Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No.

3 Tahun 2013 ISSN 2337-9995


Program Studi Pendidikan Kimia jpk.pkimiauns@ymail.com
Universitas Sebelas Maret

PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DISERTAI


HIERARKI KONSEP UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA
PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA KELAS XI IPA
SEMESTER GENAP SMA NEGERI 2 SRAGEN
TAHUN AJARAN 2012/2013

Wahyu Yunitasari1, Endang Susilowati2, dan Nanik Dwi Nurhayati2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

*Keperluan korespondensi, telp: 085647105408, email: zu_aleef@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) ada tidaknya miskonsepsi siswa pada konsep
larutan penyangga dengan tes diagnostik disertai wawancara, (2) pembelajaran direct instruction
disertai hierarki konsep untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada konsep larutan penyangga. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan desain penelitian One Group Pretest
Posttest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA Negeri
2 Sragen tahun ajaran 2012/2013. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Sampel terdiri dari satu kelas, yaitu kelas eksperimen XI IPA 5 yang dipilih berdasarkan rekomendasi
guru dengan rata-rata prestasi kimia kelasnya yang tinggi sebagai dasar pemilihan. Teknik
pengumpulan data miskonsepsi menggunakan tes diagnostik awal disertai wawancara, sedangkan
hasil pereduksian miskonsepsi diukur dari selisih tes diagnostik awal dan akhir. Teknik analisis data
untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t pihak kanan. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah (1) terdapat miskonsepsi siswa pada materi pokok larutan penyangga yang
diidentifikasi menggunakan tes diagnostik disertai wawancara, (2) model direct instruction disertai
hierarki konsep dapat digunakan untuk mereduksi miskonsepsi siswa pada konsep-konsep materi
pokok larutan penyangga.
.
Kata Kunci: Direct Instruction, Hierarki Konsep, Miskonsepsi, Larutan Penyangga.
Sebelum mengikuti pelajaran
PENDAHULUAN formal di bawah bimbingan guru, siswa
Kimia merupakan pelajaran yang sudah mempunyai konsep awal atau
banyak memiliki konsep yang bersifat prakonsepsi tentang suatu kejadian.
abstrak [1]. Konsep tertentu tidak bisa Setelah mendapat pengetahuan baru,
dijelaskan tanpa menggunakan analogi siswa akan menyelaraskan pengetahuan
atau model sehingga dibutuhkan daya awalnya dengan pengetahuan baru yang
nalar yang tinggi dalam mempelajari ilmu ia peroleh dari pembelajaran formal.
kimia. Selain itu, ilmu kimia bersifat Dalam proses penyelarasan ini terdapat
kontinyu yaitu saling berhubungan antara kemungkinan siswa mampu membangun
konsep satu dengan yang lainnya. Oleh pengetahuannya tapi ada juga siswa yang
karenanya, ilmu kimia harus dipelajari mengalami miskonsepsi. Maka dari itu,
secara runtut dan berkesinambungan perlu adanya suatu strategi pengubah
sehingga konsep yang diterima siswa konsep yang tepat untuk mereduksi
dapat terasimilasi dan terakomodasi bahkan menghilangkan miskonsepsi siswa
dengan benar. sedini mungkin.
Seringkali siswa tersebut Dari hasil penelitian yang telah
menafsirkan sendiri konsep yang dirasa dilakukan oleh Sari (2008), diperoleh
sulit sesuai dengan prakonsep yang sudah 74,84% siswa mengalami miskonsepsi
dimiliki siswa. Adakalanya penafsiran pada larutan penyangga [3]. Konsep
siswa tidak sesuai dengan konsep yang larutan penyangga merupakan konsep
disepakati oleh para ahli. Konsep yang yang bersifat kompleks. Dalam konsep
berbeda inilah yang disebut sebagai tersebut banyak berhubungan dengan
miskonsepsi (salah konsep) atau konsep konsep asam basa larutan, konsep pH,
alternatif [2]. persamaan reaksi, kesetimbangan, dan

