Anda di halaman 1dari 8

Nama : Rio Marsel S

NRP : 153060021
Mata Kuliah : Prassarana Kota

PRASARANA PENDUKUNG KEDAULATAN PANGAN, KETAHANAN AIR


DAN ENERGI

ABSTRAK

Ketahanan pangan merupakan suatu konsep yang penting dalam membangun


ketahanan ekonomi dan ketahanan nasional. Berbagai fenomena yang ada seperti,
kelangkaan pangan, naiknya angka kemiskinan, harga gabah terus menurun serta
diversifikasi pangan perlu diperhatikan oleh pemerintah. Dengan cara mengidentifikasi
pangan dari aspek ketersediaan pangan, aspek ketersediaan atau pasokan, aspek
keterjaukauan, dan aspek konsumsi diharapkan dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan petani guna mendukung tercapainya ketahanan pangan nasional.

Ketahanan air merupakan suatu upaya untuk mempertahankan air tawar yang
berada di daratan baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga air tersebut dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin sehingga tidak langsung mengalir ke laut dengan
percuma. Air mempunyai peran penting sebagai pangkal utama kehidupan. Ketahanan
air diprioritaskan di seluruh sektor. Namun, rencana sektor energi dan pertanian tidak
memprioritaskan konservasi hutan sebagai strategi untuk meningkatkan pasokan air
terlepas dari manfaat tambahan yang signifikan bagi reduksi emisi.

Ekonomi Indonesia yang terus tumbuh telah meningkatkan permintaan


terhadap energi. Di sisi lain, kondisi Ketahanan Energi Indonesia memburuk, dilihat
dari indikator 4-A (availability, accessibility, affordability, acceptability). Paper ini
menggambarkan kondisi ketahanan energi Indonesia, serta mengusulkan beberapa
strategi jangka menengah untuk memperbaiki kesenjangan tersebut. Usulan strategi
termasuk meningkatkan produksi minyak bumi, mengurangi impor minyak/LPG,
membangun infrastruktur gas bumi, memperluas akses ke pulau
kecil/terluar/perbatasan, mempercepat pengembangan energi terbarukan dll.

1
PEMBAHASAN

Fonomena Ketahanan Pangan

Ketahanan pangan (food security) menurut Hariyadi et al. terdiri atas aspek
ketersediaan pangan (food availability), aspek stabilitas ketersediaan/pasokan (stability
of supplies), aspek keterjangkauan (access to supplies), dan aspek konsumsi (food
utilization). Berikut ini pembahasan fenomena ketahanan pangan tersebut.

Ketahanan pangan yang pertama adalah aspek ketersediaan pangan (food


availability). Menurut The World Bank, Indonesia secara umum tidak memiliki
masalah terhadap ketersediaan pangan, karena terdapat beberapa kebijakan yang
memiliki pengaruh terhadap ketersediaan pangan, yaitu larangan impor beras, upaya
kementrian pertanian untuk mendorong produksi pangan, dan pengaturan Bulog
mengenai ketersediaan stok beras.

Namun, di beberapa daerah di Indonesia ternyata masih ada kelangkaan pangan


sebagai makanan pokok daerah tersebut. Daerah Nusa Tenggara Timur yang
merupakan satu dari delapan provinsi sentra jagung di Indonesia mengalami
kelangkaan jagung bose yang berakibat harga jagung lebih mahal daripada beras.

Nasi sebagai bahan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia juga
mengalami kelangkaan yang diakibatkan berkurangnya luas lahan pertanian dan
digantikan dengan bangunan-bangunan, seperti perumahan dan pertokoan. Pemerintah
sampai memberlakukan adanya diversifikasi pangan untuk mempertahankan
ketahanan pangan penduduk Indonesia, namun apakah hal ini mudah diterima oleh
sebagian besar penduduk Indonesia yang sehari-hari makan nasi? Fenomena ini
terdapat di Depok dimana Pemerintah Kota Depok berniat mengembangkan program
larangan memakan nasi dalam sehari (one day no rice) setiap Selasa untuk semua
warga dan berusaha menggerakkan warga untuk menggali potensi pangan di luar
nasi/diversifikasi pangan. Prasyarat penting keberhasilan diversifikasi pangan.

