Anda di halaman 1dari 14

Bukti Dokumen yang Diperlukan Pada Bab VI, Sasaran

Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat


Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja melalui
perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan
sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen risiko, dan bukan
sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.

Pencapaian tujuan tersebut diantaranya dilakukan dengan pendekatan keselamatan dan hak
pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini ditegakkan sebagai
upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.

Akreditasi Puskesmas menilai tiga kelompok pelayanan di Puskesmas, yaitu kelompok administrasi
manajemen, yang diuraikan dalam Bab I, II, dan III, kelompok Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), yang
diuraikan dalam Bab IV, V, dan VI, dan kelompok Upaya Kesehatan Perorangan atau Pelayanan
Kesehatan yang diuraikan dalam bab VII, VIII, dan IX.

Berikut diuraikan standar akreditasi pada bab VI, Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat

Pada Bab VI, Sasaran Kinerja Upaya Kesehatan Masyarakat, terdapat 1 standar yang harus
dipenuhi, yaitu : Perbaikan kinerja masing-masing UKM Puskesmas konsisten dengan tata nilai,
visi, misi dan tujuan Puskesmas, dipahami dan dilaksanakan oleh Kepala Puskesmas,
Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana yang ditunjukkan dalam sikap
kepemimpinan. Terdapat 6 kriteria dengan 29 Elemen Penilaian untuk mendukung standar
tersebut. Kriteria dimaksud antara lain sebagai berikut :

1. Kepala Puskesmas, Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana, bertanggung


jawab dalam membudayakan perbaikan kinerja secara berkesinambungan, konsisten
dengan tata nilai, visi, misi, dan tujuan Puskesmas.
2. Penanggung jawab UKM Puskesmas melaksanakan perbaikan kinerja secara
berkesinambungan, tercermin dalam pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan.
3. Penanggung jawab UKM Puskesmas dan Pelaksana bertanggung jawab dan
menunjukkan peran serta mereka dalam memperbaiki kinerja dengan memberikan
pelayanan yang lebih baik kepada sasaran.
4. Ada upaya memberdayakan sasaran untuk berperan serta dalam memperbaiki kinerja.
5. Kegiatan perbaikan kinerja masing-masing UKM Puskesmas didokumentasikan.
6. Puskesmas melakukan kaji banding (benchmarking) dengan Puskesmas lain tentang
kinerja UKM Puskesmas.

Berbagai dokumen yang diperlukan untuk mendukung criteria dan elemen penilaian pada bab
sasaran kinerja UKM tersebut diantaranya adalah :

1. Tanda tangan komitmen, dokumentasi


2. SK kepala Puskesmas peningkatan kinerja dan SK tata nilai
3. Dokumen inovasi
4. Data hasil capaian kinerja (PKP,SPM)
5. Matrik RTL dan hasil monitoring
6. Dokumen pelaksanaan perbaikan kinerja
7. Panduan dan instrumen survey, bukti pelaksanaan survey UKM
8. SK Kepala Puskesmas, SOP pendokumentasian kegiatan perbaikan kinerja.
9. Dokumen hasil perbaikan kinerja
10. Pertemuan sosialisasi perbaikan kinerja
11. Surat dan Rencana kaji banding
12. Instrumen kaji banding.
13. Laporan pelaksanaan kaji banding,
14. Hasil evaluasi kegiatan kaji banding

Metode Survei Pelayanan Klinis pada Akreditasi Puskesmas

Berbagai dokumen yang dipersiapkan di Puskesmas pada survey pelayanan klinis diantaranya
adalah :

1. Penyelenggaraan pelayanan klinis seperti : 1). Kebijakan tentang pelayanan klinis; 2).
Standar Prosedur Operasional (SPO) klinis; 3). Pedoman Pelayanan Klinis; 4). Kerangka
Acuan Kegiatan Pelayanan Klinis.
2. Pelayanan Upaya Kesehatan di Puskesmas, seperti: 1). Perencanaan Upaya Kesehatan;
2). Proses yang berhubungan dengan sasaran; 3). Penyelenggaraan upaya; 4).
Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan:

Beberapa kegiatan telusur pada pelaksanaan survey UKP di Puskesmas antara lain:

