MAKALAH
Kelompok 2
Anggota kelompok :
( 150351600876 )
(150351600834)
Faridatus Sholikha
(150351602899)
(150351602244)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yangsangat sederhana.
Semoga makalah bermanfaat bagi pembaca.
Semoga makalah ini membantu menambah pengetehuan danpengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih kurang. Olehkarena itu kami harapkan para pembaca untuk
memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaann
makalah ini.
Daftar isi
Penutup ................................................................................................... 18
Daftar pustaka ........................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam
kehidupan manusia, karena dimana pun dan kapan pun di dunia
terdapat pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk
membudayakan manusia.
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam
setiap kehidupan masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan
hidup yang dianut oleh masing masing bangsa atau masyarakat dan
bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan
pendidikan tersebut. Dengan demikian selain dari bersifat universal,
pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai
penyelenggaraan pendidikan bangsa itu.
Urusan utama pendidikan adalah manusia. Perbuatan pendidikan
diarahkan kepada manusia untuk mengembangkan potensi-potensi
dasar manusia agar menjadi nyata. Perubahan tuntutan yang terjadi
dalam masyarakat, menghendaki peningkatan peranan pendidikan
selanjutnya. Dengan demikian wajarlah kiranya batasan atau konsep
mengenai pendidikan selalu mengalami perubahan perubahan sesuai
dengan tuntutan keadaan akibat dari perkembangan kehidupan
manusia atau perkembangan peradaban manusia dan perkembangan
masyarakat.
Pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara
pendidik dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses itu berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan
menggunakan bermacam tindakan yang disebut alat pendidikan.
Kelima komponen pendidikan yaitu: tujuan pendidikan, pendidik,
subjek didik, alat pendidikan, lingkungan pendidikan disebut faktorfaktor pendidikan yang saling berkaitan serta saling menunjang satu
sama lainnya.
Sehubungan dengan hal yang telah dikemukakan di atas maka akan
dibahas konsep, hakikat pendidikan, dan faktor-faktor pendidikan.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pengertian dan apasaja unsur pendidikan itu ?
2. Bagaimanakah hakikat belajar itu ?
3. Bagaimanakah hakikat pengajaran dan pembeljaran itu ?
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik yaitu ilmu
menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai educare, yaitu
mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa
dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erzichung yang
setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti
panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan
perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian sang anak. Sedangkan
menurut Herbart pendidikan merupakan pembentukan peserta didik kepada yang
diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan Educere.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai
pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan
sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensipotensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan. Lembaga lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat .
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke
genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik .
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang
sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri
(zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang
6
baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak
kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi.
Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-latihan, dan
pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan
lingkungan pendidikan .
Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri
agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan
hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut
pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta,
rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan
pengembangan fisik .
Unsur-unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:
Afeksi
B.
Kognisi
C.
Psikomotor
2.
3.
4.
5.
Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidikan. Sekolah juga merupakan lembaga yang diupayakan
sedemikian rupa untuk mencerminkan suatu masyarakat Indonesia di masa depan,
sehingga peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri
untuk melaksanakan perannya.
Lingkungan sekolah berfungsi :
Lingkungan masyarakat
Masyarakat berfungsi sebagai pusat pendidikan yang sangat bergantung pada taraf
perkembangan masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di
dalamnya.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu ;
Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur
sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar
sekolah).
Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik
langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang(by
design) maupun yang dimanfaatkan (utility).
10
B. HAKIKAT BELAJAR
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang
mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan
berbuat.
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang
relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang
terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase
belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu :
Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi
Tahap storage , yaitu tahapan penyimpanan informasi
Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi
Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang
menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan.
Pengalaman atau pelatihan itu dapat memberi pengetahuan sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.
Dari berbagai definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan adanya ciri belajar,
yaitu:
1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behaviour).
2. Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman .
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar, seorang guru memperhatikan
beberapa prinsip belajar berikut :
1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.
