Anda di halaman 1dari 48

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur dengan Metode CBR


a. Data Volume Lalu Lintas
1. Mobil Penumpang (4 ton) = 2054 Kend/hari
2. Mobil Pick Up (6 ton) = 65 Kend/hari
3. Bus Sedang (6 ton) = 50 Kend/hari
4. Bus Besar (9 ton) = 56 Kend/hari
5. Truck Sedang (13 ton)= 77 kend/hari
6. Truck AS 2 (18 ton) = 98 Kend/hari
7. Truck AS 3 (20 ton) = 106 Kend/hari
8. Trailer (40 ton) = 57 Kend/hari
b. Pertumbuhan Lalu Lintas
1. Selama Masa Perencanaan dan Pembangunan =6%
2. Selama Masa Laya (Mulai Tahun 2020) =4%
c. Umur Rencana = 10 tahun
4.1.1 Penentuan Klasifikasi atau Jenis Jalan
Tabel 4.1 Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP)
Kondisi Medan
No Jenis Kendaraan
Datar/Perbukitan Pegunungan
1 Sedan,Jeep,Station Wagon 1,0 1,0
Pick Up, Bus Kecil, Truck
2 1,2-2,4 1,9-3,5
Kecil
3 Bus Besar, Truck Besar 1,2-5,0 2,2-6,0
Sumber : Bina Marga TPGJAK No.38/T/BM/1997
Berdasarkan Tabel 4.1 Ekivalensi Mobil Penumpang (EMP), di lakukan
perhitungan terhadap jenis dan volume kendaraan yang ada.
Tabel 4.2 Perhitungan Ekivalensi Kendaraan Penumpang

kendaraan EMP SMP


a. Mobil penumpang = 2054 kend/hari 1 2054 SMP/hari
b. Mobil Pick up (6 ton) = 65 kend/hari 2 130 SMP/hari
c. Bus sedang (6 ton) = 50 kend/hari 2 100 SMP/hari
d. Bus besar (9 ton) = 56 kend/hari 2 112 SMP/hari
e. Truck sedang (13 ton) = 77 kend/hari 3 231 SMP/hari
f. Truck 2 As (18 ton) = 98 kend/hari 3 294 SMP/hari
g. Truck 3 As (25 ton) = 106 kend/hari 4 424 SMP/hari
h. Trailler (40 ton) = 57 kend/hari 5 285 SMP/hari
Total LHR = 3630 SMP/hari
Maka, nilai VLHR-nya adalah
n
VLHR=( 1+ i ) x LHR
( 1+4 )10 x 3630
5373 smp/hari
Tabel 4.2 Tabel Penentuan Klasifikasi Jalan
Klasifikasi Lalu Lintas Harian Rata-Rata
Fungsi Kelas (SMP/Hari)
Khusus 2.600-21.000
Arteri I 2.600-18.000
II 2.600-12.000
III A <2.000
Kolektor
III B -
Sumber : Bina Marga TPJAK No.038/T/BM/1997
Nilai VLHR yang didapat adalah 5373 smp/hari sehingga didapat di
golongkan kedalam jalan Arteri.
4.1.2 Penetuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan
Tabel 4.3 Penetuan Lebar Jalur dan Bahu dan Bahu Jalan
VLHR Arteri Kolektor Lokal
smp/hari Ideal Minimum Ideal Minimum Ideal Minimum

Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu

<3000 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,5 4,5 1,0 6,0 1,0 4,5 1,0

3000-
7,0 2,0 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,5 7,0 1,5 6,0 1,0
10.000
10.000-
7,0 2,0 7,0 2,0 7,0 2,0 **) **) - - - -
25.000
2nx3 2x3, 2nx3
>25.000 2,5 2,0 2,0 **) **) - - - -
,5*) 5*) ,5*)
Sumber : Bina Marga TPGJAK No. 038 / T / BM / 1997
Untuk jenis jalan Arteri yang ideal, maka digunakan lebar jalur 7,0 meter dan
lebar bahu 2,0 meter.

4.1.3 Analisa Beban Untuk Masing-Masing Jenis Kendaraan


a. Mobil Penumpang
Beban = 4 ton
LHR = 2054 kendaraan/hari
K = 1 (sumbu tunggal)
Konfigurasi untuk sumbu kendaraan mobil penumpang adalah (50%,50%)
L depan = 50 % x beban = 50 % x 4 = 2 ton
L belakang = 50 % x beban = 50 % x 4 = 2 ton
L
8,16
ESAL =

K .
4 4
2 2
=1. ( ) + 1. ( )
8,16 8,16
= 0,0072 SAL
b. Mobil Pick Up
Beban = 6 ton
LHR = 65 kendaraan / hari
K = 1 (Sumbu Tunggal)
Konfigurasi untuk sumbu kendaraan mobil pick up adalah 34 % dan 66%
L depan = 34 % x beban = 34 % x 6 = 2,04 ton
L belakang = 66 % x beban = 66 % x 6 = 3,96 ton
L
8,16
ESAL =

K .
2,04 4 3,96 4
=1. ( ) + 1. ( )
8,16 8,16
= 0,0594 SAL
c. Bus Sedang
Beban = 6 ton
LHR = 50 kendaraan / hari
K = 1 (Sumbu Tunggal)
Konfigurasi untuk sumbu kendaraan bus sedang adalah 34 % dan 66%
L depan = 34 % x beban = 34 % x 6 = 2,04 ton
L belakang = 66 % x beban = 66 % x 6 = 3,96 ton
L
8,16
ESAL =

K .
2,04 4 3,96 4
=1. ( ) + 1. ( )
8,16 8,16
= 0,0594 SAL
d. Bus Besar
Beban = 9 ton
LHR = 56 kendaraan / hari
K = 1 (Sumbu Tunggal)
Konfigurasi untuk sumbu kendaraan bus besar adalah 34 % dan 66%
L depan = 34 % x beban = 34 % x 9 = 3,06 ton
L belakang = 66 % x beban = 66 % x 9 = 5,94 ton
L
8,16
ESAL =

K .
4 4
3,06 5,94
=1. ( ) + 1. ( )
8,16 8,16
= 0,3006 SAL
e. Truck Sedang
Beban = 13 ton
LHR = 77 kendaraan / hari
K = 1 (Sumbu Tunggal)
Konfigurasi untuk sumbu kendaraan truk sedang adalah 34 % dan 66%
L depan = 34 % x beban = 34 % x 13 = 4,42 ton
L belakang = 66 % x beban = 66 % x 13 = 8,58 ton
L
8,16
ESAL =

K .
4,42 4 8,58 4
=1. ( ) + 1. ( )
8,16 8,16
= 1,3084 SAL
f. Truck 2 As
Beban = 18 ton
LHR = 98 kendaraan / hari
K = 1 (Sumbu Tunggal)
Konfigurasi untuk sumbu kendaraan truk 2 as adalah 34 % dan 66%
L depan = 34 % x beban = 34 % x 18 = 6,12 ton
L belakang = 66 % x beban = 66 % x 18 = 11,88 ton
L
8,16
ESAL =

K .
6,12 4 11,88 4
=1. ( ) + 1. ( )
8,16 8,16
= 4,8091 SAL
g. Truck 3 As
Beban = 20 ton
LHR = 106 kendaraan / hari
K1 = 1 (Sumbu Tunggal)
K2 = 0,086 (Sumbu Ganda)
Konfigurasi untuk sumbu kendaraan truk 3 as adalah 25 % dan 75%
L depan = 25 % x beban = 25 % x 20 = 5 ton
L belakang = 75 % x beban = 75 % x 20 = 15 ton
L
8,16