A. Kegiatan Telusur Pasien Secara Individual :

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis dari sistem yang digunakan oleh
Puskesmas dalam memberikan asuhan, tindakan dan pelayanan dengan menggunakan
pasien sebagai kerangka kerja untuk mengukur pelaksanaan standar.
Merupakan metoda evaluasi yang dilakukan selama dilakukan on-site survey. Kegiatan
ini dimaksudkan untuk penelusuran pengalaman pasien terkait asuhan yang diterimanya
selama memanfaatkan pelayanan di puskesmas.
Salah satu metode yang dipakai surveior dengan mengikuti alur asuhan dan tindakan
pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Berdasarkan penjelasan diatas , maka surveior melakukan kegiatan telusur pasien secara
individual. Hal ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1). Dengan mengikuti alur asuhan,
tindakan, pelayanan yang diberikan kepada pasien; 2). Melakukan penilaian hubungan kerja
antar petugas pemberi pelayanan dan unit kerja terkait; 3). Melakukan identifikasi masalah pada
proses pelayanan pasien. Sedangkan berbagai elemen yang ditelusur antara lain:

1. Telaah rekam medis pasien dengan staf yang bertanggung jawab


2. Obserasi langsung pada asuhan pasien
3. Observasi pada proses pengobatan
4. Observasi pada upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
5. Observasi pada proses perencanaan asuhan
6. Melakukan diskusi terkait data yang yang ada
7. Observasi dampak dari lingkungan terhadap keselamatan
8. Melakukan penilaian pada peran staf untuk menekan risiko lingkungan
9. Observasi terhadap pemeliharaan peralatan medis
10. Wawancara dengan pasien dan atau dengan keluarga pasien Telusur Sistem

Selain telusur pasien diatas, kegiatan telusur pada pelaksanaan survey UKP Puskesmas juga
dilakukan pada telusur Sistem. Telusur ini antara lain dilakukan dengan beberapa cara, antara
lain: 1). Melakukan telusur sistem berdasarkan hasil telusur individual; 2). Telusur sistem
berdasar telusur pasien secara individual; 3). Telusur sistem dengan melihat semua unit
pelayanan (pendaftaran sampai dengan pemulangan); 4). Telusur sistem pelayanan pada unit
pelayanan, seperti unit pendaftaran, rawat jalan, laboratorium, pelayanan obat, serta pemulangan
pasien.

B. Telusur Pengelolaan dan Penggunaan Obat

Telusur proses manajemen dan penggunaan obat lebih difokuskan pada kemungkinan timbulnya
risiko. Juga yang penting bertujuan sebagai upaya evaluasi dan memastikan kesinambungan
pengelolaan dan penggunaan obat mulai pengadaan sampai dengan kegiatan monitoring efek
samping obat pada pasien.

C. Telusur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

Pada dasarnya telusur proses pencegahan dan pengendalian infeksi pada fasilitas pelayanan
kesehatan, bertujuan untuk melakukan evaluasi kepatuhan terhadap standar pencegahan dan
pengendalian infeksi serta aspek keamanan dan keselamatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.
Kegiatan ini juga bertujuan melakukan identifikasi masalah pencegahan dan pengendalian serta
langkah tindak lanjutnya untuk penanganan risiko serta peningkatan keselamatan pasien.

D. Telusur Proses Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

Telusur ini dilakukan dengan pengumpulan dan analisa penggunaan data untuk memperbaiki
mutu dan kinerja pelayanan dan keselamatan pasien. Kegiatan ini juga bertujuan untuk
melakukan evaluasi efektivitas pelaksanaan rencana, program dan proses peningkatan mutu dan
keselamatan pasien.

D. Telusur Proses Pengelolaan Fasilitas dan Keselamatan

Proses ini merupakan upaya pengelolaan fasilitas dan sistem keselamatan pasien untuk
mendukung manajemen risiko. Sedangkan kegiatan telusur dilakukan untuk mengevaluasi proses
pengelolaan fasilitas dan keselamatn pasien, serta tindakan untuk menanggulangi masalah dan
menentukan tingkat kepatuhan terhadap standar.
Proses Pelaksanaan serta Metode Survei pada Akreditasi Puskesmas

Sesuai Permenkes No.46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat
Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, Kebijakan Akreditasi Fasilitas
Kesehatan ingkat Pertama, disebutkan bahwa akreditasi merupakan pengakuan yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah
memenuhi standar Akreditasi.

