Anda di halaman 1dari 19

PENGANTAR PENDIDIKAN

PENDIDIKAN, HAKEKAT BELAJAR,PEMBELAJARAN dan


PEMBELAJARAN serta PENDIDIKAN

MAKALAH

Kelompok 2
Anggota kelompok :

Ana Fitria Azzmi

( 150351600876 )

Dian Novita Hariyanti

(150351600834)

Faridatus Sholikha

(150351602899)

Nurul Umi Marfuah

(150351602244)

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


FAKULTAS MATEMATIKA dan ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
PEBRUARI 2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya Sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yangsangat sederhana.
Semoga makalah bermanfaat bagi pembaca.
Semoga makalah ini membantu menambah pengetehuan danpengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki masih kurang. Olehkarena itu kami harapkan para pembaca untuk
memberikan masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaann
makalah ini.

Malang, Pebruari 2016


Penyusun

Daftar isi

Kata pengantar ............................................................................................. 2


Daftar isi....................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4
Latar belakang ................................................................................. 4
Rumusan masalah ............................................................................ 4
Tujuan .............................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 6
Pengertian pendidikan ..................................................................... 6
Hakikat belajar ................................................................................ 11
Hakekat pengajaran ....................................................................... 13
Hakekat pembelajaran ................................................................... 14
Hakekat pendidikan ....................................................................... 16

Penutup ................................................................................................... 18
Daftar pustaka ........................................................................................ 19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam
kehidupan manusia, karena dimana pun dan kapan pun di dunia
terdapat pendidikan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu untuk
membudayakan manusia.
Meskipun pendidikan merupakan suatu gejala yang umum dalam
setiap kehidupan masyarakat namun perbedaan filsafat dan pandangan
hidup yang dianut oleh masing masing bangsa atau masyarakat dan
bahkan individu menyebabkan perbedaan penyelenggaraan kegiatan
pendidikan tersebut. Dengan demikian selain dari bersifat universal,
pendidikan juga bersifat nasional. Sifat nasionalnya akan mewarnai
penyelenggaraan pendidikan bangsa itu.
Urusan utama pendidikan adalah manusia. Perbuatan pendidikan
diarahkan kepada manusia untuk mengembangkan potensi-potensi
dasar manusia agar menjadi nyata. Perubahan tuntutan yang terjadi
dalam masyarakat, menghendaki peningkatan peranan pendidikan
selanjutnya. Dengan demikian wajarlah kiranya batasan atau konsep
mengenai pendidikan selalu mengalami perubahan perubahan sesuai
dengan tuntutan keadaan akibat dari perkembangan kehidupan
manusia atau perkembangan peradaban manusia dan perkembangan
masyarakat.
Pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara
pendidik dengan subjek didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Proses itu berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan
menggunakan bermacam tindakan yang disebut alat pendidikan.
Kelima komponen pendidikan yaitu: tujuan pendidikan, pendidik,
subjek didik, alat pendidikan, lingkungan pendidikan disebut faktorfaktor pendidikan yang saling berkaitan serta saling menunjang satu
sama lainnya.
Sehubungan dengan hal yang telah dikemukakan di atas maka akan
dibahas konsep, hakikat pendidikan, dan faktor-faktor pendidikan.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pengertian dan apasaja unsur pendidikan itu ?
2. Bagaimanakah hakikat belajar itu ?
3. Bagaimanakah hakikat pengajaran dan pembeljaran itu ?
4

