Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Pokok Bahasan
Pendidikan Kesehatan Tentang Resiko Infeksi Nosokomial

2. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan (health education), diharapkan peserta dapat
meminimalisir terjadinya infeksi nosokomial.

3. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan (health education), peserta mampu menyebutkan :
a. Mengerti dan memahami pengertian Infeksi Nosokomial.
b. Mengerti dan memahami penyebab atau etiologi terjadinya infeksi
nosokomial.
c. Mengerti dan memahami faktor resiko terjadinya infeksi nosokomial.
d. Mengerti dan memahami cara pencegahan infeksi nosokomial.

4. Sub Poko Bahasan terlampir


a. Definisi Infeksi Nosokomial.
b. Penyebab atau etiologi terjadinya infeksi nosokomial.
c. Epidemologi terjadinya infeksi nosokomial.
d. Faktor resiko terjadinya infeksi nosokomial.
e. Mengetahui cara pencegahan infeksi nosokomial.

5. Sasaran
Sasaran penyuluhan adalah pasien, keluarga pasien, pengunjung, petugas kesehatan
dan karyawan rumah sakit.

6. Metode :
Metode yang digunakan saat penyuluhan adalah ceramah dan tanya jawab.
7. Media
Media yang digunakan saat penyuluhan adalah leaflet, laptop dan LCD.

8. Setting tempat

Keterangan :
: Peserta : Fasilitator

: Penyaji : Observer

: Moderator

9. Pengorganisasian
a. Moderator : Ahmad Rudy Harianto
Tugas :
1) Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4) Menyebutkan materi yang akan diberikan
5) Memimpin jalannya penyuluhan dan menjelaskan waktu penyuluhan
6) Menulis pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan
7) Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan peyaji
b. Penyaji : Zulaiha
Tugas :
1) Menggali pengetahuan peserta tentang infeksi nosokomial
2) Menjelaskan materi mengenai infeksi nosokomial
3) Menjawab pertanyaan peserta
c. Fasilitator :
Tugas :
1) Menyiapkan tempat dan media sebelum memulai penyuluhan
2) Mengatur teknik acara sebelum dimulainya penyuluhan
3) Memotivasi keluarga pasien agar berpartisipasi dalam penyuluhan
4) Memotivasi masyarakat untuk mengajukan pertanyaan saat moderator
memberikan kesempatan bertanya
5) Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta

d. Observer : Evi Purnamasari


Tugas :
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal beserta kegiatan penyuluhan
berlangsung.

10. Strategi Pembelajaran :


Dibuat berdasarkan masing masing materi penyuluhan.

a. Infeksi Nosokomial

Fase/Waktu Kegiatan Kader/Penyuluh Kegiatan keluarga


1. Pembu 1. Menyampaikan salam Memperhatikan
kaan pembukaan Reinforcement
(10 menit) 2. Mereview masalah infeksi
nosokomial

2. Penge 1. Menjelaskan kepada pasien tentang Memperhatikan dan


mbangan definisi infeksi nosokomial. menanyakan hal yang
(15 menit) 2. Menjelaskan kepada pasien kurang jelas.
tentang penyebab infeksi Memberikan pendapat
nosokomial. dan menyatakan
3. Menjelaskan tentang prosentase kesediaan
terjadinya infeksi nosokomial.
4. Menjelaskan tentang faktor
resiko terjadinya infeksi
nosokomial.
5. Menjelaskan tentang
pencegahan atau meminimalisir
terjadinya infeksi nosokomial.
3. Penutu 1. Menyampaikan Memperhatikan
p kesimpulan tentang materi yang
(20 menit) disampaikan Menjawab pertanyaan
2. Evaluasi kepada yang diajukan
pasien tentang masalah infeksi
nosokomial.
3. Ucapan terima kasih
dan salam penutup

11. Evaluasi
a. Struktural
Sap sudah siap 1 hari sebelum kegiatan penyuluhan
Peserta hadir ditempat penyuluhan
Penyelenggaraan, penyuluhan dilakukan diruang 20 Dr. Saiful Anwar
Malang
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan 1 hari sebelumnya
(satuan acara penyuluhan)
Tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum
penyuluhan selesai.
b. Proses
Jumlah peserta penyuluh minimal 5 peserta
Media yang digunakan adalah leaflet, leptop, LCD
Waktu penyuluhan adalah 30 menit
Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan
penyuluhan
Pembicara diharapkan menguasai materi dengan baik
Tidak ada peserta yang meninggalkan ruangan saat dilakukan kegiatan
penyuluhan di angsur
Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan

12. Hasil
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan peserta diharapkan mengikuti dan
memahami tentang pencegahan faktor resiko dan faktor penyebab infeksi
nosokomial
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan diharapkan adanya perilaku perubahan
kesehatan misal, peserta dapat selalu melakukan hidup bersih dan sehat
dimanapun berada.
13. Pertanyaan
a. Definisi Infeksi Nosokomial.
b. Penyebab atau etiologi terjadinya infeksi nosokomial.
c. Epidemologi terjadinya infeksi nosokomial.
d. Faktor resiko terjadinya infeksi nosokomial.
e. Mengetahui cara pencegahan infeksi nosokomial.
Lampiran : Materi Penyuluhan
INFEKSI NOSOKOMIAL

1. DEFINISI
INFEKSI NOSOKOMIAL atau yang dalam bahasa inggris disebut
HEALTH CARE-ASSOCIATED INFECTIONS adalah infeksi yang didapat
seseorang saat mereka mendapat perawatan untuk penyakit di luar infeksi
tersebut. infeksi nosokomial dapat diperoleh di manapun, seperti rawat inap
rumah sakit, rawat jalan, fasilitas cuci darah untuk penderita GAGAL GINJAL,
pusat rehabilitasi, kamar operasi, dan perawatan di rumah.
Infeksi nosokomial merupakan penyakit serius yang banyak terjadi.
sebagian besar kasus infeksi nosokomial atau sekitar 60% merupakan infeksi
peredaran darah yang didapat lewat kateter pembuluh darah, infeksi saluran
kemih melalui kateter urin, dan infeksi jaringan paru-paru akibat penggunaan
ventilator
INFEKSI NOSOCOMIAL ATAU INFEKSI YANG DIPEROLEH
DARI RUMAH SAKIT ADALAH INFEKSI YANG TIDAK DIDERITA
PASIEN SAAT MASUK KE RUMAH SAKIT MELAINKAN SETELAH
72 JAM BERADA DI TEMPAT TERSEBUT (WIKIPEDIA).

2. ETIOLOGI
Infeksi nosokomial disebabkan oleh agen-agen penyebab infeksi yang
umum seperti bakteri, virus, dan jamur. Agen penyebab infeksi pada infeksi
nosokomial berasal dari tubuh opasien sendiri. Dalam keadaan normal, agen
infeksi inti tidak membahayakan. Infeksi muncul saat pertahanan tubuh menurun
atau penggunaan obat atau prosedur medis tertentu. Selain dari tubuh pasien,
agen infeksi juga bisa berasal dari lingkungan rumah sakit atau dari pasien lain
dengan penyakit infeksi tersebut.
Pelayan kesehatan saat ini banyak menggunakan alat-alat dan
tindakan INVASIVE (memasuki tubuh pasien) untuk merawat dan membantu
penyembuhan pasien. Infeksi nosokomial dapat berkaitan dengan alat-alat
tersebut seperti KATETER dan VENTILATOR (alat bantu pernafasan). Infeksi
nosokomial yang terdjadi antara lain infeksi peredaran darah yang didapat lewat
kateter pembuluh darah sentral, infeksi saluran kemih melalui kateter urin, dan
infeksi jaringan paru-paru akibat penggunaan ventilator. Infeksi nosokomial
dapat juga terjadi pada luka operasi. Bakteri CLOSTRIDIUM
DEFFICILE dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan melalui tangan
yang terkontaminasi dan tidak dibersihkan. Penggunaan antibiotik secara
sembarangan dapat mematikan bakteri baik di dalam saluran pencernaan dan
menimbulkan infeksi CLOSTRIDIUM DEFFICILE.
Beberapa tindakan yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial yaitu :
a. Kateter pembuluh darah sentral merupakan selang dimasukan ke dalam
pembuluh darah besar, seperti di leher, dada, atau paha. penggunaan selang
ini dapat bertahan jangka panjang hingga minggu dan bulan. pemasanagn
kateter pembuluh darah sentral bertujuan untuk memberikan perngobtaan,
memberikan nutrisi dan cairan, serta untuk beberapa tes medis tertentu.
b. Kateter urin adalah selang yang dimasukan ke dalam kandung kemih melalui
uretra (saluran keluar air urin). Umumnya kateter urin digunakan pada kasus
kesulitan untuk berkemih. Infeksi terjadi akibat agen infeksi (paling sering
bakteri) masuk ke saluran kemih melalui kateter.
c. Ventilator merupakan suatu mesin yang diperuntukan untuk membantu
pasien dalam bernafas dengan memberikan oksigen melalui selang yang
dimasukan ke dalam mulut atau hidung. Ventilator digunakan pada pasien
dengan sakit berat atau selama dan setelah operasi. infeksi dapat terjadi
apabila agen infeksi masuk ke dalam paru-paru melalui selang.
INFEKSI INI TERJADI BILA TOKSIN ATAU AGEN
PENGINFEKSI MENYEBABKAN INFEKSI
LOKALATAU SISTEMIK. CONTOH PENYEBAB TERJADINYA
INFEKSI NOSOKOMIAL ADALAH
APABILA DOKTER ATAUSUSTER MERAWAT SEORANG PASIEN
YANG MENDERITA INFEKSI KARENA MIKROORGANISME
PATOGEN TERTENTU KEMUDIAN MIKROORGANISME DAPAT
DITULARKAN KETIKA TERJADI KONTAK. SELANJUTNYA,
APABILA SUSTER ATAU DOKTER YANG SAMA MERAWAT PASIEN
LAINNYA, MAKA ADA KEMUNGKINAN PASIEN LAIN DAPAT
TERTULAR INFEKSI DARI PASIEN SEBELUMNYA.
INFEKSI NOSOKOMIAL BIASANYA TERJADI SAAT PEKERJA
RUMAH SAKIT LENGAH ATAU KURANG MENJAGA KEBERSIHAN
DIRINYA. INFEKSI NOSOKOMIAL JUGA BISA DIALAMI
OLEH PASIEN YANG BEROBAT KE RUMAH SAKIT. SELAIN ITU
STAF MEDIS YANG BERPINDAH DARI SATU PASIEN KE PASIEN
LAINNYA BISA MENJADI SARANA PENYEBARAN PATOGEN. PADA
DASARNYA, STAF BERTINDAK SEBAGAI VEKTOR.

