Anda di halaman 1dari 37

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016/17

IRIGASI DAN DRAINASE


Jadwal Pengumpulan Hasil Take Home
UAS Hr/Tgl : Senin, 12 06 2017
Jam : 11.00 s/d 11.30

Kelas Ruang Dosen yang Kelas Ruang Dosen yang


menilai menilai
A A 1-2 WDT J A 2-2 DSY
B A 1-3 WDT K A 2-3 DSY
C A 1-4 WDT L A 2-4 DSY
D A 1-5 ZKS M A 2-5 IDL
E A 1-6 ZKS N A 2-6 IDL
F A 1-7 ZKS O A 2-7 IDL
G A 1-8 SPJ P A 3-1 IDL
H A 3-7 SPJ Q A 3-2 ISN
I A 1-10 SPJ R A 3-3 ISN
S A 3-4 ISN

Petunjuk dan Kriteria luaran UAS yang dihasilkan/ dikerjakan:


1. Kerjakan pada template jawaban di bawah soal ujian dan tuliskan Nama dan NIM di
laporan anda.
2. Jawaban Ujian ini disajikan mengikuti alur lembar jawaban yang telah disediakan
termasuk skema, tabel, gambar dan foto. Laporan diketik di kertas ukuran A4, type huruf
Times New Roman 12 dengan spasi 1. Hasil laporan dicetak dan diserahkan saat jadwal
ujian MK Irigasi dan Drainase.
3. Bagi mahasiswa yang tidak melakukan sendiri survey lapangan dan jawaban UAS
mengcopy jawaban mahasiswa lain kemudian dimodifikasi, maka baik mahasiswa yang
jawabannya di copy maupun yang mengcopy jawabannya akan diberi nilai maksimum 40.
4. Penilaian: kriteria penilaian lihat tabel di bagian akhir soal ini.
5. Daftar lokasi survey lapangan lihat di tabel daftar lokasi survei untuk tiap kelas (note: lokasi
survey dipilih berdasarkan petani pemilik lahan pada kecamatan yang telah ditentukan.
Setiap mahasiswa tidak diperbolehkan melakukan survey pada lahan atau petani yang
sama. Nama petani harap dicantumkan pada laporan).

Secara mandiri lakukan survey lapangan di areal pertanian yang beririgasi. Di lokasi yang anda
survey, tahap pertama anda perlu melakukan observasi dan menyusun skematik system irrigasi
yang ada di lokasi tersebut beserta komponen komponen system irigasi yang ada, mulai dari
sumber air hingga system drainasi dari lahan pertanian yang diairi. Masing-masing komponen
sistem irigasi tersebut anda foto dan jelaskan fungsinya. Tahap kedua, anda lakukan audit system

1
irigasi, untuk melihat bagian system irigasi yang tidak berfungsi dan tetapkan rekomendasi
perbaikannya. Tahap ke tiga, anda perlu melakukan inovasi perubahan system irigasi khusus hanya
di petak lahan pertanaman melalui mekanisme seleksi system irigasi. Untuk seleksi system irigasi
lakukan pemilihan dan penetapan rancangan sistem irigasi untuk menyediakan kecukupan air bagi
tanaman yang ditanam petani yang dikumpulkan dan disalurkan dari tempat lain pada skala petak
atau hamparan lahan petani yang lebih efisien dan efektif. Adapun teknologi irigasi yang dipilih
dalam sistem irigasi/ Daerah Irigasi adalah irigasi: (1) Permukaan: (1.a) Basin, (1.b) Border, (1.c)
Furrow, (1.d) Bankless, (2) Sprinkler: (2.a) Set System, dan (2.b) Continous System, (3) Sub
Surface Irrigation: (3.a.) Ditches/ Chanel dan (3.b) Underground, dan (4) Irrigasi Mikro: (4.a) Drip
Irrigation, dan (4.b) Mikro sprinkler. Inovasi sistem irrigasi dipetak lahan petani tersebut perlu
menjawab apakah sistem irrigasi yang saudara survey sudah tepat untuk menyedikan air tanah agar
mencukupi kebutuhan tanaman secara efektif dan efisien serta sesuai dengan kondisi pertanaman
dan lahan?. Untuk itu lakukan proses seleksi irrigasi dengan memilih dan merancang sistem
irrigasi di lapangan untuk budidaya tanaman tertentu yang diusahakan petani yang saudara
survey. Untuk melaksanakan kegiatan tersebut:
(1) Buat gambar sketsa jaringan sistem irigasi aktual yang anda survey, mulai dari bagian
sumber air hingga bagian sistem drainase, beserta komponen dan nama komponen dalam
sistem irigasi tersebut!
(2) Buat deskiripsi nama dan macam komponen sistem irigasi (dilengkapi foto), setiap
komponen jelaskan fungsi dalam sistem irigasi tersebut!
(3) Lakukan audit bagian sistem irigasi tersebut, untuk melihat bagian sistem irigasi yang tidak
berfungsi dan tetapkan rekomendasi perbaikannya. Audit ini terutama (a) tetapkan
komponen-komponen sistem irigasi telah atau belum berfungsi dalam operasi sistem irigasi
yang efisien dan efektif. Deskripsikan permasalahannya dan solusi perbaikannya; (b) di
petak lahan petani buat deskripsi apakah (b.1) Jumlah air yang diterapkan adalah kurang /
sesuai / berlebihan terhadap kebutuhan tanaman dan kondisi tanah; (b.2) waktu aplikasi air
apakah kurang tepat /sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi cuaca, (b.3.) Air
diterapkan apakah secara seragam dan efektif diberikan ke tanaman, (b.4) Air diterapkan
pada zona akar tanaman banyak / sedikit / tanpa kehilangan akibat limpasan permukaan,
drainase dalam, kurang efektifnya cakupan irrigasi dan penyebab lainnya.
(4) Jelaskan lima kondisi / penyebab utama bahwa sistem irigasi yang saudara survey tidak
efektif dan tidak efisien?
(5) Dalam anda melakukan inovasi perubahan sistem irrigasi di petak lahan pertanaman melalui
mekanisme seleksi system irigasi, tetapkan tujuan dan sasaran inovasi irigasi di lokasi yang
anda survey,
(6) Buat paling tidak 2 (dua) inovasi sistem irigasi baru dan bandingkan dengan sistem irigasi
yang ada untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan air, hasil dan kualitas tanaman,
meminimalkan tenaga kerja dan penetapan kebutuhan modal. Untuk hal tersebut dibutuhkan
mekanisme seleksi system irrigasi dengan pertimbangan kondisi biofisik, ekonomi dan
sosial. Sebutkan dan jelaskan paling tidak masing-masing lima hal yang perlu
dipertimbangkan secara biosisik, ekonomi dan sosial dalam seleksi system irrigasi!,
(7) Lakukan kajian pemilihan sistem irrigasi yang tepat dari lahan yang anda survey dengan:
Langkah 1: Apa yang ingin dicapai dalam irigasi?

