Apakah perbedaan resusitasi awal pada sepsis menurut SSC tahun 2008, 2012 dan
2016?
System Score
0 1 2 3 4
Respiration
PaO2/FiO2, ≥ 400 (53.3) < 400 (53.3) < 300 (40) < 200 (26.7) < 100 (13.3)
mmHg (kPa) with with
respiratory respiratory
support support
Coagulation
Platelets, ≥ 150 < 150 < 100 < 50 < 20
x103/µL
Liver
Bilirubin, < 1.2 (20) 1.2 – 1.9 (20 2.0 – 5.9 (33 6.0 – 11.9 > 12.0 (204)
mg/dL – 32) – 101) (102 – 204)
(µmol/L)
Central
nervous
system
Glasgow 15 13 – 14 10 – 12 6–9 <6
Com Scale
score
Renal
Creatinine, < 1.2 (110) 1.2 – 1.9 (110 2.0 – 3.4 (171 3.5 – 4.9 (300 > 5.0 (440)
mg/dL – 170) – 299) – 440)
(µmol/L)
Urine output, < 500 < 200
mL/d
Syok hipovolemik: Tipe syok paling umum, ditandai dengan penurunan volume
intravaskular (15% sampai 25%).
o Kehilangan cairan eksternal seperti : trauma, pembedahan, muntah-muntah,
diare, dieresis
o Perpindahan cairan internal seperti: hemoragi internal, luka baker, asites
dan peritonitis.
Syok kardiogenik: disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali
o Koroner : Infark miokard,
o Non-koroner : Kardiomiopati, kerusakan katup, tamponade jantung, dan
disritmia.
Syok obstruktif: terjadi karena aliran darah dari ventrikel mengalami hambatan
secara mekanik yang diakibatkan gangguan pengisian ventrikel kanan dan kiri yang
dalam keadaan berat dapat menyebabkan penurunan cardiac output.
Tamponade jantung, pneumothorax, emboli paru, hipertensi pulmoner primer,
koarktasio aorta.
Syok distributif: terjadi ketika volume darah secara abnormal berpindah tempat
dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh darah perifer.
Dapat disebabkan oleh kehilangan tonus simpatis atau pelepasan mediator kimia ke
dalam sel.
o Syok Neorugenik
Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat kehilangan tonus
simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis, anestesi
spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat
kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya: reaksi insulin atau
syok). Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan
dingin, lembab seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah
bradikardi.
o Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien yang sebelumnya
sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami reaksi
antigen- antibodi sistemik.
o Syok Septik
Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributif dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan
melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang cermat,
melakukan debriden luka untuk membuang jaringan nekrotik, pemeliharaan dan
pembersihan peralatan secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.
Cardiac output merupakan volume darah yang dipompa melalui jantung per menit,
yaitu isi sekuncup (stroke volume) X laju denyut jantung (heart rate)
CO = SV x HR
Fraksi ejeksi adalah jumlah darah yang dipompa keluar dari ventrikel kiri dalam satu
kali kontraksi. Nilai normal fraksi ejeksi adalah 50 – 70%. Fraksi ejeksi diukur
menggunakan echocardiography dan dapat digunakan untuk mendiagnosis gagal
jantung.