3. EPIDEMOLOGI
Perkirakan sekitar 1 dari 20 pasien yang di rawat di rumah sakit
mendapat infeksi nosokomial. Angka kematian yang disebabkan oleh infeksi
nosokomial cukup besar.
Angka kejadian infeksi nosokomial yang dilaporkan who (2002), pada
empat region yaitu eropa, mediterania timur, asia tenggara, dan pasifik barat
berturut-turut adalah 7,7%, 11,8%, 10%, dan 9% dengan rata-rata kejadian 8,7%.
Berdasarkan surveilans yang dilakukan depkes RI (2004), proporsi kejadian
infeksi nosokomial di rumah sakit pemerintah lebih tinggi dibandingkan dengan
rumah sakit swasta. penelitian yang dilakukan marwoto (2007), menunjukkan
bahwa kejadian infeksi nosokomial di lima rumah sakit pendidikan yaitu di
RSUP dr. SARDJITO sebesar 7,94%, RSUD DR. SOETOMO sebesar 14,6%,
RS BEKASI sebesar 5,06%, RS HASAN SADIKIN BANDUNG sebesar 4,60%,
RSCM JAKARTA sebesar 4,60%. angka insiden infeksi nosokomial di Jawa
Timur pada tahun 2011 hingga 2013 mengalami tren naik yaitu sebanyak 306
pada tahun 2011, 400 pada tahun 2012, dan 526 pada tahun 2013 (Sari, 2014)