Tujuan Akreditasi tersebut antara lain :

1. Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien;


2. Meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan
lingkungannya, serta puskesmas, klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan
tempat praktik mandiri dokter gigi sebagai institusi; dan
3. Meningkatkan kinerja Puskesmas, Klinik Pratama, tempat praktik mandiri dokter, dan
tempat praktik mandiri dokter gigi dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau
kesehatan masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa tahap kegiatan akreditasi Puskesmas yang dilakukan
oleh surveior. Beberapa tahap tersebut secara garis besar dapat dijelaskan antara lain sebagai
berikut :

Pada tahap pelaksanaan survey, surveior melakukan kunjungan ke Puskesmas sesuai jadwal
yang sudah disepakati. Surveior akan melakukan kegiatan telaah dokumen dan kegiatan telusur.
Telaah dokumen merupakan kegiatan pemeriksaan dokumen yang menjadi regulasi Puskesmas
pada pelaksanaan akreditasi. Jenis dokumen tersebut berupa dokumen eksternal (berupa
peraturan perundangan, pedoman, dan lainnya), serta dokumen internal Puskesmas (seperti SK
kepala Puskesmas, SOP, dan lainnya).

Survey akreditasi merupakan kegiatan audit eksternal. Pengertian audit eksternal, adalah proses
yang dilakukan sistematik independen dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti-bukti audit
dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit dapat
dipenuhi. Pada akreditasi Puskesmas, kriteria audit tersebut adalah standar, kriteria, dan elemen
penilaian pada tiap-tiap criteria. Sedangkan bukti audit berupa informasi baik berupa catatan,
pernyataan atau informasi lain yang relevan terhadap kriteria audit yang dapat diverifikasi. Kata
kunci bukti ini adalah bahwa fakta harus TERTULIS. Karena pada prinsipnya akreditasi
dilakukan dengan mencatat semua yang kita kerjakan, dan mengerjakan semua yang kita catat.

Surveior melakukan kegiatan telusur dengan melakukan dengan visitasi lapangan wawancara dan
observasi. Wawancana dilakukan baik kepada Kepaqla Puskesmas, penanggung jawab program,
staf puskesmas, lintas sektor, masyarakat, serta pasien dan atau keluarga pasien. melalui
wawancara baik kepada manajemen, penanggung jawab program, pelaksana program,
penanggung jawab pelayanan klinis, pelaksana pelayanan klinis, pasien, dan pejabat lintas sektor
terkait. Observasi dilakukan terhadap kegiatan manajemen, pelayanan klinis, maupun
penyelenggaraan program, dan bukti-bukti dokumen (rekaman) bukti pelaksanaan kegiatan.
Kegiatan audit pada akreditasi eksternal Puskesmas tersebut menghasilkan temuan, yaitu hasil
dari evaluasi bukti audit yang dikumpulkan terhadap kriteria audit. Temuan ini kemudian
ditindak lanjuti dengan adanya rekomendasi tindak lanjut, yaitu berupa pernyataan sebagai saran
untuk perbaikan jika ditemui elemen penilaian yang kurang dari 10.

Metode Survei Akreditasi Manajemen

Telusur untuk survei akreditasi manajemen bertujuan untuk memastikan bahwa sistem
manajemen mutu dan sistem manajemen telah DIBUAT dan DILAKSANAKAN. Penetapan dan
pembakuan sistem mutu dilakukan dengan menetapkan kebijakan, pedoman, dan prosedur-
prosedur mutu yang dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan perbaikan mutu dan kinerja.
Sedangkan penelusuran terhadap pelaksanaan sistem manajemen mutu terutama adalah
membuktikan apakah siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action) sudah berjalan secara konsisten
sebagai upaya perbaikan mutu dan kinerja pelayanan.

