Sumber Hukum Uniform Customs and Practice for Documentary Credits-500 (U.C.P.D.C.-500)
1993 Revision
Cara Pembayaran Ekspor-Impor yang paling aman adalah menggunakan Letter of Credit (L/C).
L/C di sini dimaksudkan menjembatani perdagangan internasional atau antar negara dimana
pembeli dan penjual belum saling mengenal baik, maka dengan media L/C resiko non payment
dapat dialihkan ke bank yang terkait dalam proses L/C ( Issuing bank, negotiating bank,
conferming bank).
L/C yang merupakan singkatan dari Letter of Credit, kadang disebut juga sebagai Credit
khususnya dalam Uniform Customs and Practice (UCP). Disamping itu Documentary Credit juga
dikenal sebagai istilah yang umumnya dipakai dalam konfirmasi L/C (lembaran L/C).
Documentary Credit mengandung arti bahwa bank hanya bertanggung jawab sebatas dokumen
dan tidak bertanggung jawab atas komoditi yang dikapalkan apakah sesuai degan yang tersurat
dalam dokumen. Singkat kata petugas bank tidak berurusa dengan barang yang dikapalkan.
L/C merupakan janji bayar dari Bank Pembuka kepada pihak Eksportir sepanjang mampu
menyerahkan dokumen yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C. Bagi para nasabah importir,
BCA menyediakan jasa layanan untuk penerbitan berbagai jenis L/C, mulai dari Sight L/C (atas
unjuk), Usance L/C (berjangka), Red Clause L/C (pembayaran di muka), hingga Standby L/C.
Penerbitan L/C dapat dilayani dalam 22 mata uang asing ke berbagai penjuru dunia di mana
Anda bermitra bisnis.
Suatu instrumen (dapat berupa telex, swift, surat) yang dikeluarkan oleh bank (bank penerbit
L/C) atas permintaan nasabahnya (importir/ buyer/applicant) yang memberikan kuasa kepada
penjual (eksportir/ seller/beneficiary) untuk menarik dengan sehelai wesel/draft sejumlah uang
jika telah memenuhi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam instrumen
tersebut.
Nasabah (eksportir) mendapat jaminan pembayaran atas barang yang mereka ekspor,
sedangkan bagi nasabah (importir) mendapat jaminan penerimaan barang yang mereka
impor.
Karyawan mempunyai alternatif lain dalam memanfaatkan dana yang dimiliki.
Menghindari korespondensi yang berkali-kali.
L/C IMPOR
Copy API (Angka Pengenal Importir).
SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
Copy KTP pejabat perusahaan.
Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen impor.
Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan L/C.
Mengisi dan menandatangani formulir Penggunaan Fasilitas L/C Sight/Usance.
Membuka rekening di Bank (untuk memudahkan pemotongan biaya-biaya yang timbul
dalam proses L/C Impor).
SKBDN ( Surat Berdokumen Dalam Negeri)
SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
Copy KTP pejabat perusahaan.
Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen SKBDN.
Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pembukaan SKBDN.
Membuka rekening di Bank.
LC EKSPOR
SIUP/NPWP/TDP/Akte Pendirian Perusahaan.
Copy KTP pejabat perusahaan.
Copy tanda tangan pejabat yang berwenang menandatangani dokumen ekspor.
Mengisi & menandatangani Formulir Syarat-syarat Umum Pengoperan Wesel Ekspor.
Menyerahkan L/C asli untuk negosiasi (jika L/C tidak melalui Bank Pelaksana Negosasi).
Membuka rekening di Bank.
PROSEDUR EKSPOR
1. Syarat Ekspor
System kode digunakan untuk menunjuk komoditas secara lebih spesifik, sehingga dapat
terhindar dari pemilihan komoditi yang diperjual belikan. System kode yang dipergunakan terdiri
dari 9 digit yaitu 6 digit pertama adalah kode asli HS yang berlaku secara internasional dan 3
digit terakhir dimaksudkan sebagai kode pengelompokkan komoditi lebih lanjut secara nasional,
sehingga penyebutannya menjadi :
digit pertama menunjukkan Bab
digit berikutnya menunjukkan Pos
digit selanjutnya menunjukkan sub pos HS
2 digit terakhir menunjukkan sub pos nasional
contoh sebagai berikut :
HARMONIZED SYSTEM
Bab 07 : Sayuran, akar bonggol yang
Pos 0710 dapat dimakan
Sub Pos 0710.10 : Sayuran sejenis umbi
Nasional 0710.10.000 : umbi kentang
: Kentang beku
a. Mengetahui status kelayakan dari calon importir melalui Bank eksportir atau perwakilan
perdagangan Indonesia diluar negeri.
b. Mengecek status dari Bank yang mengeluarkan L/C.
