SKRIPSI
Oleh :
ETTY MARETNAWATI
NIM I 0105072
Disusun Oleh :
ETTY MARETNAWATI
NIM I 0105072
Persetujuan
Dosen Pembimbing
Disusun Oleh :
ETTY MARETNAWATI
NIM I 0105072
Mengetahui, Disahkan,
a.n. Dekan Fakultas Teknik UNS Ketua Jurusan Teknik Sipil
Pembantu Dekan I Fakultas Teknik UNS
Etty Maretnawati. 2010. Pembuatan Lembar Kerja pada Microsoft Excel 2007
untuk Analisis Kelayakan Investasi Proyek Apartemen (YSQ 3 Spreadsheet).
Skripsi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret.
Manajemen konstruksi sebagai pengendali dari setiap segmen dalam tubuh proyek
konstruksi memegang peranan vital demi kesuksesan suatu proyek, termasuk pada
proyek pembangunan apartemen. Perencanaan sebagai bagian dari manajemen
konstruksi berperan sebagai kompas perjalanan proyek yang akan dikerjakan. Dalam
prakteknya pekerjaan ini disebut pra-studi kelayakan yang dilengkapi dengan arus
uang dan rencana pembayaran kembali kredit. Salah satu unsur esensial dalam
menentukan kebijakan terhadap sebuah proyek konstruksi adalah perencanaan
struktur dan ekonomi teknik yang menyertainya. Hal ini perlu diperhitungkan dengan
cermat sehingga dalam implementasinya nanti berjalan lancar tanpa gangguan yang
diakibatkan oleh kegagalan perencanaan. Salah satunya adalah dengan perencanaan
ekonomi teknik yang dilakukan dengan analisis kelayakan investasi. Metode
penilaian kelayakan investasi antara lain: Net Present Value (NPV), Revenue-Cost
Ratio (RCR), Rate of Return (ROR), Rate of Return on Investment Before Tax (RIb)
dan Rate of Return on Investment After Tax (RIa), dan Rate of Return on Equity
(RE). Setelah itu dilakukan analisis titik impas.
Penelitian ini berupa pembuatan lembar kerja untuk menganalisis kelayakan investasi
bangunan apartemen, yang selanjutnya disebut sebagai YSQ 3 Spreadsheet, dengan
mengambil kasus pada proyek Apartemen Solo Paragon. Lembar kerja ini dirancang
dengan membuat formulasi dalam lembar kerja Excel 2007 sesuai dengan rumus-
rumus analisis investasi yang sudah ada. Formulasi rumus-rumus tersebut dirancang
menjadi urut-urutan proses analisis kelayakan investasi yang aplikatif. YSQ 3
Spreadsheet terdiri dari dua belas lembar yang dapat menampilkan hasil hitungan
secara otomatis pada lembar output setelah pengisian data pada lembar input selesai
dilakukan user.
Penelitian menunjukkan bahwa hasil program YSQ 3 Spreadsheet tidak jauh berbeda
dengan hasil perhitungan manual, sehingga penggunaan YSQ 3 Spreadsheet dapat
mempercepat dan mempermudah dalam analisis kelayakan investasi apartemen.
Dengan harga jual minimum, pihak pemasaran apartemen Solo Paragon dapat
menentukan sendiri harga jual minimum untuk mendapatkan keuntungan dari proyek
tersebut.
ABSTRACT
Etty Maretnawati. 2010. The Making of Spreadsheet on Microsoft Excel 2007
For Investment Analysis on the Feasibility of Apartment Project (YSQ 3
Spreadsheet). Skripsi. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas
Maret.
Research points out that result programs YSQ 3 Spreadsheet not far in contrast to
manual count result, so YSQ 3 Spreadsheet can hasten and watering down deep for
investment analysis on the feasibility of apartment project. At the price minimum
sell, the marketing of Solo Paragon apartment can own determine minimum sell price
to get gain of that project.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, petunjuk, dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir
dengan judul Pembuatan Lembar Kerja pada Microsoft Excel 2007 untuk
Analisis Kelayakan Investasi Proyek Apartemen (YSQ 3 Spreadsheet).