2
Langkah 2: Bagaimana kondisi dan kendala di lahan yang akan diairi?
Langkah 3: Apa yang harus dipetimbangkan dalam memilih sistem irigasi?
Langkah 4: Apa yang harus dipertimbangkan dalam merancang dan mengelola sistem
Irigasi, dan berapa biayanya?
Langkah 5: Apakah keputusan sistem irigasi yang ditetapkan merupakan pilihan yang
terbaik untuk mencapai tujuan irigasi yang telah ditetapkan?;
(8) Buat / Gambar sketsa rancangan jaringan sistem irrigasi yang anda pilih, beserta komponen
dan nama komponen dalam sistem irrigasi tersebut!
(9) Tetapkan macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen irigasi tersebut yang
sebaiknya petani gunakan untuk mengambil air (diverting) dari sumber air dari hasil seleksi
sistem irrigasi yang saudara pilih.
(10) Tetapkan macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen irigasi tersebut yang
sebaiknya petani membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan pertanian (conveying) dari
hasil seleksi sistem irrigasi yang saudara pilih.,
(11) Tetapkan macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen irigasi tersebut untuk
mendistribusikan air kepada tanaman (distributing) dari hasil seleksi sistem irrigasi yang
saudara pilih.
(12) Tetapkan bagaimana petani sebaiknya mengatur dan mengukur aliran air (regulating and
measuring) yang telah ditetapkan kebutuhan airnya dari hasil seleksi sistem irrigasi yang
saudara pilih.
(13) Buat penjelasan empat prinsip praktek irrigasi yang baik di tempat irrigasi yang telah anda
rekomendasi! dan masing-masing prinsip direkomendasi cara mengaudit kinerjanya dalam
system irrigasi!
(14) Jelaskan apa saja yang perlu diperhatikan dalam manajemen irigasi agar dicapai prinsip
praktek irrigasi yang baik dari hasil seleksi sistem irrigasi yang saudara pilih? Jelaskan paling
tidak sepuluh aspek yang perlu diperhatikan!
(15) Lakukan kajian kondisi drainase dari lahan yang saudara observasi dengan pertimbangan
kemanfaatan bagi lahan yang diobservasi,
(16) Gambar desain system drainase yang tepat bagi lahan yang diobservasi dengan
mempertimbangkan kondisi relief mikro lahan melalui upaya land levelling dan
pembangunan serta penempatan field drain dan collector drain yang tepat,
(17) Lakukan analisa kemungkinan penggunaan air bawah tanah untuk sumber irigasi dengan
mempertimbangkan kemungkinan kedalaman water tabel, sifat akuifer, serta recharge
capacitynya. Berikan rekomendasi menurut analisis yang Anda buat.
(18) Lakukan wawancara tentang kelembagaan irrigasi yang ada ditempat yang saudara survey
dan buat rekomendasi agar kelembagaan irrigasi di lokasi survey menjadi lebih baik.
(19) Agar pembagian dan pemberian air dilakukan secara adil, tepat waktu sesuai dengan yang
dibutuhkan tanaman di petak tersier, maka perlu dilakukan Rencana Tata Tanam Global
(RTTG). Dengan data di Gambar 1, (1) Lakukan pengukuran debit di saluran primer
yang anda survey (beri foto saat pengukuran).(2) lakukan perhitungan debit air yang di

3
saluran ke Saluran Sekunder (SS) I, SS II, SS III, dan Saluran tersier di SS II-1, SS II-2 dan
SS II-3 dengan metode FPR. (3) Tetapkan rekomendasi apakah pengaliran air di Daerah
Irrigasi (DI) dilakukan secara bergiliran atau tidak!.

Kehilangan air di
saluran sekunder
tersier 20%
Penggunaan lahan di SS-
LPR = 920 ha pal. relatif
II-1 lihat di table sesuai
dengan urut absen kelas.
SS-I SS-II-1

SS-II
SS-II-2

LPR = 340 ha pal. relatif


Intake debit SS-II-3
Hasil SS-III
LPR = 330 ha pal. relaltif
l / detik

LPR = 1050 ha pal. relatif


Kehilangan air di
saluran primer 10%
Gambar 1: Daerah Irrigasi untuk rancangan RTTG

Tabel 1. Penggunaan Lahan di SS-II-1 untuk mahasiswa dengan no urut absen 1 s/d 44
dengan jenis tanah entisol (Aluvial), seluas 100 ha, dimana tanaman pada fase pertumbuhan
vegetative (umur 20 hari setelah tanam).
No absen Luas Penggunaan Lahan (ha)
Padi Tebu Polowijo butuh air Polowijo yang perlu sedikit air
1 100 0 0 0
2 85 5 5 5
3 70 10 10 10
4 55 15 15 15
5 40 20 20 20
6 25 25 25 25
7 10 30 30 30
8 0 30 35 35
9 95 5 0 0
10 90 10 0 0
11 85 15 0 0

4
12 80 20 0 0
13 75 25 0 0
14 70 30 0 0
15 65 15 10 10
16 60 20 10 10
17 55 25 10 10
18 50 20 15 15
19 45 15 10 30
20 40 30 20 10
21 35 35 10 20
22 30 40 15 15
23 25 40 20 15
24 20 40 20 20
25 15 40 20 25
26 10 50 20 20
27 5 60 15 20
28 0 60 20 20
29 90 0 5 5
30 80 0 10 10
31 70 0 15 15
32 60 0 20 20
33 50 0 25 25
34 40 0 30 30
35 30 0 35 35
36 20 0 40 40
37 10 0 45 45
38 0 0 50 50
39 90 5 0 5
40 80 10 0 10
41 70 15 0 15
42 60 10 10 20
43 50 15 10 25
44 40 10 20 30

KRITERIA PENILAIAN:

GRADE SKOR INDIKATOR KINERJA


Kurang >45-50 Tidak ada ide yang jelas untuk menyelesaikan masalah
Antara Cukup dan >5055 Ada ide yang dikemukakan, namun kurang sesuai dengan
Kurang permasalahan
Cukup >50-60 Ide yang dikemukakan jelas dan sesuai, namun kurang inovatif
Antara Baik dan Cukup >60 70 Ide yang dikemukakan jelas, mampu menyelesaikan masalah,
inovatif, cakupan tidak terlalu luas dan kurang dijelaskan
dengan baik
Baik >70- 75 Ide yang dikemukakan jelas, mampu menyelesaikan masalah,
inovatif, cakupan tidak terlalu luas,namun dijelaskan dengan
baik

5
Antara Sangat Baik dan >75- 80 Ide jelas, inovatif, dan mampu mengindentifikasi fakta
Baik lapangan dengan cakupan luas dan dijelaskan dengan baik
Sangat Baik >80 Ide jelas, inovatif, dan mampu mengindentifikasi fakta
lapangan dengan cakupan luas dan dijelaskan dengan sangat
baik
DAFTAR LOKASI SURVEI UNTUK TIAP KELAS

KELAS PILIHAN LOKASI YANG DAPAT DISURVEI*


Kota / Kabupaten Kecamatan
A Kota Malang Kecamatan Klojen
B Kota Malang Kecamatan Blimbing
C Kota Malang Kecamatan Kedungkandang
D Kota Malang Kecamatan Lowokwaru
E Kota Malang Kecamatanan Sukun
F Kota Batu Kecamatan Batu
G Kota Batu Kecamatan Bumiaji
H Kota Batu Kecamatan Junrejo
I Kabupaten Malang Kecamatan Dau
J Kabupaten Malang Kecamatan Bululawang
K Kabupaten Malang Kecamatan Karangploso
L Kabupaten Malang Kecamatan Lawang
M Kabupaten Malang Kecamatan Singosari
N Kabupaten Malang Kecamatan Kepanjen
O Kabupaten Malang Kecamatan Pujon
P Kabupaten Malang Kecamatan Pakis
Q Kabupaten Malang Kecamatan Tumpang
R Kabupaten Malang Kecamatan Poncokusumo
S Kabupaten Malang Kecamatan Ngantang
*) Atau Daerah Irrigasi (DI) di tempat tinggal mahasiswa di Luar Malang Raya

6
LEMBAR JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER TAHUN AKADEMIK
2016/2017 MATA KULIAH IRRIGASI DAN DRAINASE

Nama: Gunawan Wibisono


NIM: 155040201111025
Kelas: M
Lokasi Survey: (dusun, desa, kecamatan, kota/kabupaten) Dusun Sumberawan,
Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang
Nama Petani: Bu Juminto
Deskripsi Lokasi dan Kondisi Irigasi yang disurvey: Kecamatan Singosari
terletak pada ketinggian 487 mdpl dengan suhu rata-rata 22 C-32C serta curah
hujan rata-rata 349 mm per tahun. Dari segi administratif wilayah Kecamatan
Singosari terbagi dari 3 Kelurahan dan 14 Desa. Desa Toyomarto merupakan salah
satu desa yang termasuk dalam wilayah kecamatan Singosari kabupaten Malang
dengan luas wilayah kurang lebih 905 Ha. Sedangkan menurut batas wilayah desa,
maka desa Toyomarto terletak di sebelah selatan yang berbatasan dengan Gunung
Rejo Kecamatan Singosari, sebelah utara berbatasan dengan Ketindan Kecamatan
Lawang. Sebelah barat desa tersebut berbatasan dengan hutan Singosari, Ardimulyo
dan Candi Renggo di sebelah timur. Desa tersebut terdapat sawah yang ditanami
padi dengan luas 95 Ha, ada kebun teh seluas 250 Ha di Dusun Wonosari dan ladang
desa seluas 328 Ha yang dapat ditanami jagung, tebu dan jahe secara tunggal
maupun tumpang sari. Kondisi irigasi pada lokasi survey masih terbilang jaringan
irigasi sederhana kemudain menggunakan konsep irigasi permukaan tipe basin dan
komponen irigasi masih layak untuk digunakan tetapi masih butuh perawatan dan
mengorganisir agar dapat digunakan dengan efisien dan efektif.
Deskripsi Pola Pertanaman dalam setahun dan Tanaman yang
dibudidayakan: Lahan Bu Juminto termasuk milik orang lain yang sudah ada
kerjasama antar petani dan juragan. Lahan tersebut saat ini ditanam padi dan
seterusnya padi karena luas yang sekitar 2 ha dan lahan tersebut dibuat teras
bangku dan kadang beberapa petak lahan dirotasi dengan bawang merah, brungkul
dan cabai dengan membuat bedengan.

