Anda di halaman 1dari 9

RUPTUR URETRA ANTERIOR

ETIOLOGI
Uretra anterior adalah bagian distal dari diafragma urogenitalia. Straddle injury dapat
menyebabkan laserasi atau contusion dari uretra. Instrumentasi atau iatrogenik dapat menyebabkan
disrupsi parsial 10
Cedera uretra anterior secara khas disebabkan oleh cedera langsung pada pelvis dan uretra.
Secara klasik, cedera uretra anterior disebabkan oleh straddle injury atau tendangan atau pukulan pada
daerah perineum, dimana uretra pars bulbosa terjepit diantara tulang pubis dan benda tumpul. Cedera
tembus uretra (luka tembak atau luka tusuk) dapat juga menyebabkan cedera uretra anterior. Penyebab
lain dari cedera uretra anterior adalah trauma penis yang berat, trauma iatrogenic dari kateterisasi, atau
masuk benda asing. 9

MEKANISME TRAUMA
Trauma tumpul atau tembus dapat menyebabkan cedera uretra anterior. Trauma tumpul adalah
diagnosis yang sering dan cedera pada segmen uretra pars bulbosa paling sering (85%), karena fiksasi
uretra pars bulbosa dibawah dari tulang pubis, tidak seperti uretra pars pendulosa yang mobile. Trauma
tumpul pada uretra pars bulbosa biasanya disebabkan oleh straddle injury atau trauma pada daerah
perineum. Uretra pars bulbosa terjepit diantara ramus inferior pubis dan benda tumpul, menyebabkan
memar atau laserasi pada uretra. 4
Tidak seperti cedera pada uretra pars prostatomembranous, Trauma tumpul uretra anterior jarang
berhubungan dengan trauma organ lainnya. Kenyataannya, straddle injury menimbulkan cedera cukup
ringan, membuat pasien tidak mencari penanganan pada saat kejadian. Pasien biasanya datang dengan
striktur uretra setelah kejadian yang intervalnya bulan atau tahun. 4
Cedera uretra anterior dapat juga berhubungan dengan trauma penis (10% sampai 20% dari
kasus). Mekanisme cedera adalah trauma langsung atau cedera pada saat berhubungan intim, dimana
penis yang sementara ereksi menghantam ramus pubis wanita, menyebabkan robeknya tunika
albuginea. 4
KLASIFIKASI
Klasifikasi rupture uretra anterior dideskripsikan oleh McAninch dan Armenakas berdasarkan
atas gambaran radiologi
Kontusio : Gambaran klinis memberi kesan cedera uretra, tetapi uretrografi retrograde normal
Incomplete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi, tetapi masih ada kontinuitas uretra
sebagian. Kontras terlihat mengisi uretra proksimal atau vesika urinaria.
Complete disruption : Uretrografi menunjukkan ekstravasasi dengan tidak ada kontras mengisi uretra
proksimal atau vesika urinaria. Kontinuitas uretra seluruhnya terganggu. 4
GAMBARAN KLINIS
Pada rupture uretra anterior terdapat memar atau hematom pada penis dan skrotum. Beberapa
tetes darah segar di meatus uretra merupakan tanda klasik cedera uretra. Bila terjadi rupture uretra total,
penderita mengeluh tidak bisa buang air kecil sejak terjadi trauma dan nyeri perut bagian bawah dan
daerah suprapubik. Pada perabaan mungkin ditemukan kandung kemih yang penuh. 10
Cedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan obstuksi karena udem atau bekuan darah.
Abses periuretral atau sepsis mengakibatkan demam. Ekstravasasi urin dengan atau tanpa darah dapat
meluas jauh, tergantung fascia yang turut rusak. Pada ekstravasasi ini mudah timbul infiltrate yang
disebut infiltrate urin yang mengakibatkan selulitis dan septisemia, bila terjadi infeksi. 10
Kecurigaan ruptur uretra anterior timbul bila ada riwayat cedera kangkang atau instrumentasi
dan darah yang menetes dari uretra. 10
Jika terjadi rupture uretra beserta korpus spongiosum, darah dan urin keluar dari uretra tetapi
masih terbatas pada fasia Buck, dan secara klinis terlihat hematoma yang terbatas pada penis. Namun
jika fasia Buck ikut robek, ekstravasai urin dan darah hanya dibatasi oleh fasia Colles sehingga darah
dapat menjalar hingga skrotum atau dinding abdomen. Oleh karena itu robekan ini memberikan
gambaran seperti kupu-kupu sehingga disebut butterfly hematoma atau hematoma kupu-kupu. 2
GAMBARAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan radiologik dengan uretrogram retrograde dapat memberi keterangan letak dan tipe
ruptur uretra. Uretrogram retrograde akan menunjukkan gambaran ekstravasasi, bila terdapat laserasi
uretra, sedangkan kontusio uretra tidak tampak adanya ekstravasasi. Bila tidak tampak adanya
ekstravasasi maka kateter uretra boleh dipasang.10,11