Penyusunan Tugas Akhir ini bertujuan untuk melengkapi salah satu syarat yang
harus ditempuh guna meraih gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Melalui penyusunan Tugas
Akhir ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penulis,
sehingga dapat menjadi bekal di kemudian hari.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini tidak mungkin dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: Ir. Siti
Qomariyah, M. Sc dan Ir. Agus P. Saido, M. Sc selaku dosen pembimbing I dan II
yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga Tugas Akhir
ini dapat diselesaikan dengan baik; Ir. Sofa Marwoto selaku pembimbing akademis;
Agustina Dian Saptorini selaku teman seperjuangan skripsi atas diskusi, ide, dan
kerjasamanya; teman-teman Teknik Sipil 2005; dan semua pihak yang telah
berkenan membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas
akhir ini. Akhir kata, semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak pada umumnya dan bagi mahasiswa pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ........................................................................................ 3
1.4. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.5. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
Tabel 5.1. Data apartemen beserta letaknya pada lembar input ........................ 83
Tabel 5.1. Tipe dan luas unit apartemen beserta letaknya
pada lembar input ............................................................................. 83
Tabel 6.1. Rekapitulasi pendapatan tahunan dan pengeluaran tahunan
dengan perhitungan manual .............................................................. 107
Tabel 6.2. Harga jual minimum tiap tipe apartemen Solo Paragon ................... 108
Tabel 6.3. Hasil perhitungan dengan variasi koefisien untuk mendapatkan
harga jual minimum yang diinginkan ............................................... 116
Tabel 6.4. Perbandingan hasil perhitungan manual
dengan YSQ 3 Spreadsheet .............................................................. 118
BAB 1
PENDAHULUAN
Apartemen kini telah menjadi pilihan dari masyarakat modern di kota-kota besar.
Tipikal masyarakat modern yang mengharapkan kepraktisan dan efisiensi waktu
disertai dengan kultur kota besar yang serba cepat dapat terpenuhi dengan
keberadaan hunian vertikal ini. Apartemen menjamur di pusat kota dan distrik yang
berkembang menjadi investasi dan gaya hidup penghuninya.
Manajemen konstruksi sebagai pengendali dari setiap segmen dalam tubuh proyek
konstruksi memegang peranan vital demi kesuksesan suatu proyek, termasuk pada
proyek pembangunan apartemen. Perencanaan sebagai bagian dari manajemen
konstruksi berperan sebagai kompas perjalanan proyek yang akan dikerjakan. Dalam
prakteknya pekerjaan ini disebut pre-feasibility planning (pra-studi kelayakan) yang
dilengkapi dengan cash flow dan repayment schedule (arus uang dan rencana
pembayaran kembali kredit). Salah satu unsur esensial dalam menentukan kebijakan
terhadap sebuah proyek konstruksi adalah perencanaan struktur dan ekonomi teknik
yang menyertainya. Hal ini perlu diperhitungkan dengan cermat sehingga dalam
implementasinya nanti berjalan lancar tanpa gangguan yang diakibatkan oleh
kegagalan perencanaan.
Penelitian ini berupa pembuatan lembar kerja untuk menganalisis kelayakan investasi
proyek bangunan apartemen dengan menggunakan YSQ Spreadsheet. YSQ
Spreadsheet merupakan sebuah program aplikasi penilaian kelayakan investasi suatu
proyek dengan software Microsoft Excel 2007. Pada penelitian sebelumnya, YSQ 1
Spreadsheet telah dibuat untuk menganalisis kelayakan investasi proyek bangunan
pasar, dengan studi kasus Pasar Tawangmangu Karanganyar (Yan Ardyansyah,
2009). Sedangkan dalam penelitian ini, akan dibuat program YSQ 3 Spreadsheet
untuk menganalisis kelayakan investasi proyek bangunan apartemen. Pada saat yang
bersamaan dengan pembuatan YSQ 3 Spreadsheet, YSQ 2 Spreadsheet dibuat untuk
menganalisis kelayakan investasi proyek bangunan mal.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat lembar kerja untuk menganalisis
kelayakan investasi bangunan apartemen, yang selanjutnya diberi nama YSQ 3
Spreadsheet.