4. Bagaimanakah hakikat pendidikan itu ?


1.3 Tujuan
Mengetahui pengertian dan apasaja unsur pendidikan serta hakikat
belajar, pengajaran dan pembelajaran dan pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN
Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik yaitu ilmu
menuntun anak, orang Romawi memandang pendidikan sebagai educare, yaitu
mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa
dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erzichung yang
setara dengan educare, yakni membangkitkan kekuatan terpendam atau
mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti
panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan
perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian sang anak. Sedangkan
menurut Herbart pendidikan merupakan pembentukan peserta didik kepada yang
diinginkan sipendidik yang diistilahkan dengan Educere.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar
didik (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai
pengertian proses pengubahan dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perluasan, dan cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan
sebagai upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar
dapat memajukan kesempurnaan hidup dan menghidupkan anak yang selaras
dengan alam dan masyarakatnya.
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensipotensi pribadinya, yaitu rohani
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang
bertanggungjawab menetapkan cita cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan
organisasi pendidikan. Lembaga lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan
masyarakat .
Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak
aspek dan sifatnya sangat kompleks. Sebagai proses transformasi budaya,
pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari generasi satu ke
genari yang lain. Sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan
sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik .
Proses pembentukan pribadi meliputi dua sasaran yaitu pembentukan
pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang dewasa, dan bagi yang
sudah dewasa atas usaha sendiri. Yang terakhir ini disebut pendidikan diri sendiri
(zelf vorming). Kedua-duanya bersifat alamiah dan menjadi keharusan. Bayi yang
6

baru lahir kepribadiannya belum terbentuk, belum mempunyai warna dan corak
kepribadian yang tertentu. Ia baru merupakan individu, belum suatu pribadi.
Untuk menjadi suatu pribadi perlu mandapat bimbingan, latihan-latihan, dan
pengalaman melalui bergaul dengan lingkungannya, khususnya dengan
lingkungan pendidikan .
Bagi mereka yang sudah dewasa tetap dituntut adanya pengembangan diri
agar kualitas kepribadian meningkat serempak dengan meningkatnya tantangan
hidup yang selalu berubah. Dalam hubungan ini dikenal apa yang disebut
pendidikan sepanjang hidup. Pembentukan pribadi mencakup pembentukan cipta,
rasa, dan karsa (kognitif, afektif, dan psikomotor) yang sejalan dengan
pengembangan fisik .

Unsur-unsur Pendidikan
Proses pendidikan melibatkan banyak hal yaitu:

Subjek yang dibimbing (peserta didik).

Peserta didik berstatus sebagai subjek didik. Pandangan modern cenderung


menyebutkan demikian oleh karena peserta didik adalah subjek atau pribadi yang
otonom, yang ingin diakui keberadaannya.
Ciri khas peserta didik yang perlu dipahami oleh pendidik ialah:
o Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga
merupakan insan yang unik.
o Individu yang sedang berkembang.
o Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan
manusiawi.
o Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.

Orang yang membimbing (pendidik)

Yang dimaksud pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap


pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Peserta didik mengalami
pendidikannya dalam tiga lingkunga yaitu lingkungankeluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masayarakat. Sebab itu yang bertanggung jawab terhadap
pendidikan ialah orang tua, guru, pemimpin program pembelajaran, latihan, dan
masyarakat.

Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)

Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antara


peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan. Pencapaian
tujuan pendidikan secara optimal ditempuh melalui proses berkomunikasi intensif
dengan manipulasi isi, metode, serta alat-alat pendidikan.

Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)

Tujuan pendidikan adalah untuk membawa anak kepada kedewasaannya,


yang berarti bahwa anak harus dapat menentukan diri sendiri dan bertanggung
jawab sendiri. Tujuan pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan
hidup si pendidik. Pendidikan juga bertujuan mengembangkan individu peserta
didik secara alami atau wajar, dalam arti memberi kesempatan kepada mereka
untuk mengembangkan potensi-potensi mereka seperti apa adanya.
Faktor tujuan dalam pendidikan adalah :
Sebagai arah pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu usaha,
sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi sekarang
kepada situasi berikutnya.
Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir. Mungkin
saja ada usaha yang terhenti karena suatu kegagalan mencapai tujuan, namun
usaha itu belum bisa dikatakan berakhir.
Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan merupakan titik
akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar
tersebut merupakan fundamen yang menjadi alas permulaan setiap usaha.
Memberi nilai pada usaha yang dilakukan.
Pemerintah Indonesia telah menggariskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan
pengajaran dalam Undang-Undang nomor 12 tahun 1945, terutama pasal 3 dan 4
yang berbunyi sebagai berikut :
Pasal 3 :
Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang
cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang
kesejahteraan masyarakat dan tanah air .
Pasal 4 :
Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub
dalam Pancasila Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan atas
Kebudayaan Kebangsaan Indonesia.
Didalam GBHN 1983-1988 tujuan pendidikan dinyatakan sebagai berikut :
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air agar dapat menumbuhkan
manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa .

Secara umum tujuan-tujuan pendidikan di Indonesia, baik tujuan-tujuan


sekolah, perguruan tinggi, maupun tujuan nasional sudah mencakup ketiga ranah
perkembangan manusia, seperti tertulis dalam teori-teori pendidikan yaitu
perkembangan :
A.

Afeksi

B.

Kognisi

C.

Psikomotor

Dengan demikian tujuan pendidikan Indonesia yang sudah komprehensif


mencakup afeksi, kognisi, dan psikomotor hendaklah dikembangkan secara
berimbang, optimal, dan integratif. Berimbang artinya perkembangan ketiga ranah
tersebut dilakukan dengan intensitas yang sama, yang proporsional dan tidak berat
sebelah. Optimal maksudnya adalah setiap ranah itu dilayani perkembangannya
sesuai dengan besar potensi masing-masing. Dan integratif menunjukkan
perkembangan ketiga ranah itu dikaitkan satu dengan yang lain sehingga menjadi
kebulatan.

Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)


Materi pendidikan adalah bahan atau pengalaman yang disusun menjadi
kurikulum. Kurikulum yaitu yang menyangkut semua kegiatan yang dilakukan
dan dialami peserta didik dalam perkembangan, baik formal maupun informal
guna mencapai tujuan pendidikan.
Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Secara khusus alat
melihat jenisnya sedangkan metode melihat efisiensi dan efektifitasnya. Alat
pendidikan dibedakan atas alat yang preventif dan yang kuratif.
Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)
Lingkungan adalah semua kondisi dalam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku, pertumbuhan dan perkembangan setiap individu.
Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat, dan ketiganya
disebut dengan Tri Pusat Pendidikan.
Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan pengelompokkan primer yang terdiri dari jumlah kecil orang
karena hubungan sedarah. Menurut Ki Hajar dewantara, suasana keluarga
merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orangseorangan (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial.

Pendidikan keluarga berfungsi untuk :


1.

Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak

2.

Menjamin kehidupan emosional anak

3.

Menanamkan dasar pendidikan moral

4.

Memberikan dasar pendidikan sosial

5.

Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama pada anak

Lingkungan sekolah
Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk
melaksanakan pendidikan. Sekolah juga merupakan lembaga yang diupayakan
sedemikian rupa untuk mencerminkan suatu masyarakat Indonesia di masa depan,
sehingga peserta didik memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri
untuk melaksanakan perannya.
Lingkungan sekolah berfungsi :

Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik


serta menanamkan budi pekerti yang baik
Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat
yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah
Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan, seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain yang
sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan
Disekolah diberikan pelajaran etika, agama, estetika dan dapat
membedakan moral
Memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan jalan
menyampaikan warisan kebudayaan kepada generasi muda, dalam hal ini
tentunya anak didik

Lingkungan masyarakat
Masyarakat berfungsi sebagai pusat pendidikan yang sangat bergantung pada taraf
perkembangan masyarakat itu beserta sumber-sumber belajar yang tersedia di
dalamnya.
Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu ;
Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur
sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar
sekolah).
Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik
langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang(by
design) maupun yang dimanfaatkan (utility).
10

B. HAKIKAT BELAJAR
Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang yang
mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, dan
berbuat.
Pada dasarnya belajar merupakan tahapan perubahan perilaku siswa yang
relatif positif dan mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses, dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses yang
terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada fase-fase
belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh witting yaitu :
Tahap acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi
Tahap storage , yaitu tahapan penyimpanan informasi
Tahap retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi
Definisi yang lain menyebutkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang
menetap, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati secara
langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau pengalaman dalam
interaksinya dengan lingkungan.
Pengalaman atau pelatihan itu dapat memberi pengetahuan sesuatu yang
memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah
tingkah laku.

