Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UJIAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Program Studi Profesi Kedokteran
Bagian Ilmu Penyakit THT-KL
Rumah Sakit Umum Daerah Cibinong

Disusun oleh:

Rizky Lumalessil

406162075

Pembimbing

dr. H. R. Krisnabudhi, Sp.THT-KL

dr. Martinus

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


PERIODE 17 JULI 2017 19 AGUSTUS 2017
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2017
Nama : Rizky Lumalessil

NIM : 406162075

Fakultas : Kedokteran Universitas Tarumanagara

Bagian : Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Cibinong

Diajukan : 16 Agustus 2017

Judul : Tugas Ujian

Cibinong, 16 Agustus 2017

Penguji bagian Ilmu Penyakit THT-KL

RSUD Cibinong

dr. H. R. Krisnabudhi, Sp.THT-KL

dr. Martinus
SYARAT SYARAT PEMERIKSAAN AUDIOMETRI

1. Pasien harus duduk sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat melihat panel
kontrol ataupun pemeriksanya.
2. Benda-benda yang dapat mengganggu pemasangan earphone yang tepat atau
dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan harus disingkirkan. Misalnya anting-
anting, kacamata, topi, wig, permen karet, dan kapas dalam liang telinga. Saat
ini pemeriksa sebaiknya memeriksa apakah ada penyempitan liang telinga
dengan cara mengamati gerakan dinding kanalis saat menekan pinna dan tagus.
Perbedaan hantaran udara dan tulang hingga sebesar 15-30 dB telah dilaporkan
sebagai akibat penyempitan liang telinga. Masalah ini dapat diatasi dengan
memegang earphone didepan pinna sehingga rangsang pengujian terletak
dalam suatu lapangan suara, semntara telinga satunya ditutup atau disamarkan
meggunakan earphone bantal sirkumaural. Cara lain adalah dengan
memasukan suatu cetakan liang telinga kedalam kanalis agar suatu jalan udara
menuju membran timpani dapat dipertahankan.
3. Instruksi harus jelas dan tepat. Pasien perlu mengetahui apa yang harus
didengar dan apa yang diharapkan sebagai jawabannya. Pasien harus didorong
untuk memberi jawaban terhadap bunyi yang didengarkannya
4. Lubang earphone harus tepat menempel pada lubang liang telinga

SEKRET MUKUS DAN SEROUS


Serosa dan mukus dua jenis cairan yang diproduksi oleh kelenjar eksokrin.
Mereka dilepaskan langsung ke luar dari kelenjar melalui saluran. Cairan ini
memiliki fisiologi yang berbeda termasuk asal mereka, komposisi, persentase air
dll. Namun, baik serosa dan mukus adalah penting dalam memberikan
perlindungan bagi lapisan sel dan organ.

Mukus adalah viskoelastik, cairan homogen yang berisi matriks berair,


glikoprotein, protein, dan lipid. Mukus diproduksi oleh sel-sel mukosa, yang
bentuknya seperti membuat selaput lendir dan kelenjar lendir. Selaput lendir dapat
ditemukan pada lapisan sistem pernapasan, sistem pencernaan, sistem reproduksi,
dan sistem kemih.

Istilah mukosa digunakan untuk mengidentifikasi membran mukosa


tertentu. Misalnya, garis mukosa pernafasan saluran pernapasan, saluran mukosa
lambung perut, dan garis mukosa usus usus kecil dan besar. Mukus berfungsi
sebagai pelumas dan melindungi lapisan sel dalam tubuh. Juga, membantu untuk
menghilangkan bakteri dan partikel asing lainnya dari tubuh.

Serosa adalah cairan yang berisi terutama air dan beberapa protein seperti
enzim amilase. Hal ini dihasilkan oleh sel-sel serosa, yang disusun sebagai
kelompok yang disebut asinus dalam kelenjar serosa. Kelenjar serosa sebagian
besar ditemukan pada kelenjar parotis dan kelenjar lakrimal. Serosa dapat juga
diproduksi oleh kelenjar campuran seperti kelenjar submaksilaris. Kelenjar
Campuran menghasilkan baik lendir dan serosa. Selain itu, serosa dapat
ditemukan di ruang antara paru-paru dan kantung pleura sebagai cairan pleural,
di ruang antara jantung dan kantong perikardial sebagai cairan perikardial, dan
di antara usus dan kantung peritoneal sebagai cairan peritoneum . Fungsi utama
serosa adalah untuk membantu pencernaan pati, memungkinkan organ untuk
bergerak bebas, dan mencegah gesekan.

