Anda di halaman 1dari 24

BAB 5

PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

Bentuk persamaan diferensial biasa orde satu dapat ditulis sebagai :

dy
f ( x, y ), y(x0) = y0 (5.1)
dx

Persamaan ini dapat diselesaikan secara numerik dengan menggunakan metoda Deret

Taylor, metoda Euler, metoda Runge-Kutta, metoda Runge-Kutta-Fehlberg, atau

metoda Runge-Kutta-Merson . Prinsip-prinsip dari metoda-metoda ini dan contoh

pemakaiannya akan dijelaskan pada bagian-bagian berikut.

5.1. METODA DERET TAYLOR

Dengan metoda deret Taylor, harga y(x) ditentukan dengan persamaan :

y" ( x0 )
y ( x) y ( x0 ) y ' ( x0 ) x x0 x
2!

(5.1.1)

dimana :

y(x0) = nilai awal fungsi,

y(x0) = nilai awal turunan pertama fungsi,

y(x0) = nilai awal turunan kedua fungsi, dan

y(x0) = nilai awal turunan ketiga fungsi.


1
Persamaan (5.1.1) dapat dikembangkan untuk turunan yang lebih tinggi.

Contoh soal :

Selesaikan dy/dx = x + y, y(0) = 1 untuk menentukan y(0.1) sampai turunan tingkat

empat.

y' = x + y y''' = y''

y'' = 1 + y' yiv = y'''

xo = 0

y'(xo) = y'(0) = 0 + 1 = 1. y'''(0) = 2,

y''(0) = 1 + 1 = 2 yiv(0) = 2.

Substitusi harga-harga ini kedalam persamaan diatas menghasilkan :

y(x) = 1 + x + x2 + 1/3 x3 + 1/12 x4

y(0.1) = 1.1103

5.2. METODA EULER

Metoda Euler mempergunakan slope dalam menentukan harga fungsi pada interval akhir

sebagai mana diperlihatkan secara grafis pada Gambar 5.2.1.

2
y Analytical solution

y1
True y-value
y0

x0 x0 + h x

Gambar 5.2.1. Prinsip Metoda Euler

Harga suatu fungsi setelah interval h dapat ditentukan dengan persamaan :

y" ( ) 2
y x0 h y ( x0 ) hy ' ( x0 ) h , x0
2
(5.2.1)

Nilai y(x0) diberikan oleh kondisi awal dan harga y'(x0) dievaluasi dari f(x0,y0) yang

diberikan oleh persamaan differential dy/dx = f(x,y). Metoda ini dapat digunakan secara

3
iteratif untuk menentukan harga y(xo+2h), y(xo+3h), dan seterusnya. Secara umum harga

y(n+1) dapat ditentukan dengan persamaan

y(n+1) = yn + hyn + O(h2) (5.2.2)

Contoh perhitungan :

Selesaikan dy/dx = x + y, y(0) = 1, h = 0.02, dengan metoda Euler untuk mendapatkan

y(0.1). Hasil perhitungan dengan persamaan (5.2.2) ditunjukkan pada Tabel 5.2.1.

Tabel 5.2.1. Hasil Perhitungan dy/dx = x + y

xn yn yn hyn
0 1.0000 1.0000 0.0200
0.02 1.0200 1.0400 0.0208
0.04 1.0408 1.0808 0.0216
0.06 1.0624 1.1224 0.0224
0.08 1.0848 1.1648 0.0233
0.10 1.1081

Dengan penyelesaian secara analitis, diperoleh y(0.1) = 1.1103, sedangkan dari Tabel 5.2.1,

y(0.1) = 1.1081. Besar kesalahan dengan menggunakan metoda ini adalah 0.2 persen.