2
Ketahanan pangan yang kedua adalah aspek stabilitas ketersediaan atau
pasokan. Selama masa paceklik ataupun kekurangan stokberas, maka pemerintah
mempertahankan ketahanan pangan dengan memasok melalui impoer beras. Hal ini
dibuktikan dengan adanya impor beras yang dilakukan bulog, impor beras yang
dilakukan bulog memiliki kemampuan untuk membagikan raskin sebanyak dua kali
pada awal tahun. Hal tersebut memang dapat saja terjadi seperti yang dialami di
Sulawesi Tenggara. Bulog di Sulawesi Tenggara terpaksa mendatangkan beras dari
Sulawesi Selatan karena petani enggan menjual beras ke Bulog.

Ketahanan pangan yang ketiga adalah aspek keterjangkauan. Aspek


keterjangkauan ini meliputi kecukupan sumberdaya, keterjangkauan secara sosial,
demografik, dan fisik. Aspek inin sebenarnya mendukung aspek stabilitas ketersediaan
atau pasokan serta asspek aspek lain. Dukungan dari aspek ini akan menunjang
ketahanan pangan menjadi kokoh. Sebaliknya, masalah dalam aspek ini dapat
menyebabkan petani merugi sehingga ketahanan pangan menjadi terguncang. Salah
satu penyebabnya adalah merosotnya harga gabah karena mata rantai penjualan dari
petani terlalu panjang yang berakibat sebagian keuntungan petani banyak dinikmati
oleh pedagang perantara, selain terlambanyan penetapan harga pembelian pemerintah.

Ketahanan pangan yang keempat adalah aspek konsumsi. Aspek konsumsi ini
meliputi kecukupan, praktek hygiene, sanitasi dan mutu (kesehatan) air. Aspek
konsumsi ini melibatkan masalah mutu dari pangan yang dikonsumsi. Contohnya air
dan pupuk yang digunakan kurang baik akan mengakibatkan pangan yang dikonsumsi
tidak sehat sehingga dapat menimbulkan penyakit.

Semua aspek ketahanan pangan tersebut harus dipertimbangkan dengan serius


oleh pemerintah melalui kebijakan yang dikeluarkannya. Akan tetapi masih terdapat
beberapa kebijakan yang masih mengalami polemik, diataranya adalah PP No. 38
Tahun 2007 Pasal 1 menyebutkan pertanian, perikanan, kehutanan sebagai urusan
pilihan bukan urusan wajib. Peraturan ini mengartikan bahwa pemerintah tidak serius
dalam mengurus pertanian dan perikanan sebagai pilar ketahanan pangan nasional dan
urusan pangan hanya pilihan, bukan wajib.

3
Fenomena Ketahanan Air

Air adalah suatu realitas primordial, dan mempunyai peran penting.


Simbolismenya menyangkut setiap tahap kehidupan. Air sebagai pangkal utama segala
materi organisme. Mutlak bagi eksistensi semua makhluk yang hidup, manusia, hewan
dan tanaman, semua makhluk, termasuk manusia tidak memiliki alternatif terhadap air.
Tidak sedikit hewan dan tumbuhan yang mati disebabkan kekeringan. Manusia selalu
mengupayakan berbagai cara agar pemenuhannya terhadap air dapat optimal. Air
memang masih menyisakan berbagai masalah di Indonesia.

Permasalahannya adalah dengan rata-rata curah hujan yang mencapai 2.779


milimeter pertahun, Indonesia seharusnya mampu menjadi negara yang kaya akan air.
akantetapi, 66% dari air hujan tersebut justru berubah menjadi bencana (banjir dan
tanah longsor) sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian dan dapat
menimbulkan penyakit. Hal itu juga diperparah dengan kenyataan bahwa melorotnya
sumber air, permukaan air bawah tanah, daerah-daerah, rawa-rawa dan teluk sehingga
tidak meratanya penyebaran air. Ketika musim kemarau, lahan-lahan tanaman tidak
mendapat air untuk pengairan, sehingga lambat laun tanaman mati kekeringan. Petani
pun tidak bisa berbuat banyak, karena dampak tersebut di Indonesia membuat petani
sulit memprediksi lamanya perubahan pola cuaca yang sedang mereka alami.
Contohnya ketika musim penghujan datang tidak terelakan seperti bencana alam yang
melanda Sumatra Barat, hal ini tentu perlu danya kajian yang mendalam.

