Anda di halaman 1dari 16

MALNUTRISI

Definisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk
pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.

Etiologi

KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering
disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi
primer dan malnutrisi sekunder.Malnutrisi primer adalah kekurangan gizi yang disebabkan oleh asupan protein
maupun energi yang tidak adekuat.Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang
meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Kleigmen
et al, 2007).Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-
kwashiorkor.

Epidemiologi

Malnutrisi
merupakan
masalah
kesehatan
utama di
negara yang
sedang
berkembang
dan melatar
belakangi lebih dari 50 % kematian balita.Sekitar 9 % anak di Sub Sahara ,dan 15 % di Asia
Selatan terancam menderita gizi kurang dan gizi buruk,dan sekitar 2 % anak yang tinggal di
negara sedang berkembang terancam menderita severe acute malnutrition (SAM) atau
malnutrisi yang lebih miskin seperti Malawi malnutrisi akut berat merupakan alasan utama
balita dirawat di rumah sakit.Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan
asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta
rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi
kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi
meningkat, penyerapan nutrisi yang turun danmeningkatnya kehilangan nutrisi.

Patofisiologi

Makanan yang tidak adekuat akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan


makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan pembakaran
cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan melalui proses
katabolik. Kalau terjadi stres katabolik (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relatif, kalau kondisi ini
terjadi pada saat status gizi masih diatas -3 SD (-2SD 3SD), maka terjadilah kwashiorkor
(malnutrisi akut/decompensated malnutrition). Pada kondisi ini penting peranan radikal bebas
dan anti oksidan. Bila stres katabolik ini terjadi pada saat status gizi dibawah -3 SD, maka
akan terjadilah marasmik-kwashiorkor. Kalau kondisi kekurangan ini terus dapat teradaptasi
sampai dibawah -3 SD maka akan terjadilah marasmik (malnutrisi kronik/compensated
malnutrition). Dengan demikian pada KEP dapat terjadi gangguan pertumbuhan, atrofi otot,
penurunan kadar albumin serum, penurunan hemoglobin, penurunan sistem kekebalan tubuh,
penurunan berbagai sintesis enzim.

Gejala Klinis

Secara klinis KEP terdapat dalam 3 tipe yaitu:

Kwashiorkor, ditandai dengan: edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah
sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung,
mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot
mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas
(crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare
dan anemia.
Marasmus, ditandai dengan: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah
seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan
minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan
diare.
Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 2


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

Diagnosis

Klinik: anamnesis (terutama anamnesis makanan, tumbuh kembang, serta


penyakit yang pernah diderita) dan pemeriksaan fisik (tanda-tanda malnutrisi dan
berbagai defisiensi vitamin)
Laboratorik: terutama Hb, albumin, serum ferritin
Anthropometrik: BB/U (berat badan menurut umur), TB/U (tinggi badan menurut
umur), LLA/U (lingkar lengan atas menurut umur), BB/TB (berat badan menurut
tinggi badan), LLA/TB (lingkar lengan atas menurut tinggi badan)
Analisis diet

Klasifikasi:

KEP ringan :> 80-90% BB ideal terhadap TB (WHO-CD


KEP sedang :> 70-80% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC)
KEP berat : >70% BB ideal terhadap TB (WHO-CDC).

Diagnosis Banding

Adanya edema serta ascites pada bentuk kwashiorkor maupun marasmik-kwashiorkor


perlu dibedakan dengan:

- Sindroma nefrotik

- Sirosis hepatis

- Payah jantung kongestif

- Pellagra infantil

Penatalaksanaan KEP

Prosedur tetap pengobatan dirumah sakit:

Prinsip dasar penanganan 10 langkah utama (diutamakan penanganan kegawatan)

o Atasi / cegah hipoglikemi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 3


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

o Penanganan hipotermi
o Penanganan dehidrasi
o Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
o Pengobatan infeksi
o Pemberian makanan
o Fasilitasi tumbuh kejar
o Koreksi defisiensi nutrisi mikro
o Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
o Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh

Atasi /cegah hipoglikemia

Semua anak gizi buruk berisiko untuk terjadi hipoglikemia (kadar gula darah <3
mmol/dl atau <54 mg dl),yang sering kali merupakan penyebab kematian pada 2
hari pertama perawatan.Hipoglikemia dapat terjadi karena adanya infeksi berat
atau anak tidak mendapat makanan selama 4-6 jam.