Copyright 2013 182


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 182-190

stoikiometri larutan. Upaya atau cara-cara untuk mengungkap miskonsepsi yang


mengatasi miskonsepsi yang telah dialami siswa sementara wawancara
dilakukan para peneliti tidak semuanya berfungsi untuk memperkuat hasil tes
berhasil dalam mengatasi miskonsepsi diagnostik.
sampai tuntas, karena setiap metode Metode penelitian yang
memiliki kelebihan dan kekurangannya digunakan adalah metode eksperimen
masing-masing [4]. Salah satu cara yang dengan desain One Group Pretest
di tempuh dalam pelurusan miskonsepsi Posttest Design. Adapun bagan desain
adalah menggunakan pembelajaran direct penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
instruction atau pembelajaran langsung
yang disertai hierarki konsep. Tabel 1. Desain Penelitian One Group Pretest
Posttest Design
Model pembelajaran langsung
Group Pretest Treatment Postest
menekankan pada penguasaan konsep Eksperimen N1 X N2
dan atau perubahan perilaku. Menurut
Arends Model direct instruction adalah Teknik analisis data terdiri dari uji
model pembelajaran yang menggunakan prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat
dasar prinsip-prinsip behavioral yang yang digunakan yaitu uji normalitas
mungkin pernah digunakan untuk dengan metode dan uji homogenitas
menghentikan kebiasaan merokok dengan metode Barlett. Adapun uji
manusia [5]. Demikian hal nya dengan hipotesis yang digunakan adalah Uji-t
miskonsepsi yang menjadi kebiasaan pihak kanan.
siswa, maka direct instruction diharapkan
menjadi solusi tepat bagi pelurusannya. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sementara itu hierarki konsep merupakan Hasil Tes Diagnostik Awal dan Akhir
suatu susunan konsep dimana konsep- Hasil tes diagnostik siswa
konsep dapat diurutkan berdasarkan suatu dikategorikan dalam empat kategori yaitu
hierarki sehingga tahap konstruktif siswa memahami (M), memahami sebagian
dapat dipantau sesuai urutan yang benar. (MS), miskonsepsi (MK) dan tidak
Berdasarkan uraian diatas maka memahami (M). Pada penelitian ini, hasil
dianggap penting untuk dilakukan tes diagnostik awal (D1) dan akhir (D2)
penelitian mengenai penggunaan dapat dibuat tabel gabungan seperti yang
pembelajaran direct instruction disertai tertera pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat
hierarki konsep untuk mereduksi terlihat bahwa besarnya miskonsepsi pada
miskonsepsi siswa pada materi larutan tes diagnostik akhir lebih sedikit daripada
penyangga dengan harapan hasil saat tes diagnostik awal.
penelitian dapat memberikan sumbangan
yang berarti bagi para guru kimia untuk Deskripsi Miskonsepsi Siswa
mereduksi bahkan menghilangkan Untuk mendapatkan gambaran
miskonsepsi siswa. yang jelas dari data yang dihasilkan
mengenai adanya miskonsepsi pada
METODE PENELITIAN materi pokok larutan penyangga dan
penggunaan pembelajaran direct
Penelitian dilakukan di SMA instruction disertai hierarki konsep sebagai
Negeri 2 Sragen pada kelas XI Semester upaya untuk mereduksi adanya
2 Tahun Ajaran 2012/2013. Teknik miskonsepsi dapat dideskripsikan pada
pengambilan sampel menggunakan tabel 3.
Purposive Sampling. Sampel penelitian
adalah kelas XI IPA 5 yang dipilih Tabel 3. Prosentase Miskonsepsi Siswa Sebelum
berdasarkan rekomendasi guru dimana (N1) dan Sesudah Perlakuan (N2)
kelas terpilih memiliki nilai kimia tertinggi. No Sub Konsep N1 (%) N2 (%)
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa 1 Sifat Larutan Penyangga 13,33 10
2 Komposisi 26,25 17,08
rendahnya nilai tes diagnostik bukanlah
3 Prinsip Kerja 38,33 10
karena rendahnya kecerdasan siswa
melainkan dari adanya miskonsepsi. 4 pH Larutan penyangga 21,33 10
Teknik pengambilan data yang 5 Peran Larutan Penyangga 36,67 20
digunakan yaitu berupa tes dan Rata-rata 27,18 13,42
wawancara. Tes diagnostik berfungsi .
Copyright 2013 183
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 182-190

Tabel 2. Perbandingan Hasil Tes Diagnostik Awal (D1) dan Diagnostik Akhir (D2)
Kategori Jawaban
Sub Konsep Larutan M MS MK TM
Penyangga (%) (%) (%) (%) (%)
D1 D2 D1 D2 D1 D2 D1 D2
Sifat 86,67 96,67 0 0 13,33 3,33 0 0 100
Komposisi 22,08 63,33 2,92 0 26,25 20,42 48,75 16,25 100
Prinsip Kerja 21,67 90 8,33 1,67 38,33 6 31,67 3,33 100
pH 18 63,33 0 0 21,33 19,33 60,67 17,33 100
Peran 53,33 73,33 10 3,33 36,67 23,33 0 0 100
JUMLAH 40,35 77,33 4,25 0,99 27,18 14,28 28,22 7,38 100

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Diagnostik Awal dan Akhir


Interval Frekuensi Frekuensi Komulatif (%)
Nilai Tes Diagnostik Awal Tes Diagnostik Akhir Tes Diagnostik Awal Tes Diagnostik Akhir
26 35 11 0 36,67 0
36 45 16 0 90,00 0
46 55 1 1 93,34 3,3
56 65 1 5 96,67 20,0
66 75 1 12 100 60,0
76 85 0 11 100 96,7
86 95 0 1 100 100
Jumlah 30 30
terdistribusi normal. Berdasarkan hasil
Distribusi Frekuensi Nilai Tes perhitungan data, diperoleh kesimpulan
Diagnostik Awal dan Diagnostik Akhir bahwa harga Lo < Ltabel baik pada tes
Distribusi frekuensi nilai tes diagnostik awal (0,160<0,161) maupun tes
diagnostik awal dan akhir dapat dilihat diagnostik akhir (0,123<0,161). Maka dari
pada Tabel 4 dan disajikan dalam bentuk itu, dapat disimpulkan bahwa sampel pada
diagram pada Gambar 1. penelitian ini berasal dari populasi yang
terdistribusi normal.