4
Program metoda Euler dengan Bahasa FORTRAN 77 ditampilkan sebagai berikut:

C PROGRAM UTAMA UNTUK SUBROUTINE EULER


C TUJUAN : PENYELESAIAN ORDINARY DIFFERENTIAL EQUATION
C CONTOH : PERSAMAAN DIFFERENSIAL YANG AKAN DISELESAIKAN
C dy / dx = x + y, y(0) = 1.
C H = 0.02
C -------------------------------------------------------

REAL H,X0,Y0
INTEGER NPTS,I
DIMENSION X(20),Y(20)
EXTERNAL F

OPEN(UNIT=6,FILE='EULER.OUT',STATUS='NEW')

H = 0.02
X0 = 0.0
Y0 = 1.0
NPTS = 6

CALL EULER(X0,Y0,H,NPTS,X,Y,F)

WRITE(6,8)
8 FORMAT(' X ',' Y ')

WRITE

DO 10 I=1,6

WRITE(6,15)X(I),Y(I)
15 FORMAT(5X,F6.2,5X,F8.4)

10 CONTINUE

STOP
5
END
C ------------------------------------------------------

C FUNGSI DARI PERSAMAAN DIFFERENSIAL

FUNCTION F(X,Y)
REAL X,Y

F=X+Y

RETURN
END

C -------------------------------------------------------

SUBROUTINE EULER(X0,Y0,H,NPTS,X,Y,F)
REAL X0,Y0,H
DIMENSION X(20),Y(20),S(20)
INTEGER NPTS,I
EXTERNAL F

X(1) = 0.0
Y(1) = 1.0

DO 15 I = 2,NPTS
X(I)=X(I-1) + H
15 CONTINUE

DO 20 I = 1,NPTS-1
S(I)=F(X(I),Y(I))
Y(I+1) = Y(I) + H * S(I)
20 CONTINUE

RETURN
END

C -------------------------------------------------------

6
Output penyelesaian Ordinary Differensial Equation dengan Metoda Euler

X Y

.00 1.0000
.02 1.0200
.04 1.0408
.06 1.0624
.08 1.0849
.10 1.1082

5.3. METODA SECOND-ORDER RUNGE-KUTTA

Algorithma penyelesaian persamaan diferensial biasa orde satu menggunakan metoda

second-order Runge-Kutta dapat ditulis sebagai berikut :

k1 = h f(xn , yn) (5.3.1)

3 3
k 2 hf xn h , yn k1
2 2

(5.3.2)

2 1
y n 1 y n k1 k 2
3 3

(5.3.3)

7
Contoh perhitungan :

Selesaikan dy/dx = x + y, y(0) = 1, h = 0.1 untuk menentukan y(0.1) dengan metoda second-

order Runge Kutta.

Dengan menggunakan persamaan (5.3.1) sampai dengan (5.3.3) didapat :

k1 = 0.1(0+1) = 0.10000,

k2 = 0.1(0.15+1.15) = 0.13

y(0.1) = 1.0000 + 2/3 (0.10) + 1/3 (0.13) = 1.11000

Kesalahan antara harga y(0.1) secara analitis dan numerik adalah 0.027 persen. Metoda ini

memberikan hasil yang lebih akurat bila dibandingkan dengan metoda Euler.

8
Program metoda second-order Runge-Kutta dibawah ini dapat digunakan untuk

menyelesaikan 20 set persamaan diferensial biasa.

C TUJUAN : PENYELESIAN ORDINARY DIFFERENSIAL EQUATION


C MENGGUNAKAN METODE RUNGE-KUTTA SECOND-ORDER
C CONTOH : PERSAMAAN DIFFERENSIAL YANG AKAN DISELESAIKAN:
C dy / dx = x + y DENGAN y(0) = 1 DAN
C H = 0.02 UNTUK MENDAPATKAN HARGA y(0.1).
C
C --------------------------------------------------------
DIMENSION Y0(20),X(20),Y(20,20)
REAL X0
EXTERNAL F

C BUKA FILE UNTUK OUTPUT


OPEN (UNIT = 6, FILE ='KUTTA2.OUT',STATUS ='NEW')