7
Foto Kondisi Lahan yang di survey:

Gambar 1. Lahan seluas 2 Ha dan padi berumur sekitar 20 hari dan termasuk
irigasi permukaan
Foto Kondisi aktual system irrigasi saat disurvey:

Gambar 2. Pintu air DAM Sumberawan II

Gambar 3. Pintu Air pada jaringan tersier dari Dam Sumberawan II

8
Gambar 4. Terdapat kanal terbuka pada jaringan sekunder

Gambar 5. Jaringan tersier dibagi 2 saluran menuju lahan

Gambar 6. Terdapat terjunan menuju jaringan tersier

9
Gambar 7. Pada jaringan tersier dan galengan masih terdapat gulma dan
penampang sawah masih tidak rapi
Jawaban:
Jawaban Soal no 1. Sketsa jaringan sistem irrigasi aktual dengan komponen sistem
irrigasi

Lahan padi dikelola


Bu Juminto D

PT
Pengambilan T
Bebas
S S2
S1 P D

Pintu Air
DAM Sumber
Rawan II
PS

PP

Keterangan :
P: Jaringan Primer
S: Jaringan Sekunder
T: Jaringan Tersier
D: Jaringan Drainase
S1: Sungai Induk
10
S2: Sungai
PP: Petak Primer
PS: Petak Sekunder
PT: Petak Tersier
Jawaban Soal no 2. Komponen system irrigasi dan fungsinya

No Nama Komponen Gambar / Foto Fungsi


1 DAM Air Irigasi Untuk Membuka air dan
mengambil air pada
saluran induk (Diverting)

2 Weir Untuk mempercepat aliran


air

3 Pintu Air Irigasi Untuk membagi air dan


menutup air irigasi
(Conveying)

11
4 Terjunan Untuk mempercepat aliran
irigasi

5 Kanal Terbuka Untuk mengaliri air dari


saluran induk

6 Jaringan Tersier Untuk membagi air pada


petak tersier
mendistribusikan ke
tanaman (Distributing)

Jawaban Soal no 3. Audit Jaringan sistem irrigasi dan Audit Sistem Irrigasi di
Lahan Pertanaman
3.1 Hasil Audit Jaringan Sistem Irrigasi
No Nama Komponen Permasalahan Solusi
1 Pintu DAM air irigasi Tidak Fungsional dan Harus ada pengelolaan
terbengkalai irigasi dari kelurahan
tersebut
2 Jaringan Sekunder Banyak sampah Harus diberi tanda
menumpuk peringatan untuk tidak
membuang sampah
12
3 Pintu Air Tersier Terdapat bekas sampah Harus diberi tanda
deterjen bekas mandi peringatan dilarang mandi
warga dan mencucui di saluran
irigasi
4 Kanal Terbuka Banyak sampai plastik Harus ada gotong royong
di dasarnya bersih-bersih kanal setiap
bulan
5 Jaringan Tersier Banyak sampah sampai Harus ada filter dari pintu
terbawa ke lahan air untuk menahan
pertanian sampah dengan membuat
bangunan sadap irigasi
3.1 Hasil Audit Sistem Irrigasi di Lahan Pertanaman
Jumlah air yang diterapkan terhadap kebutuhan tanaman dan kondisi tanah;
Jumlah air yang diirigasikan untuk memenuhi kebutuhan tanaman pada lahan
tersebut masih terbilang banyak dan terus tersedia, sebab daerah tersebut curah
hujannya tinggi dan pada daerah dataran tinggi. Kondisi tanah tersebut masih baik
untuk sementara namun perlu adanya istirahat tanah dan pengolahan maksimum di
awal tanam
Waktu aplikasi air irrigasi
Waktu memberikan air irigasi daerah tersebut terus menerus memberikan air karena
pintu irigasi tersebut terus terbuka dan pada lahan sawah teririgasi terus dan
mengakibatkan pencucian hara serta kejenuhan yang tinggi, tetapi saluran drainase
nya masih baik.
Keseragaman Aplikasi Air Irrigasi
Keseragaman masih belum bisa, karena petak sawah tersbeut masih belum rapi
walupun sudah menerapkan teras hulud dan pemberian air irigasi masih terbilang
belum merata. Hasil tersebut mungkin disebabkan tertutupnya saluran atau lubang
yang terdapat pada petak yang tertutup oleh sampah plastik.
Kehilangan Air Irrigasi
Kehilangan air irigasi pada lahan tersebut terus menerus tetapi adanya surplay air
terus menerus jadi lahan tersebut jenuh terus tetapi karena adanya air yang mengalir
terus menerus maka dapat membuat unsur haranya tercuci.

13
Jawaban Soal no 4. Lima kondisi / penyebab utama bahwa sistem irigasi yang
saudara survey tidak efektif dan tidak efisien
No Kondisi Penyebab
1 Pintu Air tidak Fungsional Tidak ada yang mengelola
Sehingga air terus mengalir
2 Jaringan sekunder banyak deterjen Banyak orang mencuci dan
mandi di saluran irigasi
3 Kanal pada jaringan sekunder kotor Banyak bekas plastik
deterjen dan sampah plastik
lainnya
4 Jaringan tersier kotor Tidak ada filter di pintu air
tersier
5 Petak tersier banyak gulma Terbawa oleh saluran
irigasi
Jawaban Soal no 5. Tujuan dan sasaran inovasi irrigasi di lokasi yang anda survey
Tujuan:
Untuk mengetahui kondisi aktual jaringan irigasi beserta komponennya dan
memberikan evaluasi dan solusi dengan memberikan tambahan banguan dan
pembenahan saluran irigasi agar efektif dan efisien
Sasaran:
Sasaran inovasi irigasi yaitu memberikan pemberian air yang tepat, teratur dan
seragam dengan cara membuat bangunan yang mendukung agar air bersih dan dapat
digunakan dengan tepat waktu.
Jawaban Soal no 6.
Dua inovasi system irrigasi yang diajukan:
a. Pendirian lembaga yang jelas pada penggunaan air irigasi tersier
b. Pemanfaatan dan penambahan komponen yang tepat dan sanitasi komponen
irigasi
Pertimbangan Seleksi Irrigasi
Peritimbangan biofisik:
c. Kondisi jenis tanah pada lahan tersebut
d. Ekologi daerah irigasi dan lahan
e. Rata-rata pendidikan petani
f. Pola tanam petani
g. Sistem Tanam Petani
14
Peritimbangan ekonomi
a. Pendapatan petani
b. Dana bantuan pemerintah
c. Modal petani
Pertimbangan sosial
a. Kelompok tani
b. Kehidupan masyarakat sekitar
c. Budaya masyarakat
d. Pola pikir petani
Jawaban Soal no 7. Seleksi system irrigasi
7.1 Masalah sistem irrigasi dan Solusinya
7.1.1 Masalah yang ada dalam sistem Irigasi di lahan pertanaman (dukung
foto)

