Anda di halaman 1dari 16

(18 April 2015) Seminar Edukasi bertajuk Perkembangan Industri di Bidang

Teknik Kimia dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) digelar


Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (Himateka) pada hari Sabtu, 18 April 2015 di
Aula Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FTUMJ), Cempaka Putih,
Jakarta Pusat, dengan narasumber Haris Fasanuyasirul, S.T. dari Komunitas Migas
Indonesia (KMI). Plant Engineer di Air Liquide Indonesia ini membuka wawasan
industri bidang Teknik Kimia yang ternyata sangat luas (versatile) serta terkait
dengan bidang teknik yang lain. Alumni Teknik Kimia UI ini juga menegaskan bahwa
kita mampu bersaing dalam MEA, jika memiliki sikap dan etika yang positif, mampu
berkontribusi dalam team work, menguasai bahasa internasional, dan memiliki
kompetensi yang antara lain dibuktikan dengan sertifikasi untuk bidang keahlian
tertentu. Seminar dimoderatori Gema Fitriyano, S.T., M.T., Dosen Jurusan Teknik
Kimia, yang juga merupakan alumni UMJ dan UI.
Seminar yang informatif dan edukatif tersebut merupakan penutup dari
rangkaian kegiatan tahunan Himateka Project 2015, yang diawali perlombaan 3
cabang olah raga pada Rabu-Kamis 25-26 Maret 2015. Kegiatan ini bertujuan
memperluas wawasan, meningkatkan sportifitas, dan mempererat silaturahim antar
mahasiswa/i se-FTUMJ melalui cabang catur dan bulutangkis, serta dengan siswa-
siswa SLTA se-DKI Jakarta dan Bekasi yang berpartisipasi dalam cabang futsal.
Pada Lomba Bulutangkis di GOR Cempaka Putih, Jakarta Pusat yang diikuti 22
peserta (18 putra dan 4 putri), keluar sebagai juara tunggal putra adalah Dino
Laksono (T. Industri), sedangkan juara tunggal putri diraih Arifah Nurun Na Imatul
Laily (T. Kimia). Dalam Lomba Catur di Ruang Baca Jurusan Teknik Kimia FT-UMJ
yang diikuti oleh 16 peserta, Jalalludin Alapgani (T. Kimia) berhasil memenangkan
perlombaan. Sementara itu pada Lomba Futsal yang diikuti oleh 6 tim dan digelar di
Lapangan Futsal TNI-AU, Pulomas, Jakarta Pusat, tim SMK Taman Harapan Bekasi
mampu mempertahankan gelar juaranya. Piala serta hadiah bagi para pemenang
lomba diserahkan di penghujung acara Seminar Edukasi.
Sikap Bijak Menghadapi MEA

Masyarakat Ekonomi ASEAN atau MEA sebelumnya telah dibahas di link ini. Bukankah
MEA 2015 suatu ancaman bagi ekonomi Indonesia? Pertanyaan senada itu paling
sering dajukan dalam setiap pertemuan tentang MEA.

Sebelum menjawab, mari kita lihat dulu beberapa angka. Saat ini ekspor Indonesia ke
ASEAN mencapai sekitar USD 45 miliar, atau sekitar Rp 500 triliun, dan sejak 2003
sampai 2013 selalu bertumbuh positif sekitar 7 persen per tahun. Saat ini terdapat
sekitar 250 perusahaan Indonesia yang juga telah membuka cabang atau berbisnis di
negara-negara ASEAN. Beberapa merek yang terkenal adalah J-Co (makanan), Es
Teler 77 (makanan), Sour Sally (makanan), Indofood (makanan olahan), Silver Queen
(cokelat), Kapal Api (kopi), Edward Forrer (sepatu), Mustika Ratu (kosmetik), dan
banyak merek lain. Angka perusahaan ini belum mencatat banyak tenaga-tenaga ahli
dan terampil dari Indonesia yang telah bekerja di negara-negara ASEAN. Ratusan
dokter, dosen, akuntan, periset, programer komputer, dan profesi lain orang Indonesia
dan hasil didikan Indonesia bekerja di negara-negara ASEAN.