Dari berbagai definisi para ahli diatas, dapat disimpulkan adanya ciri belajar,
yaitu:
1. Belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behaviour).
2. Perubahan perilaku relatif permanen. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah
laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah.
3. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses
belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.
4. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman .
5. Pengalaman atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Di dalam tugas melaksanakan proses belajar, seorang guru memperhatikan
beberapa prinsip belajar berikut :
1. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.
2. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.

11

3. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung
pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
4. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan
membuat proses belajar lebih berarti.
5. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung
jawab dan kepercayaan penuh atas belajanya.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perilaku. Dalam hal ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri
dari perubahan perilaku , yaitu :
1. Perubahan yang didasari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja
dari individu yang bersangkutan. Begitu juga dengan hasil-hasilnya, individu
yang bersangkutan menyadari bahwa dalam dirinya telah terjadi perubahan.
2. Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu)
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada
dasarnya merupakan kelanjutan dari keterampilan yang telah
diperolehsebelumnya.
3. Perubahan yang fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan hidup individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan masa
sekarang maupun masa mendatang.
4. Perubahan yang bersifat positif
Perubahan perilaku yang terjadi bersifat normatif dan menunjukkan ke
arah kemajuan.

5. Perubahan yang bersifat aktif


Untuk memperoleh perilaku baru, indvidu yang bersangkutan aktif
berupaya melakukan perubahan.
6. Perubahan yang bersifat permanen
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung
menetap dan menjdi bagian yang melekat pada dirinya.
7. Perubahan yang bertujuan dan tearah

12

Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang ingin dicapai,
baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
8. Perubahan perilaku secara keseluruhan
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh
pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap
dan keterampilannya. Seorang guru menguasai Teori-teori Belajar. Begitu
juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan Teori-teori Belajar.

C. HAKEKAT PENGAJARAN
Keterkaitan Antara Pengajaran dan Pendidikan
Istilah pengajaran dapat dibedakan dari pendidikan,tetapi sulit
dipisahkan.Jika dikatakan anak diajar menulis yang baik lebih terasa sebagai
pengajaran.Tetapi jika anak dikembangkan kegemarannya untuk menulis yang
baikmaka lebih mirip pendidikan.Demikian pula jika dikatakan guru mengajar
murid menyusun jadwal belajar untuk belajar di rumah,ini lebih cenderung
dianggap sebagai kegiatan mengajar.Tetapi jika orang tua membiasakan
anaknya mematuhi jadwal belajar di rumah tersebut maka orang tua tersebut
dianggap mendidik anaknya;dalam halini mendidik kedisiplinan.Dalam
pendidikan agama di sekolah sering dikatakan bahwa banyak sekolah yang
kegiatan :penddikan agamanya bergeser menjadi pendidikan agama.
Maksudnya pengetahuan tentang agama lebih ditekankan daripada penanaman
jiwa/sikap keagamaanya pada murid.Akibatnya murid tahu bahkan mungkin
memahami banyak hal mengenai agama,tetapi apa yang dipahami itu tidak
menyatu dengan dirinya dan tidak mewarnai langkahnya
Contoh-contoh diatas menunjukkan bahwa terhadap sesuatu objek
kegiatan (menulis,menyusun jadwal,mengkaji agama) dapat dipilih sisi
pengajaran dan sisi pendidikannya
Jika yang dipersoalkan atau dijadikan tekanan aspek pengetahuan,disebut
pengajaran, dan jika aspek pembentukan sikap menjadi tekanan disebut
pendidikan.Di samping dua sisi seperti yang dikemukakan,jika pengajaran ingin
dibedakan dari pendidikan,masih ada segi-segi lain yang dapat ditemukan sebagai
berikut

Pengajaran (Instruction)
-Lebih menekankan pada penguasaan
wawasan dan pengetahuan tentang
bidang/program tertentu seperti
pertanian,kesehatan,dan lain-lain