ESAL = L
8,16


K 1.
5 4 15 4
=1. ( ) + 0,086. ( )
8,16 8,16
= 1,1229 SAL
h. Trailler
Beban = 40 ton
LHR = 57 kendaraan / hari
K1 = 1 (Sumbu Tunggal)
K2 = 0,086 (Sumbu Ganda)
K3 = 0,021 (Sumbu Triple)
Konfigurasi untuk sumbu kendaraan trailler adalah 12,5 %, 37,5 % dan 50 %
L depan = 12,5 % x beban = 12,5 % x 40 = 5,00 ton
L tengah = 37,5 % x beban = 37,5 % x 40 = 15,00 ton
L belakang = 50 % x beban = 50 % x 40 = 20,00 ton
L
8,16


L
8,16
ESAL =

L
8,16


K 1.
5,00 4 15,00 4 20,00 4
=1. ( ) + 0,086. ( ) + 0,021. ( )
8,16 8,16 8,16
= 1,8808 SAL
Tabel 4.4 Perhitungan Konfigurasi Sumbu Kendaraan
Berat Beban Sumbu
Kendaraan
(ton) Depan 1 Depan 2 Belakang 1
a. Mobil penumpang 4 2 2
b. Mobil Pick up 6 2.04 3.96
c. Bus sedang 6 2.04 3.96
d. Bus besar 9 3.06 5.94
e. Truck sedang 13 4.42 8.58
f. Truck 2 As 18 6.12 11.88
g. Truck 3 As 20 5 15
h. Trailler 40 5 15 20
K = Ketetapan Konstanta untuk kendaraan, yang bernilai
1. Untuk Sumbu Tunggal =1
2. Untuk Sumbu Tandem/Ganda = 0.086
3. Untuk Sumbu Tripel = 0.021

Berat ESAL Sumbu ESAL


ESAL
Kendaraan
(ton) Depan 1 Depan 2 Belakang 1 Kendaraan TOTAL
a. Mobil penumpang 4 0.0036 0.0036 0.0072 14.8248
b. Mobil Pick up 6 0.0039 0.0555 0.0594 3.8591
c. Bus sedang 6 0.0039 0.0555 0.0594 2.9686
d. Bus besar 9 0.0198 0.2808 0.3006 16.8318
e. Truck sedang 13 0.0861 1.2223 1.3084 100.7480
f. Truck 2 As 18 0.3164 4.4927 4.8091 471.2901
g. Truck 3 As 20 0.1410 0.9820 1.1229 119.0325
h. Trailler 40 0.1410 0.9820 0.7578 1.8808 107.2050
Tabel 4.5 Nilai ESAL Untuk Masing-Masing kendaraan

4.1.4 Menghitung Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)


LEP = LHR x ESAL x C x (1+a)n
Dimana :
a = pertumbuhan lalu lintas selama masa perencanaan dan pembangunan : 6%
n = jumlah tahun dari saat pengamatan sampai jalan dibuka (2016-2020) : 4 tahun
r = pertumbuhan lalu lintas selama masa layan : 4 %
c = 0,5 diperoleh dari tabel distribusi 2 lajur 2 arah dan lebar jalan 5,5 < L <8,25
UR = umur rencana : 10 tahun
no = LHR x ESAL x C x 365

Faktor ESAL
Kendaraan LHR ESAL C LEP no
Pertumbuhan HARIAN
a. Mobil penumpang 2054 0.0072 0.5 1.262 9.358 14.8248 2705.532
b. Mobil Pick up 65 0.0594 0.5 1.262 2.436 3.8591 704.293
c. Bus sedang 50 0.0594 0.5 1.262 1.874 2.9686 541.764
d. Bus besar 56 0.3006 0.5 1.262 10.625 16.8318 3071.801
e. Truck sedang 77 1.3084 0.5 1.262 63.596 100.7480 18386
f. Truck 2 As 98 4.8091 0.5 1.262 297.496 471.2901 86010.441
g. Truck 3 As 106 1.1229 0.5 1.262 75.138 119.0325 21723.431
h. Trailler 57 1.8808 0.5 1.262 67.672 107.2050 19564.918
TOTAL LEP = 528.195 836.7599 152708.687
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan LEP
Sehingga,
1. LEA = LEP total x(1+ r)UR
= 528.195 x ( 1+0,04 )10
= 781.858
LEP Total+ LEA
2. LET =
2
528.195+781.858
=
2
= 655.026
UR
3. LER = LET x
10
10
= 655.026 x
10
= 655.026
4.1.5 Menghitung Nilai CBR
Nilai CBR yang diperoleh dari data adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Nilai CBR

Titik Nilai CBR Titik Nilai CBR


1 5.5 13 4.1
2 2.1 14 3.7
3 2.9 15 8
4 3.7 16 8.4
5 4 17 3.9
6 5 18 5
7 7.7 19 5.4
8 4.1 20 3
9 3.7 21 4.7
10 2 22 3
11 5.6 23 4.9
12 6.2 24 7.5

Gambar 4.1 Data Nilai CBR Setiap Titik

Segmen 3

Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3


9
8
7
6
5
CBR (%)

4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Jumlah Titik

Melalui distribusi grafik tersebut dapat dilakukan pembagian segmen sebagai berikut:
1. Segmen 1 = 5,5% , 2.1% , 2,9% , 3,7% , 4% , 5% , 7.7%
2. Segmen 2 = 4.1% , 3.7% , 2 % , 5.6% , 6.2%, 4.1% , 3.7% , 8% , 8.4%
3. Segmen 3 = 3.9% , 5 % , 5.4 % , 3 % , 4.7 % , 3% , 4.9% , 7.5%
Perhitungan nilai CBR dapat diperoleh dari :
a. Cara Analitis
Nilai R untuk perhitungan nilai CBR segmen terlebih dahulu telah diperoleh dari tabel
1. Segmen 1
4. Data : 5,5% , 2.1% , 2.9% , 3.7% , 4% , 5% , 7.7%
R : 2,83
5.5+ 2.1+ 2.9+ 3.7+4 +5+7.7
CBR rata-rata = =4.414
7
CBR maxCBR min
CBR segmen = CBR rata-rata ( )
R

= 4.414 ( 7,72,1
2.83 )
=2.435

2. Segmen 2
Data : 4.1% , 3.7% , 2 % , 5.6% , 6.2%, 4.1% , 3.7% , 8% , 8.4%
R : 3.18
4.1+3.7+2+5.6+6.2+ 4.1+3.7+8+ 8.4
CBR rata-rata = =5,0889
9
CBR maxCBR min
CBR segmen = CBR rata-rata ( )
R

= 5,0889 ( 8,42
3.18 )
=3,076

3. Segmen 3
Data : 3.9% , 5 % , 5.4 % , 3 % , 4.7 % , 3% , 4.9% , 7.5%
R : 2.96
3.9+5+ 5.4+3+ 4.7+ 4+ 4.9+7.5
CBR rata-rata = =4.675
8
CBR maxCBR min
CBR segmen = CBR rata-rata ( )
R

= 4.675 ( 7.53
2,96 )
=3,155

b. Cara Grafis
1. Segmen 1
CBR Jumlah > CBR %
2 7 100 Sumber : Data Perhitungan
3 5 71.43
4 4 57.14 2. Segmen 2
5 CBR3 42.86
Jumlah > CBR %
6 2 2 28.57
9 100
7 32 28.57
8 88.89
8 41 14.29
7 77.78
5 4 44.44
6 3 33.33
7 2 22.22
8 2 22.22
Sumber : Data Perhitungan
3. Segmen 3
CBR Jumlah > CBR %
3 8 100
4 5 62.50
5 2 25.00
6 1 12.50
7 1 12.50
Sumber : Data Perhitungan

Gambar 4.2 Grafik CBR Segmen 1


Segmen 1
0
10
80
Persentase (%)

60
40
20
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah CBR

Gambar 4.3 Grafik CBR Segmen 2

segmen2
0
10
80
Persentasi (%)