a. Bagi Penulis
Untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh, khususnya mengenai
rekayasa sipil dalam perencanaan proyek agar didapat hasil yang efektif dan
efisien.
b. Bagi Pihak Lain
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta bahan acuan bagi pihak-pihak
yang ingin melakukan penelitian mengenai masalah yang sama ataupun terkait
dengan penelitian ini.
BAB 2
LANDASAN TEORI
Apartemen merupakan sebuah model tempat tinggal yang hanya mengambil sebagian
kecil ruang dari suatu bangunan. Suatu gedung apartemen dapat memiliki puluhan
bahkan ratusan unit apartemen. Istilah apartemen digunakan secara luas di Amerika
Utara, sementara istilah flat digunakan di Britania Raya dan negara-negara
persemakmuran (Wikipedia Bahasa Indonesia).
Menurut Salim Basalamah dkk (1994), proyek adalah kegiatan yang dilakukan
dengan tujuan untuk mewujudkan sasaran program sebagai bagian dari usaha
merealisasikan tujuan umum yang telah dicanangkan, kegiatan mana dijalankan
dengan memanfaatkan sumber daya ekonomi dengan kombinasi yang mematuhi
norma kapasitas ekonomi yang optimal.
Menurut Iman Soeharto (1997), kegiatan proyek adalah satu kegiatan sementara yang
berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu dan
dimaksudkan untuk menghasilkan produk (deliverable) yang kriteria mutunya telah
digariskan dengan jelas.
Investasi sangat diperlukan oleh semua negara untuk memperluas kesempatan kerja
dan peningkatan produk barang dan jasa. Menurut Salim Basalamah (1994), investasi
adalah kegiatan menarik dana kemudian menggunakannya untuk membeli barang
modal pada saat sekarang ini, dan mengusahakan terwujudnya laba di masa
mendatang. Karena investasi itu berhadapan dengan masa mendatang yang penuh
ketidakpastian, maka sebelum melaksanakan investasi perlu dilakukan studi
kelayakan guna menentukan apakah program investasi itu dapat dilaksanakan dengan
menguntungkan.
Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1994), tujuan dilakukannya studi kelayakan
adalah untuk menghindari keterlanjutan penanaman modal yang terlalu besar untuk
kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan
Umumnya, suatu studi kelayakan proyek perlu membahas aspek-aspek: pasar, teknis,
keuangan, hukum, dan ekonomi negara. Hal-hal yang dikaji dari setiap aspek secara
ringkas sebagai berikut: (Suad Husnan dan Suwarsono, 2000)
a. Aspek pasar
1. Permintaan (demand)
2. Penawaran (supply)
3. Harga/biaya
4. Program pemasaran
5. Perkiraan penjualan
b. Aspek teknis
1. Studi/pengujian pendahuluan (yang pernah dilakukan)
2. Optimasi skala produksi
3. Ketepatan proses produksi yang dipilih
4. Ketepatan pemilihan sarana produksi (mesin-mesin dan perlengkapan)
5. Perlengkapan dan pekerjaan tambahan
6. Penanganan limbah produksi
7. Ketepatan tata letak fasilitas produksi
8. Kesesuaian lokasi dan tapak produksi
9. Tata kala kerja
10. Kajian sosial terhadap teknologi yang dipakai
c. Aspek keuangan
1. Dana yang diperlukan untuk investasi
2. Sumber-sumber anggaran
3. Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba
4. Manfaat dan biaya
5. Proyeksi keuangan
d. Aspek manajemen
1. Manajemen selama masa pembangunan proyek
2. Manajemen dalam masa pengoperasian (bentuk dan struktur organisasi,
deskripsi dan spesifikasi jabatan, personalia, jumlah SDM)
e. Aspek hukum
1. Bentuk badan hukum/badan usaha
2. Jaminan terhadap pinjaman
3. Surat-surat legal: akta, sertifikat, izin yang diperlukan
f. Aspek ekonomi dan sosial; terutama kajian pengaruh proyek terhadap:
1. Penghasilan negara
2. Devisa (yang bisa dihemat dan yang bisa diperoleh)
3. Penambahan dan pemerataan kesempatan kerja
4. Industri lain terkait
5. Kondisi sosial masyarakat sekitar
Menurut Salim Basalamah (1994), kegiatan ekonomi menyangkut pula aspek hukum.
