Pencapaian tujuan tersebut diantaranya dilakukan dengan pendekatan keselamatan dan hak
pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini ditegakkan sebagai
upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.
Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas, yaitu kelompok administrasi
manajemen, yang diuraikan dalam Bab I, II, dan III, kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang
diuraikan dalam Bab IV, V, dan VI, dan kelompok Upaya Kesehatan Perorangan atau Pelayanan
Kesehatan yang diuraikan dalam bab VII, VIII, dan IX.
Berikut diuraikan standar akreditasi pada bab VI, Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat
Pada Bab VI, Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat, terdapat 1 standar yang harus
dipenuhi, yaitu : Perbaikan kinerja masing-masing UKM Puskesmas konsisten dengan tata nilai,
visi, misi dan tujuan Puskesmas, dipahami dan dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas,
Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana yang ditunjukkan dalam sikap
kepemimpinan. Terdapat 6 kriteria dengan 29 Elemen Penilaian untuk mendukung standar
tersebut. Kriteria dimaksud antara lain sebagai berikut :
Berbagai dokumen yang diperlukan untuk mendukung criteria dan elemen penilaian pada bab
sasaran kinerja UKM tersebut diantaranya adalah :
Berbagai dokumen yang dipersiapkan di Puskesmas pada survey pelayanan klinis diantaranya
adalah :
1. Penyelenggaraan pelayanan klinis seperti : 1). Kebijakan tentang pelayanan klinis; 2).
Standar Prosedur Operasional (SPO) klinis; 3). Pedoman Pelayanan Klinis; 4). Kerangka
Acuan Kegiatan Pelayanan Klinis.
2. Pelayanan Upaya Kesehatan di Puskesmas, seperti: 1). Perencanaan Upaya Kesehatan;
2). Proses yang berhubungan dengan sasaran; 3). Penyelenggaraan upaya; 4).
Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan:
Beberapa kegiatan telusur pada pelaksanaan survey UKP di Puskesmas antara lain:
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis dari sistem yang digunakan oleh
Puskesmas dalam memberikan asuhan, tindakan dan pelayanan dengan menggunakan
pasien sebagai kerangka kerja untuk mengukur pelaksanaan standar.
Merupakan metoda evaluasi yang dilakukan selama dilakukan on-site survey. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk penelusuran pengalaman pasien terkait asuhan yang diterimanya
selama memanfaatkan pelayanan di puskesmas.
Salah satu metode yang dipakai surveior dengan mengikuti alur asuhan dan tindakan
pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Berdasarkan penjelasan diatas , maka surveior melakukan kegiatan telusur pasien secara
individual. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1). Dengan mengikuti alur asuhan,
tindakan, pelayanan yang diberikan kepada pasien; 2). Melakukan penilaian hubungan kerja
antar petugas pemberi pelayanan dan unit kerja terkait; 3). Melakukan identifikasi masalah pada
proses pelayanan pasien. Sedangkan berbagai elemen yang ditelusur antara lain:
Selain telusur pasien diatas, kegiatan telusur pada pelaksanaan survey UKP Puskesmas juga
dilakukan pada telusur Sistem. Telusur ini antara lain dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain: 1). Melakukan telusur sistem berdasarkan hasil telusur individual; 2). Telusur sistem
berdasar telusur pasien secara individual; 3). Telusur sistem dengan melihat semua unit
pelayanan (pendaftaran sampai dengan pemulangan); 4). Telusur sistem pelayanan pada unit
pelayanan, seperti unit pendaftaran, rawat jalan, laboratorium, pelayanan obat, serta pemulangan
pasien.
Telusur proses manajemen dan penggunaan obat lebih difokuskan pada kemungkinan timbulnya
risiko. Juga yang penting bertujuan sebagai upaya evaluasi dan memastikan kesinambungan
pengelolaan dan penggunaan obat mulai pengadaan sampai dengan kegiatan monitoring efek
samping obat pada pasien.