Gambar 8. Kotornya jaringan irgasi tersier

Gambar 9. Pintu air tidak fungsional dan digunakan untuk mencuci

15
Gambar 10. Kecilnya air yang mengalir pada gorong-gorong pada salah satu
petak lahan
Menurut Bu Juminto pada lahan tersebut tidak ada masalah tentang irigasi,
dikarenakan pada lahan tersebut (padi) tidak pernah kering dan air terus mengalir,
mungkin bisa dilihat curah hujan daerah tersebut sangat panjang. Kemudian cuman
pada lahan tersebut banyak sampah di lahan yang dekat dengan pintu air tersier dan
perlu adanya sanitasi. Cuman metode pengorganisasian distribusi air masih
mengandalkan teras atau perbedaan ketinggian dan pembagian air kadang merata
dan tidak efisien. Kemudian tidak ada pengaturan dan mengukur aliran air di petak
tersier tersebut.
7.1.2. Solusi terhadap masalah dari petani:
Solusinya pada sistem irigasi tersebut maka harus ada gotong royong tiap minggu
atau tiap bulan untuk melakukan sanitasi sepanjang jaringan irigasi, serta membuat
perturan daerah yang melarang membuang sampah dan memberikan tanda larangn
didekat pintu air dan dekat jarignan irigasi agar tidak terlalu banyak sampah, untuk
keseragaman maka pembagian dari petak lahan ke petak harus memperbaiki pada
tepi sawah dan memperlebar lubang supaya air bisa mengalir dan tidak tetahan di
salah satu petak sawah. Membangun bangunan sadap irigasi agar dapat menyaring
air sebelum masuk ke sawah. Membangun bangunan ukur untuk melihat debit dan
penggunaan air tiap jaringan tersier.
7. 2. Kondisi dan Kendala Lahan
7.2.1. Kondisi sistem irigasi
Kondisi sistem irigasi aktual masih terbilang layak dan masih bisa digunakan tetapi
karena ada sampah sisa deterjen dapat membuat kendala bagi produksinya dan
dapat menimbulkan degradasi lahan. Serta masih tidak ada mengorganisir
pemberian air, air irigasi dibiarkan mengalir terus. Karena lahan tersebut digunakan 16
pertanian secara intensif. Dan komponen irigasinya masih terbilang masih minim
dan tidak fungsional. Serta tidak ada pengaturan pemberian air dan mengukur air
supaya tidak ada air yang terbuang sia-sia.
7.2.2. Kondisi lahan pertanian saat ini dan kendalanya
jenis tanah: Alluvial
bentuk petak lahan pertanian: petak miring
penghambat fisik di lahan: banyak sampah plastik
hambatan topografi: tidak ada
hambatan vegetasi: banyak gulma
kemungkinan mendapat akses aliran listrik: dapat
hambatan drainase permukaan / drainase dalam: tidak ada
Kondisi sumber air dan kecukupan air: masih kecukupan
Kualitas Air: masih agak jernih
Isu-isu daerah tangkapan air: tidak ada
7.2.3. Kinerja sistem irigasi: Peluang dan hambatan untuk perbaikan atau
mengganti system irigasi yang baru
Kebutuhan air tanaman: tidak ada hambatan
Kontribusi air hujan terhadap kebutuhan air tanaman: tidak ada hambatan
Kebutuhan air irrigasi: tidak ada hambatan
Kecukupan air terhadap lahan yang tersedia: tidak ada hambatan
Efisensi: pemanfaatan air irrigasi: masih bisa dimanfaatkan maksimal pintu airnya
Tingkat produktivitas lahan: masih bisa berpeluang sesaat tetapi kedepannya akan
menurun karena banyak bahan yang merusak tanah
Saran perbaikan kinerja irrigasi: Saran membuat SOP untuk semua petani
pemakai air dan mengadakan sosialisasi tentang penggunaan air dan pemanfaatan
pintu air
7. 3. Pilihan irigasi yang dipertimbangkan
7.3.1. Macam pilihan
a. Irigasi permukaan basin
b. Irigasi permukaan border
c. Irgiasi permukaan furrow
17
7.3.2. Kelebihan dan keterbatasan dan biaya relatif diantara sistem irigasi
yang dipilih
a. Irigasi permukaan basin
Lahan dibagi menjadi petakan-petakan kecil yang hampir datar. Pematang
sekeliling petakan dibentuk untuk menahan air irigasi supaya tergenang di petakan
dan berinfiltrasi. Dalam irigasi padi sawah atau untuk keperluan pencucian garam
tanah (leaching) diperlukan tinggi genangan tertentu selama periode tertentu,
sehingga pemberian air biasanya kontinyu. Pada irigasi basin padi sawah dengan
konsolidasi lahan bentuk petakan dibuat teratur segi-empat, sedangkan tanpa
konsolidasi lahan bentuk petakan mengikuti garis kontur alami. Check basin cocok
untuk lahan berkemiringan landai dan seragam dengan infiltrasi sedang sampai
rendah. Untuk lahan berkemiringan curam memerlukan tata-letak dan leveling yang
berat dan susah.
b. Irigasi permukaan border
Border dapat dibuat sepanjang kemiringan lahan (lurus searah lereng) atau
melintang kemiringan menurut garis kontur. Jika lahan dapat diratakan (land
grading) dengan kemiringan tertentu secara ekonomis dan tanpa mempengaruhi
produktivitasnya, maka border berlereng (graded border) lebih mudah dalam
pembuatan dan operasinya. Tetapi jika kemiringan lahan melebihi batas aman atau
bergelombang, sehingga perataan menjadi sulit, maka border dapat dibangun
melintang lereng yang disebut dengan border kontur (contour border). Tanaman
yang cocok dibudidayakan dengan metoda ini adalah tanaman berjarak tanam rapat
(close-growing crop) seperti alfafa, rumput-rumputan, biji-bijian dan tanaman
palawija lainnya.
c. Irgiasi permukaan furrow
Air irigasi diberikan melalui parit kecil dalam alur antar tanaman. Air irigasi
meresap ke dalam tanah dan menyebar lateral dan vertikal membasahi tanah antar
alur. Air irigasi dialirkan dengan saluran terbuka atau flume, seterusnya dialirkan
ke alur melalui pipa siphon. Dapat pula air irigasi dialirkan dengan pipa berpintu
geser (slide gated pipe). Untuk mendapatkan head yang cukup biasanya saluran
lapangan dibuat di atas lahan pada timbunan dengan menggunakan pelapis untuk
mengurangi rembesan atau dengan menggunakan bangunan kontol muka air di
18
sebelah hilir. Selain untuk keperluan irigasi, alur juga berfungsi juga sebagai sarana
drainase terutama pada musim hujan. Pola pembasahan pada tanah bertekstur pasir
cenderung ke arah vertikal, sedangkan pada tanah bertekstur liat cenderung ke arah
horizontal. Pola pembasahan ini akan menentukan jarak antar alur. Variabel
dominan yang mempengaruhi laju aliran di dalam alur adalah debit aliran, laju
infiltrasi, ukuran dan bentuk penampang basah alur, kemiringan dan tahanan
hidrolik (kekasaran permukaan). Kriteria untuk mendapatkan pola resapan air
irigasi yang seragam sepanjang alur adalah sama seperti pada irigasi border, yakni
waktu kesempatan untuk berinfiltrasi.
7.3.3. Pertimbangan Pilihan Irrigasi
Pilihan
Faktor kunci Pilihan
Pilihan 1 3 Kebutuhan
yang perlu 2
(Irigasi (Irigasi Komntar informasi
dipertimbangk (Irigasi
Basin) Furrow lanjutan
an Border)
)
Apakah
pilihan
tersebut
memenuhi Ketiga
kebutuhan irigasi
yang ada ingin permukaan
Iya Iya Iya
capai (tujuan tersebut
dan target) sama-sama
dalam cocok
merancang
dan mengelola
Irigasi?
Agak Tidak
Curam
Kenampakan curam curam
Lahan Vertiso
Vertisol Irigasi basin
Pertanian Vertisol, l,
, yang masih
- Topografi Alluvial Alluvia
Alluvial cocok karna
- Tipe Tanah l lahan
- Ukuran
1-5 ha 1-3 ha 1 ha < tersebut agak
Lahan
Persegi, Kontour Lurus curam
- Bentuk
Lahan lingkara dan dan
n, lingkara Kontou
kontour n r

19
- Pohon di
Lahan Tidak
Bisa Bisa
(remnant bisa
vegetation)