Terapi :

Bila anak sadar dan dapat minum


Bolus 50 ml larutan glukosa 10 % atau sukrosa 10 % (1 sendok teh penuh
gula dengan 50 ml air),baik per oral maupun pipa nasogastrik .Kemudian
mulai pemberian F75 setiap 2 jam,untuk 2 jam pertama berikan dari
dosis makanan setiap 30 menit.
Bila anak tidak sadar

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 4


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

Glukosa 10 % intravena ( 5mg/ml ) diikuti dengan 50 ml glukosa 10 %


atau sukrosa lewat pipa NGT kemudian mulai pemberian F 75 setiap 2 jam
, untuk 2 jam pertama berikan dari dosis makanan setiap 30 menit.

Monitor :

Kadar gula darah :setelah 2 jam,ulangi pemeriksaan kadar gula darah .Selama
teapi ,umumnya anak akan stabil dalam 30 menit.Bila gula darah masih rendah
ulangi pemberian 50 ml bolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa,kemudian
lanjutkan pemberian makan F75 setiap 2 jam hingga anak stabil.

Langkah ke 2 .Atasi /cegah hipotermia

Jika suhu aksila < 350C, lakukan pemeriksaan suhu rektal menggunakan
termometer air raksa.Jika suhu rektal < 35,5 0 C :

Berikan makanan secara langsung


Hangatkan anak
Monitor

Suhu tubuh
Kadar gula darah

Langkah 3. Atasi/cegah dehidrasi

Tidak mudah menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk karena tanda

dan gejala dehidrasi seperti turgor kulitvdan mata cekung sering didapati pada
gizi buruk walaupun tidak dehidrasi.Di sisi lain ,pada anak gizi buruk keadaan
dehidrasi walau ringan dapat menimbulkan komplikasi lain sehingga
memperberat kondisi klinis.

Terapi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 5


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

Karena sulit untuk memperkirakan status dehidrasi dengan melihat klinis saja
pada anak malnutrisi berat.Maka diasumsikan bahwa setiap anak dengan diare
cair dapat mengalami dehidrasi dan diberikan :

ReSoMal 5 ml/kg setiap 30 menit selama dua jam pertama,baik per


oral maupun lewat NGT.
Kemudian,5-10 ml/kg/jam selama 4-10 jam berikutnya
Selanjutnya bila sudah rehidrasi,hentikan pemberian Resomal dan
lanjutkan F75 setiap 2 jam
Bila masih diare,beri resomal setiap anak diare :anak < 2 tahun :50-
100ml dan anak >2 tahun :100-200 ml

Langkah 4.Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit

Semua anak dengan malnutrisi berta mengalami kelebihan Natrium (Na)

, walaupun kadar Na darah rendah.Defisiensi kalium dan magnesium juga

terjadi dan membutuhkan waktu minimal dua minggu untuk melakukan koreksi.

Udem yang muncul bisa disebabkan ketidak-seimbangan elektrolit . Jangan

memberikan diuretik sebagai terpi edema.

