehingga
A. Sedian darah tebal berdiameter 1 cm
1. Jari didesinfeksi menggunakan 6. Sediaan darah dikeringkan
alkohol 70 % dalam kamar bebas debu
2. Jari tangan ditusuk (tidak bisa dipanaskan)
menggunakan lanset 7. Sebelum dipulas, apusan
3. Satu tetes darah yang diambil darah tebal yang sudah
dari ujung jari diteteskan pada kering harus dihemolisis
obyek glas (1) yang bersih dan dengan aquades sampai
bebas lemak seluruh Hb hilang
4. Ambil obyek glas (2) dan 8. Selanjutnya dipulas
ujungnya digunakan untuk menggunakan larutan
melebarkan tetesan darah tsb Giemsa

B. Sedian darah tipis


5. Bila darah telah
1. Jari didesinfeksi
menggunakan alkohol 70 %
menyebar rata,
2. Jari tangan ditusuk maka obyek glas
menggunakan lanset (2) didorong
3. Darah yang keluar dari luka
tusukan diteteskan pada salah
secara cepat
satu ujung tepi obyek glass (1) 6. Sehingga
yang bersih dan bebas lemak. terbentuk apusan
4. Pada tepi tetesan darah tadi
diletakkan tepi obyek glass
darah yang tipis
lain dengan membentuk sudut dan rata dengan
30-45 sehingga darah ujung berbentuk
menyebar disepanjang tepi
glass (2)
lidah

7. Apusan darah dikeringkan, kemudian difiksasi


dengan metilalkohol 100% selama 1 menit
8. Selanjutnya apusan darah dipulas dengan
pulasan Giemsa
PADA SEDIAAN DARAH YANG SUDAH
DIPULAS CIRI MORFOLOGINYA
PROGNOSA

Gambaran morfologi Plasmodium sp.


Morfologi
Stadium trofozoit muda cincin
a. Inti
Merah
f
b. Sitoplasma
Biru
c. Pigmen
Coklat
hitam
d. Titik-titik
(maurrer/Shuff
ner)
Merah
e. Zona merah
Merah
f. Vakuola
Trofozoit P.falciparum
Eritrosit yg tidak
terhemolisa sempurna,
dapat ditemukan zona
merah (kecil)
Stadium parasit seragam

2
Morfologi
Inti bulat, merah, kecil
1
padat
5
Sitoplasma biru, halus,
berbentuk cincin, koma,
tanda seru, burung
terbang, tanda tanya
Trof lanjut pikmen
hitam kecoklatan

Skizon muda
Gametosit
Morfologi Bentuk pisang/ sosis/ bulan sabit/
Inti merah, padat jumlah lonjong/ agak bulat
lebih dari 2
Kadang dapat ditemukan stadium
Sitoplasma biru, melebar gametosit muda dengan balon merah
Tampak pigmen
menggumpal, warna cokelat Tidak tampak titik-titik Maurer 1
Makrogametosit (gametosit
betina)
Skizon matang
1 Langsing (ujung runcing) 1
Inti 2
Inti : merah, kompak, padat
merah, padat membelah 1 Sitoplasma : kebiruan 2
diri (banyak : 8 - 32). Pigmen, coklat tua, batang
Masing-masing inti mengelilingi inti
dikelilingi sitoplasma Mikrogametosit (gametosit
jantan)
Sitoplasma Inti : merah, menyebar
biru, padat, kompak Sitoplasma :
Tampak pigmen biru kemerahan, melebar
menggumpal tengguli- Pigmen, coklat tua, batang
menyebar
hitam

Plasmodium vivax Plasmodium vivax


Trofozoit muda bentuk cincin Skizon
Eritrosit yg terinfeksi lebih besar dari
Eritrosit yg terinfeksi lebih besar dari eritrosit normal
eritrosit normal Titik-titik Shuffner terdesak kepinggir
Tampak titik-titik Shuffner : halus 1
Vakuola sudah tidak tampak
1
dan merata, warna merah
Skizon muda zona merah tampak
Morfologi 1
Inti bulat, padat, merah, kecil 1 Inti : lebih dari 2, merah, melebar 1
Sitoplasma biru, kasar (tebal), Sitoplasma : biru, melebar, menyatu
Pigmen coklat tengguli, menggumpal
bentuk cincin ada 1 1
Vakuol tidak terlihat 3
bagian yang menebal
Skizon lanjut
3 2
1 1 Inti : merah, padat membagi diri 8-24
Trofozoit lanjut Sitoplasma : biru, mengelilingi setiap
inti
Titik-titik Shuffner berwarna merah Pigmen coklat tengguli, menggumpal
Morfologi
Inti bulat, merah, melebar
Sitoplasma lebih tidak beraturan Stadium skizon matang
(amuboid) Sama dengan skizon lanjut, namun
Pigmen kuning kecoklatan sitoplasma sudah membagi diri
mengelilingi masing-masing inti
Vakuola masih tampak
(merozoit)

Plasmodium vivax P. malariae


Trofozoit
Gametosit
Titik-titik Ziemann tidak terlihat
Zona merah masih terlihat Morfologi :
Titik Schuffner terdesak ketepi Inti:
Vakuola tidak ada Merah, bulat atau melebar
1
Kadang terlihat seperti di
dalam sitoplasma
Makrogametosit (betina)
1 Sitoplasma : 1
Inti : merah, padat, di tepi biru tebal
Sitoplasma : biru, melebar Berbentuk cincin
1

Pigmen : coklat tua, tersebar 2


Memanjang seperti pita
2
Pigmen : 2 1

Mikrogametosit (jantan) Cincin halus Belum terlihat 1


jelas
Mikrogametosit (jantan) Terlihat jelas (bentuk pita)
Inti : merah melebar, di Vakuola masih terlihat.
tengah
Sitoplasma : Sering terlihat bertumpuk antara
biru kemerahan, melebar inti, sitoplasma dan pigmen
Pigmen : coklat tua, tersebar
P. malariae P. malariae Gametosit
Skizon Pigmen sangat dominan
Stadium skizon muda
Morfologi
Inti : merah, melebar, > 2
Sitoplasma : biru, melebar
makrogametosit (betina)
Pigmen : menyebar, warna coklat Inti : merah, padat, di tepi
tua kekuningan Sitoplasma : biru, melebar
1 1
Pigmen : bercak kuning
Stadium skizon lanjut 1
3 1 kecoklatan, tersebar
Inti : 8-12, merah, menyebar 3
Sitoplasma : biru, belum membagi 2
diri (masih menyatu) 1
mikrogametosit (jantan)
Pigmen : menyebar ke tepi, warna 2 Inti : merah, melebar, 2
coklat tenguli / kekuningan
terlihat berat di tengah
Stadium skizon matang Sitoplasma : biru terlihat
Pigmen mengumpul seringnya di kemerahan, melebar
tengah coklat tengguli Pigmen : bercak kuning Gambar, cari
Merozoit : tersusun rapi seperti kecoklatan, tersebar
bunga seruni

Plasmodium ovale
Trofozoit bentuk cincin

Eritrosit yg terinfeksi sedikit


lebih besar dari eritrosit
normal
Biasanya berbentuk oval
atau disalah satu ujung atau
2 ujung berbentuk fimbriae
Tampak titik-titik james:
kasar dan merata, warna
merah
Morfologi
-Parasit memenuhi 1/3
bagian eritrosit
-Inti padat, massa jelas
-Sitoplasma kompak

Anda mungkin juga menyukai