60
40
20 3
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah CBR

Gambar 4.4 Grafik CBR Segmen 3

Segmen 3
0
10
80
Persentase (%)

60
40
20
3.32
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah CBR
Pada perhitungan tebal perkerasan dengan metode CBR, menggunakan persamaan
berikut:
( . . n)
1+0,7 log

Hek =
2 .0,8 . CBR
P


Dimana :
= Faktor drainase. Berdasarkan data yang dimiliki yaitu kondisi air tanah tinggi
dan jenis tanah berbutir kasar, maka didapat nilai faktor drainase yaitu 3 diambil
antara nilai 2,5 3,5.
= Faktor lingkungan dan curah hujan. Berdasarkan data yang dimiliki yaitu curah
hujan jarang dan nilai PI = < 10 %, yaitu 1.5 % maka diambil antara nilai 1,25 1.75
n = Pengulangan beban selama umur rencana (diambil nilai terbesar)
1. n1 = LER x UR x 365
= 655.026 x 10 x 365
= 2390846.4
2. n2 = LEP x 365 x ( 1+i )UR
= 528.195 X 365 x ( 1+6 )10
= 345259.68
Jadi nilai n = 2390846.4
P = Beban Sumbu yang diperkirakan = 8160 kg
= Jari- jari bidang kontak

=
P
2 . . Ta
dimana Ta = 5,29

=
8160
2 . . 5,29
= 15,67 cm

1. Segmen 1 (Cara Analitis)


Diketahui : CBR = 2.435 %
A1 = 2
A2 = 1
A3 = 0,75
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
1+0,7 log(3 x 1.5 x 2390846.4)

Hek = 8160 15,67


= 47.165 cm
Hek = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
hek(a 1 . D 1+a 2 . D 2)
D3 =
a3
47.165(2 x 5+1 x 15)
= = 29.553 30 cm
0,75
2. Segmen 1 (Cara Grafis)
Diketahui : CBR = 2.29 %
A1 = 2
A2 = 1
A3 = 0,75
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
1+0,7 log(3 x 1.5 x 2390846.4)

Hek = 8160 15,67


= 49.124cm
Hek = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
hek(a 1 . D 1+a 2 . D 2)
D3 =
a3
49.124(2 x 5+1 x 15)
= = 32.16 33 cm
0,75
3. Segmen 2 (Cara Analitis)
Diketahui : CBR = 3.076 %
A1 = 2
A2 = 1
A3 = 0,75
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
1+0,7 log(3 x 1.5 x 2390846.4)

Hek = 8160 15,67


= 40.236cm
Hek = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
hek(a 1 . D 1+a 2 . D 2)
D3 =
a3
40.236(2 x 5+1 x 15)
= = 20.31 20 cm
0,75
4. Segmen 2 (Cara Grafis)
Diketahui : CBR = 3%
A1 = 2
A2 = 1
A3 = 0,75
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
1+0,7 log(3 x 1.5 x 2390846.4)

Hek = 8160 15,67


= 40.939 cm
Hek = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
hek(a 1 . D 1+a 2 . D 2)
D3 =
a3
40.939(2 x 5+1 x 15)
= = 21.252 22 cm
0,75
5. Segmen 3 (Cara Analitis)
Diketahui : CBR = 3,155%
A1 = 2
A2 = 1
A3 = 0,75
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
1+0,7 log(3 x 1.5 x 2390846.4)

Hek = 8160 15,67


= 39.532 cm
Hek = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
hek(a 1 . D 1+a 2 . D 2)
D3 =
a3
39.532(2 x 5+1 x 15)
= = 19.376 20 cm
0,75
6. Segmen 3 (Cara Grafis)
Diketahui : CBR = 3,32%
A1 = 2
A2 = 1
A3 = 0,75
D1 = 5 cm
D2 = 15 cm
1+0,7 log(3 x 1.5 x 2390846.4)

Hek = 8160 15,67


= 38.143 cm
Hek = a1 . D1 + a2 . D2 + a3 . D3
hek(a 1 . D 1+a 2 . D 2)
D3 =
a3
38.143(2 x 5+ 1 x 15)
= = 17.524 20 cm
0,75

4.2 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Metode Analisa Komponen Bina


Marga
1987 dengan Konstruksi Langsung
4.2.1 Menghitung Daya Dukung Tanah (DDT)
1. Segmen 1
Nilai CBR = 2.29 %
Nilai DDT = (4,3 x log CBR) + 1,7
= (4,3 x log 2.29) + 1,7
= 3,247
2. Segmen 2
Nilai CBR =3%
Nilai DDT = (4,3 x log CBR) + 1,7
= (4,3 x log 3) + 1,7
= 3,752
3. Segmen 3
Nilai CBR = 3,155 %
Nilai DDT = (4,3 x log CBR) + 1,7
= (4,3 x log 3,155) + 1,7
= 3.846

4.2.2 Indeks Permukaan


IP0 yang digunakan adalah 4, karena jenis lapisan permukaan adalah
LASTON (Tabel 3. ).
IPt yang digunakan adalah 2,0-2,5 karena nilai LER yang diperoleh adalah
655.026 dimana nilai LER antara 100-1000 dan klasifikasi jalan yang diperoleh adalah
arteri, maka nilai IPt digunakan adalah IPt bernilai 2,5 (Tabel 3. )

4.2.3 Menentukan Faktor Regional (FR)


a. Menghitung persentase kendaraan berat
Berdasarkan data yang dimiliki :
1. Mobil Penumpang = 2054 Kend/hari
2. Mobil Pick Up = 65 Kend/hari
3. Bus Sedang = 50 Kend/hari
4. Bus Besar = 56 Kend/hari
5. Truck Sedang = 77 kend/hari
6. Truck AS 2 = 98 Kend/hari
7. Truck AS 3 = 106 Kend/hari
8. Trailer = 57 Kend/hari
Total seluruh kedaraan = 2563 Kend/hari
Total Kendaraan berat (>5 ton) = 509 kend/hari
Total kendaraan berat
Persentase Kendaraan Berat = x 100
Total seluruh kendaraan
509
= x 100 =19.86
256 3
b. Data curah hujan = 174 mm/tahun, termasuk iklim I, karena curah hujan < 900

mm/tahun (Tabel 3. )
c. Klasifikasi medan = datar (dari data desain jalan raya 1)
d. Nilai Faktor Regional (FR) = 0,5 (Tabel 3. )

e. Nilai indeks permukaan pada akhir umur rencana (IPt) = 2,5 (Tabel 3. )

f. Nilai indeks permukaan pada awal umur rencana (IP0) = 4,0 (Tabel 3. )

g. Maka digunakan nomogram 1

4.2.4 Menentukan Indeks Tebal Perkerasan dengan Nomogram


1. Segmen 1
Diketahui : DDT = 3.247
LER = 655.026
FR = 0,5
Dari nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 4, maka Indeks Tebal Perkerasa
(ITP) yang diperoleh adalah 8,7
Nilai ITP pada segmen I

2. Segmen 2
Diketahui : DDT = 3,928
LER = 496,716
FR = 0,5
Dari nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 4, maka Indeks Tebal Perkerasa
(ITP) yang diperoleh adalah 8,6

Nilai ITP pada segmen II

Nilai ITP pada segmen II

3. Segmen 3
Diketahui : DDT = 4,049
LER = 496,716
FR = 0,5
Dari nomogram 1 untuk IPt = 2,5 dan IP0 4, maka Indeks Tebal Perkerasa
(ITP) yang diperoleh adalah 8,5

Nilai ITP pada segmen III

Nilai ITP pada segmen III

4.2.5 Menentukan Indeks Tebal Perkerasan Menggunakan Metode Trial and Error
Rumus :
Log [LER x 365 x UR] 9,3 log [ ITP +2,54 ]3,9892+[
IP 0Ipt
log
4,21,5 [ ]
]
138072
0,4 + 5,19
( ITP+ 2,54 )

log ( FR1 )+0,371( DDT 3)