Tanaman yang
di Pangan Padi Pangan
budidayakan Ketiga
- Tanaman irigasi sama-
Palawij
rotasi 1 Palawija Alfafa sama cocok
a
- Tanaman untuk
rotasi 2 Tebu Tebu tanaman padi
- Tanaman atau Palawij atau
rotasi 3 Buah- a Buah-
buahan buahan
Pertimbangan
Masih perlu
Air Baik Baik Baik banyak data
- Penyediaan
dan metode
(Supplay)
Baik Baik Baik yang harus
- Ketersediaan
dipertimbangk
(availability) Baik Baik Baik an
- Kualitas
Obligasi
Daerah Tidak
Tangkapan Dapat Dapat Dapat memerlukan
Kebutuhan ijin perizinan,
perencanaan : dan daerah
Tidak Tidak Tidak
- earthworks tersebut
dapat dapat dapat
- remnant veg. memaklumi
removal pendidikan
- farm effluent Dapat Dapat Dapat para petani
management
Pertimbangan
Manajemen
Managemen Cukup
Baik Baik yang baik
- Asesibilitas Baik yaitu pada
lahan
pada irigasi
pertanian
Cukup basin dan
- Irrigation Baik Baik
Baik furrow
scheduling
karena masih
- Ketersediaan Cukup
Baik Baik mudah untuk
tenaga Kerja Baik pengolahann
- Manajemen
Baik Baik Baik ya
Tanaman

20
Pertimbangan Modal paling
Cukup
biaya Baik Baik murah
baik
- Biaya Modal adalah pada
- Biaya Cukup irigasi basin
operasional Baik Baik
baik yang
- Ketersediaan mengandalka
Finansial n gravitasi
Baik Baik Baik dan saluran
untuk audit
irgigasi garis miring
Apakah anda Informasi
membutuhkan lebih akan
informasi lain memudahkan
dalam mengidentifika
perencanaan, si secara
Iya Iya Iya
rancangan, komplek
biaya, dan seperti
manajemen pendapatan,
pada sistem sosial dan
yang berbeda? budaya petani.
Keputusan sistem irrigasi yang dipilih:
Irigasi basin, karena pada lahan tersebut memiliki topografi yang sedikit curam dan
luas lahan yang sangat besar, dari kategori tersebut dilihat dari beberapa aspek pada
irigasi. Lahan dibagi menjadi petakan-petakan kecil yang hampir datar. Pematang
sekeliling petakan dibentuk untuk menahan air irigasi supaya tergenang di petakan
dan berinfiltrasi. Dalam irigasi padi sawah atau untuk keperluan pencucian garam
tanah (leaching) diperlukan tinggi genangan tertentu selama periode tertentu,
sehingga pemberian air biasanya kontinyu. Ukuran basin beragam mulai dari 1 m2
sampai 1 atau 2 ha. Jika lahan dapat didatarkan secara ekonomis, maka bentuk basin
biasanya segi-empat. Tetapi jika topografinya bergelombang maka pematang
dibuat mengikuti kontur. Biasanya beda elevasi antar pematang bervariasi dari 15
~ 30 cm untuk tanaman padi. Ukuran basin tergantung pada debit yang tersedia,
ukuran pemilikan lahan dan karaktersitik infiltrasi. Untuk irigasi basin padi sawah
dengan konsolidasi lahan bentuk petakan dibuat teratur segi-empat.
7.4 Kebutuhan dalam Perencanaan, Perancangan dan Manajemen sistem
Irigasi, dan etsimasi biayanya terhadap irrigasi yang terpilih
Kebutuhan perencanaan untuk membangun bangunan sadap, bangunan ukur dan
perawatan sistem irigasi maka harus ada bantuan dari pemerintah atau dana APBD
daerah setempat untuk dinas pengairan. Kemudian untuk memanajemen irigasi
21
pada petak tersier maka harus ada kelompok tani dan lembaga yang mengatur dan
mengawasi sehingga dapat terkontrol semua pemberian irigasinya serta tidak semua
pemberiannya efisien. Estimasi biaya tersebut tidak memerlukan biaya yang terlalu
besar karena sudah ada topografi dan cuman mengandalkan aliran air sehingga tidak
perlu memerlukan biaya yang besar untuk membuat mengambil air
7.5. Argumen keputusan sistem irigasi yang ditetapkan merupakan pilihan
yang terbaik untuk mencapai tujuan irrigasi yang telah ditetapkan
Harus adanya pengelolaan efisiensi jaringan irigasi ditunjukkan oleh nilai koefisien
PIA, PIR dan PAR. PIA menunjukkan nisbah antara pasok irigasi dengan luas lahan
terairi, dalam hal ini semakin kecil nilai PIA maka efisiensi manajemen akan
semakin besar. Sementara itu PIR atau disebut juga Relative Irrigation Supply (RIS)
menunjukkan nisbah antara pasok irigasi total dengan kebutuhan air tanaman, dan
PAR atau Relative Water Supply (RWS) merupakan nisbah total pasok air (irigasi
ditambah curah hujan efektif) terhadap kebutuhan air tanaman. Serta Efektifitas
pengelolaan jaringan irigasi ditunjukkan oleh nisbah antara luas areal terairi terhadap luas
rancangan. Dalam hal ini semakin tinggi nisbah tersebut semakin efektif pengelolaan
jaringan irigasi.
Masih rendahnya kinerja pengelola yang ditinjau dari derajat kepuasan anggota
antar alain disebabkan kurangnya kepekaan, pengetahuan dan keterampilan
pengelola irigasi pada petak tersier dalam memahami/mengikuti dinamika iklim
sehingga cenderung menetapkan jadwal pola tanam yang relatif rutin. Hal itu
dilakukan karena etani mengasumsikan bahwa secara kuantitas, sumberdaya air
selalu cukup dan memenuhi persyaratan. Kenyataannya sering terjadi ketidak
cukupan, ketidak tepatan, ketidak adilan dalam pembagian air. Akibatnya dalam
kurun waktu kedepannya akan membuat petani gagal panen sehingga produktivitas
usahatani menurun. Salah satu solusi yang disarankan adalah perlunya menyusun
pola tanam yang berbasis pada kondisi dinamika iklim, serta mengaktifkan lembaga
perkumpulan petani pengguna air irigasi.

22
Jawaban Soal No 8: Sketsa rancangan jaringan system irrigasi

Keterangan :
: Bangunan pembagi
: Bangunan ukur
: Bangunan terjunan
: Bangunan sadap
Jawaban Soal No 9: Macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen
irigasi tersebut yang sebaiknya petani gunakan untuk mengambil air (diverting) dari
sumber air
Komponen Kegunaan komponen
No Gambar
system irrigasi sistem irrigasi

Untuk mempercepat
1 Weir
aliran air

Untuk mengalirkan
2 Undersluice
air secara gravitasi

23
Bangunan Untuk mebuka
3
penangkap air saluran air

Untuk mempercepat
4 Bendung
aliran air dari DAM

Jawaban Soal No 10: Macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen
irigasi tersebut yang sebaiknya petani membawa/mengalirkan air dari sumber ke
lahan pertanian (conveying)
Komponen
Kegunaan komponen
No system Gambar
sistem irrigasi
irrigasi

Untuk membagi air


Bangunan agar kecukupan dan
1
Bagi keseragaman air
terjaga

Bangunan Untuk mempercepat


2
Terjunan aliran air

Bangunan Untuk mengukur air


3
Ukur irigasi

24
Kanal Untuk membawa air
4
Terbuka irigasi

Bangunan Untuk menyadap air


5
Sadap dan menyaring air

Jawaban Soal No 11: Macam komponen sistem irrigasi dan kegunaan komponen
irigasi tersebut untuk mendistribusikan air kepada tanaman (distributing)
Komponen Kegunaan
No system komponen sistem Gambar
irrigasi irrigasi