Pada dasarnya telusur proses pencegahan dan pengendalian infeksi pada fasilitas pelayanan
kesehatan, bertujuan untuk melakukan evaluasi kepatuhan terhadap standar pencegahan dan
pengendalian infeksi serta aspek keamanan dan keselamatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Kegiatan ini juga bertujuan melakukan identifikasi masalah pencegahan dan pengendalian serta
langkah tindak lanjutnya untuk penanganan risiko serta peningkatan keselamatan pasien.
Telusur ini dilakukan dengan pengumpulan dan analisa penggunaan data untuk memperbaiki
mutu dan kinerja pelayanan dan keselamatan pasien. Kegiatan ini juga bertujuan untuk
melakukan evaluasi efektivitas pelaksanaan rencana, program dan proses peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.
Proses ini merupakan upaya pengelolaan fasilitas dan sistem keselamatan pasien untuk
mendukung manajemen risiko. Sedangkan kegiatan telusur dilakukan untuk mengevaluasi proses
pengelolaan fasilitas dan keselamatn pasien, serta tindakan untuk menanggulangi masalah dan
menentukan tingkat kepatuhan terhadap standar.
Proses Pelaksanaan serta Metode Survei pada Akreditasi Puskesmas
Sesuai Permenkes No.46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, Kebijakan Akreditasi Fasilitas
Kesehatan ingkat Pertama, disebutkan bahwa akreditasi merupakan pengakuan yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah
memenuhi standar Akreditasi.
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahap kegiatan akreditasi Puskesmas yang dilakukan
oleh surveior. Beberapa tahap tersebut secara garis besar dapat dijelaskan antara lain sebagai
berikut :
Pada tahap pelaksanaan survey, surveior melakukan kunjungan ke Puskesmas sesuai jadwal
yang sudah disepakati. Surveior akan melakukan kegiatan telaah dokumen dan kegiatan telusur.
Telaah dokumen merupakan kegiatan pemeriksaan dokumen yang menjadi regulasi Puskesmas
pada pelaksanaan akreditasi. Jenis dokumen tersebut berupa dokumen eksternal (berupa
peraturan perundangan, pedoman, dan lainnya), serta dokumen internal Puskesmas (seperti SK
kepala Puskesmas, SOP, dan lainnya).
Survey akreditasi merupakan kegiatan audit eksternal. Pengertian audit eksternal, adalah proses
yang dilakukan sistematik independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti-bukti audit
dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit dapat
dipenuhi. Pada akreditasi Puskesmas, kriteria audit tersebut adalah standar, kriteria, dan elemen
penilaian pada tiap-tiap criteria. Sedangkan bukti audit berupa informasi baik berupa catatan,
pernyataan atau informasi lain yang relevan terhadap kriteria audit yang dapat diverifikasi. Kata
kunci bukti ini adalah bahwa fakta harus TERTULIS. Karena pada prinsipnya akreditasi
dilakukan dengan mencatat semua yang kita kerjakan, dan mengerjakan semua yang kita catat.
Surveior melakukan kegiatan telusur dengan melakukan dengan visitasi lapangan wawancara dan
observasi. Wawancana dilakukan baik kepada Kepaqla Puskesmas, penanggung jawab program,
staf puskesmas, lintas sektor, masyarakat, serta pasien dan atau keluarga pasien. melalui
wawancara baik kepada manajemen, penanggung jawab program, pelaksana program,
penanggung jawab pelayanan klinis, pelaksana pelayanan klinis, pasien, dan pejabat lintas sektor
terkait. Observasi dilakukan terhadap kegiatan manajemen, pelayanan klinis, maupun
penyelenggaraan program, dan bukti-bukti dokumen (rekaman) bukti pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan audit pada akreditasi eksternal Puskesmas tersebut menghasilkan temuan, yaitu hasil
dari evaluasi bukti audit yang dikumpulkan terhadap kriteria audit. Temuan ini kemudian
ditindak lanjuti dengan adanya rekomendasi tindak lanjut, yaitu berupa pernyataan sebagai saran
untuk perbaikan jika ditemui elemen penilaian yang kurang dari 10.