PENATALAKSANAAN
Penanganan Awal
Kehilangan darah yang banyak biasanya tidak ditemukan pada straddle injury. Jika terdapat
pendarahan yang berat dilakukan bebat tekan dan resusitasi. Armenakas dan McAninch (1996)
merencanakan skema klasifikasi praktis yang sederhana yang membagi cedera uretra anterior
berdasarkan penemuan radiografi menjadi kontusio, ruptur inkomplit, dan ruptur komplit. Kontusio dan
cedera inkomplit dapat ditatalaksana hanya dengan diversi kateter uretra. Tindakan awal sistotomi
suprapubik adalah pilihan penanganan pada cedera staddle mayor yang melibatkan uretra.
Pilihan utama berupa surgical repair direkomendasikan pada luka tembak dengan kecepatan
rendah, Ukuran kateter disesuaikan dengan berat dari striktur uretra. Debridement dari korpus
spongiosum setelah trauma seharusnya dibatasi karena aliran darah korpus dapat terganggu sehingga
menghambat penyembuhan spontan dari area yang mengalami kontusi. Diversi urin dengan suprapubik
direkomendasikan setelah luka tembak uretra dengan kecepatan tinggi, diikuti dengan rekonstruksi
lambat. 3,15
Penanganan Spesifik
Kontusio Uretra
Pasien dengan kontusio uretra tidak ditemukan bukti adanya ekstravasasi dan uretra tetap utuh. Setelah
uretrografi, pasien dibolehkan untuk buang air kecil; dan jika buang air kecil normal, tanpa nyeri dan
pendarahan, tidak dibutuhkan penanganan tambahan. Jika pendarahan menetap, drainase uretra dapat
dilakukan. 3
Laserasi Uretra
Instrumentasi uretra setelah uretrografi harus dihindari. Insisi midline pada suprapubik dapat membuka
kubah dari buli-buli supaya pipa sistotomi suprapubik dapat disisipkan dan dibolehkan pengalihan urin
sampai laserasi uretra sembuh. Jika pada uretrogram terlihat sedikit ekstravasasi, berkemih dapat
dilakukan 7 hari setelah drainase kateter suprapubik untuk menyelidiki ekstravasasi. Pada kerusakan
yang lebih parah, drainase kateter suprapubik harus menunggu 2 sampai 3 minggu sebelum mencoba
berkemih. Penyembuhan pada tempat yang rusak dapat menyebabkan striktur. Kebanyakan striktur
tidak berat dan tidak memerlukan rekonstuksi bedah. Kateter suprapubik dapat dilepas jika tidak ada
ekstravasasi. Tindakan lanjut dengan melihat laju aliran urin akan memperlihatkan apakah terdapat
obstuksi uretra oleh striktur. 3
Laserasi Uretra dengan Ekstravasasi Urin yang Luas
Setelah laserasi yang luas, ekstravasasi urin dapat menyebar ke perineum, skrotum, dan abdomen bagian
bawah. Drainase pada area tersebut diindikasikan. Sistotomi suprapubik untuk pengalihan urin
diperlukan. Infeksi dan abses biasa terjadi dan memerlukan terapi antibiotik. 3
Rekonstruksi segera
Perbaikan segera laserasi uretra dapat dilakukan, tetapi prosedurnya sulit dan tingginya resiko
timbulnya striktur. 3
Rekonstruksi lambat
Sebelum semua rencana dilakukan, retrograde uretrogram dan sistouretrogram harus dilakukan untuk
mengetahui tempat dan panjang dari uretra yang mengalami cedera. Pemeriksaan ultrasound uretra
dapat membantu menggambarkan panjang dan derajat keparahan dari striktur. Injeksi retrograde saline
kombinasi dengan antegradebladder filling akan mengisi uretra bagian proksimal dan distal, dan
sonogram 10-MHz akan mengambarkan dengan jelas bagian yang tidak bisa terdistensi untuk di eksisi.