1. Menghitung ITP untuk segmen 1
Diketahui : LER = 496,716
IPt = 2,5
IP0 = 4
FR = 0,5
UR = 10
DDT = 3,932
Log [LER x 365 x UR] = Log [496,716 x 365 x 10]
= 6,258
Di coba ITP = 11,471; hitungan dihentikan jika ruas kiri ruas
kanan

6,258 = 9,3 log [ 11,471+2,54 ] 3,9892+[


log [
42,5
4,21,5 ]
]
138072
0,4 + 5,19
(11,471 +2,54 )

log ( 0,51 )+0,371(3,9323)


6,258 = 6,258................. ok
Jadi ITP untuk segmen 1 dengan cara Trial and Error adalah11,471.
Selanjutnya untuk segmen 2 dan 3 di tunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7 Perhitungan ITP Trial and Error
Segmen DDT Log (LER x 365 x 10) Ruas Kanan ITP Trial
1 3.932 6,258 6,258 11,471
2 3,928 6,258 6,258 11,477
3 4,049 6,258 6,258 11,292

4.2.6 Menetukan Tebal Lapisan Perkerasan


Dari nomogram diperoleh nilai ITP untuk masing-masing segmen adalah sebagai
berikut:
1. Segmen 1 : 8,7
2. Segmen 2 : 8,6
3. Segmen 3 : 8,5
Sedangkan apabila menggunakan metode Trial and Error nilai ITP sebagai berikut:
1. Segmen 1 : 11,471
2. Segmen 2 : 11,477
3. Segmen 3 : 11,292

a. Tebal Lapisan Berdasarkan ITP Nomogram


1. Lapis pondasi (Tabel 3. )
Tebal minimum : segmen 1,2,3 :20 cm (D2)
Bahan : batu pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapur, pondasi
Maccadam, Lapen, LASTON atas.
2. Lapisan Permukaan (Tabel 3. )
Tebal minimun : 7,5 cm (D1)
Bahan : LASTON
3. Koefisien Relatif Bahan Perkerasan
a1= 0,4 LASTON
a2= 0,14 Batu Pecah Kelas A
a3= 0,13 Sirtu Kelas A
4. Menghitung Tebal Lapisan Pada Segmen 1
Diketahui : ITP = 8,7
a1 = 0,4
a2 = 0,14
a3 = 0,13
D1 = 7,5 cm
D2 = 20 cm

Maka : ITP = a1.D1 + a2.D2 + a3.D3


ITP( a 1 . D 1 )(a 2 . D 2)
D3 =
a3
8,7( 0,4 .7,5 )(0,14 . 20)
=
0,13
= 22,308 cm 25 cm

Perhitungan untuk segmen 2 dan 3 di tunjukkan pada tabel berikut ini


Tabel 4. 8 Nilai D3 Rencana Nomogram
D3 Rencana
Segmen ITP a1 a2 a3 D1 D2 D3
(cm)
1 8,7 0.4 0.14 0.13 7.5 20 22,308 25
2 8,6 0.4 0.14 0.13 7.5 20 21,538 25
3 8,5 0.4 0.14 0.13 7.5 20 20,769 25

b. Tebal Lapisan Perkerasan Berdasarkan Nilai ITP Trial and Error


1. Lapisan pondasi
a. Tebal minimum = 20 cm (D2) (Tabel 3. )
b. Bahan = batu pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapur,pondasi
Maccadam, Lapen, LASTON atas.
2. Lapisan permukaan
a. Tebal minimum = 10 cm (D1) (Tabel 3. )
b. Bahan = LASTON
3. Koefisien relatif bahan perkerasan
a1 = 0,4 (LASTON)
a2 = 0,14 (batu pecah kelas A)
a3 = 0,13 (sirtu kelas A)
4. Menghitung Tebal Lapisan Segmen 1
Diketahui: ITP = 11,471
a1 = 0,4
a2 = 0,14
a3 = 0,13
D1= 10 cm
D2= 20 cm
ITP = a1. D1 + a2. D2 + a3. D3
ITP( a 1 . D 1 )(a 2 . D 2)
D3 =
a3
11,471( 0,4 . 10 ) (0,14 .20)
=
0,13
=35,931 cm 36 cm
Perhitungan untuk segmen 2 dan 3 di tunjukkan pada tabel berikut ini
Tabel 4.9 Tabel Nilai D3 Rencana ITP Trial and Error
Segme D3 Rencana
ITP a1 a2 a3 D1 D2 D3
n (cm)
0.1 0.1 35,93
1 11,471 0.4 10 20 36
4 3 1
0.1 0.1 35,97
2 11,477 0.4 10 20 36
4 3 7
0.1 0.1 34,55
3 11,292 0.4 10 20 36
4 3 4
4.3 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Metode Bina Marga demgam
Konstruksi Bertahap
Konstruksi perkerasan ini memiliki umur rencana 10 tahun dan konstruksi bertahap
kedua pada tahun ke 4.

4.3.1 Tahap I selama 4 tahun


Diketahui : LEP total = 495,972
n = 4 tahun
r = 3 % (Pertumbuhan Selama Masa Layan)
a. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)
LEAI = LEP total (1+r )n
= 495,972. (1+0,03)4
= 558,220

b. Lintas Ekivalen Tengah (LET)


LEP total+ LEA I
LETI =
2
495,972+558,220
=
2
= 527,096
c. Lintas Ekivalen Rencana (LER)
UR
LERI =LETI x
10
4
= 527,096 x
10
=210,838
Jadi, LER tahap I dimana x = 1,67
LER tahap I = x . LER I
= 1,67 x 210,838
= 352,100

4.3.2 Tahap II Selama 6 Tahun


Diketahui : LEAI = 558,220
n = 6 tahun
r = 3 % (Pertumbuhan Selama Masa Layan)

a. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)


LEAII = LEAI (1+r )n
= 558,220 (1+0,03)6
= 666,544
b. Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LEA I + LEA II
LETII =
2
558,220+ 666,544
=
2
= 612,382
c. Lintas Ekivalen Rencana (LER)
UR
LERII =LETII x
2
7
= 612,382 x
10
= 367,429
Jadi, LER tahap II dimana y = 2,50
LER tahap 2 = y x LERII
= 2,50 x 367,429
= 918,573

4.3.3 Indeks Tebal Perkerasan dengan Menggunakan Nomogram


a. Segmen 1
Diketahui : CBR = 3,304 %
DDT = 3,932
LERI = 352,100
IP0 4
IPt = 2,5
Dari nomogram diperoleh ITP 1 = 8,25
Diketahui: LERII = 918,573
IP0 4
IPt = 2,5
Jadi, diperoleh ITP total = 9,6
b. Segmen 2
Diketahui: CBR = 3,298 %
DDT = 3,928
LERI = 352,100
IP0 4
IPt = 2,5
Dari nomogram diperoleh ITP 1 = 8,2
Diketahui: LERII = 918,573
IP0 4
IPt = 2,5
Jadi, diperoleh ITP total = 9.6
c. Segmen 3
Diketahui: CBR = 3,517 %
DDT = 4,049
LERI = 352,100
IP0 4
IPt = 2,5
Dari nomogram diperoleh ITP 1 = 8,1
Diketahui: LERII = 918,573
IP0 4
IPt = 2,5
Jadi, diperoleh ITP total = 9,5