Angka-angka itu menunjukkan bahwa banyak kegiatan usaha besar dan kecil yang telah
mengambil peluang di pasar ASEAN dan mewujudkannya menjadi bisnis yang
menguntungkan. Dan angka-angka itu bertumbuh semakin besar setiap tahun, karena
potensi bisnis ASEAN masih terbuka untuk digarap. Tetangga kita Filipina misalnya, kini
memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi -hingga 6-7% per tahun- dan dengan jumlah
penduduk yang relatif besar, mencapai 100 juta orang, merupakan pasar yang sangat
menarik. Vietnam yang berpenduduk 90 juta orang dengan ekonomi yang sedang
tumbuh, atau Myanmar negara berpenduduk 60 juta yang baru memasuki demokrasi
dan sedang bersemangat untuk mulai membangun ekonomi, juga merupakan pasar
potensial baru yang sangat menjanjikan.
Di sisi lain, apabila masuknya barang dari negara ASEAN ke Indonesia dipandang
sebagai ancaman, maka memang Indonesia juga mengimpor dari negara ASEAN.
Thailand dan Malaysia adalah negara yang banyak mengirim produknya ke Indonesia.
Impor Indonesia dari Singapura cukup besar, namun hal itu disebabkan karena memang
Singapura memiliki peran dan posisi sebagai perantara dengan memberi jasa
perdagangan kepada banyak negara di dunia. Ancaman lain adalah tekanan yang
dihadapi produk Indonesia di negara tujuan ekspor. Produk Kopiko pernah dipalsukan di
Malaysia dan menimbulkan kerugian yang besar. Cukup lama kasus ini tidak
menemukan penyelesaian, baru awal tahun 2014 berhasul dimenangkan lewat
pengadilan dan diplomasi. Atau kisah kosmetik Indonesia yang mendapat perlakuan
diskriminatif di beberapa negara ASEAN karena dianggap tidak sesuai standar atas
tekanan produsen lokal mereka yang kalah bersaing.

Ancaman impor tidak dapat dikesampingkan, tekanan di pasar tujuan juga sudah cukup
banyak terjadi. Namun sebagian negara yang juga menginginkan ekspornya maju,
Indonesia harus melihat impor secara lebih objektif. Apakah produk impor memang
belum dapat dihasilkan di Indonesia? Apakah yang diimpor kemudian menciptakan nilai
tambah dan kesempatan kerja di Indonesia? Apakah memang lebih efisien
menggunakan kemampuan produksi kita pada produk-produk yang kita unggul dari
memaksakan melakukan produksi dengan tidak efisien? Pendeknya, kita memang harus
berhitung dengan cermat atas impor itu. Karena pada akhirnya, yang terpenting apakah
kita surplus positif sehingga memberi manfaat bagi perekenomian. Tentu logika itu tidak
dapat diterapkan pada kebutuhan pokok seperti pangan pokok atau energi yang kita
memang tidak dapat membiarkan ketargantungan dari negara mana pun.

Sikap Kita
MEA kini telah datang, dan memang kita menginginkannya karena akan mendatangkan
manfaat yang besar. Namun ada dua sikap yang harus diambil agar manfaat besar itu
memang dapat dirasakan. Pertama, harus lebih banyak melihat peluang daripada hanya
ketakutan dengan ancaman. Harus percaya diri dan lebih berani menyerang, bukan
hanya bertahan. Sangat jelas dan sudah terbukti bahwa pelaku usaha Indonesia dapat
bersaing di pasar ASEAN, dapat memasuki pasar negara-negara ASEAN lainnya.

Kedua, bersikap sebagai konsumen yang cerdas. Keterbukaan selalu membawa pilihan.
Konsumenlah yang memilih produk mana yang mau dibeli dan dikonsumsi. Maka kita
harus cerdas. Pilih produk yang kita tahu produk itu produk Indonesia. Jika ada
keraguan sedikit saja terhadap produk impor -misalnya soal kehalalan, keamanan
pangan, aman bagi lingkungan- maka jangan beli. Jika kemasan produk impor tidak
dapat dibaca atau tidak jelas keterangannya, jangan beli. Jika ada layanan jasa, dokter
misalnya, yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik, jangan mau dilayani. Jika
praktik dokter itu ada di Jakarta atau di kota mana pun di Indonesia, bukan kita yang
harus belajar bahasa Inggris, tapi dokter itu yang harus belajar bahasa Indonesia,
bahkan harusnya juga bisa bahasa Sunda atau Jawa atau lainnya. Kekuatan kita ada
pada konsumen, pahami hak-hak konsumen serta lakukan konsumsi dan pembelian
dengan cerdas.