Jaringan fibrosa padat yang terbentuk karena trauma sering menjadi significant shadow.
Uretroplasty anastomosis adalah prosedur pilihan pada ruptur total uretra pars bulbosa setelah straddle
injury. Skar tipikal berukuran 1,5 sampai 2 cm dan harus dieksisi komplit. Uretra proksimal dan distal
dapat dimobilisasi untuk anastomosis end-to-end. Tingkat keberhasilan dari prosedur ini lebih dari 95%
dari kasus
Insisi endoskopik melalui jaringan skar dari uretra yang ruptur tidak disarankan dan sering kali gagal.
Penyempitan parsial uretra dapat diterapi awal dengan insisi endoskopi dengan tingkat keberhasilan
tinggi. Saat ini uretrotomi dan dilatasi berulang telah terbukti tidak efektif baik secara klinis maupun
biaya. Lebih lanjut, pasien dengan prosedur endoskopik berulang juga sering diharuskan untuk
dilakukan tindakan rekonstruksi kompleks seperti graft. Open repair seharusnya ditunda paling tidak
beberapa minggu setelah instrumentasi untuk membiarkan uretra stabil. 3,15
KOMPLIKASI
Komplikasi dini setelah rekontruksi uretra adalah infeksi, hematoma, abses periuretral, fistel
uretrokutan, dan epididimitis. Komplikasi lanjut yang paling sering terjadi adalah striktur uretra. 10
PROGNOSIS
Striktur uretra adalah komplikasi utama tetapi pada banyak kasus tidak memerlukan
rekonstruksi bedah. Jika, striktur ditetapkan, laju aliran urin kurang baik dan infeksi urinaria dan
terdapat fistel uretra, rekonstruksi dibutuhkan. 3
PENDAHULUAN
Trauma pada urethra pada umumnya disebabkan oleh trauma pelvik pada laki-laki. Trauma ini akan
menyebabkan keadaan komplikasi kronis berupa striktur urethra, impotensi, dan inkontinensia urine.
(1)
Striktur urethra lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita, striktur urethra dapat
disebabkan oleh trauma atau infeksi. Meskipun urethritis gonococcal sudah jarang menyebabkan
striktur urethra, namun infeksi masih merupakan penyebab utama. Yang tersering adalah akibat
pemakaian cateter dalam waktu lama sehingga menyebabkan iskemia dan trauma interna. Trauma
eksterna meliputi trauma pelvik yang dapat menyebabkan kerusakan parsial atau komplit pada
membran urethra sehingga menimbulkan striktur. (2)
ANATOMI URETHRA
Urethra adalah suatu tabung yang berfungsi untuk mengalirkan urine dari kandung kemih ke dunia
luar. Uretra pada laki-laki lebih panjang dari wanita. (2)
Urethra dibagi menjadi 2 bagian, yaitu anterior dan posterior. Urethra anterior dibagi lagi menjadi
meatus urethra, pendulans urethra dan bulbus urethra. Urethra anterior ini berupa tabung yang lurus,
terletak bebas di luar tubuh, sehingga kalau memerlukan operasi atau reparasi relatif mudah. Urethra
posterior dibagi menjadi prostat urethra dan membranancea urethra. Urethra posterior terletak di
posterior tulang pubis di anterior rektum, terdapat spinkter internus dan eksternus sehingga kalau
memerlukan operasi atau reparasi sulit. (3)
DEFINISI
Striktur urethra adalah berkurangnya diameter dan atau elastisitas urethra yang disebabkan oleh
jaringan urethra diganti jaringan ikat yang kemudian mengkerut menyebabkan lumen urethra
mengecil. (3,4) Penyempitan lumen urethra disebabkan oleh dinding urethra mengalami fibrosis dan
pada tingkat yang parah terjadi fibrosis korpus spongiosium. (5)

ETIOLOGI
Striktur urethra disebabkan oleh berbagai hal, antara lain:
1. Infeksi.
Infeksi dari urethra adalah penyebab tersering dari striktur urethra, misalnya infeksi akibat transmisi
seksual seperti uretritis gonorrhoika atau non gonorrhoika. Dapat juga disebabkan oleh infeksi sebagai
komplikasi pemasangan dan penggunaan kateter dalam jangka waktu lama.
2. Trauma.
Cedera pada urethra dapat menyebabkan ruptur urethra anterior atau posterior, cedera yang telah
menyembuh dapat meninggalkan jaringan skar yang akan menyebabkan striktur. Trauma yang
menyebabkan striktur urethra adalah trauma tumpul pada selangkangan (straddle injury), fraktur
tulang pelvis, dan instrumentasi atau tindakan transuretra uretra yang kurang berhati-hati.
3. Kongenital.
Beberapa bayi lahir dengan striktur urethra, misalnya meatus stenosis congenital, klep urethra
posterior. (3,4,5,6,7)
PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada urethra akan menyebabkan terbentuknya jaringan
sikatriks pada urethra. Jaringan sikatriks pada lumen urethra menimbulkan hambatan aliran urine
hingga retensi urine. Aliran urine yang terhambat akan mecari jalan keluar di tempat lain (di sebelah
proksimal striktur) dan akhirnya akan mengumpul di rongga periurethra. Jika terinfeksi menimbulkan
abses periurethra yang kemudian pecah membentuk fistula uretrokutan. Pada keadaan tertentu
dijumpai banyak sekali fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling. (4)
GEJALA KLINIS
Berkurangnya aliran urine. Ini merupakan gejala umum pertama yang sering ditemukan.
Ketegangan saat berkemih adalah hal yang biasa ditemukan, tetapi kemacetan total atau lengkap
jarang terjadi.
Pancaran air kencing kecil dan bercabang.
Perasaan tidak puas setelah berkemih.
Frekuensi (buang air kecil lebih sering dari normal).
Urgensi (tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih).
Sakit atau nyeri saat buang air kecil kadang-kadang dijumpai.
Kadang-kadang dijumpai infiltrat, abses dan fistel.
Gejala lanjut adalah retensio urine. (3,5,6,7)
DERAJAT PENYEMPITAN URETHRA
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur urethra dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:
Ringan, jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen urethra.
Sedang, jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan diameter lumen urethra.
Berat, jika terdapat oklusi lebih besar dari diameter lumen urethra.
Pada penyempitan derajat berat, kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal
dengan spongiofibrosis. (5)
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis. Pada anamnesis bertujuan untuk mencari gejala dan tanda dari striktur urethra juga untuk
mencari penyebab striktur urethra.
Pemeriksaan Fisik. Pada pemeriksaan fisik, bertujuan untuk mengecek keadaan penderita juga untuk
meraba fibrosis di urethra, infiltrat, abses atau fistula.
Pemeriksaan Pembantu/Penunjang. Pemeriksaan ini terdiri atas:
1. Laboratorium:
Urine dan kultur urine untuk melihat adanya infeksi.
Ureum dan kreatinin untuk menilai fungsi/faal ginjal.
2. Radiologi:
Diagnosis pasti dapat dibuat dengan uretrografi, yaitu retrograde uretrografi (RUG) dan voiding cysto
uetrografi (VCUG). Cara melakukan pemeriksaan ini adalah dengan memasukkan bahan/zat kontras
ke dalam urethra menggunakan adaptor khusus yang terdapat pada lapisan ujung penis. Film dibuat
pada saat kontras dimasukkan dan setelah berkemih. Dengan pemeriksaan ini diharapkan disamping
dapat dibuat diagnosis striktur urethra juga dapat ditentukan panjang striktur, ini penting untuk
perencanaan terapi/operasi.
3. Uretroskopi:
Pemeriksaan dengan endoskopi untuk melihat secara langsung adanya striktur.
4. Uroflometri:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan jumlah urine yang dipancarkan per detik normal flow
maksimum laki-laki adalah 15 ml/detik, dan wanita 25 ml/detik. (3)
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding striktur urethra antara lain:
1. Benigna prostat hipertropi.
2. Carsinoma urethra. (2)
PENATALAKSANAAN
Pengobatan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan laju aliran air kemih, meredakan gejala,
dan mencegah komplikasi yang mungkin dapat terjadi.
Dilatasi (pelebaran) dari striktur urethra adalah cara perawatan yang sederhana. Ini biasanya
dilakukan dengan memasukkan suatu tangkai plastik yang tipis ke dalam urethra. Secara perlahan-
lahan tangkai tersebut dimasukkan dan secara berangsur-angsur akan melebarkan striktur tersebut.
Perawatan ini pada hakekatnya dapat menyebabkan kerusakan pada mukosa dan jaringan skar pada
urethra. Oleh karena itu, cara perawatan ini harus diulang kembali ketika gejala dan tanda striktur
urethra muncul kembali.
Suatu prosedur yang dikenal dengan nama urethrotomi adalah merupakan perawatan pilihan lain.
Cara yang dilakukan adalah dengan memasukkan suatau telescope ke dalam urethra untuk melihat
lokasi striktur secara terinci. Setelah itu dengan memasukkan suatu pisau yang tipis untuk memotong
striktur dan lumen menjadi lebih lebar. Sekitar separuh dari pasien akan sembuh dengan baik dengan
perawatan ini. Walau bagaimanapun, cara ini tetapi akan meninggalkan jaringan parut dan mungkin
harus diulangi perawatan pada waktu yang akan datang.
Operasi adalah perawatan pilihan jika kedua cara diatas tidak memberikan hasil yang baik. Suatu
striktur yang pendek dapat dipotong kemudian kedua ujungnya disatukan kembali. Jika striktur
panjang, maka dipasang skingraf pada uretra tersebut.
Antibiotik dapat diberikan dan bertujuan untuk mencegah infeksi atau peradangan saluran kemih dan
komplikasi sampai setelah striktur tersebut berhasil dilebarkan. (5)
KOMPLIKASI
Obstruksi urethra yang lama akan menimbulkan stasis urine dan menimbulkan berbagai komplikasi
anatar laian:
1. Infeksi. (saluran kemih, prostat, ginjal)
2. Divcertikel urethra atau buli-buli.
3. Abses periurethra.
4. Batu urethra.
5. Fistel uretro-kutan.
6. Karsinoma urethra. (5,6,7)
PROGNOSIS
Striktur urethra sering kali kambuh, sehingga pasien harus sering menjalani pemeriksaan secara
teratur ke dokter. Penyakit ini dinyatakan sembuh bila setelah dilakukan observasi selama 1 tahun
tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan. (5

Apa Itu Visum?


Visum et repertum adalah keterangan (laporan) tertulis yang dibuat oleh seorang dokter atas
permintaan penyidik tentang apa yang dilihat dan ditemukan terhadap manusia, baik hidup atau
mati atau pun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia berdasarkan keilmuannya untuk
kepentingan peradilan.

Buat Apa Visum?


Untuk Penyidik ( kepolisian ) : Mengungkapkan kasus pidana/ kejahatan
Untuk Penuntut Umum ( Kejaksaan ) : Menetapkan pelaku tindak pidana / kejahatan akan
dihukum berdasarkan pasal berapa. Tujuannya tentu untuk menentukan hukuman yang sepadan.
Untuk Hakim : Sebagai barang bukti di pengadilan ( pelaku tindak pidana akan dihukum atau
dibebaskan )

Bagaimana prosedur permintaan visum?


Korban mendatangi kantor polisi
Polisi membuat surat permintaan visum dengan lengkap.
Korban diantar penyidik untuk melakukan visum di intansi kesehatan
Dokter menerima surat permintaan visum
Dokter akan melakukan pemeriksaan medis kepada korban
Pembuatan Visum et Repertum oleh dokter sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan
Penandatangan Visum et Repertum oleh Dokter pemeriksa
Penyerahan Visum et Repertum ke Penyidik
Korban dikembalikan ke Penyidik untuk penanganan lebih lanjut

Jadi, apabila saya mendapat kekerasan baiknya ke kantor polisi dulu atau langsung ke klinik &
rumah sakit ?
Bisa langsung ke klinik / rumah sakit bila mengalami luka sedang atau berat untuk mendapatkan
perawatan karena menyelamatkan nyawa adalah yang utama. Biasanya dokter akan membuat
catatan medis terkait hal tersebut. Setelah itu baru Nona bisa ke kantor polisi untuk mendapatkan
surat permintaan visum. Ini juga dilakukan untuk menghindari luka/kelainan yang bisa hilang
dalam waktu beberapa jam/hari sebelum dilakukan visum.

Apa saja yang diperiksa oleh dokter untuk pembuatan Visum et Repertum ?
Identitas korban ( nama, umur, riwayat penyakit dll )
Korban akan diminta keterangan bagaimana kejadian terjadinya kekerasan
Pemeriksaan : Jenis luka, ukuran, lokasi, bila perlu dilakukan pemeriksaan tambahan
(pemeriksaan darah, urin dll)
Adakah gangguan psikis yang terjadi akibat kekerasan yang terjadi ( misalnya depresi berat dll )
Adakah akibat fisik lain yang terjadi akibat kekerasan yang terjadi ( mi salnya kehamilan,
penyakit seksual dll )

Bolehkan saya mendapatkan hasil visum saya?


Tidak boleh. Visum akan diberikan kepada penyidik untuk keperluan peradilan.

Bagaimana bila saya menolak melakukan visum?


Bila tidak dilakukan visum maka penyidik kepolisian, kejaksaan maupun hakim tidak memiliki salah
satu dari alat bukti yang diperlukan untuk menjatuhkan hukuman pada pelaku kekerasan.

Perkosaan ialah tindakan menyetubuhi wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan. Persetubuhan sendiri didefinisikan sebagai penetrasi penis ke dalam kemaluan wanita (mulai
dari labia minor). Pada kasus akut/dini (dalam 7 hari setelah kejadian) masih dapat dicari adanya sperma
sebagai bukti. Sedangkan bila korban diperiksa lebih dari 7 hari setelah kejadian, kemungkinan
ditemukannya sperma lebih sulit dan pemeriksaan lebih ditujukan untuk mengetahui terjadinya
kehamilan.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
o Catat keadaan uman pasien, keadaan, emosi dan sikapnya. Lakukan pemeriksaan pakaian dengan
teliti, apakah dalam keadaan rapi, apakah terdapat robekan baik lama ataupun baru, memanjang atau
melintang. Cari adanya kancing yang terputus akibat tarikan, bercak darah, air mani, dan lumpur yang
berasal dari tempat kejadian.
o Cari tanda-tanda trauma, seperti laserasi, luka, dan adanya benda asing, terutama di mulut, leher,
lengan, dada, dan paha. Deskripsi dan gambarkan dengan baik, bila perlu dipotret pihak yang
berwenang.
o Jika ditemukan benda asing, ambil dan simpan dalam amplop dengan identifikasi yang baik. Dapat
dilakukan pencarian semen dengan lampu Woods karena akan berfluoresensi hijau kuning. Namun,
bila tidak ada larnpu Woods, cukup dengan perabaan dan penglihatan di daerah yang dicurigai
terdapat semen. Pada bahan tekstil bercak semen kaku seperti kanji yang mengering. Pada tekstil yang
tidak menyerap semen, bercak bisa teraba sedikit kaku atau tidak, tapi permukaannya lebih kasar
daripada sekitarnya. Secara visual, pada tekstil yang menyerap, bercak semen segar dapat tidak
berwarna atau keabu-abuan di tepinya. Tepi ini akan berangsur-angsur berubah warna menjadi kuning
sampai coklat dalam waktu + 1 bulan. Pada tekstil yang tidak menyerap, bercak semen segar
menunjukkan permukaan mengkilat dan translusen. Dalam beberapa hari bercak menjadi putih
granular, setelah 1 minggu menyerupai deposit cairan gula yang telah mengering, dan dalam + 1 bulan
menjadi kuning sampai coklat. Bila latarnya gelap, bercak hampir tidak dapat dikenali lagi. Noda
mencurigakan diperiksa dengan 2 kapas lidi yang dibasahi NaCl 0,9%.
o Sisir rambut kepala dengan sisir baru di atas kertas toilet, secara hati-hati kumpulkan benda asing
yang ditemukan. Ambil juga rambut standar dengan mencabut secara langsung.
o Cari adanya benda asing di bawah kuku jari, periksa, dan pisahkan antara kanan dan kiri. Biasanya
kuku digunting dan dimasukkan dalam amplop dan dikirim untuk pemeriksaan

o Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui adanya kehamilan sebelum kejadian, infeksi, dan
tanda-tanda trauma lainnya.

