Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH EVAVORASI

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang. Shalawat serta
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, juga para
pengikutnya.
Alhamdulillah berkat pertolongan dan rahmat Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul Evaporasi dalam memenuhi tugas pada mata kuliah
Agroklimatologi.
Dalam penyusunan makalah ini penulis dapat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik agar dapat dijadikan pegangan di dalam menyusun makalah di waktu atau kesempatan
yang akan datang.
Penyusunan makalah ini tidak dapat penulis selesaikan tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, baik bersifat material maupun spiritual. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
penulisan makalah ini.

Bandung, April 2012

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar belakang........................................................................................................... 1
B. Perumusan masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan penelitian........................................................................................................ 2
D. Metodelogi penelitian................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN 3
A. Pengertian evaporasi ................................................................................................. 3
B. Dua unsure utama evaporasi ..................................................................................... 5
C. Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi evaporasi................................... 5
D. Faktor faktor yang Mempengaruhi Evaporasi dari Internalnya ............................. 9
E. Proses penguapan....................................................................................................... 13
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 15
A. Kesimpulan................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan dari pada liquid (cairan) dengan
penambahan panas. Panas dapat disuplai dengan berbagai cara diantaranya secara alami dan
penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada proses pendidihan secara intensif yaitu:
1. pemberian panas ke dalam cairan,
2. pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,
3. pemisahan uap dari cairan, dan
4. mengkondensasikan uapnya.
Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair
mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).

B. Perumusan masalah
Dari latar belakang yang penulis paparkan di muka, maka dapat disimpulkan bahwa
masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tentang Evaporasi.
Untuk lebih mempermudah pembahasan, masalah ini secara operasional dapat disusun sebagai
berikut.
1. Apa itu Evaporasi?
2. Apa saja Fakor-faktor evaporasi?
3. Apa saja unsure-unsur evaporasi?
4. dll?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka penulisan makalah ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui Apa itu Evaporasi
2. Untuk mengetahui factor-faktor evaporasi
3. Untuk mengetahui apa saja unsure dari evaporasi
4. Dll

D. Metodelogi Penelitian
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode :
1. Deskriftif.
2. Media Internet.
3. Studi Kepustakaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EVAPORASI
Evaporasi secara umum dapat didefinisikan dalam dua kondisi, yaitu:
1. evaporasi yang berarti proses penguapan yang terjadi secara alami, dan
2. evaporasi yang dimaknai dengan proses penguapan yang timbul akibat diberikan uap panas
(steam) dalam suatu peralatan.
Evaporasi dapat diartikan sebagai proses penguapan dari pada liquid (cairan) dengan
penambahan panas (Robert B. Long, 1995). Panas dapat disuplai dengan berbagai cara,
diantaranya secara alami dan penambahan steam. Evaporasi diadasarkan pada proses pendidihan
secara intensif yaitu:
5. pemberian panas ke dalam cairan,
6. pembentukan gelembung-gelembung (bubbles) akibat uap,
7. pemisahan uap dari cairan, dan
8. mengkondensasikan uapnya.
Evaporasi atau penguapan juga dapat didefinisikan sebagai perpindahan kalor ke dalam zat cair
mendidih (Warren L. Mc Cabe, 1999).

Evaporasi vs pengeringan
Evaporasi tidak sama dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair
kadang-kadang zat cair yang sangat vuskos dan bukan zat padat. Perbedaan lainnya adalah,
pada evaporasi cairan yang diuapkan dalam kuantitas relatif banyak, sedangkan pada
pengeringan sedikit.
Evaporasi vs distilasi
Evaporasi berbeda pula dari distilasi, karena uapnya biasa dalam komponen tunggal, dan
walaupun uap itu dalam bentuk campuran, dalam proses evaporasi ini tidak ada usaha unutk
memisahkannya menjadi fraksi-fraksi. Selain itu, evaporasi biasanya digunakan untuk
menghilangkan pelarut-pelarut volatil, seperti air, dari pengotor nonvolatil. Contoh pengotor
nonvolatil seperti lumpur dan limbah radioaktif. Sedangkan distilasi digunakan untuk pemisahan
bahan-bahan nonvolatil.