Uji Homogenitas
Penelitian ini menggunakan Uji
Bartlett untuk menentukan homogenitas
sampel. Dari uji homogenitas dengan taraf
signifikansi 5% yang tertera pada
lampiran, diperoleh harga = 0,19,
sedangkan pada tabel diperoleh harga
= 3,84. Karena harga <
Gambar 1. Diagram nilai Tes Diagnostik Awal dan maka sampel baik dari kelompok
Diagnostik Akhir data nilai tes diagnostik awal maupun
kelompok data nilai tes diagnostik akhir
Pengujian Persyaratan Analisis dikatakan homogen.
Pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan uji-t pihak Pengujian Hipotesis
kanan. Sebelum dilakukan uji hipotesis, Pengujian Hipotesis Pertama
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan Untuk mengetahui adanya
analisis yaitu terpenuhinya sampel yang miskonsepsi siswa, maka dapat dilihat dari
terdistribusi normal dan homogen. Data hasil tes diagnostik awal disertai
yang dianalisis adalah nilai tes diagnostik wawancara. Dari hasil tes diagnostik
awal dan nilai tes diagnostik akhir pada tersebut diperoleh hasil bahwa terdapat
materi pokok larutan penyangga. miskonsepsi pada lima konsep yang ada
pada materi pokok larutan penyangga
Uji Normalitas yaitu sifat larutan penyangga, komposisi
Penelitian ini menggunakan uji larutan penyangga, prinsip kerja larutan
Liliefors untuk menentukan apakah penyangga, pH larutan penyangga, dan
sampel berasal dari populasi yang
Copyright 2013 184
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 182-190

peran larutan penyangga dalam penyangga tidak akan berubah pH nya


kehidupan sehari-hari. karena jika asam dan basa dicampur
Setelah tes diagnostik dilakukan maka akan terbentuk larutan yang selalu
wawancara untuk lebih meyakinkan bersifat netral. Adanya miskonsepsi
adanya miskonsepsi siswa. Wawancara diperkuat melalui wawancara. Dari hasil
tersebut bertujuan untuk mengetahui lebih wawancara diperoleh jawaban siswa
lanjut apakah jawaban yang diberikan benar tentang pengertian larutan
siswa merupakan jawaban yang bersifat penyangga, yaitu siswa menjawab larutan
hafalan, berasal dari orang lain, atau penyangga merupakan larutan yang dapat
merupakan keyakinan siswa itu sendiri. mempertahankan pH nya dari kisarannya
Berdasarikan hasil wawancara tersebut, bila dinaikkan atau diturunkan. Namun
kebanyakan siswa tidak dapat men- dalam memberikan alasannya siswa
jelaskan secara benar pertanyaan yang mengalami miskonsepsi, yaitu siswa
diajukan. Dengan demikian siswa tersebut menjawab dengan kurang percaya diri
dikatakan mengalami miskonsepsi. menyebutkan bahwa larutan penyangga
Sehingga hipotesis pertama yang ber- terdiri atas asam dan basa kuat
bunyi Terdapat miskonsepsi siswa pada membentuk larutan bersifat netral.
materi pokok larutan penyangga yang Padahal, konsep yang benar yaitu larutan
diidentifikasi menggunakan tes diagnostik penyangga tidak akan berubah pH nya
disertai wawancara diterima. karena memiliki komponen yang saling
mempertahankan harga pH. Komponen
Pengujian Hipotesis Kedua tersebut antara lain adalah komponen
Untuk mengetahui tingkat asam yang menahan kenaikan pH dan
keberhasilan pembelajaran direct komponen basa yang menahan pe-
instruction disertai hierarki konsep maka nurunan pH [6].
digunakan uji perbandingan rata-rata nilai
tes diagnostik awal dan rata-rata tes 2. Komposisi Larutan Penyangga.
diagnostik akhir. Statistik yang digunkan Pada subkonsep komposisi
yaitu uji-t pihak kanan pada taraf larutan penyangga, 26,25% siswa
signifikansi 5%. Dari hasil perhitungan mengalami miskonsepsi. Adapun
yang tertera pada lampiran, diperoleh miskonsepsi yang terkadi pada konsep
harga thitung = 14,96 dan ttabel = 1,671. komposisi larutan penyangga ini antara
Berdasarkan data tersebut, diperoleh hasil lain :
bahwa harga thitung > ttabel maka dapat a. Siswa menganggap bahwa NH3 dan
dinyatakan bahwa H0 ditolak dan H1 NH4+ merupakan pasangan basa dan
diterima. Dengan demikian hipotesis asam konjugasi sebab H2O(asam)
kedua yang berbunyi Model direct memberikan proton (H+) kepada OH-
instruction disertai hierarki konsep dapat (basa konjugasinya).
digunakan untuk mereduksi miskonsepsi Jawaban yang benar seharusnya
siswa pada konsep-konsep materi pokok adalah NH3 dan NH4+ merupakan
larutan penyangga diterima. pasangan basa dan asam konjugasi
sebab H2O(asam) memberikan proton (H+)
Pembahasan Hasil Analisis Data kepada NH3. Sehingga, pada reaksi
Dari data sebelumnya pada Tabel sebelah kanan terbentuk NH4+.
3, diperoleh fakta bahwa sebesar 27,18%
+ -
siswa mengalami miskonsepsi pada NH3(aq) + H2O(l) NH4 (aq) + OH (aq)
materi larutan penyangga. Berdasarkan
hasil penelitian, miskonsepsi yang dialami Dalam hal ini NH3 sebagai
siswa meliputi lima sub konsep materi penerima proton merupakan basa,
larutan penyangga yaitu : sementara NH4+ merupakan asam
konjugasinya. Miskonsepsi yang terjadi
1. Subkonsep Sifat Larutan Penyangga. disebabkan siswa memahami bahwa
Pada Subkonsep ini, 13,33% siswa asam selalu memiliki sebuah hidrogen
mengalami miskonsepsi pada konsep sifat yang lebih banyak daripada basanya
larutan penyangga. Keempat siswa namun salah memahami bahwa
tersebut memiliki pola miskonsepsi yang seharusnya penentuan asam atau basa
sama. Menurut siswa tersebut, larutan adalah dari hubungan serah terima proton