Penelusuran akreditasi manajemen antara lain dapat dilakukan dengan melihat dokumen yang
merupakan rekaman dari pelaksanaan, wawancara terhadap manajemen dan staf untuk menelusur
proses pelaksanaan prosedur kerja, dan upaya-upaya perbaikan yang dilakukan, evaluasi dan
tindak lanjut perbaikan, Kata kunci kegiatan untuk membuktikan bahwa proses manajemen
berjalan dengan baik, maka surveior akan melakukan telusur terhadap rekaman kegiatan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi terhadap keseluruhan
kegiatan puskesmas Sedangkan proses evaluasi dilakukan dengan melakukan analisis
perbandingan data capaian kegiatan dengan target yang sudah ditetapkan. Sedangkan wawancara
proses telusur ini dilakukan baik lintas program maupun lintas sektor.

Metode survei UKM Puskesmas.

Kegiatan telusur manajemen dan pelaksanaan upaya kesehatan masyarakat (program) Puskesmas
dilakukan pada keseluruhan tahap yang dipersyaratkan pada kriteria yang ditetapkan. Beberapa
tahap dimaksud antara lain :

1. Proses identifikasi kebutuhan masyarakat terhadap program


2. Perencanaan program
3. Pengorganisasian program
4. Pelaksanaan program
5. Monitoring dan evaluasi program.

Penelusuran tersebut dilakukan dengan melihat hasil rekaman kegiatan mulai dari perencanaan
sampai dengan monitoring dan evaluasi berserta hasil dan tindak lanjut yang dilakukan.
Penelusuran juga dimaksudkan untuk memastikan proses sudah dilakukan sesuai kebijakan dan
pedoman program. Hal ini dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap berbagai pihak
terkait (lintas program, lintas sektor, masyarakat dan sasaran program) yang terlibat dalam
pengelolaan dan pelaksanaan program.
Pengertian, Kriteria, Kegiatan dan Standar
Puskesmas Rawat Inap
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Depkes RI, 2002).

Salah satu trend sektor kesehatan, terkait keberadaan Puskesmas ini, adalah suatu insitusi yang
mampu segera mengadakan rencana, operasional, tindakan baik lapangan maupun perawatan
serta pengembangan secara cepat adalah Puskesmas dengan rawat inap.

Puskesmas Perawatan atau Puskesmas Rawat Inap merupakan Puskesmas yang diberi tambahan
ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat, baik berupa tindakan operatif
terbatas maupun rawat inap sementara. Sesuai Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2003), pengertian rawat i

Puskesmas Perawatan

nap, merupakan pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,
keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan
rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin, yang oleh
karena penyakitnya penderita harus menginap.

Fungsi Puskesmas Rawat Inap sebagai tempat rujukan pertama bagi kasus tertentu yang perlu
dirujuk, mempunyai beberapa fungsi pokok, antara lain :

1. Fungsi sesuai dengan tugasnya yaitu pelayanan,pembinaan dan pengembangan, dengan


penekanan pada fungsi pada kegiatan yang bersifat preventif, promotif, dan fungsi
rehabilitative
2. Fungsi yang berorientasi pada kegiatan teknis terkait instalasi perawatan pasien sakit,
instalasi oba, instalasi gizi, dan instalasi umum. Juga fungsi yang lebih berorientasi pada
kegiatan yang bersifat kuratif.
Beberapa kriteria Puskesmas Rawat Inap, sebagai sebuah Pusat Rujukan Antara bagi penderita
gawat darurat sebelum dibawa ke RS, antara lain sebagai nerikut :

1. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari Rumah Sakit


2. Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor
3. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan telah mempunyai tenaga yang memadai
4. Jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang per hari
5. Penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah 3 Pus kesmas di sekitarnya
minimal 20.000 jiwa per Puskesmas
6. Pemerintah Daerah bersedia menyediakan dana rutin yang memadai.

Sementara kegiatan puskesmas rawat inap, antara lain meliputi :

1. Melakukan tindakan operatif terbatas terhadap penderita gawat darurat, antara lain:
Kecelakaan lalu lintas, Persalinan denngan penyulit, dan Penyakit lain yang mendadak
dan gawat
2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka
diagnostik dengan rata-rata 3-7 hari perawatan.
3. Melakukan pertolongan sementara untuk pengiriman penderita ke Rumah Sakit. Memberi
pertolongan persalinan bagi kehamilan denngan resiko tinggi dan persalinan dengan
penyulit
4. Melakukan metode operasi pria dan metode operasi wanita ( MOP dan MOW ) untuk
Keluarga Berencana.