Cairan koloid disebut juga cairan pengganti plasma. Didalam cairan koloid terdapat
zat/bahan yang mempunyai berat molekul tinggi dengan tingkat osmotik yang tinggi,
ditujukan untuk menyerap cairan interstisial ke intravaskuler. Koloid dibagi menjadi 2
macam, alami (albumin dengan berat molekul 69 kDa) dan sintetik yang terdiri dari:
a. hydroxylethyl starch (HES) berasal dari pati (gandum) (130 kDa / 450 kDa / 670
kDa, kontraindikasi pada pasien dengan AKI (Acute Kidney Injury))
b. Dekstran (40 kDa/70 kDa,waspada reaksi anafilaksis,gangguan pembekuan darah)
c. Gelatin berasal dari rumput laut (100 kDa, waspada reaksi anafilaktik
Koloid
Keuntungan Kerugian
1. ekspansi volume plasma tanpa 1. kemungkinan anafilaksis
disertai ekspansi volume interstisial 2. mahal
2. ekspansi lebih besar dibanding 3. albumin bisa memperburuk depresi
ekspansi volume kristaloid miokard pada pasien syok, karena
3. masa kerja lebih panjang berikatan dengan Ca++ yang pada
4. oksigenasi lebih baik gilirannya menurunkan ion kalsium
5. gradient alveolar-arterial lebih kecil 4. kemungkinan koagulopati dan
mengganggu uji silang golongan darah
Kristaloid
Keuntungan Kerugian
1. tersedia dimana-mana 1. efek volume lebih lemah dan singkat
2. komposisi menyerupai plasma dibanding koloid
3. mudah disimpan pada suhu kamar 2. oksigenasi tidak sebaik koloid
4. bebas reaksi anafilaksis
5. ekonomis
Fluid overload merupakan akumulasi cairan 10% yang dihubungkan dengan outcome
yang buruk. Persentase akumulasi cairan dapat dihitung dengan cara membagi balans
cairan kumulatif (dalam liter) dengan berat badan pasien dan dikali 100% (Malbrain,
dkk. 2014)
Fluid overload dapat menyebabkan edema pada jaringan, miokardium, otak, ginjal,
dan paru. Dapat juga terjadi asites dan kongesti pada hepar dan mengganggu fungsi
sintesis dari hepar.
Pengelolaan fluid overload berupa de-resusitasi. Apabila balans cairan kumulatif
positif dan oksigenasi buruk (P/F rasio < 200), terjadi peningkatan kebocoran kapiler
(high PVPI > 2.5 dan EVLWI > 12 mL kg-1 PBW), peningkatan tekanan
intraabdomen (>15 mmHg) dan Abdominal Perfusion Pressure rendah (<50 mmHg),
maka de-resusitasi harus dilakukan. De-resusitasi dilakukan dengan pendekatan PAL.
a. PEEP tinggi selama 30 menit (paling tidak setara dengan tekanan intraabdomen) –
untuk mendorong air dari alveoli ke interstrisium
b. Pemberian albumin (2 x 100 mL albumin 20% selama 60 menit pada hari
pertama, lalu dititrasi) – untuk menarik cairan dari interstisium ke sirkulasi
c. Infus furosemid (Lasix) dimulai 60 menit setelah albumin dengan kecepatan 60
mg/jam selama 4 jam, lalu dititrasi antara 10 – 20 mg/jam untuk menjaga urin
output > 100 mL/jam
ROSE CONCEPT
Resucitation Phase
Pemberian cairan cepat sebagai bolus (4 mL kg-1 selama 10 sampai 15 menit).
Tujuannya adalah supaya fluid balance positif dan target resusitasi yang
disarankan adalah: MAP> 65 mmHg, CI> 2,5 L min-1m-2, PPV <12%,
LVEDAI> 8 cm m-2
Optimisastion Phase
terjadi dalam beberapa jam
iskemia dan reperfusi
Fluid balance positif dapat menjadi penanda tingkat keparahan pada fase ini
risiko sindrom polikompartemen
tidak stabil, memerlukan titrasi cairan ke curah jantung
Target: MAP> 65 mmHg, CI> 2,5 L min-1m-2, PPV <14%, LVEDAI 8-12 cm-
1m-2, IAP (<15 mm Hg) dengan APP (> 55 mmHg)
Stabilisation Phase
Berhari-hari
Terapi cairan hanya untuk maintenance dan replacement
Pantau berat badan setiap hari, keseimbangan cairan dan fungsi organ tubuh
Sasaran: keseimbangan cairan netral atau negatif; EVLWI <10-12 mL kg-1 PBW,
PVPI <2.5, IAP <15 mmHg, APP> 55 mmHg, COP> 16-18 mmHg, dan CLI <60
Evaluation Phase
kelebihan cairan mengakibatkan disfungsi organ
membutuhkan goal directed fluid removal ("de-resusitasi") untuk mencapai
keseimbangan cairan negative
Perlu menghindari hilangnya cairan yang berlebihan sehingga menyebabkan
hipovolemia
10. Sebutkan definisi & kriteria ARDS berdasarkan Definisi Berlyn! Bagaimana
pengelolaan ARDS berdasarkan ARDSNET?
11. Apa yang dimaksud dengan VAP (Ventilation Associated Pneumonia) dan yang
dimaksud dengan early onset dan late onset?