Copyright 2013 185


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 182-190

pada satu sisi anak panah saja yaitu hal ini siswa mengalami salah konsep
reaktan NH3 dan H2O, dimana dalam hal dalam membedakan larutan bersifat asam
ini H2O bekerja sebagai asam yang akan kuat dengan asam lemah.
memberikan protonnya pada molekul NH3
yang bekerja sebagai basa [7]. NH3 e. Siswa memahami bahwa 100 mL
sebagai basa memiliki pasangan asam larutan HCl 0,3 M dengan 100 mL
konjugasi NH4+ yang memiliki ion H+ lebih larutan NH4OH 0,2 M dan 100 mL
banyak. larutan CH3COOH 0,2 M dengan 100
mL larutan NaOH 0,3 M dapat
b. Siswa menganggap bahwa campuran membentuk larutan penyangga.
NH3 dan NH4Cl memiliki komponen Padahal kedua campuran
penyangga yaitu NH3 dan HCl. tersebut tidak dapat membentuk larutan
Seharusnya jawaban yang benar penyangga. Hal ini dapat dijelaskan
adalah campuran NH3 dan NH4Cl memiliki sebagai berikut :
komponen penyangga yaitu NH3 dan
NH4+. Meski salah dalam menjawab Mol HCl = 100 mL x 0,3 M = 30 mmol
pertanyaan inti, tapi siswa tersebut benar Mol NH4OH = 100 mL x 0,2 M = 20 mmol
dalam memilih alasan yaitu karena NH3
HCl(aq) + NH4OH(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l)
merupakan basa lemah dan NH4+ adalah M 30 mmol 20 mmol
asam konjugasinya. R 20 mmol 20 mmol 20 mmol
Siswa tersebut juga memahami S 10 mmol - 20 mmol
bahwa larutan penyangga dapat dibuat
dari basa lemah dengan asam kuat. Pada reaksi diatas terlihat bahwa
Meski hal tersebut benar, namun siswa pereaksi yang sisa adalah HCl. HCl
mengalami salah konsep dalam merupakan asam kuat, sehingga larutan
penerapan konsep tersebut dalam soal, campuran yang dihasilkan merupakan
sehingga siswa memilih jawaban NH3 dan larutan asam, bukan larutan penyangga.
HCl, bukan NH3 dan NH4+ sebagai Adapun untuk campuran kedua,
komponen larutan penyangga. dapat diterangkan sebagai berikut :