ITP I
ITP Total

Nilai ITP pada segmen I


Nilai ITP pada segmen I

ITP I
ITP Total

Nilai ITP pada segmen II


ITP I
ITP Total

Nilai ITP pada segmen III

Nilai ITP pada segmen III


4.3.4 Indeks Tebal Perkerasan dengan Menggunkan Persamaan Trial and Error
ITP 1=

Log [LERI x 365 x UR1] 9,3 log [ ITP +2,54 ]3,9892+[


IP 0Ipt
log
4,21,5 [ ]
]
138072
0,4 + 5,19
( ITP+ 2,54 )

log ( FR1 )+0,371( DDT 3)


ITP total=
Log [LERIIx 365 x (UR1+UR2)]

9,3 log [ ITP +2,54 ]3,9892+[


log [
IP 0Ipt
4,21,5 ] ]
138072
0,4 + 5,19
( ITP+ 2,54 )

log ( FR1 )+0,371( DDT 3)


1. Menghitung ITP untuk segmen 1
Diketahui : CBR = 3,304 %
IPt = 2,5
IP0 = 4
FR = 1,5
DDT = 3,932
Mencoba nilai ITP1 = 9,315

Log [352,100 x 365 x 4] 9,3 log [ 9,315+2,54 ] 3,9892+[


log [
43,5
4,21,5
]
]
138072
0,4 + 5,19
( 9,315+2,54 )

log ( 0,51 )+0,371(3, 9323)


5,711 = 5,711.......... ok
Mencoba nilai ITP Total = 12,605
Log [918,573 x 365 x (4+6)] 9,3 log [ 12,605+ 2,54 ] 3,9892[
log [
42,5
4,21,5 ] ]
138072
0,4+ 5,19
( 12,605+2,54 )

log ( 0,51 )+0,371(3, 9323)


6,525 = 6,525............ ok
Maka,nilai ITP1 = 9,315 dan nilai ITP total = 12,605
Tabel 4.10 Perbandingan ITP Nomogram dengan ITP Analitis
Nilai ITP
Metode SEGMEN 1 SEGMEN 2 SEGMEN 3
ITP1 ITPTotal ITP1 ITPTotal ITP1 ITPTotal
Nomogram 8,25 9,60 8,20 9,60 8,10 9,50
Trial And Eror 9,315 12,605 9,320 12,610 9,156 12,420
X
Dapat dilihat bahwa nilai ITP1 dan ITP total yang didapat dari Trial and Errorlebih
besar dari nilai ITP1 dan ITP total dari nomogram,sehingga nilai ITP1 dan ITP total yang
dipakai untuk menentukan tebal perkerasan adalah nilai ITP dari Trial and Error.

Penentuan Tebal Perkerasan


Dari tabel, diketahui koefisien kekuatan relatif bahan yang digunakan yaitu:
Laston = a1 = 0,4
Batu pecah kelas A = a2 = 0,14
Sirtu kelas A = a3 = 0,13

1. Segmen 1
ITP1 = 9,315
ITP total = 12,605
D1 = 7,5 cm
D2 = 20 cm

Tahap 1
ITP1 = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3
ITP1a 1 D 1a 2 D 2
D3=
a3
9,3150,4. 7,50,14. 20
=27,038 30 cm
0,13
Tahap 2
ITP2 = ITPtotal - ITP1
= 12,605 9,315 = 3,29
ITP 2
D o= dimana ao (Laston) = 0,4
ao
3,29
= 8,225 cm 9 cm
0,4

2. Segmen 2
ITP1 = 9,320
ITP total = 12,610
D1 = 7,5 cm
D2 = 20 cm

Tahap 1
ITP1 = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3
ITP1a 1 D 1a 2 D 2
D3=
a3
9,3200,4.7,50,14.20
=27,077 30 cm
0,13
Tahap 2
ITP2 = ITPtotal - ITP1
= 12,610 9,320 = 3,29
ITP 2
D o= dimana ao (Laston) = 0,4
ao
3,29
= 8,225 cm 9 cm
0,4

3. Segmen 3
ITP1 = 9,156
ITP total = 12,420
D1 = 7,5 cm
D2 = 20 cm

Tahap 1
ITP1 = a1 D1 + a2 D2 + a3 D3
ITP1a 1 D 1a 2 D 2
D3=
a3
9,1560,4. 7,50,14.20
=25,815 30 cm
0,13
Tahap 2
ITP2 = ITPtotal - ITP1
= 12,420 9,156 = 3,26
ITP 2
D o= dimana ao (Laston) = 0,4
ao
3,26
= 8,16 cm 9 cm
0,4

4.4 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Lentur Metode Bina Marga 2002


a. Data Volume Lalu Lintas
Mobil Penumpang = 2051 Kend/hari
Mobil Pick Up = 101 Kend/hari
Bus Sedang = 49 Kend/hari
Bus Besar = 56 Kend/hari
Truck Sedang = 79 Kend/hari
Truck AS 2 = 92 Kend/hari
Truck AS 3 = 107 Kend/hari
Trailer = 58 Kend/hari

b. Pertumbuhan Lalu Lintas


Selama masa perencanaan dan pembangunan = 8%
Selama masa layan (mulai tahun 2019) = 3%

4.4.1 Analisa Beban Untuk Masing-Masing Kendaraan


a. Menghitung Beban Sumbu Kendaraan
L = % sumbu kendaraan x beban kendaraan
Dimana % sumbu kendaraan diperoleh dari tabel beban kendaraan dalam ton
Contoh perhitungan untuk mobil penumpang
Diketahui : % sumbu depan = 50 %
% sumbu belakang = 50%
Beban = 4 ton
Maka, L depan = 50% x 4 ton = 2 ton
L belakang = 50% x 4 ton = 2 ton
Tabel 4. 11Perhitungan Beban Sumbu Kendaraan

b. Menghitung ESAL (Ekivalen Standard Axie Load)


4
Sumbu Tunggal Roda Tunggal (STRT) =
5,4[
Beban sumbu

4
.k ]
Sumbu Tunggal Roda Ganda (STRG) = [
Beban sumbu
8,16
4
.k ]
Sumbu Ganda Roda Ganda (SGRG) = [
Beban sumbu
8,16
.k]
Dimana,
Beban sumbu dalam ton
Nilai k: Sumbu tunggal = 1
Sumbu ganda = 0,086
Sumbu triple = 0,054

1. Mobil penumpang dengan sumbu tunggal


4 4
ESAL = k . [ L depan 1
5,4 ] [
+k.
L belakang1
5,4 ]
4 4
1.
[ ] [ ]
2
5,4
+ 1.
2
5,4
=0,0376

2. Truck 3 As dengan sumbu ganda


4 4
ESAL = k .
L depan 1
5,4 [ +k.
] [
L belakang1
8,16 ]
4 4
1. [ ]
6,25
5,4
+ 0,086.
18,75
8,16[=4,1919 ]
3. Trailler dengan sumbu triple
4 4 4
ESAL = k .
L depan 1
5,4 [
+k. ] [
L belakang 1
8,16 ] [+k .
L belakang2
8,16 ]
4 4 4
1.
[ ]
5
5,4
+ 0,086 .
15
8,16 [ ] [ ]
+0,054 .
20
8,16
=3,6657

ESAL harian untuk trailler = ESAL x LHR


= 3,6657 x 58 = 212,613
Tabel 4. 12Hasil Perhitungan ESAL Kendaraan

4.4.2 Menghitung Lintas Ekivalen


Diketahui:
Pertumbuhan lalu lintas selama masa perencanaan dan pembangunan = 8%
Pertumbuhan lalu lintas selama masa layan (r) = 3%
C = 0,5 (distribusi 2 laju 2 arah)
n = 4 (2015 s/d 2019)
LEP (Lintas Ekivalen Permulaan)
(1+ a)n1
LEP = ESAL harian x c x
a ( )
Tabel 4. 13Perhitungan LEP

Lintas Ekivalen Akhir (LEA)