Evaporasi vs kristalisasi
Evaporasi lain dari kristalisasi dalam hal pemekatan larutan dan bukan pembuatan zat padat atau
kristal. Evaporasi hanya menghasilkan lumpur kristal dalam larutan induk (mother liquor).
Evaporasi secara luas biasanya digunakan untuk mengurangi volume cairan atau slurry atau
untuk mendapatkan kembali pelarut pada recycle. Cara ini biasanya menjadikan konsentrasi
padatan dalam liquid semakin besar sehingga terbentuk kristal.
Titk didih cairan yang diuapkan pada evaporasi dapat dikontrol dengan mengatur tekanan pada
permukaan uap-cair. Artinya, jika penguapan terjadi pada temperatur tinggi, maka evaporator
dioperasikan pada tekanan tinggi pula. Beberapa evaporasi dalam industri secara normal bekerja
pada tekanan vacum untuk meminimalkan kebutuhan panas.
Pada proses pendidihan secara alami, perubahan titik didih sebagai perubahan temperatur dapat
ditingkatkan. Beberapa tipe pendidihan yang berbeda mempunyai koefisien perpindahan panas
yang berbeda pula. Tipe-tipe tersebut adalah (Bell, 1984) :
1. pendidihan secara konveksi alami
2. pendidihan nukleat
3. pendidihan film
Pendidihan konveksi alami terjadi ketika cairan dipanaskan pada permukaannya. Pada tipe ini,
koefisien perpindahan panas meningkat dengan perubahan temperatur, tetapi relatif lambat.
Pada pendidihan nukleat terbentuk gelembung-gelembung uap pada interface cairan dan padatan
dari permukaan perpindahan panas. Pendidihan pada tipe ini terjadi dalam sebuah ketel atau
reboiler thermosifon yang digunakan pada proses industri. Koefisien perpindahan panas pada
tipe ini lebih besar.
Pendidhan film terjadi ketika perubahan temperature sangat tinggi dan penguapan terjadi secara
berkesinambungan pada permukaan perpindahan panas. Koefisien perpindahan panas meningkat
seiring dengan meningkatnya perubahan temperatur. Namun, nilai koefisien perpindahan
panasnya lebih rendah jika dibandingkan pendidihan nukleat.

B. Dua unsur utama evaporasi:


Energi (radiasi matahari) sebagian gelombang dirubah menjadi panasmenghangatkan
udara sekitartenaga mekanikperputaran udara dan uap air
Ketersediaan airtidak hanya air yang ada akan tetapi persediaan air yang siap untuk
evaporasi