Gorong- Untuk
1 gorong mendistribusikan ke
PVC lahan

Saluran Untuk mengalirkan


2 Garis air dari petak ke
miring petak lain

Jawaban Soal No 12: Petani sebaiknya mengatur dan mengukur aliran air
(regulating and measuring) yang telah ditetapkan kebutuhan airnya.
Rekomendasi:
Sebaiknya membangun bagunan ukur dan bangunan sadap agar dapat mengatur
kebutuhan air perlahan dan memberikannya dengan tepat waktu. Dan harus ada
lembaga yang mengatur keseragaman, koefisien dan indek irgasi agar air yang
25
diberikan tanaman efisien dan efektif. Serta memerhatikan drainase yang
fungsional agar air dapat memenuhi kebutuhan tanaman tiap fasenya, jadi petani
harus memahami kebutuhan air tanaman padi dan strategi pemberiannya, berikut
adalah strategi pemberian air irigasi pada tanaman padi;
1. Saat proses penanaman bibit baru, sebaiknya kondisi air di sawah dalam keadaan
macak-macak. Hal tersebut dimaksudkan agar memudahkan para petani dalam
menanam bibit padi. Selanjutnya secara bertahap tanaman digenangi air setinggi
2-5 cm. Kondisi ini dibiarkan sampai 10 hari, karena selama waktu 10 hari
tersebut bibit yang telah dicabut mengalami stress akibat terkena terik matahari,
Penggenangan air ini bertujuan untuk mengurangi stress akibat terik matahari.
Setelah lebih dari 10 hari setelah tanam, air dibiarkan sampai kondisi macak-
macak kembali sampai 14 hst. Saat inilah waktu yang pas untuk pemberian
pupuk yang pertama.
2. Sekitar 2 hari setelah pemupukan sawah kembali digenangi air setinggi 3-5 cm.
Begitu seterusnya dengan selang waktu yang sama.
3. Setelah memasuki vase generatif, maka sebaiknya tanaman selalu digenangi air
setinggi 3-5 cm. Tapi, hal ini pun tak mutlak harus dilakukan. Tanaman juga
masih bisa di biarkan dalam keadaan macak-macak. Pada fase generativ ini
tanaman membutuhkan air dalam jumlah yang banyak untuk pengisian bulir
padi.
4. Memasuki usia 10-14 hari sebelum masa panen, sawah dibiarkan dalam kondisi
macak-macak sampai kering. karena apabila dalam kondisi tersebut tanaman
digenangi air maka hasil panen padi akan kurang bagus.
Jawaban Soal No 13:Penjelasan empat prinsip praktek irrigasi yang baik! dan
masingmasing prinsip direkomendasi cara mengaudit kinerjanya dalam system
irrigasi!
a. Prinsip 1: Correct Depth
Cara mengaduditnya
Kedalaman perakran yang dimana air irigasi dapat menyediakan air pada
kedalaman akar yang efektif sehingga pemberiannya dapat sesuai, maka untuk
mengauditnya dengan cara tersebut:
1. Menghitung air tersedia bagi tanaman
26
2. Menentukan jenis tanahnya
3. Menentukan luasannya
Maka dari data tersebut bisa mengetahui kebutuhan air tanaman dalam luasan
tertentu dan pemberiannya sudah efektif dengan kedalaman akar tanaman, dan
dapat dihitung jumlah air yang diberikan dalam estimasi waktu yang terjadwal.
b. Prinsip 2: Correct Timing
Cara mengaduditnya
Pemberian air irigasi dengan waktu yang tepat dimana tiap fase tanaman membutuh
kan dengan debit yang berbeda serta melihat cuaca dan tersedianya air, maka kita
dapat memberikan air dimana tamanan membutuhkan air dengan memperhatikan
cuaca. Untuk mengauditnya bisa dengan cara memperhatikan beberapa faktor
berikut:
1. Memperhatikan faktor iklim, tingkat kelembaban tanah dan karakteristik
tanaman
2. Menentukan evapotranspirasi dengan
a. Jenis tumbuhan
b. Tahap pertumbuhan
c. Cuaca
d. Tersedia air dalam tanah
e. Kualitas air
3. Faktor iklim yang memperngaruhi evapotaranspirasi
a. Radiasi matahari
b. Kelembaban relatif
c. Suhu udara
d. Kecapatan angin
4. Teknik mengestimasi penggunaan air dengan aplikasi CropWat
5. Menentukan kriteria jadwal irigasi
Dari data diatas memperhatikan cuaca dan kebutuhan air tiap fase, maka akan ada
output jadwal irigasinya yang tepat.
c. Prinsip 3: Uniform Application
Cara mengaduditnya

27
Pemberian air irigasi harus merata di setiap petak lahan sawah mendapatkan air,
sehingga tidak ada kekurangan air dan kelebihan air, untuk mengauditnya bisa
dengan cara berikut ini:
1. Menghidari kelebihan air
2. Menhitung koefisien keseragaman (CU, DU, SC)
Dari data tersebut maka kita bisa menentukan keseragaman air yang diberikan dari
irigasi permukaan tersebut dan jika tidak seragam maka kita harus membuka tutup
pintu airnya dengan debit 160 l/det pada jaringan primer dari hasil perhitungan.
d. Prinsip 4: No losses
Cara mengaduditnya
Supaya kehilangan airnya dapat dilihat dan dipantau maka kita harus melihat air
diterapkan pada zona akar tanaman tanpa kehilangan akibat limpasan permukaan,
drainase dalam, kurang efektifnya cakupan irrigasi dan penyebab lainnya. Maka
kita dapat mengauditnya dengan cara beriku:
1. Mengitung Indeks Irrigation
2. Menggambar infiltrasinya
Jawaban Soal No 14:Penjelasan 10 aspek yang perlu diperhatikan dalam
manajemen.irigasi agar dicapai prinsip praktek irrigasi yang baik
1. Batas yurisdiksi
Konsep batas yurisdiksi dapat memberi arti batas otoritas yang dimiliki oleh suatu
lembaga dalam mengatur sumber daya. Dalam kasus pengelolaan wilayah sungai,
maupun pengelolaan irigasi, batas yurisdiksi juga menunjukkan hal penting
bagaimana suatu institusi menentukan siapa yang tercakup dan apa yang diperoleh.
Kegunaan air dipengaruhi oleh dimensi lokasi, waktu dan kualitas tertentu. Maka
faktor yang menentukannya seperti, keadaan tanah, iklim, dan musim akan
mempengaruhi nilai dari investasi irigasi yang dibangun dan karenanya akan
menentukan tingkat keinginan masyarakat pengguna air yang bersangkutan (users
willingness to pay). Oleh karenanya, air harus diberi harga yang sebanding dengan
biaya marjinal penyediannya yang meliputi opportunity cost dari sumber daya
lainnya yang digunakan untuk maksud tersebut (modal, tenaga kerja dan lahan).