Standar ketenagaan yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas Rawat Inap menurut
Pedoman Kerja Puskesmas (Depkes RI, 2002):

1. Dokter kedua di Puskesmas yang telah mendapatkan latihan klinis di Rumah sakit selama
6 bulan dalam bidang bedah, obstetri-gynekologi, pediatri dan interne.
2. Seorang perawat yang telah dilatih selama 6 bulan dalam bidang perawatan bedah,
kebidanan, pediatri dan penyakit dalam.
3. 3 orang perawat / bidan yang diberi tugas bergilir
4. 1 orang pekarya kesehatan (SMA atau lebih)

Sedangkan standar sarana prasarana yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas


Rawat Inap

1. Ruangan rawat tinggal yang memadai ( nyaman, luas dan terpisah antara anak, wanita
dan pria untuk menjaga privacy )
2. Ruangan operasi dan ruang post operasi
3. Ruangan persalinan (dan ruang menyusui sekaligus sebagai ruang recovery)
4. Kamar perawat jaga
5. Kamar linen dan cuci

Sementara standar peralatan Medis yang dibutuhkan dalam pengembangan Puskesmas Rawat
Inap, antara lain:
1. Peralatan operasi terbatas
2. Peralatan obstetri patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi
3. Peralatan resusitasi
4. Minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan
5. Alat Komunikasi dan Transportasi:
6. Telepon atau Radio Komunikasi jarak sedang
7. Satu buah ambulance (minimal)

Standar diatas merupakan syarat minimal, karena untuk menuju peningkatan kualitas pelayanan,
diperlukan inovasi seorang kepala Puskesmas, baik terkait obat-obatan, penunjang medis, protap
perawatan medis dengan referensi yang uptodate, juga adanya medical review secara berkala
maupun pengembangan kegiatan non medis dan lainnya.

Cakupan rawat inap


Sesuai Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2003),
cakupan rawat inap merupakan cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan
kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah
kunjungan rawat inap baru adalah jumlah kunjungan rawat inap baru yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di Poli Umum, baik dalam dan luar gedung di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dan penyebut adalah jumlah penduduk di satu wilayah kerja pada kurun
waktu yang sama. Sementara untuk mencapai tujuan cakupan layanan, beberapa langkah
kegiatan yang dilakukan antara lain :

1. Pendataan penduduk, sarana kesehatan, dan kunjungan ke sarana kesehatan


2. Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan
3. Analisa kebutuhan pelayanan
4. Penyuluhan
5. Pelatihan Sumber Daya manusaia
6. Pencatatan dan pelaporan

Refference, antara lain : Depkes RI. 2003. Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota; Depkes RI. 2002. Pedoman Kerja Puskesmas

Download Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun


2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan


Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas,
keterjangkauan, dan kualitas pelayanan dalam rangka meningkatkan derajat masyarakat serta
menyukseskan program jaminan sosial nasional;
Sementara beberapa dasar hukum yang dijadikan landasan Permenkes antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi Kesehatan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
5. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan
Kesehatan Perseorangan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 37 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Laboratorium Pusat Kesehatan Masyarakat
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil, dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Tidak
Diminati
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas

Pasal 1
Diuraikan berbagai pengertian, diantaranya :

1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk


menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat.
2. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif
dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
3. Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
4. Upaya Kesehatan Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan
memulihkan kesehatan perseorangan.
5. Registrasi adalah proses pendaftaran Puskesmas yang meliputi pengajuan dan pemberian
kode Puskesmas.
6. Akreditasi Puskesmas adalah pengakuan terhadap Puskesmas yang diberikan oleh
lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah
dinilai bahwa Puskesmas telah memenuhi standar pelayanan Puskesmas yang telah
ditetapkan oleh Menteri untuk meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas secara
berkesinambungan.