c. Siswa menganggap bahwa H2CO3 Mol CH3COOH = 100 mL x 0,2 M= 20 mmol


Mol NaOH = 100 mL x 0,3 M= 30 mmol
berlebih dengan NaOH tidak dapat
membentuk larutan penyangga. CH3COOH(aq) +NaOH(aq) CH3COONa(aq) + H2O(l)
Padahal seharusnya H2CO3 M 20 mmol 30 mmol
berlebih dengan NaOH dapat membentuk R 20 mmol 20 mmol 20 mmol
campuran bersifat penyangga. Meskipun S - 10 mmol 20 mmol
salah, dalam memberikan alasan semua
siswa tersebut menjawabnya dengan Pada reaksi diatas terlihat bahwa
benar yaitu larutan penyangga tidak dapat pereaksi yang sisa adalah NaOH. NaOH
dibuat dari campuran asam dan basa kuat, merupakan basa kuat, sehingga larutan
atau asam dan basa lemah. Miskonsepsi campuran yang dihasilkan merupakan
ini disebabkan karena siswa salah konsep larutan basa, bukan larutan penyangga.
dalam menentukan sifat asam basa Meskipun jawaban mereka salah
larutan. namun alasan yang di berikan adalah
benar yaitu sebab bila kedua larutan
d. Siswa menganggap bahwa H2SO4 tersebut dicampur maka akan ada sisa
dan SO42- merupakan komponen asam atau basa lemah yang membentuk
larutan penyangga. penyangga dengan garamnya. Hal ini
Hal tersebut tidak tepat karena membuktikan bahwa meskipun siswa
H2SO4 merupakan asam kuat yang tidak mengerti bahwa larutan penyangga
dapat membentuk larutan penyangga memiliki ciri adanya sisa asam atau basa
dengan garam SO42- . lemah dan garamnya, namun siswa salah
Sementara itu, alasan yang dipilih konsep dalam mengaplikasikan konsep
siswa adalah alasan yang tepat yaitu tersebut dalam perhitungan. Dalam hal ini
karena campuran berasal dari asam dimungkinkan siswa tidak memperhatikan
lemah dan basa konjugasinya. Oleh sifat pereaksi yang sisa.
karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam

Copyright 2013 186


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 182-190

f. siswa menganggap bahwa jika 100 campuran yang dihasilkan merupakan


mL HCl 0,1 M dicampur dengan 100 larutan asam, bukan larutan penyangga.
mL NH4OH 0,05 M, maka akan Miskonsepsi yang terjadi terletak pada
terbentuk larutan bersifat penyangga. langkah penyelesaian soal yaitu
Seharusnya, campuran tersebut disebabkan karena siswa mengabaikan
bukanlah merupakan larutan penyangga. kesetaraan persamaan reaksi. Selain itu
Hal ini dijelaskan sebagai berikut : dimungkinkan siswa mengalami salah
konsep dalam menentukan sifat asam
Mol HCl = 100 mL x 0,1 M = 10 mmol basa larutan.
Mol NH4OH = 100 mL x 0,05 M = 5 mmol
h. Siswa miskonsepsi dalam penentuan
HCl(aq) + NH4OH(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l)
M 10 mmol 5 mmol sifat dan jumlah larutan hasil dari 100
R 5 mmol 5 mmol 5 mmol mL H2SO4 0,2 M dicampur dengan
S 5 mmol - 5 mmol 100 mL NaOH 0,2 M.
Terdapat 3 kelompok miskonsep-
Pada reaksi diatas terlihat bahwa si siswa yang diperoleh pada soal
pereaksi yang sisa adalah HCl. HCl tersebut. Kelompok pertama, menyatakan
merupakan asam kuat, sehingga larutan bahwa campuran menghasilkan larutan
campuran yang dihasilkan merupakan penyangga dengan sisa basa 10 mmol.
larutan asam, bukan larutan penyangga. Kelompok kedua, menyatakan bahwa
Dalam hal ini siswa mengalami campuran menghasilkan larutan
miskonsepsi dalam hal penentuan sifat penyangga dengan sisa konsentrasi asam
larutan. Meskipun siswa dapat mem- 0,01 M. Sementara, kelompok terakhir me-
berikan alasan yang benar yaitu terdapat nyatakan bahwa Larutan bersifat netral.
sisa asam 5 mmol, namun siswa salah Adapun jawaban yang seharusnya
memahami konsep larutan penyangga yaitu campuran menghasilkan larutan
bahwa hanya reaksi yang sisa asam asam dengan sisa asam sebanyak 10
lemah atau basa lemahnya saja lah yang mmol. Hal ini dijelaskan sebagai berikut :
dapat menghasilkan larutan penyangga.
Miskonsepsi pada perhitungan kali ini Mol H2SO4 = 100 mL x 0,2 M= 20 mmol
memperkuat miskonsepsi siswa pada soal Mol NaOH = 100 mL x 0,2 M= 20 mmol
sebelumnya yaitu siswa hanya
memperhatikan adanya sisa pada reaksi 1H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
M 20 mmol 20 mmol
namun tidak memperhatikan sifat reaksi R 10 mmol 20 mmol
yang sisa. S 10 mmol -

g. Siswa menganggap bahwa larutan Pada reaksi diatas terlihat bahwa


penyangga dapat dibentuk dari pereaksi yang sisa adalah H2SO4. H2SO4
campuran 100 mL larutan NH4OH 0,2 merupakan asam kuat, sehingga larutan
M dengan 50 mL H2SO4 0,3 M karena campuran yang dihasilkan merupakan
akan terdapat sisa basa lemah 5 larutan asam, bukan larutan penyangga.
mmol. Dalam hal ini kemungkinan siswa
Seharusnya dari campuran 100 mengalami miskonsepsi dalam hal per-
mL larutan NH4OH 0,2 M dengan 50 mL hitungan kimia antara lain dalam
H2SO4 0,3 M akan membentuk larutan penentuan reaksi pembatas, perhitungan
asam, bukan larutan penyangga. Hal ini konsentrasi, dan penyetaraan reaksi.
dapat dijelaskan sebagai berikut : Selain itu, dimungkinkan siswa mengalami
miskonsepsi dalam menentukan sifat
Mol NH4OH = 100 mL x 0,2 M = 20 mmol asam H2SO4.
Mol H2SO4 = 50 mL x 0,3 M = 15 mmol