Telusur untuk survei akreditasi manajemen bertujuan untuk memastikan bahwa sistem
manajemen mutu dan sistem manajemen telah DIBUAT dan DILAKSANAKAN. Penetapan dan
pembakuan sistem mutu dilakukan dengan menetapkan kebijakan, pedoman, dan prosedur-
prosedur mutu yang dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan perbaikan mutu dan kinerja.
Sedangkan penelusuran terhadap pelaksanaan sistem manajemen mutu terutama adalah
membuktikan apakah siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) sudah berjalan secara konsisten
sebagai upaya perbaikan mutu dan kinerja pelayanan.
Penelusuran akreditasi manajemen antara lain dapat dilakukan dengan melihat dokumen yang
merupakan rekaman dari pelaksanaan, wawancara terhadap manajemen dan staf untuk menelusur
proses pelaksanaan prosedur kerja, dan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan, evaluasi dan
tindak lanjut perbaikan, Kata kunci kegiatan untuk membuktikan bahwa proses manajemen
berjalan dengan baik, maka surveior akan melakukan telusur terhadap rekaman kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi terhadap keseluruhan
kegiatan puskesmas Sedangkan proses evaluasi dilakukan dengan melakukan analisis
perbandingan data capaian kegiatan dengan target yang sudah ditetapkan. Sedangkan wawancara
proses telusur ini dilakukan baik lintas program maupun lintas sektor.
Kegiatan telusur manajemen dan pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat (program) Puskesmas
dilakukan pada keseluruhan tahap yang dipersyaratkan pada kriteria yang ditetapkan. Beberapa
tahap dimaksud antara lain :
Penelusuran tersebut dilakukan dengan melihat hasil rekaman kegiatan mulai dari perencanaan
sampai dengan monitoring dan evaluasi berserta hasil dan tindak lanjut yang dilakukan.
Penelusuran juga dimaksudkan untuk memastikan proses sudah dilakukan sesuai kebijakan dan
pedoman program. Hal ini dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap berbagai pihak
terkait (lintas program, lintas sektor, masyarakat dan sasaran program) yang terlibat dalam
pengelolaan dan pelaksanaan program.
Pengertian, Kriteria, Kegiatan dan Standar
Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Depkes RI, 2002).
Salah satu trend sektor kesehatan, terkait keberadaan Puskesmas ini, adalah suatu insitusi yang
mampu segera mengadakan rencana, operasional, tindakan baik lapangan maupun perawatan
serta pengembangan secara cepat adalah Puskesmas dengan rawat inap.
Puskesmas Perawatan atau Puskesmas Rawat Inap merupakan Puskesmas yang diberi tambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun rawat inap sementara. Sesuai Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2003), pengertian rawat i
Puskesmas Perawatan
nap, merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,
keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan
rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh
karena penyakitnya penderita harus menginap.
Fungsi Puskesmas Rawat Inap sebagai tempat rujukan pertama bagi kasus tertentu yang perlu
dirujuk, mempunyai beberapa fungsi pokok, antara lain :
1. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat, antara lain:
Kecelakaan lalu lintas, Persalinan denngan penyulit, dan Penyakit lain yang mendadak
dan gawat
2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka
diagnostik dengan rata-rata 3-7 hari perawatan.
3. Melakukan pertolongan sementara untuk pengiriman penderita ke Rumah Sakit. Memberi
pertolongan persalinan bagi kehamilan denngan resiko tinggi dan persalinan dengan
penyulit
4. Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita ( MOP dan MOW ) untuk
Keluarga Berencana.