Penyebab banjir salah satunya adalah kurangnya ruang terbuka atau pengalihan
fungsi lahan, ruang terbuka yang seharusnya dapat menyerap air kini menjadi lahan
terbangun. Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang
menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan/atau hayati
sehingga lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan. Dampak dari bencana tersebut merugikan banyak pihak diantaranya
petani yang mengalami kerusakan pada 493 hektare sawah di Sumatera Barat. Kondisi
tersebut dapat dapat menyebabkan krisis pangan, yang akan berefek pada sektor lain

4
seperti ekonomi, kesehatan, sosial dll. Karena pangan merupakan faktor penting dalam
pembangunan suatu negara yang berkelanjutan.

Fenomena Ketahanan Energi

Ketahanan energi ( dengan indikator 4A : bagaimana ketersediaan energy


security) digambarkan fisiknya (availability), bagaimana kemudahan mendapatkannya
(accessibility), bagaimana keterjangkuan harganya (affordability), serta
bagaimana/seberapa kualitasnya yang dapat diterima (acceptability). Secara umum
ketahanan energi juga digambarkan melalui elemen bauran energi (energy mix) serta
keberlanjutan (sustainability) dari sistem penyediaan-permintaan energi yang ada.
Seiring dengan pertumbuhan konsumsi energinya, Indonesia menghadapi berbagai
tantangan/permasalahan ketahanan energi, yang tampak pada semua indikator 4A di
atas.

Dari segi availability terdapat ancaman serius bahwa kemampuan untuk


menyediakan energi secara nasional menurun, ditunjukkan dengan merosotnya
kapasitas produksi (khususnya minyak bumi). Sementara itu, untuk memenuhi
kebutuhan energi di dalam negeri, impor minyak bumi serta LPG terus meningkat.

Accesibility terhadap produk energi juga masih merupakan persoalan,


ditunjukkan misalnya dengan rasio elektrifikasi yang masih rendah (dibandingkan
negaranegara ASEAN, misalnya), serta banyaknya rumah tangga di desa-desa yang
belum terlistriki. Di samping itu, energi modern seperti bahan bakar minyak (BBM)
dan gas bumi juga belum menjangkau banyak penduduk yang tnggal di tempat
terpencil di pegunungan/pulau-pulau kecil.

Acceptability sering dikaitkan dengan mutu dari energi yang dipakai. Mutu
BBM yang dikonsumsi ataupun mutu dari listrik yang dipergunakan masih merupakan
permasalahan bagi masyarakat.

Harga energi, baik BBM atau listrik selalu diperdebatkan.dengan menetapkan


harga BBM yang murah kepada masyarakat di dalam negeri apakah Pemerintah dapat
menjangkau biaya penyediaannya, dalam pengertian tidak mengorbankan APBN untuk

5
membiayai pos-pos pengeluaran lainnya. Ini termasuk tantangan dalam indikator
affordability.

dari sisi bauran energi, tantangan yang besar muncul dari masih tingginya
ketergantungan pada bahan bakar fosil (khususnya minyak bumi), yang berarti pangsa
pemanfaatan energi terbarukan yang masih rendah. Ketergantungan berlebihan pada
bahan bakar fosil juga menimbulkan pertanyaan pada aspek keberlanjutan
(sustainability) dari sistem pemanfaatan energi yang diterapkan di Indonesia.