C INPUT HARGA AWAL X DAN HARGA AWAL Y


X0 = 0.
Y0(1)=1.0

C INPUT INCREMENT SIZE


H=0.02

C INPUT JUMLAH TITIK


NPTS=6

C INPUT JUMLAH PERSAMAAN


NEQ=1

C PANGGIL SUBROUTINE KUTTA


CALL KUTTA (X0,Y0,H,NPTS,NEQ,X,Y,F)

C TULIS OUTPUT
WRITE(6,15)
15 FORMAT(5X,' X ',5X,' Y ')
WRITE (6,18)
9
18 FORMAT ( ' ' )
DO 10 I = 1,6
WRITE(6,20)X(I),Y(1,I)
20 FORMAT (5X,F8.4,5X,F8.5)
10 CONTINUE
STOP
END

10
C ----------------------------------------------------------
C FUNGSI DARI PERSAMAAN DIFFERENSIAL
FUNCTION F(X1,YT,IEQ)
DIMENSION YT(20)
REAL X1

IF (IEQ.EQ.1)THEN
F=X1+YT(1)
ENDIF

RETURN
END
C ---------------------------------------------------------
C
SUBROUTINE KUTTA (X0,Y0,H,NPTS,NEQ,X,Y,F)

C SUBROUTINE UNTUK PENYELESAIAN SISTIM ORDINARY


C DIFFERENSIAL EQUATION MENGGUNAKAN METODE RUNGE-KUTTA
C FOURTH ORDER.

C X0 ADALAH HARGA AWAL DARI INDEPENDENT VARIABLE.


C Y0 ADALAH HARGA AWAL DARI DEPENDENT VARIABLE.
C H ADALAH HARGA INCREMENT DARI INDEPENDENT VARIABLE.
C NPTS ADALAH JUMLAH HARGA DARI INDEPENDENT VARIABLE.
C NEQ ADALAH JUMLAH PERSAMAAN DIFFERENSIAL.
C X ADALAH ARRAY OUTPUT DARI INDEPENDENT VARIABLES.
C Y ADALAH ARRAY OUTPUT DARI DEPENDENT VARIABLES.
C F ADALAH FUNGSI SUBPROGRAM YANG DISUPLY OLEH PEMAKAI
C DALAM BENTUK : F(X1,YT,IEQ)
C X1 ADALAH HARGA TITIK DARI X.
C YT ADALAH HARGA TITIK DARI Y.
C IEQ ADALAH IDENTIFIKASI PERSAMAAN DIFFERENSIAL.

DIMENSION X(100),Y(20,100),S(20,2),Y0(20)
DIMENSION YT1(20),YT2(20)
EXTERNAL F

X(1)=X0

DO 100 I=1,NEQ
100 Y(I,1)=Y0(I)

DO 1 I=2,NPTS
1 X(I)=X(I-1)+H

DO 2 I=1,NPTS-1

11
C HITUNG SET SLOPE PERTAMA

DO 20 K=1,NEQ
YT1(K)=Y(K,I)
20 CONTINUE

DO 3 J=1,NEQ
3 S(J,1)=F(X(I),YT1,J)

C HITUNG SET SLOPE KEDUA


DO 10 K=1,NEQ
10 YT2(K)=YT1(K)+1.5*H*S(K,1)
DO 4 J=1,NEQ
4 S(J,2)=F(X(I)+1.5*H,YT2,J)

C HITUNG HARGA ARRAY Y


DO 7 J=1,NEQ
7 Y(J,I+1)=Y(J,I)+(2./3.)*H*S(J,1)+(1./3.)*H*S(J,2)
2 CONTINUE
RETURN
END

Output Penyelesaian Ordinary Differensial Equation dengan Metoda Second Order

Runge-Kutta :

X Y

.0000 1.00000
.0200 1.02040
.0400 1.04162
.0600 1.06366
.0800 1.08656
.1000 1.11033

12
5.4. METODA FOURTH-ORDER RUNGE-KUTTA

Algorithma penyelesaian first-order ordinary differential equation menggunakan

metoda fourth-order Runge-Kutta dapat ditulis sebagai berikut :

k1 = hf (xn , yn) (5.4.1)