2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
11
3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung
pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajanya.
Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri
dari perubahan perilaku , yaitu :
1. Perubahan yang didasari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja
dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu
yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah
diperolehsebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukkan ke
arah kemajuan.
12
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai,
baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap
dan keterampilannya. Seorang guru menguasai Teori-teori Belajar. Begitu
juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan Teori-teori Belajar.
C. HAKEKAT PENGAJARAN
Keterkaitan Antara Pengajaran dan Pendidikan
Istilah pengajaran dapat dibedakan dari pendidikan,tetapi sulit
dipisahkan.Jika dikatakan anak diajar menulis yang baik lebih terasa sebagai
pengajaran.Tetapi jika anak dikembangkan kegemarannya untuk menulis yang
baikmaka lebih mirip pendidikan.Demikian pula jika dikatakan guru mengajar
murid menyusun jadwal belajar untuk belajar di rumah,ini lebih cenderung
dianggap sebagai kegiatan mengajar.Tetapi jika orang tua membiasakan
anaknya mematuhi jadwal belajar di rumah tersebut maka orang tua tersebut
dianggap mendidik anaknya;dalam halini mendidik kedisiplinan.Dalam
pendidikan agama di sekolah sering dikatakan bahwa banyak sekolah yang
kegiatan :penddikan agamanya bergeser menjadi pendidikan agama.
Maksudnya pengetahuan tentang agama lebih ditekankan daripada penanaman
jiwa/sikap keagamaanya pada murid.Akibatnya murid tahu bahkan mungkin
memahami banyak hal mengenai agama,tetapi apa yang dipahami itu tidak
menyatu dengan dirinya dan tidak mewarnai langkahnya
Contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa terhadap sesuatu objek
kegiatan (menulis,menyusun jadwal,mengkaji agama) dapat dipilih sisi
pengajaran dan sisi pendidikannya
Jika yang dipersoalkan atau dijadikan tekanan aspek pengetahuan,disebut
pengajaran, dan jika aspek pembentukan sikap menjadi tekanan disebut
pendidikan.Di samping dua sisi seperti yang dikemukakan,jika pengajaran ingin
dibedakan dari pendidikan,masih ada segi-segi lain yang dapat ditemukan sebagai
berikut
Pengajaran (Instruction)
-Lebih menekankan pada penguasaan
wawasan dan pengetahuan tentang
bidang/program tertentu seperti
pertanian,kesehatan,dan lain-lain
Pendidikan (Education)
-Lebih menekankan pada pembentukan
manusianya(penanaman sikap dan nilainilai)
13
praktis
Pembedaan dilakukan dengan maksud untuk keperluan analisis agar masingmasing segidapat didalami.Di dalam praktek pelaksanaan kedua-duanya
diupayakan menyatu.Semakin luas dan dalam wawasan dan pengetahuan
seseorang semakin kukuh terbentuknya sikap dan nilai-nilai,sebaliknya kualitas
sikap dapat mempengaruhi usaha memperluas dan memperdalam wawasan
keilmuan seseorang.Dalam hubungan ini pendidikan modern lebih cenderung
mengutamakan pembentukan sikap seperti sikap keterbukaan,sikap
inovatif,dorongan untuk maju,kegairahan mencari dan menemukan sesuatu
,kepercayaan diri dan seterusnya.Jika sikap tersebut sudah tertanam dan terbentuk
pencarian ilmu pengetahuan akan berkangsung dengan sendirinya.
D. HAKEKAT PEMBELAJARAN
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang
lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini
tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para
pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002:
128).
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara
guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran
oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher
of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi
kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi
pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar,
karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman
& Sutikno, 2007: 9).
14
E. HAKEKAT PENDIDIKAN
15
16
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Makalah ini dibuat dari beberapa sumber buku yang berkaitan dengan
judul makalah ini. Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Banyak kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini karena
berbagai keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan sumber referensi maupun
keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
para pembaca untuk memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi.
18
DAFTAR PUSTAKA
19