Perbedaan Sekret Mukus dan Serous


1. Sel mukosa pada kelenjar mukosa mengeluarkan lendir (mukus), sementara
sel-sel serosa dalam kelenjar serosa mensekresi serosa.
2. Kelompok sel serosa disebut asinus serosa, sedangkan kelompok sel mukosa
disebut asinus mukosa.
3. Asinus mukosa terdiri dari sel-sel yang lebih besar, sedangkan asinus serosa
terdiri dari sel-sel yang lebih kecil.
4. Asinus serosa memiliki lumen sempit sementara asinus mukosa memiliki
lumen yang lebih luas.
5. Inti sel serosa berbentuk sferis sedangkan untuk sel mukosa berbentuk pipih
6. Dalam pewarnaan HE, sel-sel mukosa tampak biru pucat, tidak seperti sel-sel
serosa.
7. Kompleks Golgi nampak jelas dalam sel mukosa, tidak seperti pada sel-sel
serosa.
8. Mukus merupakan cairan tebal dan kental, sedangkan serosa lebih berair dan
kurang tebal.
9. Serosa mengandung enzim amilase, sedangkan mukus mengandung sedikit
atau tidak ada enzim.
10. Serosa membantu mencerna pati, sedangkan mukus terutama berfungsi
sebagai pelumas dan lapisan perlindungan.
11. Serosa dikeluarkan secara eksositosis dari sel serosa, sedangkan mukus
dikeluarkan dengan memecahkan membran mukosa.

REAKSI HIDROGEN PEROKSIDA


Hidrogen peroksida dengan rumus kimia H2O2 merupakan bahan kimia
anorganik yang memiliki sifat oksidator kuat. H2O2 tidak berwarna dan memiliki
bau yang khas agak keasaman. H2O2 larut dengan sangat baik dalam air. Dalam
kondisi normal hidrogen peroksida sangat stabil, dengan laju dekomposisi yang
sangat rendah. Pada saat mengalami dekomposisi hidrogen peroksida terurai
menjadi air dan gas oksigen, dengan mengikuti reaksi eksotermis berikut:

OTITIS MEDIA AKUT UNILATERAL

Faktor Predisposisi:

1. Trauma tumpul pada satu telinga yang menyababkan ruptur membran


timpani
2. Trauma penetrasi pada membran timpani
3. Tumor nasofaring nasofaring yang menyumbat salah satu tuba eustachius
4. Obstruksi tuba eustachius oleh benda asing, misalnya tampon posterior
untuk pengobatan epistaksis
5. Trauma mekanis akibat adenoidektomi yang terlalu agresif sehingga
terbentuk parut dan penutupan tuba eustachius
6. Prosedur operasi yang mengganggu otot tensor veli palatini juga dapat
berakibat disfungsi tuba secara permanen, sekalipun tidak sungguh-
sungguh menyebabkan obstruksi (misalnya, pembedahan agresif untuk
mengangkat tumor disekitar lempeng pteigoideum)
7. Tuba eustachius paten abnomal pada salah satu telinga
8. Palatoskisis
PEMBERIAN ANTIBIOTIK PADA OTITIS MEDIA AKUT

Stadium Tatalaksana
Oklusi Tuba Membuka kembali tuba untuk menghilangkan tekanan negatif
Dekongestan oral/topikal
Tetes hidung HCL efedrin 1% dalam larutan fisiologik
Mukolitik mengurangi sekret sehingga oklusi berkurang
Antibiotik (Terapi Empirik) jika etiologi bakteri
Hiperemis Dekongestan
Antibiotik empirik minimal 7 hari
Penisilin intramuskular
Ampisilin 50-100 mg/kgBB/hari
Amoksisilin 40 mg/kgBB/hari
Kombinasi eritromisin 40 mg/kgBB/hari dan sulfisoksazol
120 mg/kgBB/hari terbagi 4 dosis
Amoksisilin-klavulanat 40 mg/kgBB/hari
Kombinasi trimetropim 8 mg/kgBB dan 40 mg/kgBB
sulfametoksazolnperhari terbagi 2 dosis
Sefiksim 8 mg/kgBB dosis tunggal
Sefprozil 15 mg/kgBB/hari terbagi 2 dosis
Seftriakson 50-100 mg/kgBB + lidokain 1% ( < 1,5 ml)
intramuskular
Analgesik
Supurasi Antibiotik empirik
Antipiretik
Analgesik
Dekongestan
Miringotomi (tidak dilakukan jika antibiotik sudah adekuat)
Perforasi Obat cuci telinga: H2O2 3% selama 3-5 hari
Antibiotik empirik
Resolusi Masih otorea (akibat edema mukosa telinga tengah) antibiotik sampai
3 minggu

Anda mungkin juga menyukai