1 1
k 2 hf xn h , yn k1 (5.4.2)
2 2

1 1
k3 hf xn h , yn k2 (5.4.3)
2 2

k4 = hf (xn + h , yn + k3) (5.4.4)

1
yn 1 yn k1 2k2 2k3 k4
6

(5.4.5)

Contoh perhitungan : Selesaikan dy/dx = x + y, y(0) = 1, h = 0.1 dengan metoda fourth-

order Runge Kutta. Dengan menggunakan persamaan (5.4.1) sampai dengan (5.4.5) didapat

k1 = 0.1(0+1) = 0.10000,

k2 = 0.1(0.05+1.05) = 0.11000,

k3 = 0.1(0.05+1.055) = 0.11050,

k4 = 0.1(0.10+1.1105) = 0.12105,

y(0.1) = 1.0000 + 1/6 (0.10000 + 0.22000 + 0.22100 + 0.12105

= 1.11034

Kesalahan antara harga y(0.1) secara analitis dan numerik adalah 0.00000. Metoda ini lebih

banyak digunakan karena mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan metoda Euler

antara lain memberikan kesalahan yang sangat kecil dan jumlah evaluasi fungsi yang lebih

13
kecil yaitu 4, sedangkan dengan metoda Euler jumlah evaluasi fungsi adalah 5.

Program metoda fourth-order Runge-Kutta

C TUJUAN : PENYELESIAN ORDINARY DIFFERENSIAL EQUATION


C MENGGUNAKAN METODE RUNGE-KUTTA FOURTH-ORDER
C CONTOH : PERSAMAAN DIFFERENSIAL YANG AKAN DISELESAIKAN:
C dy / dx = x + y DENGAN y(0) = 1 DAN
C H = 0.02 UNTUK MENDAPATKAN HARGA y(0.1).
C
C --------------------------------------------------------
DIMENSION Y0(20),X(20),Y(20,20)
REAL X0
EXTERNAL F

C BUKA FILE UNTUK OUTPUT


OPEN (UNIT = 6, FILE ='KUTTA.OUT',STATUS ='NEW')

C INPUT HARGA AWAL X DAN HARGA AWAL Y


X0 = 0.
Y0(1)=1.

C INPUT INCREMENT SIZE


H=0.02
C INPUT JUMLAH TITIK
NPTS=6

C INPUT JUMLAH PERSAMAAN


NEQ=1
C PANGGIL SUBROUTINE KUTTA
CALL KUTTA (X0,Y0,H,NPTS,NEQ,X,Y,F)
C TULIS OUTPUT
WRITE(6,15)
15 FORMAT(5X,' X ',5X,' Y ')
WRITE (6,18)
18 FORMAT ( ' ' )
DO 10 I = 1,NPTS
WRITE(6,20)X(I),Y(1,I)
20 FORMAT (5X,F8.4,5X,F8.4)
10 CONTINUE
STOP
END

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--
C FUNGSI DARI PERSAMAAN DIFFERENSIAL

14
FUNCTION F(X1,YT,IEQ)

DIMENSION YT(20)
REAL X1

IF (IEQ.EQ.1)THEN
F=X1+YT(1)
ENDIF
RETURN
END
C ---------------------------------------------------------

C
SUBROUTINE KUTTA (X0,Y0,H,NPTS,NEQ,X,Y,F)

C SUBROUTINE UNTUK PENYELESAIAN SISTIM ORDINARY


C DIFFERENSIAL EQUATION MENGGUNAKAN METODE RUNGE-KUTTA
C FOURTH ORDER.

C X0 ADALAH HARGA AWAL DARI INDEPENDENT VARIABLE.