Berikan:

Ekstra Kalium 3-4 mmol/kg/hari


Ekstra Magnesium 0,4-0,6 mmol/kg/hari
Saat rehidrasi,berikan cairan rendah natrium
Siapkan makanan tanpa garam

Langkah 5.Obati/cegah infeksi

Pada malnutrisi berat,tanda umum adanya infeksi ,seperti demam ,sering tidak

Dijumpai ,dan infeksi sering tersembunyi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 6


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

Oleh karena itu beri secara rutin saat rawat inap ,berikut adalah pilihan

Antibiotiknya :

Jika pada anak tidak terdapat komplikasi atau infeksi tidak nyata,beri:
Kotrimoksasol 5 ml larutan pediatrik per oral dua kali sehari selama 5
hari
Jika anak terlihat sangat sakit atau terdapat komplikasi berikan,ampisilin
50 mg /kg IM/IV per 6 jam untuk 2 hari,kemudian dilanjutkan dengan
amoksisilin per oral 15 mg/kg per 8 jam untuk 5 hari,atau jika
amoksisilin tidak tersedia,lanjutkan dengan ampisilin per oral 50mg/kg
per 6 jam dan ditambah gentamisin 7,5mg /kg IM/IM sekali sehari selama
7 hari. Jika anak tidak ada perbaikan klinis dalam waktu 48 jam
,tambahkan kloramfenikol 25 mg /kg IM/IV per 8 jam selama 5 hari.

Langkah 6.Koreksi defisiensi mikronutrien

Semua anak malnutrisi berat juga mengalami defisiensi vitamin dan mineral.

Meskipun anemia sering terjadi,pada periode awal tidak boleh diberikan

preparat besi tetapi ditunggu sampai anak memiliki nafsu makan yang baik

dan dimulai saat berat badan bertambah.

Pemberian pada hari 1 :

Vitamin A per oral,asam folat 5 mg per oral.

Pemberian harian selama 2 minggu

Suplemen multivitamin
Asam folat 1 mg/hari
Zinc 2mg/kgbb/hari
Copper 0,3 mg/kgbb/hari
Preparat besi 3 mg/kg/hari (pada fase rehabilitasi)

Langkah 7.Pemberian makanan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 7


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

Pada fase stabilisasi diperlukan pendekatan yang hati-hati karena kondisi


fisiologis anak yang rapuh dan berkurangnya kapasitas
homeostatis.Pemberian makan sebaiknya dimulai sesegera mungkin setelah
pasien masuk dan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan energi dan
protein secukupnya untuk mempertahankan proses fisiologi dasar.

Langkah 8.Mencapai kejar-tumbuh

Pada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan
dalam pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang cepat

Untuk mengubah dari pemberian makanan awal ke makanan tumbuh kejar


(transisi) :

Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumlah yang sama selama 48
jam
Kemudian volume dapat ditambah secara bertahap sebanyak 10-15 ml
per kali hingga mencapai 150 kkal/kgbb/hari
Energi :100-150 kkal/kgbb/hari
Protein : 2-3 g/kgbb/hari
Bila anak masih mendapat ASI,tetap berikan di antara pemberian
formula.
Setelah fase transisi,anak masuk ke fase rehabilitasi :

Lanjutkan menambah volume pemberian F-100 hingga ada makanan


sisa yang tidak termakan oleh anak.Tahapan ini biasanya terjadi pada
saat pemberian makanan mencapai 30 ml/kgbb/makan
Pemberian makanan yang sering (sedikitnya tiap 4 jam) dari jumlah
formula tumbuh kejar
Energi :150-220 kkal/kgbb/hari
Protein : 4-6 g/kgbb/hari
Bila anak masih mendapat ASI,tetap berikan di antara pemberian
formula.
Langkah 9.Memberikan stimuli fisik,sensorik dan dukungan emosional

Pada malnutrisi berat didapatkan perkembangan mental dan perilaku yang

Terlambat,menyediakan:

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 8


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

Perawatan dengan kasih sayang


Kegembiraan dan lingkungan nyaman
Terapi bermain yang terstruktur 15-30 menit/hari
Aktivitas fisik sesuai dengan kemampuan psikomotor anak

Langkah 10. Persiapan tindak lanjut setelah perawatan

2. Pengobatan penyakit penyerta

o Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau
sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan
vit. A dengan dosis :

umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali


umur 6 12 bulan : 100.000 SI/kali
umur 0 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan:

Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
o Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya: hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.