2NH4OH(aq) +H2SO4(aq) (NH4)2SO4(aq) + 2H2O(l) 3. Prinsip Kerja Larutan Penyangga


M 20 mmol 15 mmol Dari hasil analisis, terdapat
R 20 mmol 10 mmol 10 mmol 38,33% siswa mengalami miskonsepsi
S - 5 mmol 10 mmol pada konsep komposisi larutan
penyangga.
Pada reaksi diatas terlihat bahwa
pereaksi yang sisa adalah H2SO4. H2SO4
merupakan asam kuat, sehingga larutan
Copyright 2013 187
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 182-190

a. Siswa miskonsepsi dalam mem- merupakan pilihan yang bersifat


prediksikan reaksi yang terjadi jika pengecoh. Dari ketiga pola jawaban,
ada penambahan asam kuat (HCl) ternyata pola ketiga inilah yang paling
pada larutan penyangga CH3COOH/ banyak dipilih. H+ dari asam kuat tidak
CH3COONa. menggantikan H+ larutan tapi justru malah
Siswa menjawab benar bahwa menambah H+ larutan sehingga
jika ada penambahan asam kuat pada kesetimbangan bergeser ke arah
larutan penyangga maka pH dapat pembentukan CH3COOH. CH3COOH
dipertahankan. Namun, terdapat tiga sendiri merupakan asam lemah yang
kelompok jawaban miskonsepsi siswa sedikit sekali terionisasi menjadi ionnya,
tentang proses yang terjadi pada larutan sehingga konsentrasi H+ dianggap tidak
penyangga dalam mempertahankan pH berubah.
nya.
Kelompok pertama beralasan b. Siswa menganggap jika terjadi
+
bahwa yang terjadi adalah H dari asam penambahan asam kuat (HNO3) pada
kuat akan berikatan dengan asam lemah. larutan penyangga NH3/NH4Cl maka
Hal tersebut tidak benar karena H+ tidak asam akan bereaksi dengan garam
dapat berikatan dengan asam lemah membentuk asam lemah.
(CH3COOH), tapi dapat berikatan dengan Seharusnya asam akan
basa konjugasinya (CH3COO-) bereaksi dengan garam dan yang dibentuk
membentuk CH3COOH yang sedikit oleh keduanya bukanlah asam lemah,
terionisasi kembali sehingga penambahan melainkan basa lemah. Hal ini
H+ tidak berarti. menandakan siswa mengalami
Kelompok kedua beralasan miskonsepsi prinsip kerja larutan
bahwa yang terjadi adalah H+ dari asam penyangga basa.
kuat menyebabkan kesetimbangan
bergeser ke kanan. Seharusnya, 4. pH Larutan Penyangga
+
penambahan H justru akan menambah Dari hasil analisis, terdapat
konsentrasi H+ pada sistem 21,33% siswa mengalami miskonsepsi
kesetimbangan larutan penyangga. Pada pada konsep pH larutan penyangga.
sistem kesetimbangan berikut :
a. Siswa menganggap bahwa 0, 264
CH3COOH(aq) CH3COO- (aq) + H+(aq) gram (NH4)2SO4 (Mr = 132) harus
ditambahkan ke dalam 200 mL larutan
Jika H+ ditambah dengan H+ dari asam NH3 0,1 M (Kb = 10-5) agar diperoleh
kuat (HCl), maka pergeseran larutan dengan pH = 10.
kesetimbangan akan bergeser ke arah Jawaban siswa tersebut salah,
CH3COOH, sehingga CH3COOH yang tetapi dalam menjelaskan Mol NH4+ yang
terbentuk semakin banyak. Sementara itu, dihasilkan adalah benar yaitu sebanyak
CH3COOH terionisasi sedikit sekali 0,002 mol. Seharusnya massa (NH4)2SO4
sehingga pH tidak berubah. Hal ini sesuai yang ditambahkan sebanyak 0,132.
dengan teori dalam materi pergeseran Angka tersebut dapat diperoleh dengan
kesetimbangan yaitu Apabila dalam cara sebagai berikut :
sistem kesetimbangan homogen,
konsentrasi salah satu zat diperbesar, pOH = 14-10 = 4
-4
[OH-] = 10
maka kesetimbangan akan bergeser ke
[OH-] = Kb
arah yang berlawanan dari zat tersebut.
-4 -5
Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu zat 10 = 10 x
diperkecil, maka kesetimbangan akan =
bergeser ke pihak zat tersebut [8].
x =
Sehingga jika dalam sistem penyangga
x = 2 mmol
tersebut ditambahkan asam kuat, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri. di dalam garam :
+ 2-
Kelompok ketiga beralasan (NH4)2SO4 2 NH4 + SO4
bahwa yang terjadi adalah H+ dari asam x x x
kuat menggantikan H+ larutan sehingga +
mol NH4 = x = 2 mmol = 0,002 mol
pH tidak berubah. Pilihan jawaban ini mol (NH4)2SO4 = x = 1 mmol = 0,001 mol
Copyright 2013 188
JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 182-190