Pasal 2: Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) mendukung terwujudnya kecamatan sehat (ayat 2).
Pasal 3: Prinsip penyelenggaraan Puskesmas meliputi (ayat 1) : a. paradigma sehat; b.
pertanggungjawaban wilayah; c. kemandirian masyarakat; d. pemerataan; e. teknologi tepat
guna; dan f. keterpaduan dan kesinambungan.

Pasal 5: Dalam melaksanakan tugas, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:


a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Pasal 6: Dijelaskan fungsi dan wewenang Puskesmas sebagai penyelenggaraan UKM antara
lain untuk:
a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis
kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang
kesehatan;
d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan
pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis
masyarakat;
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan
Pelayanan Kesehatan; dan
i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan
terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

Pasal 7, dijelas fungsi dan wewenang Puskesmas dalam penyelenggaraan UKP tingkat pertama,
yaitu :
a. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan
bermutu;
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;
c. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat;
d. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan
pasien, petugas dan pengunjung;
e. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan
antar profesi;
f. melaksanakan rekam medis;
g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan
Kesehatan;
h. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;
i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama di wilayah kerjanya; dan
j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan.

Bab III: Dibahas Persyaratan Pendirian Puskesmas, antara lain:


Pasal 9
1. Puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan.
2. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari 1 (satu)

Puskesmas.
3. Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan pertimbangan
kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk dan aksesibilitas.
4. Pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium.

Pasal 10
Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan (ayat 1): geografis; aksesibilitas untuk
jalur transportasi; kontur tanah; fasilitas parkir; fasilitas keamanan; ketersediaan utilitas publik;
pengelolaan kesehatan lingkungan; dan kondisi lainnya.

Pasal 13
Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri atas ( ayat 1): sistem
penghawaan (ventilasi); sistem pencahayaan; sistem sanitasi; sistem kelistrikan; sistem
komunikasi; sistem gas medik; sistem proteksi petir; sistem proteksi kebakaran; sistem
pengendalian kebisingan; sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;
kendaraan Puskesmas keliling; dan kendaraan ambulans.

Pasal 16

1. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non
kesehatan.
2. Jenis dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan
jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya,
karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan
tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
3. Jenis Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit terdiri atas:
dokter atau dokter layanan primer; dokter gigi; perawat; bidan; tenaga kesehatan
masyarakat; tenaga kesehatan lingkungan; ahli teknologi laboratorium medik; tenaga
gizi; dan tenaga kefarmasian.
Pasal 17
1. Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan
kesehatan dirinya dalam bekerja.
2. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bab IV (Kategori Puskesmas)


Pasal 20 s/d 25 ditulis Kategori Puskesmas berdasarkan karakteristik wilayah kerjanya dan
berdasarkan kemampuan penyelenggaraan. Berdasarkan wilayah kerja kategori Puskesmas
dibedakan menjadi Puskesmas kawasan perkotaan; Puskesmas kawasan pedesaan; dan
Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil. Sedangkan berdasarkan kemampuan
penyelenggaraan Puskesmas dikategorikan menjadi Puskesmas non rawat inap; dan Puskesmas
rawat inap.

Bab V : Perizinan dan Registrasi


Pasal 26
(1) Setiap Puskesmas wajib memiliki izin untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/
Kota.
(3) Izin berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
persyaratan.
(4) Perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan mengajukan
permohonan perpanjangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum habis masa berlakunya
izin.

Pasal 27
(1) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 26, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati/Walikota melalui satuan kerja
pada pemerintah daerah kabupaten/kota yang menyelenggarakan perizinan terpadu dengan
melampirkan dokumen:
a. fotokopi sertifikat tanah atau bukti lain kepemilikan tanah yang sah;
b. fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
c. dokumen pengelolaan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. surat keputusan dari Bupati/Walikota terkait kategori Puskesmas;
e. studi kelayakan untuk Puskesmas yang baru akan didirikan atau akan dikembangkan;
f. profil Puskesmas yang meliputi aspek lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan,
ketenagaan, dan pengorganisasian untuk Puskesmas yang mengajukan permohonan
perpanjangan izin; dan
g. persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.