28
2. Hak kepemilikan
Aspek ini mengandung muatan sosial yang diatur hukum, adat dan tradisi, atau
kesepakatan antar anggota masyarakat dalam hal kepentingannya terhadap sumber
daya (air). Implikasinya adalah : (a) hak individu merupakan kewajiban orang lain,
dan (2) kepemilikan yang jelas dapat memudahkan individu/masyarakat untuk
akses dan kontrol terhadap sumber daya. Hak akan air pada kelembagaan irigasi
dapat merefleksikan hak yang diterima petani, yaitu memperoleh air pada saat
dibutuhkan dengan jumlah dan kualitas tertentu, serta membayar kewajiban yang
telah disepakati.
3. Aturan representasi
Aspek ini dipandang penting untuk meningkatkan efisiensi dalam operasional.
Keputusan apa yang diambil dan apa akibatnya terhadap kinerja akan ditentukan
oleh kaidah representasi yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan
kolektif. Efektivitas pengambilan keputusan ini juga dipengaruhi oleh kinerja dan
status kelembagaan yang terkait seperti, Panitia Irigasi, Bamus, P3A/P3A
Gabungan, dan Ulu-Ulu. Di tingkat paling bawah, para petani yang menjadi
anggota P3A diwakili oleh pengurus P3A terutama dalam berhadapan dengan luar
kelompok, misalnya dengan staf PU Pengairan. Salah satu faktor yang
menyebabkan lemahnya partisipasi petani dalam membayar iuran P3A dan
rendahnya pengakuan terhadap eksistensi pengurus P3A adalah karena kurang
mempertimbangkan aspirasi dari petani. Dilanggarnya aturan representasi
mengakibatkan kinerja institusi P3A kurang optimal. Hal ini menunjukan bahwa
bahwa unsur representativeness pengurus P3A yang diikuti dengan pemahaman
terhadap aturan dan nilai dari tujuan organisasi akan mendorong akselerasi
kemandirian P3A
4. Pengunaan Air dan estimasi biaya
Penggunaan air disetiap petak tersier maka P3A harus memperhatikan dimana air
yang diberikan harus adil dan merata, selain itu para pengguna air ini harus
mengadakan rapat dan pertemuan agar dalam petak tersier dapat dapat berkejasama
dalam menggunakan air, selain luasnya terbilang cukup luas maka para pengguna
air wajib mengetahui info terbaru. Selain itu penggunaan air yang efisien dan efektif
juga harus diterapkan, dengan menjaga komponen irigasi dan membuatnya menjadi
29
fungsional sehingga air yang diberikan tidak terbuang sia-sia dan lahan tidak terairi
air terus menerus.
Contoh yaitu masyarakat setempat yang pada musim tertentu tidak menggunakan
air irigasi Karena mereka menanam tanaman yang tidak memerlukan air banyak,
seperti palawija misalnya. Meskipun sistem jaringan yang telah terbangun
merupakan sistem teknis namun pemanfaatannya hanya pada dua musim tanam
untuk padi. Sisanya dimanfaatkan untuk tanaman palawija yang tidak
menggunakan air banyak, termasuk pemberian air denga penyiraman yang tidak
dilakukan. Hal ini disebabkan petani setempat yang menilai lebih efektif dengan
hasil yang lebih optimal. Mereka menilai jika dipaksakan tiga kali musim tanam
mempunyai nilai resiko yang lebih besar.
5. Operasi dan pemeliharaan
Operasi ini berguna untuk memantau lahan dan komponen irigasi, sehingga jika ada
kendala yang menghambat maka dapat diatasi dengan musyawarah dan memantau
siapa saja yang menggunakan air ini dan lahan siapa saja yang teralirkan irigasi ini,
dengan itu kita dapat meminimalisir adanya hambatan. Selain itu pemeliharaan
komponen irigasi pada petak primer, sekunder dan tersier maka kita dapat
menggunakannya secara maksimal, dan pemeliharaan harus ada setiap kurun waktu
minggu atau bulanan, secara tidak langsung penggunaan air ini tidak terhambat
adanya komponen irigasi yang rusak.
6. Sistem irigasi sebagai system common pool resources
Dilihat dari karakteristik sumberdayanya maka sumber air dan segala
aspek pemanfaatannya bersifat sumberdaya milik bersama (common pool resource)
dan polisentris (Ostrom, 1990). Sifat tersebut sulit membatasi orang untuk
memanfaatkannya, biaya pembatasnya (exclusion cost) menjadi tinggi,
pengambilan suatu unit sumberdaya akan mengurangi kesediaan bagi pihak lain
untuk memanfaatkannya (substractibility atau rivalry). Akibatnya setiap individu
berupaya menjadi penumpang bebas (free rider), memanfaatkan sumberdaya tanpa
bersedia berkontribusi terhadap penyediaannya atau pelestariannya dan rentan
terhadap masalah eksploitasi berlebih atau kerusakan sumberdaya.
Kebijakan ini tidak selalu berhasildilakukan pada sumberdaya milik negara, karena
pengelola tidak dapat mengatasi:
30
1. Biaya transaksi yang tinggi dalam penegakan aturan atau penjagaan
sumberdaya, seperti biaya pengawasan, personil, dsb, sehingga penumpang
bebas (free rider) tidak dapat dikontrol;
2. Tindakan oportunis (opportunistic behavior) berupa perburuan rente (rent-
seeking) oleh aparat pengawas lapangan.
7. Sistem irigasi sebagai suatu sistem sosio-kultural masyarakat
Sistem irigasi sebagai suatu sistem sosio-kultural masyarakat saling bergantung
secara erat dalam suatu keadaan ketersediaan air yang dinamis baik secara spasial
maupun temporal. Sistem irigasi tergantung pada: (i) azas legal dan tujuan
manajemen yang jelas; (ii) modal (aset) dasar yang kuat; dan (iii) sistem manajemen
yang handal untuk dapat mewujudkan tujuan manajemen yang telah disusun
lengkap dengan kriteria keberhasilannya.
Aspek budaya merupakan aspek yang paling menentukan karakteristik dan sifat
dari system jaringan. Aspek ini tidak hanya berkaitan dengan masalah teknis tetapi
seringkali berkaitan dengan masalah tradisi atau bahkan religi/keyakinan. Seperti
halnya di daerah Bali yang terkenal dengan sistem irigasi Subak, aturan mengenai
hak dan kewajiban anggota didasarkan pada keyakinan mereka serta tidak hanya
berkaitan dengan pembagian air irigasi. Akan tetapi juga mengenai upacaraupacara
adat yang sudah menjadi kebiasaan atau tradisi turun temurun masyarakat setempat.
Dalam perancangan atau pembuatan sistem irigasi juga tidak lepas dari aspek
budaya setempat. Setiap daerah mempunyai keunggulan dan ketiadaan sesuatu. Hal
ini yang bias menimbulkan pengaruh karakteristik irigasi yang khas. Seperti budaya
masyarakat setempat yang terkenal untuk memanfaatkan batu sungai (watu kali)
sebagai salah satu komoditas masyarakat setempat yang mempunyai nilai jual lebih
tinggi sehingga pengguanaan batu sungai tidak silakukan pada masyarakat sekitas
muntilan.
8. Pendekatan ekosistem dan keberlanjutan
Ekosistem DAS merupakan sistem yang kompleks dan melibatkan berbagai
komponen biogeofisik, sosial ekonomi dan budaya yang saling berinteraksi satu
dan lainnya. Kompleksitas ekosistem DAS mempersyaratkan suatu pendekatan
pengelolaan yang bersifat multi-sektor, lintas daerah, termasuk kelembagaan
dengan kepentingan masing-masing serta mempertimbangkan prinsip-prinsip
31
saling ketergantungan. Selain itu sebagai sistem utuh maka pengelolaannya tidak
mungkin didasarkan kepada satu atau beberapa undang-undang yang sejenis.
9. Membangun institusi manajemen yang baik
Institusi membutuhkan anggota-anggota yang memiliki informasi yang baik dan
yang mempunyai apresiasi luas tentang isu-isu alokasi sumber air. Pelatihan adalah
hal esensil, namun pelatihan butuh variasi sesuai jenis institusi. Penasehat teknis
professional memerlukan kursus pelatihan formal, misalnya manajemen tanah
basah dan perencanaan sumber air, sedangkan masyarakat local dilatih tentang
keterlibatan di dalam aktivitas lokal seperti partisipasi penilaian desa atau
kunjungan ke demonstrasi proyek. Satu faktor yang dapat membatasi efektifitas
keterlibatan masyarakat di dalam proses manajemen ialah ketidak-percayaan atau
konsep keliru terhadap perhatian dan aspirasi mereka yang tidak dipahami dengan
baik (Smith, 1995). Istilah yang sangat samar publik umum sering dipakai oleh
pihak otoritas untuk mendefinisikan setiap orang lain, yang berimplikasi ke sikap
kami dan mereka. Jika publik umum diganti dengan masyarakat setempat,
mereka menjadi pemilik tanah, pemakai dan individu yang bersama dengan
asosiasi sungai, danau atau tanah perairan.
10. Menjamin akses yang baik
Akses irigasi yang baik merupakan air irigasi yang digunakan secara terorganisir
dari jaringan induk sampai jaringan tersier, untuk mengorganisir harus ada
kerjasama P3A jaringan primer, kerjasama tersebut harus ada isi tentang jalur
irigasi dan skema dari jaringan irigasi sampai jaringan drainase.
Jawaban Soal No 15 : Hasil kajian kondisi drainase dari lahan yang saudara
observasi dengan pertimbangan kemanfaatan bagi lahan yang diobservasi, Kondisi
drainasi lahan (Lengkapi dengan Foto):

Gambar 11. Jaringan Drainase pada Petak Sekunder 32


Gambar 12. Jaringan Drairnase pada Petak Tersier
Saluran Drainase pada lahan tersebut cukup baik dan masih layak pada jaringan
sekunder menuju jaringan tersier, tetapi pada jaringan tersier, saluran drainase nya
masih buruk karena air yang keluar dari gorong-gorong petak lahan masih tersendat
karena ada penumpukan atau penyempitan pada gorong-gorong tersebut.
Rekomendasi untuk mengatasinya maka dibuatnya pipa setiap gorong-gorong petak
sawah tersebut sehingga tanahnya tidak tertutup, dari cara tersebut dapat
menimilisir terjadinya penumpukan tanah di gorong-gorong.
Jawaban Soal No 16 : Gambar desain system drainase yang tepat bagi lahan yang
diobservasi dengan mempertimbangkan kondisi relief mikro lahan melalui upaya
land levelling dan pembangunan serta penempatan field drain dan collector drain
yang tepat,:
Gambar Design