Jadi, massa (NH4)2SO4 = mol x Mr urutan langkah pengerjaannya dengan


= 0,001 x 132 benar.
= 0,132 gram

c. Miskonsepsi pada perhitungan pH bila


Miskonsepsi siswa terjadi karena
pada 2 liter larutan NH4OH 0,2 M
siswa tersebut memahami bahwa rumus
dicampurkan dengan 2 liter larutan
untuk menghitung pOH larutan penyangga
NH4Cl 0,2 M (Kb NH4OH = 1,8.10-5),
yaitu :
kemudian ke dalam campuran
[OH-] = Kb tersebut ditambah 10 ml NaOH 0,1 M.
Terdapat dua pola jawaban yang
Sehingga siswa menganggap berbeda, yaitu pola pertama, siswa
bahwa mol x yang dihasilkan tersebut menganggap bahwa pH setelah
adalah mol dari garam, padahal mol x penambahan adalah sebesar 5 log 1,8.
tersebut masih merupakan mol dari asam Sementara itu pola lainnya menganggap
konjugasi NH4+. Hal ini diperkuat dengan bahwa pH setelah penambahan adalah
adanya wawancara terhadap beberapa sebesar 9 + log 1,8 dengan reaksi :
siswa yaitu mereka menyatakan bahwa
dalam memasukkan rumus pH NH4Cl(aq) +NaOH(aq) NH4OH(aq) + NaCl(aq)
penyangga, penggunaan istilah garam
atau asam / basa konjugasi adalah sama. Seharusnya pH yang terjadi
ketika penambahan NaOH pada sistem
b. Miskonsepsi pada pencampuran 50 penyangga adalah sebesar 9 + log 1,81.
mL asam format (HCOOH) 0,66 M (Ka Hasil tersebut diperoleh dari penjelasan
= 10-4) dengan 25 mL NaOH 1,20 M. berikut ini :
Terdapat dua pola miskonsepsi.
Pola pertama, siswa menyatakan bahwa Mol NH4Cl = 2 L x 0,2 M =0,4 mol = 400 mmol
campuran memiliki pH 3 dengan sisa Mol NH4OH = 2 L x 0,2 M =0,4 mol = 400 mmol
Mol NaOH = 10 mL x 0,1 M = 1 mmol
asam lemah 3 mmol. Sementara pola
yang lainnya menyatakan bahwa NaOH akan bereaksi dengan NH4Cl membentuk
campuran memiliki pH 5 dengan sisa basa NH4OH sehingga reaksi :
kuat 30 mmol. Seharusnya pH campuran
NH4Cl(aq) + NaOH(aq) NH4OH(aq) +NaCl(aq)
tersebut adalah 5 dengan sisa asam
M 400 mmol 1 mmol 400 mmol
lemah 3 mmol. Hal ini dapat dijelaskan R 1 mmol 1 mmol 1 mmol
sebagai berikut : S 399 mmol - 401 mmol
[OH-] = Kb
Mol HCOOH = 50 mL x 0,66 M = 33 mmol -5
[OH-] = 1,8 x 10 x
Mol NaOH = 25 mL x 1,20 M = 30 mmol -5
= 1,81 x 10
Reaksi : pOH = 5-log 1,81
HCOOH(aq) + NaOH(aq) HCOONa(aq) + H2O(l) pH = 9 + log 1,81
M 33 mmol 30 mmol
R 30 mmol 30 mmol 30 mmol 30 mmol Miskonsepsi yang terjadi pada
S 3 mmol - 30 mmol kelompok pertama yaitu siswa
menyatakan pH campuran sebesar 5 log
Pada reaksi diatas terlihat sisa asam 1,8. Hal ini dimungkinkan karena siswa
lemah HCOOH sebesar 3 mmol. memahami bahwa penambahan asam
Sementara itu untuk mencari konsentrasi atau basa kuat pada larutan penyangga
basa konjugasi dengan cara : sama sekali tidak mengubah pH larutan
penyangga tersebut sedikitpun, sehingga
-
HCOONa(aq) Na+(aq) + HCOO (aq) perhitungan yang mereka gunakan ialah
30 mmol 30 mmol perhitungan pencampuran NH4Cl dengan
+
[H ] = Ka NH4OH saja dengan mengabaikan
-4
= 10 x penambahan NaOH. Selain itu, kesalahan
-5
= 10 yang terjadi adalah siswa hanya
pH = 5 menghitung pOH saja, belum sampai pada
Miskonsepsi siswa pada penentuan pH.
perhitungan pH larutan penyangga Adapun kelompok kedua yaitu
dikarenakan siswa salah memahami siswa menyatakan bahwa pH campuran