) Satuan kerja pada pemerintah daerah harus menerbitkan bukti penerimaan berkas permohonan
yang telah lengkap atau memberikan informasi apabila berkas permohonan belum lengkap
kepada pemohon yang mengajukan permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
jangka waktu paling lama 6 (enam) hari kerja sejak berkas permohonan diterima.
(3) Dalam hal berkas permohonan belum lengkap sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
pemohon harus mengajukan permohonan ulang kepada pemberi izin.
(4) Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah bukti penerimaan berkas diterbitkan,
pemberi izin harus menetapkan untuk memberikan atau menolak permohonan izin.
(5) Dalam hal terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan dalam kurun waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), pemberi izin dapat memperpanjang jangka waktu pemrosesan izin
paling lama 14 (empat belas) hari kerja dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada
pemohon.
(6) Penetapan pemberian atau penolakan permohonan izin dilakukan setelah pemberi izin
melakukan penilaian dokumen dan peninjauan lapangan.
(7) Dalam hal permohonan izin ditolak, pemberi izin harus memberikan alasan penolakan yang
disampaikan secara tertulis kepada pemohon.
(8) Apabila pemberi izin tidak menerbitkan izin atau tidak menolak permohonan hingga
berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), permohonan izin
dianggap diterima.

Pasal 28
(1) Setiap Puskesmas yang telah memiliki izin wajib melakukan registrasi.
(2) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota kepada Menteri setelah memperoleh rekomendasi dari Dinas Kesehatan
Provinsi.
(3) Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dalam jangka waktu paling lambat
6 (enam) bulan setelah izin Puskesmas ditetapkan.

Pasal 29
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan surat pemohonan rekomendasi
Registrasi Puskesmas kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dengan melampirkan izin
Puskesmas dan surat keputusan dari Bupati/Walikota terkait jenis Puskesmas berdasarkan
karakteristik wilayah kerjanya dan kemampuan penyelenggaraan rawat inapnya.
(2) Dinas kesehatan provinsi melakukan verifikasi dan penilaian kelayakan Puskesmas dalam
jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah surat permohonan rekomendasi
Registrasi Puskesmas diterima.
(3) Dalam hal Puskesmas memenuhi penilaian kelayakan, dinas kesehatan provinsi
memberikan surat rekomendasi Registrasi Puskesmas, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja setelah
melakukan penilaian.

Pasal 30
(1) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengajukan surat permohonan registrasi
Puskesmas kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 dengan melampirkan:
a. fotokopi izin Puskesmas;
b. profil Puskesmas;
c. laporan kegiatan Puskesmas sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan terakhir;
d. surat keputusan dari Bupati/Walikota terkait kategori Puskesmas; dan
e. rekomendasi dinas kesehatan provinsi.
(2) Menteri menetapkan nomor registrasi berupa kode Puskesmas paling lambat 14 (empat belas)
hari kerja sejak surat permohonan registrasi Puskesmas diterima.
(3) Kode Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diinformasikan kepada dinas
kesehatan kabupaten/kota dan dinas kesehatan provinsi.

Pasal 31
(1) Puskesmas dapat ditingkatkan menjadi rumah sakit milik Pemerintah Daerah.
(2) Dalam hal Puskesmas dijadikan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pemerintah Daerah wajib mendirikan Puskesmas baru sebagai pengganti di wilayah tersebut.
(3) Pendirian Puskesmas baru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

Sementara pada Bab VI diatur tentang Penyelenggaraan Puskesmas seperti Kedudukan dan
Organisasi, Upaya Kesehatan, Akreditasi serta Jaringan Pelayanan, Jejaring Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan Sistem Rujukan. Pada Bagian Akreditasi antara lain diatur beberapa hal antara
lain:

Pasal 39
(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala
paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.
(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Lembaga independen penyelenggara akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bersifat mandiri dalam proses pelaksanaan, pengambilan keputusan dan penerbitan sertifikat
status akreditasi.
(4) Dalam hal lembaga Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) belum terbentuk,
pelaksanaan akreditasi Puskesmas dilaksanakan oleh komisi akreditasi Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh Menteri.

Pada bab selanjutknya diatur beberapa ketentuan tentang:


Bab VII, Pendanaan
Bab VIII, Sistem Informasi Puskesmas
Bab IX, Pembinaan dan Pengawasan
Bab X, Ketentuan Peralihan

Anda mungkin juga menyukai