LEA = LEP (1+ r )UR
= 2987,479(1+0,03)10=2996,454
Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LEP + LEA 2987,479+2996,454
LET = = = 2991,966
2 2
Lintas Ekivalen Rencana (LER)
UR 10
LER = LET . =2991,966 . = 2991,966
10 10

4.4.3 Menentukan Jumlah Beban Gandar Tunggal Standar Kumulatif


Diketahui:
a = 8% n = 4 tahun
g = 3% UR = 10 tahun
Untuk Faktor Distribusi Arah (DD), dapat dilihat pada Tabel yaitu sebesar 0,5
Untuk Faktor Distribusi Lajur (DL), dapat dilihat pada Tabel yaitu sebesar 1

Beban gandar standar kumulatif untuk 2 arah (18)


n
18 = ESAL harian x 365 x (
(1+ a) 1
a )
4
1491,948 x 365 x ( )= 2180859,790
(1+ 0,08) 1
=
0,08

Jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif, wt


UR
Wt = DD x DL x 18 x (
(1+ g) 1
g )
(1+0,03)101
= 0,5 x 1 x 2180859,790 x ( 0,03 ) = 12500556,72

4.4.4 Menentukan Faktor Perhitungan Tebal Perkerasan


Nilai Realibilitas = 85% (Tabel 3.16)
Nilai Deviasi Standar (So) = 0,45 (antara 0,4 0,5)
Nilai Standar Normal Deviate (Zr) = -1,037 (Tabel 3.1)
Koefisien Drainase (m) = 1,235 (Tabel 3.20) untuk kualitas drainase baik
Indeks permukaan pada akhir umur rencana (IPt) = 2,5
Indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) = 4
Koefisien Kekuatan Relatif
Untuk aspal beton, modulus elastisitas yang digunakan yaitu 400.000 psi
sehingga nilai a1 = 0,42
Lapis pondasi granular (granular base layer)
Koefisien kekuatan relatif a2 dapat diperkirakan dengan CBR 100% didapat
MR = 30.000 psi dan a2 = 0,14
Lapis pondasi bawah granular (granular subbase layer)
Koefisien kekuatan relatif a3 dapat diperkirakan dengan CBR 80% didapat MR
= 18.500 psi dan a3 = 0,13

4.4.5 Menghitung Tebal Perkerasan


a. Menghitung nilai MR
i. Segmen 1
Diketahui: CBR = 3,304%
MR = 2555 x CBR0,64
= 2555 x 3,3040,64 = 5490,470 psi

ii. Segmen 2
Diketahui: CBR = 3,298%
MR = 2555 x CBR0,64
= 2555 x 3,2980,64 = 5483,641 psi

iii. Segmen 3
Diketahui: CBR = 3,517%
MR = 2555 x CBR0,64
= 2555 x 3,5170,64 = 5714,252 psi

b. Menghitung Design Serviceability, PSI


PSI = IPo IPt
= 4 2,5 = 1,5

c. Menghitung Nilai SN Menggunakan Metode Persamaan


( PSI /(4,21,5))
w=Zr . So +9,36 log ( SN + 1 )0,2+ log 2,3 log MR8,07
1094
0,4+
(SN + 1)5,19
log

Diketahui:
PSI = 1,5
Wt = 12500556,72
Zr = -1,037
So = 0,45

i. Segmen 1
Lapisan 1
MR = 30.000 psi

Ruas kiri:
log wt = log (12500556,72) = 7,097

Ruas kanan:
Dicoba SN = 3,098
( PSI / (4,21,5))
Zr . So+ 9,36 log ( SN +1 )0,2+log 2,3 log MR8,07
1094
0,4+ 5,19
(SN +1)

( 1,5/(4,21,5))
(1,037 ) .0,45+ 9,36 log ( 3,098+1 )0,2+log 2,3 log(30.000)8,07
1094
0,4+
(3, 098+1)5,19

7,097

Ruas kiri = Ruas kanan


7,097 = 7,097
Jadi, nilai SN = 3,098

Lapisan 2
MR = 18.500 psi

Ruas kiri:
log wt = log (12500556,72) = 7,097

Ruas kanan:
Dicoba SN = 3,731
( PSI /(4,21,5))
Zr . So+ 9,36 log ( SN +1 )0,2+log 2,3 log MR8,07
1094
0,4+
(SN +1)5,19

( 1,5/( 4,21,5))
(1,037 ) .0,45+ 9,36 log ( 3,731+1 )0,2+log 2,3 log (18.500)8,07
1094
0,4+ 5,19
(3,731+1)

7,097

Ruas kiri = Ruas kanan


7,097 = 7,097
Jadi, Nilai SN = 3,731
Lapisan 3
MR = 5490,470 psi

Ruas kiri:
log wt = log (12500556,72) = 7,097

Ruas kanan:
Dicoba SN = 5,676
( PSI / (4,21,5))
Zr . So+ 9,36 log ( SN +1 )0,2+log 2,3 log MR8,07
1094
0,4+ 5,19
(SN +1)

( 1,5/(4,21,5))
(1,037 ) .0,45+ 9,36 log ( 5,676+ 1 )0,2+log 2,3 log(5490,470)8,07
1094
0,4+
(5, 676+1)5,19

7,097

Ruas kiri = Ruas kanan


7,097 = 7,097
Jadi, Nilai SN = 5,676

ii. Segmen 2
Lapisan 3
MR = 5483,641 psi

Ruas kiri:
log wt = log (12500556,72) = 7,097

Ruas kanan:
Dicoba SN = 5,678
( PSI /(4,21,5))
Zr . So+ 9,36 log ( SN +1 )0,2+log 2,3 log MR8,07
1094
0,4+
(SN +1)5,19

( 1,5/( 4,21,5))
(1,037 ) .0,45+ 9,36 log ( 5,67 8+ 1 )0,2+log 2,3 log (5483,641)8,07
1094
0,4+ 5,19
(5, 67 8+1)

7,097

Ruas kiri = Ruas kanan


7,097 = 7,097
Jadi, Nilai SN = 5,678

iii. Segmen 3
Lapisan 3
MR = 5714,252 psi
Ruas kiri:
log wt = log (12500556,72) = 7,097

Ruas kanan:
Dicoba SN = 5,605
( PSI / (4,21,5))
Zr . So+ 9,36 log ( SN +1 )0,2+log 2,3 log MR8,07
1094
0,4+ 5,19
(SN +1)

( 1,5 /(4,21,5))
(1,037 ) .0,45+ 9,36 log ( 5,6 05+1 )0,2+ log 2,3 log(5714,252)8,07
1094
0,4+
(5,6 05+1)5,19

7,097

Ruas kiri = Ruas kanan


7,097 = 7,097
Jadi, Nilai SN = 5,605

d. Menghitung Tebal Perkerasan


a. Segmen 1
a1 = 0,42 m1 = 1,235 SN1 = 3,098
a2 = 0,14 m2 = 1,235 SN2 = 3,731
a3 = 0,13 m3 = 1,235 SN3 = 5,676

SN 1 3,098
D1 = = = 7,376 inch 8 inch
a1 0,42
SN*1 = a1 x D1 = 0,42 x 8 = 3,360

SN 2SN1 3,7313,360
D2 = = =2,146 3 inch
a2. m 2 0,14 . 1,235
SN*2 = a2 x D2 = 0,14 x 3 = 0,420

SN 3(SN1+ SN2) 5,676(3,360+0,420)