Jika kedua sikap itu diterapkan, maka MEA benar-benar akan memberi peluang jauh
lebih besar dibandingkan dengan ancamannya.
LIPI: Hadapi MEA 2015, Inovasi dan Teknologi
Indonesia Masih Rendah
GATRAnews -
Kamis, 09 Oktober 2014 - 11:03 |

Sains

4052 K2_VIEWS

Jakarta, GATRAnews - Pasar Bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
segera diberlakukan pada tahun depan. Pemberlakuan pasar bebas tersebut memiliki konsekuensi
bahwa setiap negara yang menjadi peserta harus mempunyai kompetensi dan kemampuan
mumpuni, khususnya di bidang inovasi dan teknologi untuk memenangkan persaingan.

Sayangnya, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menilai bahwa kondisi Indonesia saat
ini cukup mengkawatirkan karena kapasitas inovasi, kapabilitas teknologi dan kemampuan
industri masih terkategori rendah.

Akmadi Abbas, Plt. Kepala LIPI mengatakan bahwa inovasi berbasis IPTEK dan produktivitas
merupakan kunci untuk memenangkan persaingan dalam era perdagangan bebas ASEAN.
Perdagangan bebas dapat dianggap sebagai suatu hal positif jika pemain yang berperan di
dalamnya memiliki berbagai kompetensi dan kemampuan yang mumpuni, salah satunya bidang
inovasi dan teknologi, ungkapnya di Jakarta, Rabu (9/10).

Sementara Kepala Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek)
LIPI, Trina Fizzanty menambahkan bahwa Indonesia sebaiknya segera melakukan perbaikan
mendasar bila ingin menjadi pemenang dan negara termaju di kawasan ASEAN dengan ekonomi
nomor tujuh terbesar di dunia.
Sektor yang perlu dibenahi adalah kapasitas inovasi, kapabilitas teknologi dan kemampuan
industri yang masih rendah. Indikator ini ditunjukkan dari jumlah paten Indonesia yang relatif
rendah dibandingkan negara ASEAN lainnya, jelas Trina.

Berdasarkan hasil riset Pappiptek pada tahun lalu, lanjutnya, hanya segelintir industri nasional
yang bisa menembus pasar ASEAN bahkan global. Itu pun baru pada tataran ekspor atau
maksimum baru pada investasi fasilitas produksi dan belum ditemukan industri yang berinvestasi
pada litbang di negara lain seperti Tiongkok.

Hal ini menurut Trina, tentu menjadi catatan tersendiri dan perlu ditanggapi segera dengan
langkah-langkah yang strategis, seperti kolaborasi pengembangan iptek dan inovasi dengan
negara-negara di kawasan, serta mendorong munculnya industri berbasis iptek dan inovasi.

Strategi ke depan perlu diarahkan pada penciptaan industri dengan nilai ekonomi tinggi. Selain
itu, industri harus menjadikan iptek dan inovasi sebagai strategi meningkatkan kontribusi
Indonesia terhadap kemajuan ekonomi nasional dan negara-negara kawasan ASEAN, paparnya.

Berkaca dari hal itu, negeri ini tentu perlu segera berbenah diri jika tidak ingin terlindas dalam
persaingan global. Untuk mencari solusi tentang persoalan tersebut, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) mengupasnya dalam Forum Tahunan Pengembangan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan Inovasi (IPTEKIN) Nasional IV pada Kamis, 9 Oktober 2014.

Forum IPTEKIN Nasional IV bisa menjadi momentum untuk mengingatkan semua pihak bahwa
Indonesia harus segera berbenah dan mempersiapkan diri sebaik mungkin dalam menghadapi
pasar bebas ASEAN. Sebab, persaingan dalam era keterbukaan perdagangan ini tidak bisa
bertumpu pada strategi ekonomi maupun perdagangan semata, tapi minim sekali dalam investasi
penelitian dan pengembangan (litbang) inovasi maupun teknologi.

Acara yang menginjak tahun ke-4 penyelenggaraan tersebut menghadirkan tiga pembicara utama
yang handal di bidangnya masing-masing. Mereka adalah Dr Sarah Cheah dari National
University of Singapore (NUS) dan pernah menjabat sebagai Vice Chairman AStar ETPL, Dr
Ilham Habibie ilmuwan dan pengusaha yang saat ini menjabat sebagai Ketua Tim Pelaksana
Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia, dan Dr LT Handoko Deputi Ilmu
Pengetahuan Teknik LIPI.