C. Faktor faktor Ekternal yang Dapat Mempengaruhi Evaporasi


1. Intensitas matahari : panjang gelombang sinar matahari yang sampai ke permukaan tanah.
Panjang gelombang yang sampai ke permukaan tanah yaitu berkisar antara 550 m sampai 850
m.
2. Lamanya penyinaran :matahari merupakan sumber energi bagi bumi. Energi radiasi matahari
yang mencapai permukaan bumi disebut isolasi. Beberapa jenis sinar yang diradiasikan yaitu
ultraviolet, visible light/cahaya tanpak dan infra red. Ultraviolet merupakan sinar yang terbanyak
sampai permukaan bumi. Sinar gelombang pendek sangat berbahaya bagi mkhluk hidup, karena
dapat bersifat lethal effect yaitu mematikan.[1]
Pengurangan sinar matahari dalam perjalanan kebumi disebabkan 3 proses :
a. Absorbsi ( penyebaran)
b. Refleksi ( pantulan )
c. Scattering ( pembauran )
Gambaran secara umum pemanasan bumi dan atmosfer oleh sinar matahari pada siang hari
adalah sebagai berikut panas yang dihilangkan ke angkasa :
a. Di pantulkan awan 25%
b. Dibaurkan gass, molekul udara 9%
c. Dipantulkan permukaan bumi 2%
Dan panas yang diterima bumi dan atmosfernya adalah :
a. Diserap bumi langsung 24%
b. Radiasi langit diserap bumi 23%
c. Diserap oleh H2O, O3, CO2, N2 19%
Dan bila panas ynang diterima lapisan luar atmosfer bumi dianggap 100% maka dengan
demikian 66% insolasi efektif untuk pemanasan bumi dan atmosferenya.[2]
Adapun faktor faktor yang mempengaruhi jumlah radiasi matahari yang diterima bumi:
a. Jarak dari matahari ( jauh dekat )
b. Sudut datang radiasi ( berhubungan dengan intensitas radiasi )
c. Panjang hari dan lamanya penyinaran ( berhubungan dengan garis lintang )4. Kondisi
atmosfer ( adanya gas, uap aiir dan debu halus )
Albedo adalah presentase perbandingan antara radiasi sinar pantul oleh suatu permukaan
terhadap radiasi yang datang pada permukaan tersebut. Umumnya besar albedo dipermukaan
bumi 35 43 %.[3]
Radiasi teristis. Radiasi dari bumi ini disebut radiasi teritis yang bergelombang panjang (radiasi
infra red) sehingga menentukan besar kecilnya suhu udara dipermukaan bumi.
Efek rumah kaca efek rumah kaca ini dapat diperkuat apabila diatmosfer bertambah kandungan
gas gasnya maupun debu debunya dari berbagai sumber. Emisi rumah kaca yang dimksud
adalah CO2 (bernilai 1), CH4 ( 21x ), N2O ( 310x ), maka ozon yang terdapat diatmosfer akan
terganggu bahkan rusak sehingga kemampuannya berkurang. Kejadian ini disebut pemanasan
global.

3. SUHU
Suhu dapat mnempengaruhi beberapa proses salah satunya adalahy evaporasi ini peningkatan
suhu sampai pada titik optimum akan diikuti oleh peningkatan proses evaporasi. Peninhkatan
suhu disekitar tanah akan menyebabkan cepat hilangnya kandungan air dalam anah(evaporasi
cepat). Pada musim kemarau dimana peningkatan suhu sangat tinggi maka akan mempengaruhi
evaporasi. Sedangkan pada musim kemarau suhu udara rlatif lebih rendah dari musim kemarau
maka evaporasi akan berjalan lebih lambat.

4. KELEMBABAN
Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air diuadara. Kandungan uap air diudara akan
mencapai suatu batasan dimana udara tidak dapat menerima lagi tambahan uao air disebut udara
jenuh. Kejenuhan udara dapat terjadi bila udara terus ditambah uap airnya. Jika suhu udara turun
atau didinginkan kandungan uap air di atmosfer dinyatakan tekanan uap. Dan jika di suatu
tempat itu kelembabannya tinggi maka akan mempengaruhi laju evapurasi dikarenakan
kelembaban yang mengandung uap air ini akan menekan uap air yang akan menguap ke udara
begitu juga sebaliknya kelembaban rendah maka laju evaporasi akan semakin cepat.