Standar ketenagaan yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas Rawat Inap menurut
Pedoman Kerja Puskesmas (Depkes RI, 2002):
1. Dokter kedua di Puskesmas yang telah mendapatkan latihan klinis di Rumah sakit selama
6 bulan dalam bidang bedah, obstetri-gynekologi, pediatri dan interne.
2. Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah,
kebidanan, pediatri dan penyakit dalam.
3. 3 orang perawat / bidan yang diberi tugas bergilir
4. 1 orang pekarya kesehatan (SMA atau lebih)
1. Ruangan rawat tinggal yang memadai ( nyaman, luas dan terpisah antara anak, wanita
dan pria untuk menjaga privacy )
2. Ruangan operasi dan ruang post operasi
3. Ruangan persalinan (dan ruang menyusui sekaligus sebagai ruang recovery)
4. Kamar perawat jaga
5. Kamar linen dan cuci
Sementara standar peralatan Medis yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas Rawat
Inap, antara lain:
1. Peralatan operasi terbatas
2. Peralatan obstetri patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi
3. Peralatan resusitasi
4. Minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan
5. Alat Komunikasi dan Transportasi:
6. Telepon atau Radio Komunikasi jarak sedang
7. Satu buah ambulance (minimal)
Standar diatas merupakan syarat minimal, karena untuk menuju peningkatan kualitas pelayanan,
diperlukan inovasi seorang kepala Puskesmas, baik terkait obat-obatan, penunjang medis, protap
perawatan medis dengan referensi yang uptodate, juga adanya medical review secara berkala
maupun pengembangan kegiatan non medis dan lainnya.
Refference, antara lain : Depkes RI. 2003. Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota; Depkes RI. 2002. Pedoman Kerja Puskesmas
Pasal 1
Diuraikan berbagai pengertian, diantaranya :
Pasal 6: Dijelaskan fungsi dan wewenang Puskesmas sebagai penyelenggaraan UKM antara
lain untuk:
a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis
kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan;
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan
pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis
masyarakat;
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan
Pelayanan Kesehatan; dan
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan
terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
Pasal 7, dijelas fungsi dan wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP tingkat pertama,
yaitu :
a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan
bermutu;
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat;
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan
pasien, petugas dan pengunjung;
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan
antar profesi;
f. melaksanakan rekam medis;
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan
Kesehatan;
h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama di wilayah kerjanya; dan
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan.
Puskesmas.
3. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
4. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.
Pasal 10
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan (ayat 1): geografis; aksesibilitas untuk
jalur transportasi; kontur tanah; fasilitas parkir; fasilitas keamanan; ketersediaan utilitas publik;
pengelolaan kesehatan lingkungan; dan kondisi lainnya.
Pasal 13
Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas ( ayat 1): sistem
penghawaan (ventilasi); sistem pencahayaan; sistem sanitasi; sistem kelistrikan; sistem
komunikasi; sistem gas medik; sistem proteksi petir; sistem proteksi kebakaran; sistem
pengendalian kebisingan; sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;
kendaraan Puskesmas keliling; dan kendaraan ambulans.
Pasal 16
1. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan.
2. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan
jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,
karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
3. Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri atas:
dokter atau dokter layanan primer; dokter gigi; perawat; bidan; tenaga kesehatan
masyarakat; tenaga kesehatan lingkungan; ahli teknologi laboratorium medik; tenaga
gizi; dan tenaga kefarmasian.
Pasal 17
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan dirinya dalam bekerja.
2. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 27
(1) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati/Walikota melalui satuan kerja
pada pemerintah daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan perizinan terpadu dengan
melampirkan dokumen:
a. fotokopi sertifikat tanah atau bukti lain kepemilikan tanah yang sah;
b. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
c. dokumen pengelolaan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. surat keputusan dari Bupati/Walikota terkait kategori Puskesmas;
e. studi kelayakan untuk Puskesmas yang baru akan didirikan atau akan dikembangkan;
f. profil Puskesmas yang meliputi aspek lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan,
ketenagaan, dan pengorganisasian untuk Puskesmas yang mengajukan permohonan
perpanjangan izin; dan
g. persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.