C Y0 ADALAH HARGA AWAL DARI DEPENDENT VARIABLE.
C H ADALAH HARGA INCREMENT DARI INDEPENDENT VARIABLE.
C NPTS ADALAH JUMLAH HARGA DARI INDEPENDENT VARIABLE.
C NEQ ADALAH JUMLAH PERSAMAAN DIFFERENSIAL.
C X ADALAH ARRAY OUTPUT DARI INDEPENDENT VARIABLES.
C Y ADALAH ARRAY OUTPUT DARI DEPENDENT VARIABLES.
C F ADALAH FUNGSI SUBPROGRAM YANG DISUPLY OLEH PEMAKAI
C DALAM BENTUK : F(X1,YT,IEQ)
C X1 ADALAH HARGA TITIK DARI X.
C YT ADALAH HARGA TITIK DARI Y.
C IEQ ADALAH IDENTIFIKASI PERSAMAAN DIFFERENSIAL.

DIMENSION X(100),Y(20,100),S(20,4),Y0(20)
DIMENSION YT1(20),YT2(20),YT3(20),YT4(20)
EXTERNAL F

X(1)=X0

DO 100 I=1,NEQ
100 Y(I,1)=Y0(I)

DO 1 I=2,NPTS
1 X(I)=X(I-1)+H

15
DO 2 I=1,NPTS-1

C HITUNG SET SLOPE PERTAMA


DO 20 K=1,NEQ
YT1(K)=Y(K,I)
20 CONTINUE
DO 3 J=1,NEQ
3 S(J,1)=F(X(I),YT1,J)

C HITUNG SET SLOPE KEDUA


DO 10 K=1,NEQ
10 YT2(K)=YT1(K)+.5*H*S(K,1)
DO 4 J=1,NEQ
4 S(J,2)=F(X(I)+.5*H,YT2,J)

C HITUNG SET SLOPE KETIGA


DO 11 K=1,NEQ
11 YT3(K)=YT1(K)+.5*H*S(K,2)
DO 5 J=1,NEQ
5 S(J,3)=F(X(I)+.5*H,YT3,J)

C HITUNG SET SLOPE KEEMPAT


DO 12 K=1,NEQ
12 YT4(K)=YT1(K)+H*S(K,3)
DO 6 J=1,NEQ
6 S(J,4)=F(X(I)+H,YT4,J)

C HITUNG HARGA ARRAY Y


DO 7 J=1,NEQ
7 Y(J,I+1)=Y(J,I)+H/6.*(S(J,1)+2.*S(J,2)
1 +2.*S(J,3)+S(J,4))
2 CONTINUE
RETURN
END

Output Penyelesaian Ordinary Differential Equation dengan Metoda Runge-Kutta


Order Empat

X Y

.0000 1.0000
.0200 1.0204
.0400 1.0416
.0600 1.0637
.0800 1.0866

16
.1000 1.1103

5.5. Metoda Runge-Kutta-Merson

Metoda Runge-Kutta-Merson merupakan pengembangan dari Metoda Runge-Kutta order

empat dengan evaluasi f (x,y) sebanyak 5 kali untuk setiap langkah. Persamaan yang

digunakan adalah :

k1 = hf (xn , yn) (5.5.1)

h k
k 2 hf xn , yn 1
3 3

(5.5.2)

h k k
k3 hf xn , yn 1 2
3 6 6

(5.5.3)

h k 3k
k 4 hf xn , yn 1 3
2 8 8

(5.5.4)

k 3k
k5 hf xn h , yn 1 3 2k 4
2 2

(5.5.5)

k1 4k 4 k5
yn 1 yn O(h5 )
6

(5.5.6)

dan harga kesalahan local dihitung menurut persamaan :

1
E 2k1 9k3 8k4 k5
30

(5.5.7)

17
5.6 Metoda Runge-Kutta-Fehlberg.