5. PH tanah
Pengujian PH tanah dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan mengunakan kertas lakmus,
dengan menggunakan kertas indikator universal dan alat PH dilaboratorium dapat menggunakan
PH meter Beckman H5
Ion H+ dalam tanah dapat berada dalam keadaan terjerap. Ion H+ yang terjerap. Menentukan
kemasaman aktif atau aktual, kemasaman potensial dan aktual secara bersamaan menentukan
kemasaman total. pH yang diukur pada suspensi tanah dalam lartan garam netral (misal KCL)
menunjukan kemasaman total oleh karena K+ dapat melepaskan H+ yang terjerap dengan
mekanisme pertukaran
D. Faktor faktor yang Mempengaruhi Evaporasi dari Internalnya
Sifat tanah terutama sifat fisik tanah, yang meliputi :
1. Tekstur tanah
Tekstur Tanah : tanah terdiri dari butir butir tanah dengan berbagai ukuran dan bentuk. Bagian
tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar (kerikil sampai batu). Bahan bahan
yang lebih halus dapat dibedakan menjadi pasir (2 mm sampai 50 m), debu (50 m sampai 2
), dan liat (kurang dari 2 ).
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dari ukuran buti tanah (pasir, debu dan liat) dalam
suatu masa tanah. Terdapat 12 kelas tekstur tanah.
Tekstur tanah terkandung dapat digunakan sebagai penunjuk tingkat hancuran, sekaligus umur
tanah. Semakin intensif tingkat hancuran iklim, atau semakin lanjur umur tanah, kandungan liat
semakin tinggi. Hal ini berhubungan juga dengan tingkat kesuburan tanah alami tanah tersebut.
Penentuan tekstur tanah dapat dilakukan dengan cara lapang dan cara laboratorium. Cara lapang
dengan memirid massa tanah yang sedikit di basahai diantara ibu jari dan telunjuk. Sedangkan
penentuan tekstur tanah di laboratorium yaitu dengan metode pipet atas dasar hukum stokes.

2. Struktur tanah
Struktur Tanah : struktur tanah adalah susunan butir tanah secara alami menjadi agregat dengan
bentuk tertentu dan dibatasi dengan bidang bidang. Agregat ini terjadi karena butir butir
pasir, debu dan liat terikat satu sama lainnya oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida
oksida besi dan lain lain.
Struktur tanah meliputi :
a. Bentuk dan susunan agregat (tipe struktur) ; yaitu bentuk lempeng, prisma, tiang, sudut,
kubus membulat atau gumpalan, kersai atau butir, remah dan tanpa struktur (lepas dan pejal atau
masive).
b. Ukuran agregat (kelas struktur) ; yaitu berukuran sangat halus, halus, sedang, besar dan
sangat besar.
c. Kemantapan agregat (taraf perkembangan) ; yaitu lemah, cukup dan kuat.
Mekanisme granulasi tidak diketahui secara tidak pasti, tetapi beberapa faktor diketahui
mempengaruhi proses granulasi, yaitu:
a. Pembasahan dan pengeringan.
b. Pembekuan dan pencairan.
c. Kegiatan akar fisik tumbuhan dan jasad makro.
d. Pengaruh bahan organik dan bahan buatan jasad makro.
e. Modifikasi dari kation yang dijerap. Dan
f. Pengolahan tanah.
Tanah dengan dtruktur baik (granular, remah)mempunyai tata udara yang baik dan air yang baik
juga, unsur - unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah.

3. Porositas tanah
Porositas Tanah adalah volume tanah yang terisi oleh air dan udara, dinyatakan dalam persen.
Nilai porositas lapisan olah tanah berpasir berkisar dari 35 % - 50 %, sedangkan tanah berliat
antara 40 % - 60 %.
Ada dua macam ukuran pori tanah, yaitu pori makro dan pori mikro. Walaupun tidak terdapat
perbedaan yang tegas, pori makro memperancar gerak air dan udara, sedangkan pori mikro
menghambat gerak udara dan gerakan air dibatasi hanya pada gerakan kapiler saja. Pori makro
berisi udara atau air gravitasi dan pori mikro berisi air kapiler dan udara.
Tanah berpasir mempunyai pori makro lebih banyak dari tanah liat, sehingga sulit menahan air.
Sedangkan porositas total atau ruang pori total tanah berpasir lebih sedikit dibandingkan tanah
liat. Hasilnya adalah tanah berpasir mempunyai daya memegang air yang lebih rendah dari tanah
liat.
Semakin tinggi kadar bahan organik tanah, porositas tanah semakin meningkat. Tanah granule
atau remah mempunyai porositas yang lebih tinggi dari tanah berstruktur masif atau pejal.
Pengolahan tanahjustru menurunkan ruang pori dan jumlah pori makro dari tanah yang tidak
pernah ditanami, walaupun diimbangi dengan menurunnya jumlah bahan organik dan
menurunnya granulasi.