Guna mengatasi resiko pembayaran dalam mengekspor disarankan untuk menghubungi PT.
Asuransi Ekspor Indonesia ( ASEI).
Dalam menutup suatu kontrak penjualan komoditi, beberapa persyaratan dan kondisi perlu
terlebih dahulu disetujui. Hal ini perlu dipertimbangkan dengan hati-hati oleh eksportir, karena
sekali kontrak telah disetujui, akan mengikat secara hukum.
Beberapa kelengkapan berikut ini merupakan informasi penting yang sebaiknya dimasukkan
kedalam kontrak, yaitu :
5. Terms Penjualan
Pembeli diluar negeri dalam transaksi pasar sering lebih menginginkan untuk terms penjualannya
menggunakan C&F atau CIF agar terjamin pengapalannya sampai di tangan importir/ pembeli.
Informasi tentang jasa yang tersedia dan perusahaan ekspedisi yang terpercaya dapat diperoleh
dari Cargo Tariff and Pricing Department dengan alamat sebagai berikut :
Eksportir Indonesia masih sering pula menggunakan FOB (Freight on Board) dalam terms
penjualannya guna menghindarkan diri dari risiko angkutan / shipping dan asuransi.
Peraturan pengawasan mutu pelak-sanaannya merupakan hal yang sangat penting untuk
menjamin, bahwa produk ekspor memenuhi :
a. Spesifikasi yang ditetapkan didalam kontrak
b. Syarat kesehatan, keamanan dan peraturan pengawasan mutu yang ditetapkan oleh
negara pengimpor
c. Tingkat mutu minimum yang ditetapkan oleh yang berwenang di Indonesia
Menjaga mutu secara konsisten sebagaimana yang diminta oleh pembeli adalah sangat penting.
Kegagalan dalam hal ini tidak saja akan merusak reputasi eksportir secara individu, tetapi juga
akan merusak nama Indonesia secara keseluruhan.
Standar
Standar komoditi dikeluarkan oleh Dewan Standarisasi Nasional/ DSN dan disebut Standar
Nasional Indonesia / SNI. Pelayanan informasi mengenai standar nasional, regional dan
internasional diberikan oleh Lembaga Standarisasi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI).
Dokumen yang diperlukan untuk ekspor ditentukan oleh permintaan pembeli seperti yang disebut
pada acara pembayaran yang dipilih (L/C atau lainnya). Eksportir harus berhati-hati dalam
memenuhi secara tepat persyaratan dokumen yang diminta didalam L/C dan mengusahakan
penyerahannya dengan segera, agar tidak terjadi kelambatan dalam pembayaran.
Dokumen yang biasanya diperlukan adalah :
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Bill of Lading ( B/L, Airway Bill / AWB atau dokumen transpor lainnya seperti postel
receipt, cargo receipt)
Invoice
Packing List
Surat Keterangan Asal (SKA)
PEB merupakan dokumen utama yang harus diisi dengan benar oleh memperoleh persetujuan
Bea dan Cukai. Dengan dasar SK. Menteri Keuangan No: 1012/KMK.00/1991 tahun 1991 tentang
Pemberitahuan Ekspor Barang.
PEB merupakan satu-satunya dokumen yang diserahkan kepada Bea dan Cukai, dan berguna
untuk:
- Customs clearance di negara/ pelabuhan asal barang
- Dokumen utama untuk keperluan statistik perdagangan
- Penetapan pajak ekspor
Dokumen PEB yang lengkap terdiri dari 10 lembar dengan perincian 3 lembar ekstra
copy dan lainnya 7 lembar untuk keperluan :
B. Copy Ekstra
Bagi eksportir yang terkena Pajak Ekspor (PE) dan Pajak Ekspor Tambahan (PET) diperlukan
lembar yang kesembilan untuk Direktorat Jenderal Moneter.
Sesudah PEB di Fiat muat oleh pejabat be cukai, komoditi ekspor dimasukkan ke dalam kapal,
maka dari pihak pelayaran akan menerbitkan Bill of Lading (B/L). Sebelum B/L diterbitkan, bila
terjadi kehilangan, kerusakan, atau hal-hal lainnya terhadap komoditi ekspor tersebut, maka
pihak pelayaran tidak dapat dituntut tanggungjawabnya.
Sementara itu Pasal 23 a UCP 500 menetapkan Bill of Lading adalah dokumen yang
secara nyata menunjukkan nama pengangkut ditandatangani oleh pengangkut/agen yang
ditunjuk atas nama pengangkut, menunjukkan bahwa barang sudah dimuat di atas kapal dengan
tanggal penerbitan. Bill of Lading menunjukkan pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar yang
ditentukan dalam Letter of Credit dan berisikan kondisi pengangkutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan, Selembar B/L umumnya terdapat 3 (tiga) unsur pokok
yaitu:
a Negotiable B/L atau Original B/L, yaitu B/L yang dapat dipergunakan sebagai dokumen
berharga untuk pencairan L/C atau dapat diperjual-belikan. Jenis B/L ini biasanya terdiri
dari satu set (Full Set) yakni Original 1,2,3. Hukum yang berlaku di sini adalah apabila
salah satu lembar original tersebut sudah dipergunakan, maka lembar lainnya tidak
berlaku (One for all, All for One).
Lawan dari Negotiable B/L adalah Non Negotiable B/L, yaitu copy B/L yang tidak dapat
dipakai untuk pencairan L/C.
f. Stale B/L
Untuk jarak yang dekat seperti Jakarta-Singapura kapal akan tiba di pelabuhan tujuan
dalam waktu 1x24 jam sehingga ada kemungkinan kapal sudah tiba, Namun B/L
terlambat 1 atau 2 hari. Sehingga B/L tersebut menjadi basi/Stale, inilah yang disebut
sebagai Stale B/L.
g. Switch B/L
Dalam hal Back to Back L/C, karena perdagangan perantara/trader tidak ingin pembeli
mengetahui alamat penjual, maka B/L yang pertama yang tercantum nama Shipper yang
sebenarnya diganti nama Trader, pada B/L kedua ini tidak tampak lagi shipper yang
sebenarnya jenis B/L ini dikenal dengan switch B/L (B/L yang diganti). B/L yang pertama
diterbitkan itu disebut Master B/L.
j. Chartered B/L
Selain maskapai pelayaran dan Forwarding Company maka ada juga B/L yang diterbitkan
oleh pihak yang mencarter kapal, jenis B/L ini dikenal sebagai Chartered B/L.
Surat keterangan ini menyatakan negara asal dari produk yang diekspor dan biasanya diminta
dalam syarat-syarat kontrak dan atau L/C. Ada beberapa ketentuan yang mengatur SKA untuk
komoditi ekspor Indonesia. Surat keputusan ini disertai keputusan sebagai pelaksanaan dari
ketentuan mengenai pengeluaran SKA untuk komoditi ekspor Indonesia. SKA ini dikeluarkan oleh
Pusat Karantina Pertanian untuk keperluan mengekspor komoditas Pertanian ke manca negara
atau Kantor Wilayah Departemen Perdagangan dan Kantor Departemen Perdagangan.
Peraturan mengenai operasi Bea dan Cukai ditetapkan dalam instruksi Presiden No. 4 tahun 1985
mengenai kebijaksanaan untuk melancarkan kegiatan ekonomi. Penerapan prosedur Bea dan
Cukai dalam bidang ekspor dan impor termuat dalam surat keputusan Menteri Keuangan. Pasal-
pasal dalam keputusan tersebut yang ada hubungannya dengan ekspor dapat ditingkatkan
sebagai berikut:
1. Barang - barang ekspor tidak dikenakan pemeriksaan Bea dan Cukai.
2. Pengecualian hanya bisa dilakukan, apabila terdapat kecurigaan, bahwa :
a. Barang ekspor ekspor tersebut merupakan barang yang ekspornya dilarang, diatur atau
diawasi.
b. Barang ekspor tersebut kena pajak ekspor (PE) atau ekspor tambahan (PE), dan ini tidak
disebutkan dengan benar dalam PEB.
Dalam kasus tersebut pemeriksaan hanya dapat dilakukan dengan instruksi tertulis dari
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Satu-satunya dokumen yang ditangani oleh Bea dan Cukai adalah PEB. Bila PEB ditulis dengan
benar, maka Bea dan Cukai dapat memberikan clearance barang untuk dikapalkan /fiat muat.
B. Pemeriksaan
Walaupun Bea dan Cukai tidak lagi terlibat dalam pemeriksaan barang ekspor, tetapi
pemeriksaan masih tetap diperlukan dalam rangka fasilitas Bapeksta. Ajika barang ekspor
memerlukan pemeriksaan oleh Surveyor, maka eksportir harus mengajukan permohonan untuk
pemeriksaan kepada Surveyor apabila barang sudah siap untuk diekspor dengan mengisi PPBE
(Permohonan Pemeriksaan Barang Ekspor). Pemeriksaan meliputi jenis barang, klasifikasi, mutu
barang dan jumlahnya.
Jika pemeriksaan sudah selesai, surveyor mengeluarkan Pra Kebenaran Pemeriksaan, dimana
surat ini harus disertakan pada PEB pada saat mendaftarkan pada Bank Devisa dan kepada Bea
dan Cukai untuk persetujuan muat. LKPE akan dikeluarkan apabila barang betul-betul telah
dimuat.
Prosedur mengenai ini, termasuk untuk barang yang salah atau melanggar persyaratan, tertera
dalam surat keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri tanggal 14 Juli 1988.
Tidak terdapat peraturan mengenai pengapalan dalam mata rantai ekspor yang ada hubungan
secara langsung dengan eksportir. Namun hal ini menjadi penting bagi eksportir yang menjual
dengan term C & F atau CIF.
Hal ini akan sangat penting terutama jika diperlukan alat angkut khusus, misalnya kontainer yang
berventilasi atau yang memiliki pendingin. Untuk memperlancar pengurusan barang eksportir
agar menggunakan jasa agen pengapalan dan ekspedisi.
Peraturan-peraturan untuk memperlancar arus perdagangan dimuat dalam INPRES No. 4 tahun
1985, termasuk perbaikan-perbaikan dibidang angkutan barang, dalam bentuk:
- Biaya pelabuhan
- Tarip angkutan antar cargo
- Prosedur penanganan cargo
- Agen perkapalan
- Operasi pelabuhan
Dalam rangka melayani ekspor komoditas, ada 4 pelabuhan utama yang menangani
perdagangan internasional antara lain : Tanjung Priok, Tanjumg Perak, Ujung Pandang dan
Belawan.
Badan Pelaksana Bursa Komoditi ( BAPEBTI) telah membentuk bagian khusus yang berhubungan
dengan pengadaan ruang kapal. Kegiatan penyedia informasi muatan dan ruang kapal yang
diselenggarakan oleh BAPEBTI meliputi bidang bidang angkutan laut dalam negeri ( antar pulau)
dan angkutan laut luar negeri yaitu informasi yang dibutuhkan oleh pihak penyedia dan pemakai
jasa angkutan laut.
Informasi yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa angkutan laut meliputi: nama pemesan
ruang kapal, jenis dan jumlah komoditi, jadual pengapalan yang direncanakan, jenis kemasan
barang, asal dan tujuan pengapalan. Sedangkan informasi yang dibutuhkan pihak pemakai jasa
angkutan laut antara lain : nama perusahaan pelayaran, trayek dan jadual pelayaran, jenis/type/
ukuran dan kecepatan kapal, posisi kapal terakhir, ruang kapal yang tersedia dan tarip yang
ditawarkan.
Disamping melakukan kegiatan tersebut diatas BAPEBTI menyediakan sarana untuk pelaksanaan
transaksi muatan dan ruang kapal. Pelaksanaan transaksi sebagaimana dimaksud dilakukan
secara bebas.