Yusuf Mansur Sebutkan Tiga Jenis Umat


Hadapi MEA
Minggu, 28 Desember 2014, 15:36 WIB

Komentar : 9

Republika/Rakhmawaty La'lang

Ustaz Yusuf Mansur di wisuda akbar Indonesia Menghafal Alquran V di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan,
Sabtu (25/10).
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Menghadapi Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) 2015
umat muslim harus berani menghadapi tantangan dan mengambil peluang. Terlebih
efek masyarakat global tidak hanya berpengaruh pada sektor ekonomi, melainkan juga
terhadap kebudayaan dan pemikiran.
"Apalagi masyarakat global, mempersiapkan diri untuk perubahan dan tantangan adalah
jawabannya," kata Ustadz Yusuf Mansur di Jakarta, Ahad siang (28/11).
Melalui makalahnya berjudul 'Kota Sungai' Ustadz Yusuf Mansur mengatakan terdapat
tiga jenis umat dalam menyikapi tantangan dan perubahan yang terjadi disekitarnya.
Pertama adalah umat Muslim yang memilih mengurung diri dari perubahan yang terjadi.
"Dia diam, tidak tahu apa-apa, takut keluar, memilih mengurung diri, haruskah umat dan
bangsa ini seperti itu," katanya.
Kedua adalah Muslim yang berani melihat tantangan dan perubahan, namun terjajah
oleh perubahan yang terjadi. Ketiga Muslim yang siap dan merdeka dalam menghadapi
tantangan dan perubahan. "Siap jadi raja di negeri sendiri, bila perlu belajar ke negeri
mereka, kenalkan kita (Indonesia)," tuturnya.
Meski demikian ia berharap perubahan yang datang tidak lantas membuat umat Muslim
di Indonesia kehilangan jati diri. "Silakan datang, berbagi kebahagiaan, keberkahan, kita
undang, tapi kita memegang kendali," ujarnya.
Pengertian Dan Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA adalah bentuk
integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-
negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati
perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).

Pengertian Dan Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Pada KTT di Kuala Lumpur pada Desember 1997 Para Pemimpin ASEAN memutuskan
untuk mengubah ASEAN menjadi kawasan yang stabil, makmur, dan sangat kompetitif
dengan perkembangan ekonomi yang adil, dan mengurangi kemiskinan dan kesenjangan
sosial-ekonomi (ASEAN Vision 2020).

Pada KTT Bali pada bulan Oktober 2003, para pemimpin ASEAN menyatakan bahwa
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan menjadi tujuan dari integrasi ekonomi regional
pada tahun 2020, ASEAN Security Community dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN dua
pilar yang tidak terpisahkan dari Komunitas ASEAN. Semua pihak diharapkan untuk bekerja
secara yang kuat dalam membangun Komunitas ASEAN pada tahun 2020.

Baca Juga Seputar Pengertian Prinsip Dan Tujuan ASEAN

Selanjutnya, Pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN yang diselenggarakan pada bulan


Agustus 2006 di Kuala Lumpur, Malaysia, sepakat untuk memajukan Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) dengan target yang jelas dan jadwal untuk pelaksanaan.

Pada KTT ASEAN ke-12 pada bulan Januari 2007, para Pemimpin menegaskan komitmen
mereka yang kuat untuk mempercepat pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015
yang diusulkan di ASEAN Visi 2020 dan ASEAN Concord II, dan menandatangani Deklarasi
Cebu tentang Percepatan Pembentukan Komunitas ASEAN pada tahun 2015 Secara
khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan Komunitas Ekonomi
ASEAN pada tahun 2015 dan untuk mengubah ASEAN menjadi daerah dengan
perdagangan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang
lebih bebas.

Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi
yang dianut dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-
negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui
inisiatif yang ada dan baru dengan batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka,
berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan
multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen
ekonomi yang efektif berbasis aturan.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis
produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan
langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi;
mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis,
tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN.
Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN,

Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan
pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan
VietNam melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :

1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;


2. Pengakuan kualifikasi profesional;
3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
5. Meningkatkan infrastruktur
6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber daerah;
8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas
ASEAN secara keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1. Pasar dan basis produksi tunggal,
2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan
dari masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari
unsur-unsur serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para
pemangku kepentingan yang relevan.
Pengertian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagangan bebas
antara Negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah
menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community
(MEA).