4. Konsistensi Tanah
Konsistensi Tanah adalah daya tahan atau ketahanan tanah terhadap pengeruh pengaruh luar
yang akan mengubah bentuknya. Konsistensi merupakan manisfestasi dari gaya gaya adhesi
dan kohesi yang bekerja dalam tanah pada berbagai kadar air tanah.
Sifat lepas, aerasi dan drainase yang baik, serta mudah diolah merupakan sifat kgas tanah
berpasir. Sebaliknya tanah demikian mempunyai kemampuan menjerap air dan unsur hara yang
rendah dan terlalu lepas. Oleh karenanya, tanah demikian memerlukan granulasi. Satu cara
praktis untuk mengatasinya yaitu dengan penambahan bahan organik. Bahan organik ini akan
bertindak sebagai bahan pengikat dan juga sebagai bahan yang dapat menjerap air.
Sebakiknya tanah yang berkadar liat tinggi, bersifat plastis dan mempunyai daya kohesi yang
tinggi. Bila diolah dalam keadaan basah, agregat agregat tanah akan hancur dan melumpur.
Struktur baru akan terbentuk. Semakin plastis tanah, maka semakin mudah melumpur. Dan
semakin plastis tanah maka evaporasi tanah akan berjalan lambat. Tanah yang mempunyai daya
plastisitas tinggi akan keras bila mengering. Bila diolah dalam keadaan kering akan tyerbentuk
bongkah bongkah yang sukar membentuk agregat agregat kecil. Oleh karena itu, pengolahan
tanah harus dilakukan pada saat tepat dan granulasi perlu dirangsang.
Cara penentuan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam keadaan :
a. Basah (kadar air lebih besar dari pada kapasitas lapang), dengan cara memirid tanah diantara
telunjuk dan ibu jari yaitu untuk menentukan kelekatan (daya adhesi) dan plastisitas atau
kekenyalan (daya kohesi). Kelekatan tanah digolongkan kedalam tidak lekat, agak lekat, lekat
dan sangat lekat. Sedangkan plastisitas digolongkan menjadi tidak plastis, agak plastis, plastis
dan sangat plastis.
b. Lembab (kadar air tanah berada diantara kapasitas lapang dan titik layu permanen), dengan
cara menekan massa tanah. Dalam keadaan lembab, konsistensi tanah digolongkan menjadi :
lepas, sangat gembur, gembur, teguh dan sangat teguh.
c. Kering (kadar air tanah lebih esar dari titik layu permanen), digolongkan menjadi lepas,
lemah, agak keras, keras, sangat keras dan ekstrim keras.

5. Warna tanah
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya oleh perbedaan kandungan bahan
organik. Semakin tinggi kadar bahan organiknya maka warna tanah akan semakin
gelap.(Birkeland,1974)
Menurut Boul dalam Diktat Wijaya. Dilapisan bawah, warna tanah disebabkan oleh banyaknya
dan bentuk senyawa besi yang di dapat. Dalam keadaan jenuh air, besi dalam keadaan reduksi
(Fe+2) yaitu sebagai FeO, sehingga warna tanah kelabu atau abu abu. Pada tanah yang tidak
pernah tergenang air, besi dalam keadaan teroksidasi (Fe+2) membentuk senyawa Fe2O3 yang
berwarna merah. Dintara warna ekstrim tersebut, besi dalam bentuk senyawa Fe2O3 3H2O yang
berwarna kuning. Sedangkan mineral mineral silikat seperti kuarsa menyebabkan tanah
berwarna putih.

6. Air tanah
Kadar air dapat dinyatakan dengan persent bobot atau persent volume. Kadar air menyatakan
perbandingan bobot kandungan air tanah terhadap tanah kering mutlak.
Jika dalam suatau tempat tanah banyak mengandung air itu berarti tanah tersebut adalah jenis
tanah organik karena tanah organik dapat menjerap air labih banyak dari pada tanah organik.
Sehingga evaporasipun terpengaruhi oleh banyaknya air yang terdapat didalam tanah tersebut.