Copyright 2013 189


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Hal. 182-190

sebesar 9 + log 1, 8. Dalam hal ini 1. Terjadi miskonsepsi siswa pada


miskonsepsi yang terjadi pada dasarnya konsep-konsep materi pokok larutan
sama dengan kelompok pertama, yaitu penyangga, terutama pada konsep
mereka menganggap bahwa penambahan sifat, komposisi, prinsip kerja, Ph, dan
asam kuat atau basa kuat tidak akan peran larutan penyangga dengan tes
mempengaruhi sistem penyangga diagnostik disertai wawancara.
sedikitpun. Namun pada kelompok ini 2. Model Direct Instruction disertai
sudah bisa memahami perbedaan hierarki konsep dapat digunakan
penggunaan pH dan pOH. untuk mengurangi miskonsepsi siswa
pada materi pokok larutan penyangga,
5. Peran Larutan Penyangga dengan hasil uji-t pihak kanan
Terdapat 36,67% siswa menunjukkan bahwa thitung = 14, 96
mengalami miskonsepsi pada konsep lebih besar dari ttabel= 1,671 dengan
peran larutan penyangga keseimbangan taraf signifikansi 5%.
pH darah. Siswa menyatakan bahwa salah
satu fungsi larutan penyangga dalam UCAPAN TERIMA KASIH
tubuh adalah Menjaga pH darah agar Ucapan terima kasih penulis
tetap konstan, namun siswa tidak dapat sampaikan kepada Bapak Drs. Sumantri
menjelaskan reaksi mekanisme selaku Guru Mata Pelajaran Kimia SMA
bagaimana larutan penyangga dapat Negeri 2 Sragen .
mempertahankan pH darah. Siswa
tersebut menyatakan hal itu dikarenakan DAFTAR RUJUKAN
pada reaksi : [1] Gabel, D. 1999. Improving Teaching
and Learning through Chemistry
H2CO3(aq) HCO3-(aq) + H+(aq) Education Research: A Look to the
Future. Journal of Chemical
Jika ditambah asam, maka reaksi Education. (76) 4, 548 554.
akan bergeser ke kiri sehingga H+ [2] Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan
berkurang. Miskonsepsi siswa tentang Perubahan Konsep dalam Pendidikan
mekanisme pertahanan pH darah ini Fisika. Jakarta : PT. Grasindo.
dimungkinkan disebabkan karena siswa [3] Sari, D. P. 2008. Studi Miskonsepsi
hanya memahami sebagian dari Pembelajaran Kimia pada Konsep
prosesnya saja. Meskipun H+ berkurang Larutan Buffer dan Hidrolisis Siswa
karena pergeseran kesetimbangan, Kelas XI SMA Batik 2 Surakarta
namun seiring dengan fenomena tersebut Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi,
H+ juga bertambah karena adanya Universitas Sebelas Maret.
penambahan H+ dari asam, sehingga [4] Santini, I.A.N.D. 2009. Penggunaan
jumlah ion H+ pada sistem penyangga Pendekatan Konflik Kognitif untuk
dapat dipertahankan. Mengatasi Miskonsepsi Pembelajaran
Adapun mengenai usaha Termokimia. Tesis, Universitas
pengurangan miskonsepsi pada materi Sebelas Maret.
larutan penyangga ini, terdapat beberapa [5] Arends, R. 2008. Learning To Teach
siswa dapat mengatasi miskonsepsinya Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta:
terbukti dari hasil tes diagnostik akhir Pustaka Pelajar.
siswa yang lebih baik daripada tes [6] Partana, C. F dan Wiyarsi, A. 2008.
diagnostik awal mereka. Namun, ada pula Mari Belajar Kimia 2 : Untuk SMA XI
siswa gagal dalam mengatasi IPA. Jakarta : Departemen Pendidikan
miskonsepsinya hal ini dikarenakan Nasional.
miskonsepsi memang sangat sulit untuk [7] Brady, J. E. 1998. Kimia Universitas
diatasi secara menyeluruh, meski sudah Asas dan Struktur. (Alih Bahasa :
dilakukan upaya pengurangan. Sukmariah, dkk). Jakarta : Binarupa
Aksara.
KESIMPULAN [8] Utami, B., Nugroho CS, A.,
Berdasarkan hasil penelitian dan Mahardiani, L., Yamtinah, S., dan
analisis data yang diperoleh, maka dapat Mulyani, B. 2009. Kimia SMA/MA
ditarik kesimpulan sebagai berikut : Untuk Kelas XI Program Ilmu Alam.
Jakarta : CV. HaKa MJ.

Copyright 2013 190

Anda mungkin juga menyukai