Cara ini kurang umum, tetapi kadang-kadang mungkin juga dipakai meskipun dengan
menggunakan L/C. Sistem Fixed Price ini akan lebih menguntungkan eksportir jika permintaan
akan produk tersebut tinggi atau mempunyai perdagangan berskala luas.
Cara pembayaran yang banyak dipakai adalah dengan L/C, karena memenuhi
kepentingan keduabelah pihak. L/C merupakan surat yang dikeluarkan oleh bnak devisa
atas permintaan nasabahnya (importir) yang ditujukan kepada penerima (eksportir) di
luar negeri yang menjadi relasi importir tersebut. Dengan surat tersebut eksportir
mempunyai hak untuk menarik wesel. Bank bersangkutan menjamin untuk menerima
atau untuk menguangkan wesel yang ditarik asalkan memenuhi syarat-syarat yang ada
didalam surat tersebut. Alamat bank devisa antara lain :
Bermacam-macam L/C yang diketemukan dalam dunia per L/C-an dimulai dari L/C yang dibatasi
negosiasinya (restricted) sampai pada yang bebas negosiasinya ( Freely Negotiable). Namun ada
tiga jenis L/C yang paling lazim dijumpai dalam praktek yaitu dilihat dari saat pembayarannya :
1. Sight L/C
adalah L/C yang bilamana semua persyaratan dipenuhi, maka bank negosiasi paling lama
dalam 7 hari kerja wajib melunasi/membayar nominal L/C kepada eksportir.
Dengan demikian, Sight L/C (L/C unjuk) bisa dikategorikan sebagai L/C yang tunai, pada saat
diperlihatkan semua dokumen pengapalan ( shipping Documents) yang lengkap tanpa
penyimpangan (Disccrepancies) pada saat itulah pembayaran akan dilakukan oleh bank
kepada eksportir. Oleh karena itu digolongkan sebagai L/C yang aman (Safety L/C).
2. Usance L/C
Berbeda dengan Sight L/C, maka Usance LC dimaksudkan bahwa pembayaran baru bisa
dilunasi jika L/C tersebut sudah jatuh tempo yaitu sekian hari dari tanggal pengapalan /
tanggal Bill of Lading, dengan demikian berarti eksportir memberi kredit kepada importir
dimana barang dikirim terlebih dahulu, kemudian pembayaran dilakukan. Usance L/C dapat
dilakukan kalau eksportir sudah percaya dengan importir.
3. Red Clause L/C
Jika Usance L/C dibayarkan kemudian hari oleh importir setelah barang-barang pesanan tiba,
sebaliknya Red Clause L/C adalah terbalik dibanding dengan Usance L/C, yaitu pembayaran
dilakukan oleh bank negosiasi kepada ekspotir sebelum barang dikapalkan. Dengan demikian
importir memberi kredit kepada eksportir. Terlihat adanya Pre-Financing bagi eksportir.
4. Revolving L/C.
Bila L/C dengan jumlah US$ 200 sebagai nominal L/C pada saat di buka, namun shipment bisa
dilakuikan sampai liam kali, maka dalam realisasinya, nominal L/C bertambah menjadi US$
1,000. Ini diartikan sebagai revolving L/C. Hal ini untuk menghindari biaya pembukuan L/C
yang tinggi.
Sudah barang tentu dengan revolving L/C pengapalan sebagian (partial shipment) akan
diperbolehkan.
5. Transferable L/C.
Andaikata pada saat L/C ingin direalisasi, ternyata adanya kesulitan teknis atau kurangnya
kapasitas pruduksi, maka L/C tersebut terbuka kemungkinan dialihkan/ditransfer kepada pihak
lain / beneficiary ke 2, sehingga yang mengapalkan barang tersebut adalah beneficiery ke 2,
sehingga yang mengapalkan barang tersebut adalah beneficiary ke 2.
6. Standby L/C
Standby L/C adalah jenis L/C yang berlainan dengan L/C yang berlaku di dunia ekspor impor,
karena L/C ini tidak menyangkut pembayaran ekspor impor, teapi hanya berfungsi sebagai
jaminan bank/Bank Guarantee, yaitu untuk meng-backup bilamana terjadi wan-prestasi dari
benficiary atau pihak yang hutang baik untuk pemborong atau pihak yang berhutang baik
untuk penyelesaian bangunan gedung maupun utang lainnya.