E. Proses Penguapan
Proses penguapan melibatkan penguapan cairan. Namun, perlu dicatat bahwa perbedaan kunci
untuk penguapan adalah bahwa hal itu hanya terjadi pada permukaan cairan. Sebagai contoh, ini
berbeda dari mendidih karena mendidih mempengaruhi volume keseluruhan cairan, bukan hanya
permukaan atas. Juga harus dicatat bahwa penguapan adalah bagian alami dari siklus air bumi.
Selain itu, penguapan dianggap bagian dari fase transisi. fase transisi Ini mengacu pada
bagaimana molekul dalam keadaan cair atau air tiba-tiba menjadi gas atau tiba-tiba beralih ke
uap air. fase transisi Ini dicatat sebagai pengurangan bertahap cairan dari materi akibat
pemaparan sejumlah besar gas.
Umumnya, molekul air dalam gelas tidak secara alami memiliki jumlah yang cukup energi dalam
bentuk panas untuk melarikan diri atau menghapus diri dari cairan. Itulah sebabnya sistem yang
kompleks telah dikembangkan oleh produsen di hampir setiap industri untuk membantu dalam
mempercepat proses penguapan untuk membantu dengan penghapusan kontaminan dan produk
samping misalnya.
Ketika sejumlah besar panas yang ditambahkan pada badan air, air kemudian memiliki energi
yang cukup panas dengan cepat fase menjadi uap,. Lebih cepat molekul dalam pergerakan air di
sekitar. Gerakan lebih cepat dan lebih aktif menyebabkan molekul bertabrakan Dan ketika
molekul-molekul air yang berbenturan, mereka mengambil energi panas bahwa mereka telah
menyerap dan kemudian transfer yang energi satu sama lain dalam jumlah yang berbeda.. Ketika
transfer energi berpihak satu molekul di dekat bagian atas permukaan cairan (di mana satu
molekul menyerap sebagian besar panas atau semua itu) karena sudut tabrakan, transfer energi
bisa menjadi cukup signifikan untuk menyebabkan molekul yang melarikan diri tubuh utama
cair.
Juga harus dicatat bahwa penguapan tidak harus selalu terlihat. Kadang-kadang molekul-molekul
tidak fitur cukup dari perpindahan panas untuk menciptakan transisi yang cukup memadai untuk
uap. Namun, penguapan masih terjadi selama proses ini tetapi pada tingkat signifikan lebih
lambat daripada proses penguapan energi molekul tinggi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaporasi adalah pristiwa perubahan air atau es menjadi uap dan naik ke atmosfer, pristiwa
tersebut berlangsung dari semua permukaan, misalnya permukaan tubuh perairan, permukaan
tanah, permukaan vegetasi, persawahan dll.
unsure utama epavorasi terbagi dua, yaitu Ketersediaan air, Energi (radiasi matahari)
Factor factor yang dapat mempengaruhi evaporasi ada dua, yaitu factor eksternal (Intensitas ,
Lamanya penyinaran, suhu, kelembaban, PH tanah) dan factor internal (Tekstur tanah, Struktur
tanah, Porositas tanah, Konsistensi Tanah, Warna tanah, Air tanah).

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/lamaya/penyinaran
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.ecsgreen.com/proces
sofevaporation.html
http://smartmath-regicati.blogspot.com/2010/02/pengertian-evaporasi.html
[1] http://id.wikipedia.org/wiki/lamaya/penyinaran
[2] (http://ipankreview.wordpress.com/2009/03/25/hubungan-suhu-dan-pertumbuhan-tanaman/)
[3] (http://ipankreview.wordpress.com/2009/03/25/hubungan-suhu-dan-pertumbuhan-tanaman/)
Diposting oleh Eka Rudi Apriansah di 08.23
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai