Definisi
Malnutrisi adalah suatu keadaan di mana tubuh mengalami gangguan dalam penggunaan zat gizi untuk
pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas.
Etiologi
KEP adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan protein dan atau kalori, serta sering
disertai dengan kekurangan zat gizi lain. Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu malnutrisi
primer dan malnutrisi sekunder.Malnutrisi primer adalah kekurangan gizi yang disebabkan oleh asupan protein
maupun energi yang tidak adekuat.Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan yang
meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein maupun energi dari tubuh (Kleigmen
et al, 2007).Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-
kwashiorkor.
Epidemiologi
Malnutrisi
merupakan
masalah
kesehatan
utama di
negara yang
sedang
berkembang
dan melatar
belakangi lebih dari 50 % kematian balita.Sekitar 9 % anak di Sub Sahara ,dan 15 % di Asia
Selatan terancam menderita gizi kurang dan gizi buruk,dan sekitar 2 % anak yang tinggal di
negara sedang berkembang terancam menderita severe acute malnutrition (SAM) atau
malnutrisi yang lebih miskin seperti Malawi malnutrisi akut berat merupakan alasan utama
balita dirawat di rumah sakit.Disebut malnutrisi primer bila kejadian KEP akibat kekurangan
asupan nutrisi, yang pada umumnya didasari oleh masalah sosial ekonomi, pendidikan serta
rendahnya pengetahuan dibidang gizi. Malnutrisi sekunder bila kondisi masalah nutrisi
Presentasi kasus Gizi Buruk dan TBC Hendy Masjayanto (406121001)
seperti diatas disebabkan karena adanya penyakit utama, seperti kelainan bawaan, infeksi
kronis ataupun kelainan pencernaan dan metabolik, yang mengakibatkan kebutuhan nutrisi
meningkat, penyerapan nutrisi yang turun danmeningkatnya kehilangan nutrisi.
Patofisiologi
Gejala Klinis
Kwashiorkor, ditandai dengan: edema, yang dapat terjadi di seluruh tubuh, wajah
sembab dan membulat, mata sayu, rambut tipis, kemerahan seperti rambut jagung,
mudah dicabut dan rontok, cengeng, rewel dan apatis, pembesaran hati, otot
mengecil (hipotrofi), bercak merah ke coklatan di kulit dan mudah terkelupas
(crazy pavement dermatosis), sering disertai penyakit infeksi terutama akut, diare
dan anemia.
Marasmus, ditandai dengan: sangat kurus, tampak tulang terbungkus kulit, wajah
seperti orang tua, cengeng dan rewel, kulit keriput, jaringan lemak sumkutan
minimal/tidak ada, perut cekung, iga gambang, sering disertai penyakit infeksi dan
diare.
Marasmus kwashiorkor, campuran gejala klinis kwashiorkor dan marasmus.
Diagnosis
Klasifikasi:
Diagnosis Banding
- Sindroma nefrotik
- Sirosis hepatis
- Pellagra infantil
Penatalaksanaan KEP
o Penanganan hipotermi
o Penanganan dehidrasi
o Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
o Pengobatan infeksi
o Pemberian makanan
o Fasilitasi tumbuh kejar
o Koreksi defisiensi nutrisi mikro
o Melakukan stimulasi sensorik dan perbaikan mental
o Perencanaan tindak lanjut setelah sembuh
Semua anak gizi buruk berisiko untuk terjadi hipoglikemia (kadar gula darah <3
mmol/dl atau <54 mg dl),yang sering kali merupakan penyebab kematian pada 2
hari pertama perawatan.Hipoglikemia dapat terjadi karena adanya infeksi berat
atau anak tidak mendapat makanan selama 4-6 jam.
Terapi :
Monitor :
Kadar gula darah :setelah 2 jam,ulangi pemeriksaan kadar gula darah .Selama
teapi ,umumnya anak akan stabil dalam 30 menit.Bila gula darah masih rendah
ulangi pemberian 50 ml bolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa,kemudian
lanjutkan pemberian makan F75 setiap 2 jam hingga anak stabil.
Jika suhu aksila < 350C, lakukan pemeriksaan suhu rektal menggunakan
termometer air raksa.Jika suhu rektal < 35,5 0 C :
Suhu tubuh
Kadar gula darah
Tidak mudah menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk karena tanda
dan gejala dehidrasi seperti turgor kulitvdan mata cekung sering didapati pada
gizi buruk walaupun tidak dehidrasi.Di sisi lain ,pada anak gizi buruk keadaan
dehidrasi walau ringan dapat menimbulkan komplikasi lain sehingga
memperberat kondisi klinis.
Terapi
Karena sulit untuk memperkirakan status dehidrasi dengan melihat klinis saja
pada anak malnutrisi berat.Maka diasumsikan bahwa setiap anak dengan diare
cair dapat mengalami dehidrasi dan diberikan :
terjadi dan membutuhkan waktu minimal dua minggu untuk melakukan koreksi.
Berikan:
Pada malnutrisi berat,tanda umum adanya infeksi ,seperti demam ,sering tidak
Oleh karena itu beri secara rutin saat rawat inap ,berikut adalah pilihan
Antibiotiknya :
Jika pada anak tidak terdapat komplikasi atau infeksi tidak nyata,beri:
Kotrimoksasol 5 ml larutan pediatrik per oral dua kali sehari selama 5
hari
Jika anak terlihat sangat sakit atau terdapat komplikasi berikan,ampisilin
50 mg /kg IM/IV per 6 jam untuk 2 hari,kemudian dilanjutkan dengan
amoksisilin per oral 15 mg/kg per 8 jam untuk 5 hari,atau jika
amoksisilin tidak tersedia,lanjutkan dengan ampisilin per oral 50mg/kg
per 6 jam dan ditambah gentamisin 7,5mg /kg IM/IM sekali sehari selama
7 hari. Jika anak tidak ada perbaikan klinis dalam waktu 48 jam
,tambahkan kloramfenikol 25 mg /kg IM/IV per 8 jam selama 5 hari.
Semua anak malnutrisi berat juga mengalami defisiensi vitamin dan mineral.
preparat besi tetapi ditunggu sampai anak memiliki nafsu makan yang baik
Suplemen multivitamin
Asam folat 1 mg/hari
Zinc 2mg/kgbb/hari
Copper 0,3 mg/kgbb/hari
Preparat besi 3 mg/kg/hari (pada fase rehabilitasi)
Pada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan
dalam pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang cepat
Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumlah yang sama selama 48
jam
Kemudian volume dapat ditambah secara bertahap sebanyak 10-15 ml
per kali hingga mencapai 150 kkal/kgbb/hari
Energi :100-150 kkal/kgbb/hari
Protein : 2-3 g/kgbb/hari
Bila anak masih mendapat ASI,tetap berikan di antara pemberian
formula.
Setelah fase transisi,anak masuk ke fase rehabilitasi :
Terlambat,menyediakan:
o Defisiensi vitamin A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan 14 atau
sebelum keluar rumah sakit bila terjadi memburuknya keadaan klinis diberikan
vit. A dengan dosis :
Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin, setiap 2-3 jam
selama 7-10 hari
Teteskan tetes mata atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari
Tutup mata dengan kasa yang dibasahi larutan garam faali
o Dermatosis
Dermatosis ditandai adanya: hipo/hiperpigmentasi, deskwamasi (kulit
mengelupas), lesi ulcerasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai
infeksi sekunder, antara lain oleh Candida.
Tatalaksana:
o Diare melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan umum.
Berikan formula bebas/rendah lactosa. Sering kerusakan mukosa usus dan
Giardiasis merupakan penyebab lain dari melanjutnya diare. Bila mungkin,
lakukan pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri: Metronidasol 7.5 mg/kgBB
setiap 8 jam selama 7 hari.
o Tuberkulosis
Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes tuberkulin/Mantoux (seringkali
alergi) dan Ro-foto toraks. Bila positip atau sangat mungkin TB, diobati sesuai
pedoman pengobatan TB.
3. Tindakan kegawatan
Syok (renjatan)
Syok karena dehidrasi atau sepsis sering menyertai KEP berat dan sulit
membedakan keduanya secara klinis saja.Syok karena dehidrasi akan
membaik dengan cepat pada pemberian cairan intravena, sedangkan pada
sepsis tanpa dehidrasi tidak. Hati-hati terhadap terjadinya overhidrasi.
Pedoman pemberian cairan :
o Berikan larutan Dekstrosa 5%: NaCl 0.9% (1:1) atau larutan Ringer
dengan kadar dekstrosa 5% sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam
pertama.
o Evaluasi setelah 1 jam:
o Bila ada perbaikan klinis (kesadaran, frekuensi nadi dan pernapasan)
dan status hidrasi syok disebabkan dehidrasi. Ulangi pemberian
cairan seperti di atas untuk 1 jam berikutnya, kemudian lanjutkan
dengan pemberian Resomal/pengganti, per oral/nasogastrik, 10
ml/kgBB/jam selama 10 jam, selanjutnya mulai berikan formula khusus
(F-75/pengganti).
o Bila tidak ada perbaikan klinis anak menderita syok septik. Dalam
hal ini, berikan cairan rumat sebanyak 4 ml/kgBB/jam dan berikan
transfusi darah sebanyak 10 ml/kgBB secara perlahan-lahan (dalam 3
jam). Kemudian mulailah pemberian formula (F-75/pengganti).
Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:
o Hb < 4 g/dl
PEMBAHASAN KASUS
1. Deman lama lebih dari 2 minggu dan /atau berulang tanpa sebab yang jelas(bukan
demam tifoid,infeksi saluran kemih,malaria dan lain-lain) yang dapat disertai keringat
malam hari, demam umumnya tidak tinggi
2. Batuk lama lebih dari 3 minggu,dan sebab lain telah disingkirkan
3. Berat badan turun tanpa sebab yang jelas ,atau tidak naik dalam 1 bulan dengan
penanganan gizi yang adekuat.
4. Nafsu makan tidak ada (anoreksia) dengan gagal tumbuh dan BB tidak naik dengan
adekuat
5. Lesu atau malaise
6. Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan baku diare.
Pada saat anamnesis, didapatkan data bahwa keluhan utama pasien adalah batuk berdahak
yang sudah berlangsung selama 1 bulan. Dari keluhan ini dapat dicurigai adanya infeksi. Hal
ini diperkuat dengan adanya keluhan tambahan berupa demam yang sudah berlangsung
selama 7 hari. Selain itu nafsu makan yang menurun, dan berat badan yang cenderung Data
dari anamnesis ini mengarahkan kita pada adanya kemungkinan infeksi TB
Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah : pembesaran kelenjar hilus atau
paratrakel dengan/tanpa infiltrate, konsolidasi segmental /lobar, milier, kalsifikasi dengan
infiltrate, atelektasis, kavitas, efusi daerah hilus biasanya lebih jelas pleura, tuberkuloma.
Pada hasil radiologi pasien ditemukan infiltrat perihilar,paracardial kanan dan kiri , hilus
menebal serta corakan bronkovaskular kasar.
BTA (-)/
tidak tahu/
( 10 mm atau
5 mm pada
keadaan
imunosupresif)
Berat badan/keadaan gizi - BB/TB < 90% atau klinis gizi buruk - 2
atau BB/TB <
BB/U < 80% 70%
atau
Pembengkakan - ada - - 0
tulang/sendi panggul, pembengkakan
lutut, falang
TOTAL SKOR 8
Pada penderita ini, diagnosis tuberkulosis ditegakkan dengan sistem skoring berdasarkan
manifestasi klinik dan pemeriksaan penunjang yang mana sistem skoring penderita berjumlah
6. Hasil tersebut menunjukkan anak dapat didiagnosa TB karena skoring >6.
Untuk pengobatan pasien ini diberikan Rifampisin 110 mg, INH 70 mg, Pirazinamide 150 mg
masing-masing 1x/hari per oral
Malnutrisi
U: 1 tahun 9 bulan
TB : 74 cm
Kesan: Menurut CDC 2000, anak perempuan berusia 1 tahun 9 bulan seharusnya
memiliki berat badan antara 11,6 kg dan tinggi badan antara 83 cm. Sehingga pada
pasien ini dikatakan memiliki status gizi buruk atau malnutrisi.
KESIMPULAN
Pada kasus ini telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 1 tahun 9 bulan dengan
diagnosis gizi buruk dan TBC.Dengan ditemukan gejala klinis demam sejak 7 yang lalu, tidak
terlalu tinggi, naik turun namun tidak pernah mencapai suhu normal. Demam saat siang sama
dengan malam, namun ibu penderita tidak mengukur suhu tubuh penderita. Demam agak
menurun bila diberikan obat turun panas namun selalu dirasakan meningkat lagi setelah
beberapa jam. Demam tidak disertai kejang maupun penurunan kesadaran. Keringat malam
(+).Keluhan demam ini sebelumnya didahului oleh adanya batuk.Batuk berdahak 1 bulan
sebelum masuk rumah sakit .Kadang-kadang dahak dapat keluar berwarna putih kental,tanpa
darah .Pasien juga mengalami pilek 5 hari sebelum masuk rumah sakit ,mengeluarkan
sekret putih ,encer,tanpa darah . Riwayat kontak dengan penderita dewasa yang batuk-batuk
lama / berdarah, disangkal. Penderita baru pertama kali sakit seperti ini.Sepupu pasien pernah
mendapatkan terapi OAT. Riwayat adanya orang yang sering merokok di rumah ada, yaitu
ayah penderita.
Pada pemeriksaan fisis ditemukan Pada pemeriksaan fisik leher didapat limfadenitis colli (+),
diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri tekan (-), tidak panas saat perabaan. Pada hidung
terdapat sekret (+/+) : serous, bening, darah (-/-),Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema ,
Paru-paru pada auskultasi Ronkhi +/+, turgor kulit jelek, terdapat edema pada telapak kaki
kanan dan kiri.Pada pemeriksaan Darah Lengkap didapatkan nilai LED 70 mm.Pada foto
thorax terlihat Infiltrat perihilar,paracardial kanan dan kiri,hilus menebal ,corakan
bronchovascular kasar
Pada pemeriksaan fisik leher didapat limfadenitis colli (+), diameter 1cm, konsistensi kenyal, nyeri
tekan (-), tidak panas saat perabaan.Pada hidung terdapat sekret (+/+) : serous, bening, darah
(-/-),Kelopak mata kanan dan kiri terdapat edema , Paru-paru pada auskultasi Ronkhi +/+,
turgor kulit jelek, terdapat edema pada telapak kaki kanan dan kiri.
Kesulitan dalam mendiagnosa pasien ini adalah tidak ada nya pemeriksaan uji tuberkulin,
serta penegakan diagnosis TB pada pasien ini dilakukan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, yang kemudian dilanjutkan dengan pembobotan
berdasarkan sistem scoring TB. Pasien dengan score 6 harus diberikan penatalaksanaan
sebagai pasien TB dan mendapatkan pengobatan dengan OAT selama 6-9 bulan.
REFERENSI
Jakarta:2011
4. WHO.Guidelines for the inpatient treatment of severely malnourished children.
SEARO:2003