7. Confirmed L/C
Adalah L/C yang pembayarannya dijamin oleh dua bank, yakni bank pembuat L/C dan bank
penyampai L/C atau bank negosiasi, artinya L/C ekspor yang diterima oleh bank penyampai L/C
tersebut di-backup / diconfirm kembali / dijamin kembali pembayarannya oleh bank penerima
L/C, dengan demikian apabila terjadi kepailitan atau kerugian atas bank pembuka L/C, maka
bank penyampai itulah yang akan menyelesaikan pembayaran L/C-nya semua persyaratan L/C
dipenuhi.
Sebenarnya L/C jenis ini adalah L/C yang dibuka berdasarkan L/C yang pertama (master L/C)
yang nilai satuan barang dagangannya lebih tinggi yang diterima oleh Trader/perantara. Maka
berdasarkan L/C tersebut dibukalah L/C yang baru atau L/C yang kedua, yang sering disebut
dengan Back to Back L/C. Ciri khas dari L/C ini dapat dipantau dari pelabuhan tujuan/negara
tujuannya. Bila L/C dibuka dari Singapura, pelabuhan tujuannya di Colombo.
Hal ini memberi indikasi bahwa barang tersebut bukanlah untuk kepentingan trader/pembuka
L/C di Singapura, akan tetapi untuk pembeli yang sebenarnya yang berada di luar Singapura,
sehingga dipakai Switch Bill of Lading untuk menghilangkan jejak eksportir di Indonesia.
9. Irrevocable L/C
Dilihat dari kemungkinan dibatalkannya L/C oleh pihak pembuka L/C dan bank pembuka, maka
kita mengenal Irevocable L/C dan Revocable L/C. Yaitu L/C yang tidak dapat dibatalkan dab L/C
yang dapat dibatalkan sepihak. UCP 500 menetapkan bila tidak dicantumkan kepastiannya,
akan dianggap sebagai Irrevocable
Negosiasi
Diskonto
Apabila Anda memiliki tagihan atas L/C ekspor berjangka yang sudah diterima ( accepted) Bank
Pembuka L/C, Anda dimungkinkan untuk menarik pembayaran terlebih dahulu dengan menjual
tagihan tersebut kepada Bank. Transaksi ini dikenal dengan istilah diskonto. Dengan demikian,
kebutuhan cashflow Anda dapat segera terpenuhi karena Anda tidak perlu menunggu terlalu
lama untuk memperoleh pembayaran pada saat jatuh tempo.
Namun demikian ada beberapa tipe atau jenis L/C lain yang melibatkan lebih dari
pada yang disebutkan diatas meskipun tidak dapat meninggalkan ketiga pihak utama
itu.
Jadi dalam mekanisme L/C dapat terlibat secara langsung beberapa pihak yaitu :
Tugas Diskusi
Coba anda diskusikan menyangkut kelemahan & kelebihan pembayaran mekanisme L/C ?
Quiz
1. Sebutkan semua Jenis Angka Pengenal Importir serta apa bedanya masing-masing
2. Apakah semua orang yang mau melakukan impor selalu memerlukan API
3. Ceritakan mengapa ada kebijakan berkaitan dengan barang-barang yang merupakan
larangan impor dan apakah tujuannya.
4. Ceritakan keterlibatan pihak-pihak yang tertera di atas serta seberapa jauh tanggung
jawabnya ?
5. Jenis L/C yang mana yang lebih menguntungkan bagi pihak importir dan jenis L/C yang
mana pula yang lebih menguntungkan pihak Exportir ?
6. Persyaratan apa saja yang diperlukan untuk menjadi exportir ?
Tugas Mandiri :
Coba anda sebutkan barang-barang ekspor berdasarkan kelompok barang dibawah ini :
a. Barang Yang Diatur Ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan
oleh Eksportir Terdaftar;
b. Barang Yang Diawasi Ekspornya adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan Menteri Perindustrian dan Perdagangan atau Pejabat yang ditunjuk;
c. Barang Yang Dilarang Ekspornya adalah barang yang tidak boleh diekspor;
d. Barang Yang Bebas Ekspornya.