) Satuan kerja pada pemerintah daerah harus menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan
yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila berkas permohonan belum lengkap
kepada pemohon yang mengajukan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan diterima.
(3) Dalam hal berkas permohonan belum lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemohon harus mengajukan permohonan ulang kepada pemberi izin.
(4) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah bukti penerimaan berkas diterbitkan,
pemberi izin harus menetapkan untuk memberikan atau menolak permohonan izin.
(5) Dalam hal terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), pemberi izin dapat memperpanjang jangka waktu pemrosesan izin
paling lama 14 (empat belas) hari kerja dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada
pemohon.
(6) Penetapan pemberian atau penolakan permohonan izin dilakukan setelah pemberi izin
melakukan penilaian dokumen dan peninjauan lapangan.
(7) Dalam hal permohonan izin ditolak, pemberi izin harus memberikan alasan penolakan yang
disampaikan secara tertulis kepada pemohon.
(8) Apabila pemberi izin tidak menerbitkan izin atau tidak menolak permohonan hingga
berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), permohonan izin
dianggap diterima.
Pasal 28
(1) Setiap Puskesmas yang telah memiliki izin wajib melakukan registrasi.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota kepada Menteri setelah memperoleh rekomendasi dari Dinas Kesehatan
Provinsi.
(3) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu paling lambat
6 (enam) bulan setelah izin Puskesmas ditetapkan.
Pasal 29
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan surat pemohonan rekomendasi
Registrasi Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan melampirkan izin
Puskesmas dan surat keputusan dari Bupati/Walikota terkait jenis Puskesmas berdasarkan
karakteristik wilayah kerjanya dan kemampuan penyelenggaraan rawat inapnya.
(2) Dinas kesehatan provinsi melakukan verifikasi dan penilaian kelayakan Puskesmas dalam
jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah surat permohonan rekomendasi
Registrasi Puskesmas diterima.
(3) Dalam hal Puskesmas memenuhi penilaian kelayakan, dinas kesehatan provinsi
memberikan surat rekomendasi Registrasi Puskesmas, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
melakukan penilaian.
Pasal 30
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan surat permohonan registrasi
Puskesmas kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dengan melampirkan:
a. fotokopi izin Puskesmas;
b. profil Puskesmas;
c. laporan kegiatan Puskesmas sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir;
d. surat keputusan dari Bupati/Walikota terkait kategori Puskesmas; dan
e. rekomendasi dinas kesehatan provinsi.
(2) Menteri menetapkan nomor registrasi berupa kode Puskesmas paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja sejak surat permohonan registrasi Puskesmas diterima.
(3) Kode Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diinformasikan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota dan dinas kesehatan provinsi.
Pasal 31
(1) Puskesmas dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit milik Pemerintah Daerah.
(2) Dalam hal Puskesmas dijadikan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Daerah wajib mendirikan Puskesmas baru sebagai pengganti di wilayah tersebut.
(3) Pendirian Puskesmas baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Sementara pada Bab VI diatur tentang Penyelenggaraan Puskesmas seperti Kedudukan dan
Organisasi, Upaya Kesehatan, Akreditasi serta Jaringan Pelayanan, Jejaring Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan Sistem Rujukan. Pada Bagian Akreditasi antara lain diatur beberapa hal antara
lain:
Pasal 39
(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala
paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Lembaga independen penyelenggara akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat mandiri dalam proses pelaksanaan, pengambilan keputusan dan penerbitan sertifikat
status akreditasi.
(4) Dalam hal lembaga Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum terbentuk,
pelaksanaan akreditasi Puskesmas dilaksanakan oleh komisi akreditasi Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh Menteri.