4. FAKTOR RESIKO
Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi
nosokomial antara lain:
a. Berhubungan dengan status kesehatan pasien
1) Usia lanjut
2) Malnutrisi (kekurangan gizi)
3) Alkoholisme (kecanduan alcohol)
4) Perokok
5) Penyakit kronis, seperti penyakit paru kronis, kanker
6) Diabetes mellitus (penyakit kencing manis)
b. Berhubungan dengan proses akut
1) Operasi
2) Trauma
3) Luka bakar
c. Berhubungan dengan tindakan invasive (tindakan yang memasuki tubuh
pasien)
1) Intubasi trakeal (memasukan selang ke dalam organ trakea utnuk
membantu pernafasan)
2) Pemasangan kateter pada pembuluh darah sentral
3) Pemasangan kateter urin (ke dalam kandung kemih untuk pasien dengan
gangguan berkemih)
4) Cuci darah
5) Tindakan invasif lainnya
d. berhubungan dengan pengobatan
1) Transfuse darah
2) Pengobatan imunosupresi (penekanan sistem daya tahan tubuh)
3) Penggunaan antibiotik yang sembarangan dapat mengakibatkan bakteri
menjadi ressten atau kebal terhadap antibiotik tersebut dan
menghilangkan bakteri baik di dalam tubuh
4) Posisi berbaring yang terlalu lama
5) Nutrisi parenteral (nutrisi yang diberikan melalui pembuluh darah)
6) Lamanya perawatan di rumah sakit atau pelayanan medis lain
5. PENCEGAHAN
ADA BEBERAPA PEDOMAN YANG DAPAT DIGUNAKAN
UNTUK MENCEGAH TERJADINYA INFEKSI NOSOKOMIAL, YAITU :
CARA PALING EFEKTIF UNTUK MENGURANGI INFEKSI
NOSOKOMIAL ADALAH PETUGAS RUMAH SAKIT DIWAJIBKAN
UNTUK MENCUCI TANGAN SECARA RUTIN. SELAIN ITU, MEREKA
DIHARAPKAN MEMAKAI KAIN DAN SARUNG TANGAN
PELINDUNG SAAT BEKERJA DENGAN PASIEN. PIHAK RUMAH
SAKIT JUGA DIHARAPKAN UNTUK MENGONTROL DAN
MENGAWASI KUALITAS UDARA DI DALAM RUMAH SAKIT. Berikut
ini beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mencegah penularan infeksi
nosokomial adalah:
a. MENCUCI TANGAN. mencuci tangan secara rutin adalah tindakan
terpenting untuk mencegah penularan infeksi nosokomial, karena mampu
mengurangi risiko penularan mikroorganisme kulit dari satu orang ke orang
lainnya.
b. KEBERSIHAN RUANGAN, kebersihan permukaan ruangan rumah sakit
terkadang diremehkan, namun penting. Metode kebersihan modern mampu
membasmi virus influenza, gastroenteritis, bakteri mrsa secara efektif.
c. SISTEM ISOLASI, sistem isolasi berfungsi untuk mencegah penyebaran
organisme penyakit ke bagian lain di dalam rumah sakit. Khususnya
diberlakukan pada pasien yang berisiko menularkan infeksi mereka.
d. STERILISASI ALAT MEDIS, para staf rumah sakit juga harus
mensterilkan peralatan medis dengan cairan kimia, radiasi ion, pengeringan,
atau penguapan bertekanan, untuk membunuh semua mikroorganisme.
e. PENGGUNAAN SARUNG TANGAN, selain mencuci tangan, penting
bagi staf rumah sakit untuk menggunakan sarung tangan. Supaya risiko
penularan mikroorganise kulit semakin kecil.
f. LAPISAN ANTIMIKROBA, untuk meminimalisir risiko berkembangnya
bakteri, ada baiknya memilih perabotan dari bahan yang bisa mengurangi
risiko berkembangnya bakteri seperti tembaga atau perak.
DAFTAR PUSTAKA

Health Care-Associated Infections (Hai) [Online] 2012 [Cited 2013 Aug 27]; Available
From HTTP://WWW.HHS.GOV/ASH/INITIATIVES/HAI/

Inweregbu K, Dave J, Pittard A. Nosocomial Infections. Br J Anaesth. 2005; 5(1).

Healthcare Associated Infections (Hcai) [Online] 2013 [Cited 2013 Aug 27]; Available
From HTTP://WWW.HPA.ORG.UK/INFECTIONS/TOPICS_AZ/HAI/

HEALTHCARE-ASSOCIATED INFECTIONS (HAI) [Online] 2013 Jun [Cited


2013 Aug 27]; Available From HTTP://WWW.CDC.GOV/HAI/

HTTPS://ID.WIKIPEDIA.ORG/WIKI/INFEKSI_NOSOKOMIAL

HTTP://WWW.ALODOKTER.COM/INFEKSI-NOSOKOMIAL

HTTP://WWW.KERJANYA.NET/FAQ/6564-INFEKSI-NOSOKOMIAL.HTML

Edel Weisela Permata Sari & Prijono Satyabakti. 2014. Perbedaan Risiko Infeksi
Nosokomial Saluran Kemih Berdasarkan Kateterisasi Urin, Umur, Dan Diabetes
Melitus The Difference Of Nosocomial Urinary Tract Infection Risk Based On
Chateterization Urine, Age, And Diabetes Mellitus

Anda mungkin juga menyukai