D2

D1 S

D2

Penjelasan Gambar
D1: Jaringan drainase pada petak sekunder 33
D2: Jaringan drainase pada petak tersier
S: Sungai
: Pada petak tersier tersedia pintu drainase
Dari gambar tersebut adalah rekomendasi pembuatan drainase dari petak sekunder
dan petak tersier, pada petak sekunder air yang mengalir dari jaringan primer ketika
pintu menuju petak tersier ditutup maka air akan terdrainase ke sungai, kemudian
pada petak tersier jika air sudah tercukupi maka akan mengalir ke sungai dengan
membuka pintu drainase yang tersedia di petak tersier, jika air masih kekurangan
air maka pintu pada petak tersier bisa ditutup.
Jawaban Soal No 17: Analisa kemungkinan penggunaan air bawah tanah untuk
sumber irigasi dengan mempertimbangkan kemungkinan kedalaman water tabel,
sifat akuifer, serta recharge capacitynya.
Hasil Analisis:
Daerah Desa Toyomarto termasuk jenis Akuifer bebas karena mempunyai bidang
bagian atas berupa zona tidak jenuh air dan dibatasi oleh muka air bawah
tanah. Besarnya kandungan dan luas penyebaran air bawah tanah yang tersimpan di
dalam akuifer bebas sangat dipengaruhi oleh iklim terutama curah hujan, relief dan
kemiringan lahan, jenis litologi, vegetasi dan kondisi lingkungan, dengan demikian
debitnya sangat dipengaruhi oleh keseimbangan antara imbuhan (recharge) dari
lingkungan sekitarnya (air hujan dan rembesan samping) dengan volume yang di
eksploitasi. Dilihat irigasi pada daerah tersebut tidak ditemukan
Rekomendasi:
Semakin terbatasnya ketersediaan air perrmukaan, pemanfaatan air tanah sebagai
irigasi suplementer pada budidaya pertanian menjadi alternatif yang tidak terelakan.
Tergantung kandungan potensinya, air tanah tidak hanya dimanfaatkan untuk
irigasi suplementer tanaman semusim akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai
solusi irigasi untuk tanaman tahunan. Tentu saja agar pemanfaatan air tanah dalam
untuk irigasi suplementer menjadi lebih efisien diperlukan dukungan analisis
kebutuhan air tanaman untuk mendapatkan saat tanam yang optimal agar defisit air
pada fase kritis pertumbuhan tanaman dapat dihindari sehingga dapat ditekan
kehilangan hasil pada daerah-daerah yang pasokan airnya terbatas.

34
Beberapa contoh pemanfaatan air tanah dalam untuk menjamin kesinambungan
produksi dan produktivitas antara lain adalah budidaya pertanian terpadu dengan
komoditas jagung hibrida, sayuran, pakan ternak dan jarak pagar seluas 5 ha
Jawaban Soal No 18: Hasil wawancara tentang kelembagaan irrigasi dan
rekomendasi agar kelembagaan irrigasi di lokasi survey menjadi lebih baik.
Hasil Wawancara
Kelembagaan pengelolaan air irigasi pada dusun sumberawan tersebut masih belum
jelas dan hasil wawancara ada yang mengatur air irigasinya bisa dibilang
perkumpun petani pengguna air irigasi lokal atau tersier dan masih dipegang oleh
kelompok tani daerah tersebut. Jadi kelembagaan pengelolaan air irigasi daerah
tersebut masih belum jelas menurut PP no. 20 Tahun 2006 Tentang Irigasi.
Rekomendasi
Rekomendasi kelembagaan daerah tersebut, harus dibentuk P3A, gabungan P3A
dan Induk P3A agar dapat mengorganisir air irigasi yang bertujuan mengatur
jadwal, membagi air, memelihara bangunan, membantu meningkatkan efisiensi,
membantu mengawasi, menyelesaikan konflik, membayar iuran pelayanan dan
menjalin kerjasam ditingkat dusun sampai tingkat desa.
Jawaban Soal No 19 :Perhitungan Rencana Tata Tanam Global (RTTG).

Tahap 1. Perhitungan LPR

Tanaman 1 2 3
Perbandingan Rencana =
Kebutuhan luas 1
Air thd tanaman x
Palawija (ha) 2
1. Padi L
a. persemaian + pengolahan tanah 4.50 60 u 270
b. pertumbuhan I 4.00 a
c. pertumbuhan II 2.5 s
d. pemasakan biji - R
2. Tebu e
a. pengolahan tanah + tanam 3.00 20 l 60
b. tebu muda 2.00 a
c. tebu tua 0.50 t
3. palawija i
a. yang perlu banyak air 1.00 10 f 10
b. yang perlu sedikit air 0.50 10 t 5
Jumlah 100 h 345
d
35
p
a
l
.
(ha)
Kolom 1 memperlihatkan faktor pengubahan untuk macam-macam tanaman
dan tahap pertumbuhan. Luas palawija relatif dihitung dengan mengkalikan
angka-angka dalam kolom 1 dan kolom 2.
Tahap 2: Kehilangan air di petak Tersier dan Sekunder serta di lahan
Di jaringan saluran dan di sawah
Pada tanah Entisol / Alluvial (ft) = 1.80;
Luas palawija relatif untuk Tersier 1 dari Sekunder II
faktor kehilangan x luas palawija relatif = 1.8 x 345
LPR (Luas palawija Relatif ) = 621 ha pal.rel.
Kehilangan air di saluran sekunder 20% dan air effektif diperkirakan
80 % maka faktor pengalinya = 100 / 80 = 1.25 ( faktor kehilangan air
di petak sekunder)
Diasumsikan telah dihitung LPR bagi pintu sadap T2 dan T3 masing-masing
= 340 ha pal dan 330 ha pal
Maka LPR di saluran Sekunder II = (LPR T1 + LPR T2 + LPR T3) x 1.25 =
( 621+ 340 + 330 ) x 1.25 = 1291 x 1.25 = 1613.75 ha pal
Tahap 3: Kehilangan air di saluran induk
Kehilangan air di saluran induk 100 / 80 = 1.25
Luas Palawija Relatif (LPR) =luas palawija relatif kotor di pintu
pengambilan bendung saluran sekunder II =1613.75 ha pal rel., LPR
di Sekunder I = 920 ha pal rel. dan di Sekunder III = 1050 ha pal rel.
Jumlah LPR di pintu bendung sbb :
(luas pal.rel SS I + luas pal.rel SS II + luas pal.rel SS III) x
1.25 = ( 920 + 1613.75 + 1050 ) x 1.25 = 3583.75 x 1.25 =
4479.69 ha pal
Di saluran Induk= 4479.69 * 100/90 = 4972.46 Pal rel
Tahap 4: Perhitungan FPR

Gambar 13. Kegiatan pengukuran debit di jaringan primer 36


Air tersedia dari jatah irigasi 160 l/det dibagi dengan jumlah luas palawija relatif
di pintu bendung >> FPR ( faktor palawija relatif)
FPR = (Air tersedia)/ (luas palawija relatif (LPR) di pintu bendung) =
liter/detik/ha palawija, Atau FPR = Q / LPR, maka
Air tersedia dari bendungan = 160 l/det
FPR = 160 / 4972.46 = 0.032 l/ref ha pal.
Tahap 5: Perhitungan Pemberian air pada pintu-pintu sekunder maupun
tersier
LPR x FPR
Pemberian air untuk tiap sekunder sbb :
Saluran dipintu sekunder = luas ha.Pal.Ref. X FPR
Saluran sekunder (SS) I = 0.032 x 920 = 29.44 l/det
Saluran sekunder (SS) II = 0.032 x 1613.75 = 51.64 l/det
Saluran sekunder (SS) III = 0.032 x 1050 =33.6 l/det
Pemberian air untuk tiap saluran tersier dalam saluran Sekunder II sbb :
SS II-1 = 0.032 x 621 = 19.87 l/det
SS II-2 = 0.032 x 340 =10.88 l/det
SS II-3 = 0.032 x 330 = 10.56 l/det
Rekomendasi penyaluran air: Pada pintu air di jaringan sekunder dilakukan
buka tutup agar irigasi dapat merata dan mencukupi pada petak tersier.

37

Anda mungkin juga menyukai