Pendidikan (Education)
-Lebih menekankan pada pembentukan
manusianya(penanaman sikap dan nilainilai)

13

-Makan waktu relatih pendek

-Makan waktu lebih panjang

-Metode lebih bersifat rasional,teknis

-Metode lebih bersifat psikologis dan


pendekatan manusiawi

praktis

Pembedaan dilakukan dengan maksud untuk keperluan analisis agar masingmasing segidapat didalami.Di dalam praktek pelaksanaan kedua-duanya
diupayakan menyatu.Semakin luas dan dalam wawasan dan pengetahuan
seseorang semakin kukuh terbentuknya sikap dan nilai-nilai,sebaliknya kualitas
sikap dapat mempengaruhi usaha memperluas dan memperdalam wawasan
keilmuan seseorang.Dalam hubungan ini pendidikan modern lebih cenderung
mengutamakan pembentukan sikap seperti sikap keterbukaan,sikap
inovatif,dorongan untuk maju,kegairahan mencari dan menemukan sesuatu
,kepercayaan diri dan seterusnya.Jika sikap tersebut sudah tertanam dan terbentuk
pencarian ilmu pengetahuan akan berkangsung dengan sendirinya.

D. HAKEKAT PEMBELAJARAN
Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian,
maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang
lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang dimaksud dengan proses
pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu generasi belajar, atau
dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini
tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para
pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002:
128).
Berangkat dari pengertian tersebut, maka dapat dipahami bahwa
pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara
guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran
oleh peserta didik (student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru (teacher
of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi
kepada fokus pembelajaran yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik
sehingga proses yang terjadi dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik.
Keaktifan peserta didik ini tidak hanya dituntut secara fisik saja, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik peserta didik saja yang aktif, tetapi
pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak belajar,
karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya (Fathurrohman
& Sutikno, 2007: 9).
14

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik


dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar
sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai
fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Pembelajaran sebagai sistem

Pembelajaran sebagai sistem terdiri dari sejumlah komponen yang


terorganisir antara lain tujuan pembelajaran , materi pembelajaran , strategi dan
metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga , pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran (remedial dan pengayaan).

Pembelajaran sebagai proses

Pembelajaran sebagai proses merupakan rangkaian upaya atau kegiatan


guru dalam rangka membuat siswa belaja, meliputi:
1. Persiapan, merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan
penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) dan penyiapan perangkat
kelengkapannya antara lain alat peraga, dan alat evaluasi, buku atau media
cetak lainnya.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan
pembelajaran yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan
atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan
dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi,
dan sikapnya terhadap siswa;
3. Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca
pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula
berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan
belajar.

E. HAKEKAT PENDIDIKAN
15

Pada dasarnya pendidikan ialah kegiatan mendidik manusia menjadi


manusia sehingga hakikat atau inti dari pendidikan tidak akan terlepas dari
hakikat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia
Menurut pandangan pakar Indonesia
Hakikat pendidikan itu dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat,
yaitu pendekatan epistemologis dan pendekatan ontologi atau metafisik.
Didalam pendidkan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar
atau kerangka ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebut mencari
makna pendidikan sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yang akan merupakan
dasar analisis yang akan membangu ilmu pengetahuan yang disebut ilmu
pendidikan. Dari sudut pandang pendidikan dilihat sebagai suatu proses yang
interen dalam konsep manusia. Artinya manusia hanya dapat dimanusiakan
melalui proses pendidikan.
Atau dengan kata lain hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari
hakikat manusia, sebab urusan utama pendidikan adalah manusia, wawasan
yang dianut dalam pendidikan dalam hal ini guru, tentang manusia akan
mempengaruhi strategi atau metode yang digunakan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya. Disamping itu konsep pendidikan yang dianut saling berkaitan
erat dengan hakikat pendidikan.
Beberapa asumsi dasar yang berkenaan dengan hakikat pendidkan
tersebut dinyatakan oleh Raka Joni sebagai berikut :
Pendidikan merupakan proses interaksi manusia yang ditandai oleh
keseimbangan antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidikan.
Pendidkan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi
lingkungan hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat.
Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan
masyarakat.
Pendidkan berlangsung seumur hidup.
Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsip ilmu
pengetahuan dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
Pada dasarnya pendidikan harus dilihat sebagai proses sekaligus
sebagai tujuan. Asumsi dasar pendidkan tersebut memandang pendidikan
sebagai kehidupan dalam masyarakat untuk mencapai perwujudan manusia
seutuhnya yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan sebagai kegiatan
hidup dalam masyarakat mempunyai arti penting baik bagi individu maupun
masyarakat. Sebab antara masyarakat dan individu saling berkaitan.