Metoda ini menggunakan perhitungan fungsi sebanyak 6 kali, yaitu :

k1 = hf (xn , yn) (5.6.1)

h k
k2 hf xn , yn 1 (5.6.2)
4 4

3 3k 9k2
k3 hf xn h , yn 1 (5.6.3)
8 32 32

12 1932k1 7200k2 7296k3


k4 hf xn h , yn
3 2197 2197 2197

(5.6.4)

439k1 3680k3 845k 4


k5 hf xn h , yn 8k 2 (5.6.5)
216 513 4104

h 8k 3544k3 1859k 4 11k5


k6 hf xn , yn 1 2k 2
2 27 2565 4104 40

(5.6.6)

25k1 1408k3 2197k 4 k


y n 1 y n 5
216 2565 4104 5

(5.6.7)

18
dan harga kesalahan local dihitung menurut persamaan :

k1 128k3 2197k 4 k 2k6


E 5
360 4275 75240 50 55

(5.6.8)

5.7 Persamaan Differensial Tingkat Tinggi

Persamaan diferensial tingkat tinggi dapat diturunkan menjadi sistim persamaan diferensial

tingkat satu, yang selanjutnya dapat diselesaikan dengan metoda-metoda yang telah

diterangkan diatas.

Persamaan diferensial tingkat dua dapat ditulis sebagai berikut :

d 2x dx
2
f t , x, , x(t0) = x0 , x(t0) = x0 (5.7.1)
dt dt

Dengan memisalkan dx/dt = y, maka persamaan diatas dapat ditulis menjadi sistim

persamaan diferensial order 1, yaitu :

dx
y , x(t0) = x0 (5.7.2)
dt

dy
f t , x, y , y(t0) = x0 (5.7.3)
dt

Sistim persamaan diferensial ini dapat diselesaikan dengan metoda yang telah dijelaskan

terlebih dahulu.

5.8 Soal-soal

1. Gunakan metoda Euler untuk menyelesaikan persamaan differensial berikut ini :

(a) dy/dx = y, y(0) = 1; Carilah y(0.2) dengan h = 0.05

(b) dy/dx = x + y, y(0) = 0; carilah y(0.5) dengan h = 0.1

19
(c) dy/dx = 3x - y, y(0) = 0; carilah y(0.5) dengan h = 0.1

2. Selesaikan soal nomor 1 dengan metoda deret Taylor.

3. Selesaikan soal nomor 1 dengan metoda Runge-Kutta order empat dan

order 2.

4. Selesaikan dy/dx = xy2 ; y(0) = 1 dan h = 0.5 dengan metoda Runge-Kutta order dua

dan order empat untuk mencari y(0,5).

5. Selesaikan soal nomor 1 dengan metoda Runge-Kutta-Merson dan Runge-Kutta-

Fehlberg.

6. Jika

d2y dy
2
2 y 2x , y (0) 0 , y ' ( 0) 0
dx dx

carilah y(0.4) menggunakan metode Runge-Kutta Order 4. Penyelesaian dengan

program komputer.

7. Model matematis dari rangkaian listrik diberikan oleh persamaan :

d 2Q dQ
0.5 2
6 50 Q 24 sin 10t
dt dt

dengan Q = 0 dan I = dQ/dt = 0 pada t = 0. Turunkan menjadi sistim persamaan

diferensial tingkat satu dan selesaikan dengan program komputer.

8. Selesaikan pasangan persamaan berikut :

dx/dt = xy + t, x(0) = 0,

dy/dt = x - t, y(0) = 1,

20
menggunakan metoda Runge-Kutta order 4 menggunakan program .

8. Etylene oxide adalah bahan baku penting untuk pembuatan zat-zat organik. Bahan ini

diproduksi dengan mereaksikan etilen dan oksigen dengan katalis perak. Studi

laboratorium telah dilaporkan oleh Shen-Wu Wan dalam Ind.Eng.Chem. 45, 234 (1953).

Direncanakan akan menggunakan proses ini secara komersial dengan melewatkan

campuran gas melalui tube yang diisi dengan katalis. Studi oleh Wan menunjukkan

bahwa laju reaksi bervariasi dengan tekanan, temperatur, dan konsentrasi etilen dan

oksigen sesuai dengan persamaan :

P 0.328 0.672
r 1.7 x 106 e 9716 / T cE cO
14.7

dimana

r = laju reaksi (satuan ethylene oxide terbentuk per lb katalis per jam),

T = temperatur, K

P = tekanan absolut (lb/in2)

cE = konsentrasi etilen,

cO = konsentrasi oksigen.