Karakteristik Dan Unsur Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang dianut
dalam Visi 2020, yang didasarkan pada konvergensi kepentingan negara-negara anggota ASEAN
untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang ada dan baru dengan
batas waktu yang jelas. dalam mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus
bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar
ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk
kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi
tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah
untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di
sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan
memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat
Ekonomi ASEAN.

Pada saat yang sama, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan
pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara Kamboja, Laos, Myanmar dan

VietNam melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya.
Bentuk Kerjasamanya adalah :

1. Pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas;


2. Pengakuan kualifikasi profesional;
3. Konsultasi lebih dekat pada kebijakan makro ekonomi dan keuangan;
4. Langkah-langkah pembiayaan perdagangan;
5. Meningkatkan infrastruktur
6. Pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN;
7. Mengintegrasikan industri di seluruh wilayah untuk mempromosikan sumber
daerah;
8. Meningkatkan keterlibatan sektor swasta untuk membangun Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA).
Pentingnya perdagangan eksternal terhadap ASEAN dan kebutuhan untuk Komunitas ASEAN secara
keseluruhan untuk tetap melihat ke depan,
karakteristik utama Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA):
1. Pasar dan basis produksi tunggal,
2. Kawasan ekonomi yang kompetitif,
3. Wilayah pembangunan ekonomi yang merata
4. Daerah terintegrasi penuh dalam ekonomi global.
Karakteristik ini saling berkaitan kuat. Dengan Memasukkan unsur-unsur yang dibutuhkan dari
masing-masing karakteristik dan harus memastikan konsistensi dan keterpaduan dari unsur-unsur
serta pelaksanaannya yang tepat dan saling mengkoordinasi di antara para pemangku kepentingan
yang relevan.
Kesiapan Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Indonesia akan menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 (MEA 2015). Masyarakat Ekonomi
ASEAN 2015 (MEA 2015) merupakan realisasi akhir dari sebuah integrasi ekonomi yang sesuai
dengan visi ASEAN 2020, yang didasarkan pada kepentingan bersama Negara anggota ASEAN untuk
memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang telah ada dan inisiatif baru.

Tujuan utama dari MEA 2015 yaitu untuk mendorong efisiensi dan daya saing ekonomi kawasan
ASEAN yang tercermin dalam empat hal:

1. ASEAN sebagai aliran bebas barang, bebas jasa, bebas investasi, bebas tenaga kerja terdidik, dan
bebas modal (single market and production base)

2. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing tinggi (a highly competitive economic region)

3. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen
pengembangan usaha kecil menengah (a region of equitable economic development)

4. ASEAN sebagai kawasan terintegrasi (a region fully integrated in to the global economy)

Untuk arus barang sendiri dilakukan dengan menghapuskan bea masuk seluruh barang kecuali
barang yang termasuk dalamSensitive List (SL) dan High Sensitive List (HSL) serta bea masuk
produk Priority Integration Sectors (PIS).

Arus jasa dilakukan dengan mengurangi seluruh hambatan dalam perdagangan jasa untuk empat
sektor bidang jasa, yaitu ;
1. Transportasi udara,e-ASEAN

2. Kesehatan dan pariwisata

3. Mengurangi seluruh hambatan perdagangan jasa pada 2015.

Sedangkan, untuk liberalisasi arus tenaga kerja dilakukan dengan meberikan fasilitas penerbitan visa
dan employment pass bagi tenaga profesi serta tenaga kerja terampil ASEAN yang bekerja di sektor-
sektor yang berhubungan dengan perdagangan atau investasi antar Negara ASEAN. Tentunya
dengan adanya MEA 2015 ini menjadi sebuah peluang sekaligus tantangan bagi Negara-negara
ASEAN khususnya Indonesia. Peluang, karena produk-produk Indonesia akan mendapat pasar di
kawasan ASEAN.

Populasi ASEAN pada 2012 mencapai 617,68 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto
2,1 triliun dolar AS. Jumlah itu menunjukkan potensi besar ASEAN untuk digarap oleh investor.
Namun juga menjadi tantangan, karena jika kita tidak siap maka justru produk dari negara ASEAN
lainnya yang akan menyerbu Indonesia. Saat ini pun, banyak produk impor yang masuk ke Indonesia.
Ada keraguan memang apakah Indonesia akan siap atau tidak dalam mengadapi MEA 2015.