16

Individu menjadi manusia seperti sekarang ini adalah karena proses


belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia lainnya. Ini berarti
bahwa manusia tidak akan menjadi manusia tanpa dimanusiakan. Dengan kata
lain perkembangan manusia yang manusiawi hanya dapat terjadi dalam
lingkungan masyarakatnya. Namun sebaliknya masyarakat sebagai wujud
kehidupan bersama tidak mungkin berkembang kalau tidak didukung oleh
kemajuan individu-individu anggotanya.
Pendekatan ontologi menekankan pada hakikat keberadaan
pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberdaan
manusia. Dalam pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik
terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri.

Individu menjadi manusia karena proses belajar atau proses interaksi


manusiawi dengan manusia lain. Ini mengandung arti bahwa proses interaksi
dalam kehidupan social menjadi salah satu panutan atau komponen
pembentuk hakekat pendidikan yang dimengerti sebagai memanusiakan
manusia, atau bagaiamana mengiringi manusia dalam proses pencarian ilmu
pengetahuan untuk bergerak dari ketidaktahuaan menjadi paham dan yakin
akan sesuatu yang di telaah/dipelajarinya, mengembangkan potensi lahirianya
dan spiritual manusia sehingga yang tercipta dari proses pendidikan tersebut
adalah manusia yang mampu mengembangkan potensi diri menjadi insan yang
cerdas intelegensi dan spiritualnya yang mampu menghasilkan (produktif)
bukan hanya mampu memakai/menghabiskan (komsumtif), membimbing.

17

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan


kepribadiannya dengan jalan membina potensipotensi pribadinya, yaitu
rohani (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani).
Unsur-unsur Pendidikan berupa Subjek yang dibimbing, Orang yang
membimbing, Interaksi antara peserta didik dengan pendidik, Ke arah
mana bimbingan ditujukan
Pengajaran (Instruction) adalah lebih menekankan pada penguasaan
wawasan dan pengetahuan tentang bidang/program tertentu seperti
pertanian,kesehatan,dan lain-lain
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih
baik
Dan hakekat pendidikan merupakan cara Individu menjadi manusia karena
proses belajar atau proses interaksi manusiawi dengan manusia lain.

SARAN
Makalah ini dibuat dari beberapa sumber buku yang berkaitan dengan
judul makalah ini. Namun penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna. Banyak kekurangan-kekurangan yang ada dalam makalah ini karena
berbagai keterbatasan-keterbatasan, baik keterbatasan sumber referensi maupun
keterbatasan pengetahuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
para pembaca untuk memperbaiki makalah ini agar lebih baik lagi.

18

DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.


Roziqin, Muhammad Zainur, 2007. Moral Pendidikan di Era Global; Pergeseran
Pola Interaksi Guru-Murid di Era Global. Malang: Averroes Press.
Baharuddin, 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Darsono, Max, dkk. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang
Press.
Fathurrohman, Pupuh dan Sutikno, Sobry. 2007. Strategi Belajar Mengajar
melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam. Cet. II, Bandung:
Refika Aditama.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Triwiyanto,T.2014.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT Bumi Aksara
Tilaar, H.A.R. 2002. Pendidikan. Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia; Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Cet. III, Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja,U dan La Sulo.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta:PT Rineka Cipta.

19

Anda mungkin juga menyukai