Dari beberapa masalah diatas yang sudah dijelaskan maka terdapat beberapa
usulan strategi untuk menanggulangi masalah ketahanan energi diantaranya :

a. Pertama, untuk perbaikan availability, perlu ditempuh kebijakan intensifikasi


energi. Kebijakan ini diterjemahkan ke dalam langkah-langkah peningkatan
produksi minyak dan gas bumi, terutama minyak bumi. Demikian pula harus
dilakukan tindakan pengurasan lanjut dan eksplorasi untuk mendapatkan cadangan
baru
b. Kedua, mengembangkan infrastruktur energi, terutama untuk gas bumi, sehingga
cadangan gas bumi di daerah-daerah terpencil dapat diolah dan secara bertahap
terhubungkan dengan pusat-pusat per mintaannya. Infrastruktur distribusi untuk
mengantar kan gas bumi ke rumah-rumah tangga perlu dikembangkan. Demikian
pula, upaya menggunakan bahan bakar gas di sektor transportasi (yang dulu pernah
dikembangkan) perlu dihidupkan kembali dan diperbesar jangkauannya.
c. Ketiga, akses terhadap energi perlu ditingkatkan untuk memberikan pelayanan
energi kepada penduduk di pulaupulau kecil, pulau-pulau terluar, serta di wilayah-
wilayah perbatasan dengan negara tetangga. Teknologi energi yang sesuai, misalnya
tenaga matahari, dapat dimanfaatkan untuk upaya memperbesar akses energi
tersebut.
d. Keempat, mempercepat pengembangan potensi energi terbarukan, terutama panas
bumi (geothermal) dan air (hydro). Kedua jenis energi terbarukan yang potensinya
cukup besar di Indonesia ini dan sedikit banyak sudah dimanfaatkan perlu terus
didorong pengembangannya.

6
Kesmpulan dan Rekomendasi

ketahan pangan merupakan faktor penting untuk pembangunan suatu negara, ketahan
pangan mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional. ketika harga BBM
naik maka membuat harga-harga kebutuhan pokok naik. jika petani sejahtera,
diharapkan petani dapat menggarap lahannya dengan baik sehinnga menghasilkan
produktivitas yang berkualitas yang dapat meningkatkan ketahanan pangan.

Air adalah suatu realitas primordial, dan mempunyai peran penting. Simbolismenya
menyangkut setiap tahap kehidupan. Air sebagai pangkal utama segala materi
organisme. ketahan air seharusnya dimasukan dalam program prioritas pembangunan,
katrena ketahan air menjadi penopang dari ketahanan pangan dan energi.ketahanan air
seharusnya di priorotasskan di seluruh sektor, namun rencana sektor energi dan
pertanian tidak memprioritaskan konservasi hutan sebagai strategi untuk meningkatkan
passokan air terlepas dari manfaat tambahan yang signifikan bagi reduksi emisi.

Untuk memenuhi permintaan energi yag berkembang tersebut, telah dilakukan upaya-
upaya untuk menyediakan energi lebih banyak, menambah infastruktur distribusi
energi, serta memperbaiki kualitas energi termasuk pelayanannya Untuk memperbaiki
ketahanan energi Indonesia, diusulkan untuk melakukan langkah-langkah strategis
sebagai berikut :

1. Meningkatkan produksi minyak dan gas bumi di dalam negeri melalui eksplorasi
cadangan baru.

2. Mengurangi ketergantungan impor.

3. Mengembangkan infrastruktur energi, terutama untuk gas bumi.

4. Memperluas akses (jangkauan pelayanan) energi.

5. Mempercepat pengembangan potensi energi terbarukan, terutama panas bumi


(geothermal) dan air (hydro) untuk pembangkitan listrik.

6. Mempercepat pengembangan sumberdaya manusia serta memperbaiki kapasitas


institusi terkait pembangunan energi.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/debokbanget/ketahanan-air-danpangan_550e8bcb81331
186 2cbc63f0

http://nasional.kontan.co.id/news/ketahanan-air-tidak-masuk-program-prioritas-
jokowi

http://www.ketahananenergi.com/2016/05/definisi-ketahanan-energi/

perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file...Ketahanan%20Energi%20Indonesia...

Artikel Hanan Nugroho Perencana Madya di Kedeputian Sumberdaya Alam &


Lingkungan Hidup BAPPENAS

Anda mungkin juga menyukai