Menurut Ketua Bidang Organisasi Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Edy Suandi Hamid Indonesia
belum siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, hal ini disebabkan karena daya saing
ekonomi nasional dan daerah belum siap. Mengenai persiapan di dalam negeri, Dirjen Kerja Sama
Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Imam Pambagyo mengatakan bahwa dalam
mengahadapi MEA 2015 Indonesia harus memperkuat daya saing, mengamankan pasar domest ikut
serta mendorong ekspor .

Akan tetapi, mau tidak mau Indonesia harus siap mengahadapi MEA 2015 karena dengan
adanya MEA 2015 ini, secara tidak langsung masyarakat Indonesia dituntut untuk berkreativitas lagi
agar mampu bersaing dengan Negara-negara Anggota ASEAN lainnya. Integrasi ekonomi di ASEAN ini
berpeluang menjadi batu loncatan bagi Indonesia untuk memiliki posisi tawar yang kuat dalam
konstelasi politik global. Indonesia bahkan diprediksi bahwa akan menjadi negara dengan tingkat
ekonomi terbesar ke tujuh pada 2030. Kenyataan ini dan prediksi ke depan tersebut memberi angin
segar dalam membangun optimisme Indonesia menatap masa depan khususnya menjelang
berlakunya MEA pada 2015. Perdagangan bebas antar negara di kawasan Asia Tenggara akan
membawa hal positif dan negatif bagi masing-masing negara yang terlibat didalamnya. Manfaat MEA
2015 ini yaitu penurunan biaya perjalanan transportasi, menurunkan secara cepat biaya
telekomunikasi, meningkatkan jumlah pengguna internet, informasi akan semakin mudah dan cepat
diperoleh, meningkatnya investasi dan lapangan kerja.
Sisa waktu yang hanya tinggal bebrapa bulan lagi, hendaknya dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya oleh pemerintah untuk bersiap menghadapi MEA 2015. Tantangan kedepan bagi
Indonesia ialah mewujudkan perubahan yang berarti bagi kehidupan keseharian masyarakatnya.
Semoga seluruh masyarakat Indonesia bisa membantu untuk mewujudkan kehidupan ekonomi dan
sosial yang layak agar kita bisa bersaing di masyarakat ekonomi ASEAN tahun 2015.

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam makalah ini menyangkut soal Masyarakat Ekonomi
ASEAN ( MEA ) 2015maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

Indonesia sebenarnya belum siap untuk menghadapi MEA 2015 hal ini disebabkan karena
daya sainng ekonomi nasional & daerah belum siap. Namun, dengan adanya MEA 2015 akan
membawa dampak positif untuk Indonesia sendiri karena dituntut agar mampu bersaing dengan
Negara-negara ASEAN lainnya. Dengan demikian Indonesia hanya perlu membenahi dan membekali
masyarakt agar trampil hingga mereka mampu menghadapi pasar bebas MEA 2015 dan membentuk
SDM-SDM yang berkualitas.

1.2 Saran-saran

Berikut saran-saran agar Indonesia mampu menghadapi MEA 2015 ;

1. Indonesia harus memperkuat daya saing, mengamankan pasar domest ikut serta
mendorong ekspor.

2. Pemerintah dan masyrarakat harus saling berkerja sama dalam pembagunan Negara. Pemerintah
menfasilitasi masyarakat dan masyarakat menfaatkan dengan sebaik mungkin. Seperti menfasilitasi
bidang pendidikan agar mampu menghasilkan SDM-SDM yang berkualitas.

3. Melakukan himbauan tentang MEA 2015 secera merata kepada masyarakat agar masyarakat sendiri
punya kesadaran dan turut setra mendorong ekspor Indonesia.

SUMBER :
Kesiapan Indonesia dalam menghadapi ASEAN Economic Community
2015http://regional.kompasiana.com/2014/04/25, diakses 09 Oktober 2014.

Srikandi Rahayu.Pengertian Dan Karakteristik Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

http://seputarpengertian.blogspot.com, diakses 09 Oktober 2014.

http://sharingbarengchriztine.blogspot.com/2014/10/masyarakat-ekonomi-asean-mea-2015.html

Anda mungkin juga menyukai