D3 = = = 11,809 13 inch
a 3 . m3 0,13 .1,235
SN*3 = a3 x D3 = 0,13 x 13 = 1,690

Tabel 4. 14Hasil Perhitungan Lapis Perkerasan


4.5 Perencanaan Konstruksi Perkerasan Kaku
4.5.1 Kekuatan Tanah Dasar
Berdasarkan grafik korelasi antara nilai k dan CBR diperoleh nilai k untuk
masing-masing CBR.
Tabel 4. 15 Tabel Korelasi Nilai k dan Nilai CBR
Nilai CBR Nilai k Nilai CBR Nilai k
(%) (KPa/mm) (%) (Kpa/mm)
5,7 38 4 32
4 32 5,7 38
2,1 18 2,5 22
4,7 35 6,1 41
7,6 44 6,1 41
5,3 37 6,8 42
6,3 41 6,5 41
5,6 40 6,3 41
8,5 48 5,8 40
2,9 25 2,8 24
5,1 36 3,7 30
7,8 45 2,3 20

Total k = 851 kPa/mm


( k )2 = (851)2 = 724201 kPa2/mm2
k2 = 31769 kPa2/mm2
k 851
K rata-rata = = = 35,46 kPa/mm
n 24
Menghitung Standar Deviasi

s=

n ( k 2 ) ( k)2
n(n1)



24 ( 35,46 )724201
24 (241)
= 8,325
Menghitung Faktor Keseragaman

Gambar Nilai k untuk CBR ke 1-4


Gambar Nilai k untuk CBR ke 5-8

Gambar Nilai k untuk CBR ke 5-

Gambar Nilai k untuk CBR ke 9-12

Gambar Nilai k untuk CBR ke 13-16


Gambar Nilai k untuk CBR ke 17-2

Gambar Nilai k untuk CBR ke 21-24

S
fk = x 100%
K
8,325
= x 100%
35,46
= 23,48 % < 25% ok!

Ko = k 1,64 x S
= 35,46 1,64 x 8,325
= 21,806

Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH)


Dalam memperoleh jumlah sumbu kendaraan niaga harian, mobil penumpang
tidak diikutsertakan dalam perhitungan untuk lebih jelas hasilnya dapat dilihat pada
tabel berikut :

Tabel 4. 16Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga Harian (JSKNH)


Jenis Jumlah Jumlah Beban Sumbu (ton) Konfigurasi
Sumbu
Kendaraan Kendaraan Sumbu Depan Belakang Depan Belakang
Kendaraan
Mobil Pick
2 101 202 2,04 3,96 STRT STRT
Up (6 ton)
Bus Sedang
2 49 98 2,04 3,96 STRT STRG
(6 ton)
Bus Besar
2 56 112 3,06 5,94 STRT STRG
(9 ton)
Truck
Sedang (13 2 79 158 4,42 8,58 STRT STRG
ton)
Truck 2 As
2 92 184 6,12 11,88 STRT STRG
(18 ton)
Truck 3 As
2 107 214 6,25 18,75 STRT SGRG
(25 ton)
Trailler (40
4 58 232 5 15 STRT SGRG
ton)
T O T A L 542 1200

Contoh Perhitungan :
Jumlah Sumbu = jumlah sumbu kendaraan x jumlah kendaraan
= 2 x 101
= 202
Beban sumbu didapat dari data sub bab selanjutnya (Perencanaan konstruksi perkerasan
lentur dengan metode CBR)
JSKNH = 101 + 49 + 56 + 79 + 92 + 107 + 58
= 1200
Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
m : 4tahun ( lamanya pengamatan sampai jalan dibuka)
n : 24 tahun ( umur rencana )
r : 3% (masa layan)
i : 8% ( masa pembangunan)

Perhitungan harga R :
n m nm
(1+i) 1 (1+i) x (1+r ) 1
R = +
ln (1+ i) ln (1+r )
24
(1+0,03) 1 (1+0,03)4 x (1+ 0,08)2441
= +
ln (1+0,03) ln (1+ 0,08)
= 32,307
JSKN = JSKNH x 365 x R
= 1200 x 365 x 32,307
= 14150348,28

4.5.2 Perencanaan Tebal Lapis Pondasi


Dari grafik pavement Design NAASRA 1987 (terlampir) untuk lalu lintas rencana
14150348,28dengan CBR 2,5% maka diperkirakan lapisan pondasi jenis beton menerus
dengan tebal 125 mm.

Diketahui :
Koefisien distribusi kendaraan niaga pada lajur rencana Cd = 0,5 karena jumlah lajur
yaitu 2 lajur 2 arah
Faktor keamanan (FK) = 1,1 , jadi jalan arteri
Perhitungan yang didapat dari modulus reaksi tanah dasar yaitu 21,806 (ko)
Perhitungan persentase konfigurasi sumbu :
LHR
x 100
JSKNH
101
x 100
1200
= 8,42 %
Perhitungan jumlah Repitisi beban selama umur rencana
= % konfiurasi x Cd x JSKN
= 8,42% x 0,5 x 14150348,28
= 595493,82
Sisa perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.17Perhitungan Jumlah Repitisi Izin Selama Umur Rencana


Konfigurasi Beban Jumlah Persentase CD JSKN Jumlah Repitisi
Sumbu
STRT Sumbu
2.04 Kendaraan
101 Konf8.42
Sumbu 0.5 14150348.28 Beban Selama UR
595493.823
STRT 3.96 101 8.42 0.5 14150348.28 595493.823
STRT 2.04 49 4.08 0.5 14150348.28 288902.944
STRG 3.96 49 4.08 0.5 14150348.28 288902.944
STRT 3.06 56 4.67 0.5 14150348.28 330174.793
STRG 5.94 56 4.67 0.5 14150348.28 330174.793
STRT 4.42 79 6.58 0.5 14150348.28 465782.298
STRG 8.58 79 6.58 0.5 14150348.28 465782.298
STRT 6.12 92 7.67 0.5 14150348.28 542430.017
STRG 11.88 92 7.67 0.5 14150348.28 542430.017
STRT 6.25 107 8.92 0.5 14150348.28 630869.694
SGRG 18.75 107 8.92 0.5 14150348.28 630869.694
STRT 5 58 4.83 0.5 14150348.28 341966.750
SGRG 15 58 4.83 0.5 14150348.28 341966.750
SGRG 20 58 4.83 0.5 14150348.28 341966.750
SGRG 20 58 4.83 0.5 14150348.28 341966.750

Mutu Beton Rencana


Digunakan beton dengan kuat tekan 28 hari = 350 kg/cm2
9,81
Fc = 350 x
100
= 34,34 Mpa > 30 Mpa
fr = 0,62 Fc '
= 0,62 34,34
= 3,63 Mpa > 3,50 Mpa
Beban rencana dikalikan dengan FK= 1,1
Perbandingan tegangan didapat dari :
Tegangan yang terjadi
fr
Persentase yang di syaratkan 100%
Jumlah repetisi beban selamaUR
x 100%
Jumlah repitisi R
Lapisan pondasi jenis beton menerus dengan tebal 280 mm

Tabel 4. 18Perhitungan % fatique dengan asumsi tebal plat beton 280 mm


Konfigurasi Beban Beban Jumlah Tegangan Perbandingan Jumlah %
Sumbu
STRT Sumbu
2.04 Rencana
2.24 Repetisi
595493.82 Yang
1.4 Tegangan
0.39 Repetisi
0 Fatique
0.00
STRT 3.96 4.36 595493.82 1.4 0.39 0 0.00
STRT 2.04 2.24 288902.94 1.4 0.39 0 0.00
STRG 3.96 4.36 288902.94 1.4 0.39 0 0.00
STRT 3.06 3.37 330174.79 1.4 0.39 0 0.00
STRG 5.94 6.53 330174.79 1.4 0.39 0 0.00
STRT 4.42 4.86 465782.30 1.4 0.39 0 0.00
STRG 8.58 9.44 465782.30 1.4 0.39 0 0.00
STRT 6.12 6.73 542430.02 1.4 0.39 0 0.00
STRG 11.88 13.07 542430.02 1.82 0.50 0 0.00
STRT 6.25 6.88 630869.69 1.4 0.39 0 0.00
SGRG 18.75 20.63 630869.69 1.73 0.48 0 0.00
STRT 5 5.50 341966.75 1.4 0.39 0 0.00
SGRG 15 16.50 341966.75 1.4 0.39 0 0.00
SGRG 20 22.00 341966.75 1.83 0.50 0 0.00
SGRG 20 22.00 341966.75 1.83 0.50 0 0.00
Total 11.41 3.14 0.00