Pada kondisi yang direncanakan, reaksi akan terjadi sebagaimana gas mengalir melalui

tube sesuai dengan persamaan:

dx
6.42 r
dL

dimana

x = fraksi etilen yang dikonversi menjadi ethylene oxide,

L = panjang tube reaktor (ft).

21
Reaksi bersifat eksothermik, sehinggaperlu mendinginkan reaktor untuk mencegah

pemanasan berlebih. Reaktor akan didinginkan dengan coolant disekitar tube sehingga

dinding tube dijaga pada 225 oC. Ini akan mengambil panas yang sebanding dengan

selisih temperatur diantara gas dan boiling water. Panas dihasilkan oleh reaksi, dan

perubahan temperatur per foot tube diperoleh dari net effect yang dinyatakan dengan

persamaan :

dT
24320 r B T 225
dL

dimana B adalah parameter disain. Perubahan tekanan diabaikan dan dipakai tekanan

rata-rata = 22 lb/in2 absolute. Hitunglah panjang tube yang dibutuhkan untuk konversi

etilen 65 persen dan temperatur awal 250 oC. Oksigen yang dikonsumsi sebanding

dengan etylene yang dikonversikan; neraca panas untuk konsentrasi ethylene dan

oxygen bervariasi dengan fraksi etylene yang dikonversikan, x, sebagai:

1 x
cE
4 0.375 x

1 1.125 x
cO
4 0.375 x

Parameter disain B ditentukan oleh diameter tube yang berisi katalis. Ukuran tube akan

dipilih untuk mengendalikan temperatur reaksi maksimum dibawah 300 oC yang

ditetapkan oleh harga minimum B yang diizinkan. Gunakan variasi B dari 1.0 sampai

dengan 10.0 agar temperatur maksimum dibawah 300 oC.

9. Dekomposisi irreversible di-tert-butyl peroxide berlangsung dalam reaktor plug flow

isothermal tanpa pressure drop. Umpan terdiri dari di-tert-butyl peroxide (A) dan inert

nitrogen:

22
A B + 2C

Volume reactor 200 m3 dan laju alir volumetric inlet reactor 10 dm3/menit. Reaksi order

1 dengan k = 0,08 1/menit berdasarkan A.

(a). Tentukan konversi dan plot konversi sebagai fungsi volume reaktor untuk aliran

umpan murni A pada konsentrasi 1,0 g.mol/dm3 dan untuk umpan 5 % A dan sisanya

komponen inert.

(b). Ulangi (a) untuk reaksi 3A B dengan k dan semua variable

lain sama.

(c). Tuliskan hasil (a) dan (b) dan jelaskan pengaruh konsentrasi dan reaksi stoikhiometri

untuk reaksi order 1.

10. Dalam operasi quenching yang digunakan untuk meningkatkan kekerasan

komponen logam, komponen logam atau batang logam dipanasi sampai temperatur

tinggi Tb dan dicelupkan kedalam bak minyak (atau air) pada temperatur Tw. Dengan

menganggap terjadi kesetimbangan termal dari batang logam dan minyak dapat

diturunkan persamaan sebagai berikut:

mb cb dTb
Tb Tw
hA dt

dan

mwcw dTw
Tw Tb
hA dt

dengan kondisi awal Tb(0) = 1200 oF dan Tw(0) = 65 oF.

Tb, Tw = Temperatur batang logam dan temperatur minyak

23
mb, mw = Masa batang logam dan masa minyak.

cb, cw = specific heat batang logam dan minyak.

h = koefisient perpindahan panas konveksi

A = luas penampang batang logam.

Tentukan profil Tb dan Tw sebagai fungsi waktu untuk 0 t 10 detik untuk data

berikut :

h = 500 BTU/hr-ft2 ; A = 0,1 ft2 ; mb = 0,02 lb, cb = 0,22 BTU/lb-oF

mw = 2,5 lb dan cw = 1 BTU/lb-oF.

Gambar 10.1. Quenching Batang Logam

24

Anda mungkin juga menyukai