Tatalaksana:

kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan KMnO4 (K-


permanganat) 1% selama 10 menit
beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
usahakan agar daerah perineum tetap kering
umumnya terdapat defisiensi seng (Zn): beri preparat Zn peroral.
o Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 9


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

o Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 7 hari.

o Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai
pedoman pengobatan TB.

3. Tindakan kegawatan

Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.Syok karena dehidrasi akan
membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada
sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
o Berikan larutan Dekstrosa 5%: NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer
dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam
pertama.
o Evaluasi setelah 1 jam:
o Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)
dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian
cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan
dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus
(F-75/pengganti).
o Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam
hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:
o Hb < 4 g/dl

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 10


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

o Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda gagal jantung


Transfusi darah:
o Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
o Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk
transfusi dengan jumlah yang sama.
o Beri furosemid 1 mg/kgBB secara IV pada saat transfusi dimulai.
o Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila
pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau
antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 11


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan teori manifestasi klinis TBC antara lain;

1. Deman lama lebih dari 2 minggu dan /atau berulang tanpa sebab yang jelas(bukan
demam tifoid,infeksi saluran kemih,malaria dan lain-lain) yang dapat disertai keringat
malam hari, demam umumnya tidak tinggi
2. Batuk lama lebih dari 3 minggu,dan sebab lain telah disingkirkan
3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas ,atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan
adekuat
5. Lesu atau malaise
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
Pada saat anamnesis, didapatkan data bahwa keluhan utama pasien adalah batuk berdahak
yang sudah berlangsung selama 1 bulan. Dari keluhan ini dapat dicurigai adanya infeksi. Hal
ini diperkuat dengan adanya keluhan tambahan berupa demam yang sudah berlangsung
selama 7 hari. Selain itu nafsu makan yang menurun, dan berat badan yang cenderung Data
dari anamnesis ini mengarahkan kita pada adanya kemungkinan infeksi TB

Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah : pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakel dengan/tanpa infiltrate, konsolidasi segmental /lobar, milier, kalsifikasi dengan
infiltrate, atelektasis, kavitas, efusi daerah hilus biasanya lebih jelas pleura, tuberkuloma.

Pada hasil radiologi pasien ditemukan infiltrat perihilar,paracardial kanan dan kiri , hilus
menebal serta corakan bronkovaskular kasar.

Tabel Sistem Skoring Diagnosis Tuberkulosis Anak


Parameter 0 1 2 3 Skor

Kontak TB tidak jelas - laporan BTA (+) 3


keluarga,

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 12


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

BTA (-)/

tidak tahu/

BTA tidak jelas

Uji Tuberkulin (Mantoux) negatif - - Positif 0

( 10 mm atau

5 mm pada
keadaan
imunosupresif)

Berat badan/keadaan gizi - BB/TB < 90% atau klinis gizi buruk - 2
atau BB/TB <
BB/U < 80% 70%

atau

BB/U < 60%

Demam yang tidak - 2 minggu - - 0


diketahui penyebabnya

Batuk kronik - 3 minggu - - 1

Pembesaran kelenjar limfe - 1 cm, - - 1


kolli, aksila, inguinal
jumlah > 1, tidak
nyeri

Pembengkakan - ada - - 0
tulang/sendi panggul, pembengkakan
lutut, falang

Foto toraks normal/ gambaran sugestif - - 1


TB
kelainan
tidak jelas

TOTAL SKOR 8

Pada penderita ini, diagnosis tuberkulosis ditegakkan dengan sistem skoring berdasarkan
manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang yang mana sistem skoring penderita berjumlah
6. Hasil tersebut menunjukkan anak dapat didiagnosa TB karena skoring >6.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 13


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

Untuk pengobatan pasien ini diberikan Rifampisin 110 mg, INH 70 mg, Pirazinamide 150 mg
masing-masing 1x/hari per oral