13. Apa yang dimaksud dengan AKI (Acute Kidney Injury)? Dan perbedaannya dengan
CKD?
AKI merupakan kelainan ginjal struktural dan fungsional dalam 48 jam yang
diketahui melalui pemeriksaan darah, urin, jaringan, atau radiologi.
Chronic Kidney Disease merupakan penurunan progresif fungsi ginjal yang bersifat
ireversibel, didefinisikan juga sebagai kerusakan ginjal persisten dengan karakteristik
adanya kerusakan struktural atau fungsional (seperti mikroalbuminuria / proteinuria,
hematuria, kelainan radiologi), dan/atau menurunnya laju filtrasi glomerulus (LFG)
menjdai <60ml/menit/1,73m2 selama sedikitnya 3 bulan.
RIFLE (Risk, Injury, Failure, Loss of kidney function, and End-stage kidney disease)
KAD terjadi bila defisiensi insulin yang berat tidak saja menimbulkan hiperglikemia
dan dehidrasi, tapi juga mengakibatkan produksi keton meningkat serta asidosis
metabolik.
a. Anamnesis : mual/muntah, haus, nyeri perut, sesak napas
b. Pemeriksaan fisik : takikardia, dehidrasi, hipotensi, takipnea, pernapasan
kussmaul, napas bau keton, letargi, koma
c. Pemeriksaan penunjang : ditemukan hiperglikemia (>250mg/dl), asidosis
metabolik (HCO3 <18) dengan anion gap meningkat
HHS terjadi ketika defisiensi insuli yang relatif (terhadap kebutuhan insulin)
menimbulkan hiperglikemia berat dan dehidrasi dan akhirnya menyebabkan kondisi
hiperosmolar.
a. Anamnesis : riwayat poliuria, berat badan turun, berkurangnya asupa oral yang
terjadi dalam beberapa minggu dan akhirnya menjadi letargi/koma.
b. Pemeriksaan fisik : dehidrasi, hipotensi, takikardia, perubahan status mental
c. Pemeriksaan penunjang : hiperglikemia berat (dapat >600mg/dl), hiperosmolaritas
(.350mOsmol/L).
KAD HHS
Ringan Sedang Berat Kadar GD
(kadar GD (kadar GD (kadar GD >600mg/dL
250mg/dL) >250mg/dL) >250mg/dL)
pH arteri 7.25 - 7.30 7.00 – 7.24 <7.00 >7.30
Bikarbonat 15 - 18 10 – 15 <10 >18
serum
Keton urin Positif Positif Positif Kecil
Keton serum Positif Positif Positif Kecil
Osmolaritas Bervariasi Bervariasi Bervariasi >320 mOsm/kg
serum efektif
Anion gap >10 >12 >12 Bervariasi
Status mental Sadar Sadar/mengantuk Stupor/koma Stupor/koma
18. Perbedaan antara kardioversi dan fibrilasi! Berapa dosisnya? Indikasi untuk apa?
Kardioversi
a. Suatu upaya medis yang dilakukan dengan pemberian kejut listrik bersifat sinkron
dengan gelombang QRS kompleks untuk mengembalikan denyut jantung yang
sangat cepat ke irama sinus
b. Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan takikardi supra ventrikel (SVT), atrial
fibrilasi, atrial flutter
c. Energi yang diperlukan: 100, 200, 300, 360 Joule
d. Dari beberapa penelitian melakukan kardioversi berhasil dengan energi 50 Joule
pada pasien SVT dan atrial fluter
Defibrilasi
a. Suatu upaya medis yang dilakukan dengan pemberian kejut listrik bersifat
asinkron dengan gelombang QRS kompleks untuk mengembalikan denyut jantung
yang sangat cepat ke irama sinus
b. Dilakukan pada pasien dengan ventrikel fibrilasi, pulseless ventricular tachycardia
c. Energi, monofasik 360 joule, bifasik 120 – 200 joule
19. Sebutkan penggolongan antibiotik! Contohnya apa saja & apa yang disebut MDR
(Multi Drug Resistance)?
Klasifikasi antibiotik/antibakteri :
1. Penisilin (Ampisilin dan Amoksisilin) : bekerja menghancurkan dinding sel baketri,
bekerja langsung pada peptidoglikan.