Karena total % fatique > 100% maka plat beton dicoba dengan 280 mm

Tabel 4. 19Perhitungan % fatique dengan asumsi tebal plat beton 280 mm


Konfigurasi Beban Beban Jumlah Tegangan Perbandingan Jumlah %
Sumbu
STRT Sumbu
2.04 Rencana
2.24 Repetisi
595493.82 Yang
0 Tegangan
0.00 Repetisi
0 Fatique
0
STRT 3.96 4.36 595493.82 1.4 0.39 0 0
STRT 2.04 2.24 288902.94 0 0.00 0 0
STRG 3.96 4.36 288902.94 0 0.00 0 0
STRT 3.06 3.37 330174.79 0 0.00 0 0
STRG 5.94 6.53 330174.79 1.4 0.39 0 0
STRT 4.42 4.86 465782.30 1.4 0.39 0 0
STRG 8.58 9.44 465782.30 1.4 0.39 0 0
STRT 6.12 6.73 542430.02 1.4 0.39 0 0
STRG 11.88 13.07 542430.02 1.88 0.52 0 0
STRT 6.25 6.88 630869.69 1.4 0.39 0 0
SGRG 18.75 20.63 630869.69 1.73 0.48 0 0
STRT 5 5.50 341966.75 1.4 0.39 0 0
SGRG 15 16.50 341966.75 1.4 0.39 0 0
SGRG 20 22.00 341966.75 1.9 0.52 0 0
SGRG 20 22.00 341966.75 1.9 0.52 0 0
Total 11.61 3.20 0.00

Jadi tebal plat beton adalah 280 mm

lapis perkerasan menerus dengan


280 mm tulangan ( beton k 350)
125 mm lapis pondasi stabilitas semen ( k 125)
4.6 Perencanaan penulangan plat perkerasan kaku
Data yang digunakan untuk perencanaan tulangan :
Tebal plat perkerasan beton (h) : 280 mm
Lebar plat :7m
Tegangan tarik baja izin : 230 Mpa
Koefisien gesek antara plat dengan lapis pondasi
stabilitas semen : 1,8
Fr : 3,63 Mpa

Tulangan memanjang
100 ft
Ps= ( 1,30,2 f )
fy .n ft
Dimana :
ft : > 0,4 0,5 fr
fy : < 400 Mpa (berdasarkan SNI 91)
Gs : 20000 (modulus elastisitas baja)
Ec : 4700
n : Es / Ec
f : 1,8
maka :
ft = 0,5 . 3,63 = 1,816
200.000
n =
4700 34,31
= 7,265 8
Fy = 350 Mpa
1,30,2(1,8)
Ps = 100 .1,816
x
350(8 x 1,816)
= 0.509 %
Jadi % tulangan yang dibutuhkan terhadap penampang beban = 0,509
%
Sehingga digunakan tulangan dengan luas minimum :
As min = 0,509% x h x 1000
= 0,509% x 280 x 1000
= 1425,164 mm2/m lebar
Asumsi tulangan yang digunakan :
1. 8 mm As : 0,25 . 3,14 . 82 = 50,24 mm2
n :1800 / 50,240 = 35,828 tulangan/meter
2. 10 mm As : 0,25 . 3,14 . 102 = 78,5 mm2
n :1800 / 78,5 = 22,930 tulangan/meter
3. 12 mm As : 0,25 . 3,14 . 122 = 113,04 mm2
n :1800 / 113,04 = 15,924 tulangan/meter
4. 16 mm As : 0,25 . 3,14 . 162 = 200,96 mm2
n :1800 / 200,96 = 8,957 tulangan/meter

Jarak retakan teoritis pada perkerasan beton menerus dengan tulangan


dihitung dengan :
ft 2
Lcr=
n x p2 x u x fb(S . Ecft)

Dimana :
p = Luas tulangan memanjang persatuan luas beton
As min 1425,164
p= = = 0,00509
h x 1000 280 x 1000
fb = Tegangan lekat antara tulangan dan beban


'


1,9
fb = 0,79 f c =0,79 34,31 =14,26574
1,9
u = keliling penampang tulangan persatuan luas
4 x 1000 4000
U = = =250 m
d 16
S = koefisien pusat = 0,0005 0,0006 (umumnya)
Ec = 4700 Fc '
= 4700 34,31
=27530,13

Asumsi tulangan 16 125 mm


Banyak tulangan dalam 1 meter dibagi :
1000
n = +1=9 tulangan/meter
125
As = n (0,25 x x d2 )
= 9 (0,25 x x 162)
= 1808,64 mm2>1425,164
As 1808,64
P = = =0,006459
(h1000) 280.000
4 . 1000
U = = 250 m
16
2
ft
Lcr = 2
n x p x u x fb( S x Ecft)
(1,816)2
=
8 x (0,006459)2 x 250 x 14,26574(0,0005 x 27530,131,816)
= 0,23197
Sehingga tulangan dengan diameter 16 mm 125 mm dapat digunakan sebagai
tulangan memanjang

Tulangan Melintang
Data :
Tebal flat beton (h) : 280 mm
Lebar plat : 7m
Tegangan tarik baja izin : 230 Mpa
Faktor gesekan : 1,8
Fy : 350
Asmin = 0,0014 x h x 1000
= 0,0014 x 280 x 1000
= 392 mm2/m . lebar
11,76 (f x h x l)
AS melintang =
fs
11,76 (1,8 x 280 x 7)
=
230
= 180,388 mm2 < 392 mm2

Karena AS yang dibutuhkan lebih kecil dari As min, maka digunakan AS min
sebagai perhitungan penulangan
Asumsi tulangan yang digunakan 12 mm 250 mm
1000
n tulangan = +1
250
= 5 tulangan/meter
As = n (0,25 x x d2)
= 5 (0,25 x x 122)
= 565,2 mm2/m . lebar

As > As min
565,2 > 392 mm2/m . lebar

Jadi digunakan tulangan 12 mm 250 mm sebagai tulangan melintang

4.7 Perencanaan Sambungan dan Penulangan Sambungan


a. Tulangan Dowel
Tebal plat beton = 280 mm
Pada dasarnya pada tulangan menerus bertulang dibuat tanpa dowel, tetapi dowel
tetap dibutuhkan pada titik tertentu pada sambungan
Untuk tebal plat mm, maka diperoleh perencanaan dowel :
1. Diameter dowel = 38 mm
2. Panjang dowel = 450 mm
3. Jarak dowel = 300 mm
4. Jarak sambungan melintang = 25 x tebal plat
= 25 x 280
= 7000 mm

b. Tulangan Tiebar
Data :
1. Tebal plat perkerasan = 280 mm
2. Lebar jalan = 7 m (untuk 2 lajur)
3. Lebar bahu jalan =2m

Berdasarkan grafik tie bar maksimum menurut AASHTO (1986) untuk tulangan
baja grade 40 dan F = 1,5 , maka tulangan sambungan tie bar untuk tebal plat 280
mm adalah sebagai berikut:k

Tabel 4. 20Hasil Perhitungan Tulangan

Jarak Jarak Maksimum Tie Bar (cm)


12 mm 16 mm
(m)
3,5 61 78

Panjang tie bar :


1. Diameter 12 mm = 635 mm
2. Diameter 16 mm = 765 mm

Dalam pelaksanaan digunakan tulangan berdiameter 12 mm dengan jarak


maksimum 61 cm dan panjang tulangan 635 mm

Anda mungkin juga menyukai