Malnutrisi

Dasar diagnosisBB: 5,1 kg

U: 1 tahun 9 bulan

TB : 74 cm

BB/U 5,1/11,6 x 100% = 43,96 % (kurang)

TB/U 74/83 x 100% = 89,16% (kurang)

BB/TB 5,1/9,6 x 100% = 53,13% (kurang)

Kesan: Menurut CDC 2000, anak perempuan berusia 1 tahun 9 bulan seharusnya
memiliki berat badan antara 11,6 kg dan tinggi badan antara 83 cm. Sehingga pada
pasien ini dikatakan memiliki status gizi buruk atau malnutrisi.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 14


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

KESIMPULAN
Pada kasus ini telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 1 tahun 9 bulan dengan
diagnosis gizi buruk dan TBC.Dengan ditemukan gejala klinis demam sejak 7 yang lalu, tidak
terlalu tinggi, naik turun namun tidak pernah mencapai suhu normal. Demam saat siang sama
dengan malam, namun ibu penderita tidak mengukur suhu tubuh penderita. Demam agak
menurun bila diberikan obat turun panas namun selalu dirasakan meningkat lagi setelah
beberapa jam. Demam tidak disertai kejang maupun penurunan kesadaran. Keringat malam
(+).Keluhan demam ini sebelumnya didahului oleh adanya batuk.Batuk berdahak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit .Kadang-kadang dahak dapat keluar berwarna putih kental,tanpa
darah .Pasien juga mengalami pilek 5 hari sebelum masuk rumah sakit ,mengeluarkan
sekret putih ,encer,tanpa darah . Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk
lama / berdarah, disangkal. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini.Sepupu pasien pernah
mendapatkan terapi OAT. Riwayat adanya orang yang sering merokok di rumah ada, yaitu
ayah penderita.

Pada pemeriksaan fisis ditemukan Pada pemeriksaan fisik leher didapat limfadenitis colli (+),
diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-), tidak panas saat perabaan. Pada hidung
terdapat sekret (+/+) : serous, bening, darah (-/-),Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema ,
Paru-paru pada auskultasi Ronkhi +/+, turgor kulit jelek, terdapat edema pada telapak kaki
kanan dan kiri.Pada pemeriksaan Darah Lengkap didapatkan nilai LED 70 mm.Pada foto
thorax terlihat Infiltrat perihilar,paracardial kanan dan kiri,hilus menebal ,corakan
bronchovascular kasar

Pada pemeriksaan fisik leher didapat limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri
tekan (-), tidak panas saat perabaan.Pada hidung terdapat sekret (+/+) : serous, bening, darah
(-/-),Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema , Paru-paru pada auskultasi Ronkhi +/+,
turgor kulit jelek, terdapat edema pada telapak kaki kanan dan kiri.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 15


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)

Kesulitan dalam mendiagnosa pasien ini adalah tidak ada nya pemeriksaan uji tuberkulin,
serta penegakan diagnosis TB pada pasien ini dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, yang kemudian dilanjutkan dengan pembobotan
berdasarkan sistem scoring TB. Pasien dengan score 6 harus diberikan penatalaksanaan
sebagai pasien TB dan mendapatkan pengobatan dengan OAT selama 6-9 bulan.

REFERENSI

1. Rahajoe. Respirologi. Buku Ajar edisi kedua. IDAI. FKUI,Jakarta : 2010


2. Staf pengajar FKUI. Buku kuliah IKA 3. Cetakan keempat. Jakarta: BPFKUI. 1995
3. Lestari.Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik.Buku Ajar edisi kesatu.IDAI.FKUI,

Jakarta:2011
4. WHO.Guidelines for the inpatient treatment of severely malnourished children.

SEARO:2003

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak 16


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
RSPI Prof.Dr.Sulianti Saroso
Periode 15 Februari 2014-25 April 2014

Anda mungkin juga menyukai