- Benzilpenisilin (Penisilin G) dan fenoksimetilpenisilin (penisilin V)
- Penisilin tahan penisilase :kloksasilin, flukoksasilin
- Penisilin spektrum luas :ampisilin, amoksisilin, amoksiklav, bakampililin,
pivampisilin.
- Penisilin antipseudomonas :piperasilin, ureidopenisilin, sulbenisilin, tikarsilin
- Mesilinam :pivmesilinam
2. Sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya : menghambat enzim pada dinding sel
bakteri sehingga mengganggu sintesis sel bakteri.
- Generasi I: aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak tahan pada b
laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin, sefaleksin, sefadroksil.
Digunakan secara oral pada infeksi saluran kemih ringan, infeksi saluran
pernafasan yang tidak serius
- Generasi II: lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat terhadap
blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol, sefmetazol,sefuroksim
- Generasi III: lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi Pseudomonas
aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone, sefotaksim, seftizoksim,
sefotiam, sefiksim. Digunakan secara parenteral, pilihan pertama untuk sifilis
- Generasi IV: Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome dan sefepim
- Antibiotik golongan sofalosporin ini termasuk:
Sefradin, sefuroksim, Sefaleksim, Sefotaksim, seftazidin, seftriakson, sefaklor
- Antibiotik betalaktam lainnya :
Golongan monobaktam, aztreonam dan
Golongan karbapenem, imipenem (turunan tienamisin) dan meropenem.
3. Tetrasiklin : bekerja menghambat sintesis protein, menghambat ikatan aminoasil-
tRNA dengan kompleks m-RNA-ribosom, dan menghambat matriks
metalloproteinase.
Emeklosiklin, doksisiklin, minosiklin, oksitetrasiklin, tetrasiklin,
4. Aminoglikosida : bekerja menghambat sintesis protein pada ribosom dan
mengganggu translasi RNA sehingga biosintesis bakteri tidak terjadi, bekerja
tergantung konsentrasi dan ampuh melawan bakteri aerob gram-negatif dan basil
anaerob fakultatif.
Amikasin, gentamisin, kamamisin, neomisin, netilmisin, streptomisin, dan
tobramisin.
5. Makrolida : bekerja menghambat sintesis protein dengan mencegah
peptidiltransferase menambah peptide ke tRNA untuk membentuk asam amino
sehingga translasi ribosom tidak terjadi. Makrolida terkonsentrasi pada leukosit
sehingga dapat dibawa langsung pada tempat infeksi.
Azitromisin, Eritromisin, Klaritromisin, Roksitromisin, Spiramisin.
6. Kuinolon : bekerja menghambat DNA gyrase bakteri atau enzim topoisomerase IV,
sehingga replikasi dan transkripsi DNA terhambat.
- Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa komplikasi
- Generasi II: senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin, norfloksasin,
pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan dapat digunakan untuk
infeksi sistemik lain.
7. Sulfonamida dan trimetoprim : bekerja sebagai penghambat kompetitif enzim
dihidropteroate sintase (DHPS), enzim yang digunakan untuk sintesis folat.
- Sulfametoksazol dan trimetoprim dalam bentuk kombinasi (Ko-Trimoksazol)
8. Antibiotik golongan lain
- Kloramfenikol, Klindamisin, Vankomisin, Teikoplanin, Spektinomisin, Linezolid
20. Jelaskan kriteria adhf (Acute decompensated heart failure) dan pengelolaannya?
NYHA I Tidak ada keluhan dan tidak ada gangguan pada aktivitas.
NYHA II Keterbatasan aktivitas ringan, tidak ada gangguan saat istirahat.
NYHA III Keterbatasan aktivitas fisik, tidak nyaman pada istirahat.
NYHA IV Tidak mampu melakukan aktivitas, terdapat keluhan saat istirahat.
Hemodinamik sistemik pada pasien ADHF
Kongesti Paru
Tidak Iya
(PCWP < 18 mmHg) (PCWP > 18 mmHg)
Perfusi terganggu
L/min/m2 L/min/m
Cl > 2,2 Warm & Dry Warm & Wet
Tidak
2
(lanjut PO Output Terapi / GDMT) (Diuretik Vasodilator)
Cold & Dry Cold & Wet
Cl < 2,2
Iya