Pemeriksaan Genitalia
o Pasien diminta berbaring dalam posisi litotomi.
o Lakukan inspeksi genitalia eksterna untuk melihat adanya deflorasi himen, laserasi vulva atau
vagina.

Selaput darah yang utuh dapat dibagi dalam 3 golongan utama berdasar bentuk dan tepi lubangnya.

a. Bentuk teratur dengan tepi yang teratur dan utuh: hirnen anularis, himen semilunaris, himen
labiiformis.

b. Bentuk teratur dengan tepi tidak teratur: himen lobatus, himen dentatus, himen fimbriatus, himen
koroliformis.

c. Bentuk tidak teratur dengan tepi teratur atau dengan tepi tidak teratur: himen imperforatus, himen
bipartitus/septus, himen partim septus (sulit dibedakan dengan himen yang telah mengalami
deflorasi), himen multipleks/koroliformis, himen kribrosus.

o Sisir rambut pubis (pemeriksaan seperti rambut kepala). Bila terlihat menggumpal, dicurigai
terdapat noda semen. Rambut harus digunting dan diperiksa sebagai bukti. Periksa dan catat adanya
memar, laserasi, dan daerah yang nyeri. Lampu Woods dapat dipakai untuk mencari adanya bercak
semen. Daerah yang paling sering cedera adalah introitus posterior, himen, dan forniks posterior.

o Untuk memeriksa serviks dan vagina gunakan spekulum tanpa pelicin, cukup dengan dibasahi
dengan air. Sperma dapat ditemukan dalam vagina dalam keadaan motil sampai 12 jam, sedangkan
dalam serviks sampai 7 hari. Ambil spesimen untuk mencari sperma dengan kapas lidi dari daerah-
daerah berikut:

1. Labia minor.

2. Forniks vagina untuk mencari sperma.

Pada masing-masing daerah diusapkan 2 kapas lidi. Satu kapas lidi langsung diusap di kaca obyek,
keringkan, lalu tutup dengan kaca obyek lagi dengan diganjal lidi di antara kedua kaca tersebut
(sehingga tidak saling bersentuhan maupun tergores dalam penyimpanan). Masukkan kaca objek
dalam amplop. Kemudian, keringkan kapas lidi dan simpan pula dalam amplop. Kedua amplop
tersebut dikirim ke laboratorium forensik terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut. Dalam bentuk ini,
spesimen dapat bertahan sekitar 1 bulan. Usapkan kapas lidi kedua di kaca obyek, tambahkan 1 tetes
NaCl 0,9%, lalu lakukan pemeriksaan mikroskopik langsung untuk mencari adanya sperma. Dapat
dipakai pewarnaan Giemsa (fiksasi dalam metil alkohol selama 3 menit) atau Papanicolau (fiksasi
dalam alkohol 95% selama 15 menit), atau lainnya. Kemudian, masukkan kapas lidi dalam tabung
berisi 1 ml NaCl 0,9% dan simpan dalam suhu 4-6oC jika akan dilakukan pemeriksaan kimiawi.
o Dapat dilakukan bilas vagina dengan NaCl 0,9% (4 ml) untuk mencari semen dengan alat khusus
berbentuk seperti penyemprot/vaginal douche applicatoratau dengan pipet.
o Selain untuk mencari sperma, dari apusan kapas lidi lakukan pemeriksaan Gram secara langsung
dan kultur gonore pada perbenihan Thayer Martin atau New York City Medium bila fasilitas
memungkinkan.
Pemeriksaan terhadap anak kecil harus ditemani orang dewasa yang dipercayainya, bila perlu dapat
dilakukan dalam pembiusan umum. Dapat dilakukan dalam posisi litotomi, atau knee chest.
Gambar bentuk-bentuk himen

Pemeriksaan Rektal
Dilakukan bila terdapat indikasi berdasarkan anamnesis pasien. Dilakukan inspeksi, apusan kapas lidi
yang sudah dibasahi NaCl 0,9%, dan kultur gonore. Kapas lidi diusapkan terutama pada lipatan-
lipatan mukosa (kripti), bukan di tengah anus.

Pemeriksaan Penunjang
Selain pemeriksaan di atas, dapat dilakukan tes penentuan golongan darah, tes kehamilan, tes serologi
untuk sifilis (VDRL, Wasserman, Kahn), dan tes toksikologi bila terdapat indikasi.

Anda mungkin juga menyukai