Pembelian tanah, pembelian gedung, penjualan saham, pemasangan mesin,
pemasaran hasil produksi, pendirian agen penjualan, semuanya mempunyai aspek
hukum. Penelitian aspek hukum sepantasnya dilakukan oleh ahli hukum termasuk
seorang notaris. Banyak usaha pendirian proyek (swasta) terhenti atau gagal karena
melupakan aspek hukum ini.
Menurut Iman Soeharto (1997), aspek yang perlu dikaji dalam studi kelayakan
investasi dari perusahaan swasta akan lebih menekankan pada aspek finansial,
sedangkan proyek yang diselenggarakan oleh pemerintah (seperti: perbaikan
perkampungan, jembatan, jalan, dan lain-lain) lebih menekankan pada aspek sosial
ekonomi
2.3. Input Kelayakan Investasi
4. Jumlah lantai
Sebenarnya yang membatasi jumlah lantai yang dapat dibangun pada suatu lokasi
tidak dapat diputuskan hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tekno
ekonomi saja. Daya dukung tanah juga membatasi tinggi bangunan yang dapat
dibangun di samping peraturan-peraturan tata kota. Peraturan tata kota harus dibuat
berdasarkan analisis tekno ekonomi, building engineering, dan kualitas lingkungan
kota.
5. Koefisien dasar bangunan (KDB) atau kepadatan bangunan (building density)
Koefisien Dasar Bangunan adalah perbandingan luas lantai dasar bangunan terhadap
luas tanah bangunan atau luas persil. Koefisien dasar bangunan dibatasi oleh
peraturan tata kota yang berlaku. Peraturan tata kota menentukan batas presentase
luas tanah yang boleh dibangun karena semakin mahal harga tanah dan semakin
sempit lahan yang tersedia maka semakin tinggi bangunan yang direncanakan.
Batasan-batasan tersebut mempengaruhi efek finansial suatu proyek. Kepadatan
bangunan tergantung dari lokasi tanah, negara, dan waktu.
Luas lantai dasar bangunan
KDB = 100% < Syarat KDB (2.1)
Luas persil
5. Suku bunga
Bunga atas pinjaman adalah sejumlah uang sebagai imbalan atas jasa pemberian
modal pinjaman yang dapat dinikmati oleh pemberi pinjaman. Hal ini juga berkaitan
dengan perubahan nilai uang terhadap waktu. Suku bunga dinyatakan dalam %
pertahun.
6. Masa konstruksi
Untuk proyek-proyek komersil yang dibiayai dengan modal pinjaman yang
dikenakan bunga meskipun proyek belum menghasilkan pendapatan, masa
konstruksi harus diusahakan sesingkat mungkin, agar beban bunga selama masa
periode sekecil-kecilnya. Kreditur umumnya memberi keringanan berupa
penangguhan pokok kredit dan bunganya selama masa konstruksi (grace period).
Ada juga yang memberikan penangguhan pembayaran pokok kreditnya saja dan
bunganya harus dibayar.
Menurut Robert J. Kodoatie (1994), ekonomi teknik adalah suatu obyek yang
menarik karena ilmu ini merupakan perpaduan antara ilmu ekonomi dan ilmu teknik.
Ekonomi teknik pada rekayasa pembangunan dipakai sebagai alat untuk menentukan
kelayakan suatu proyek serta untuk mengevaluasi dalam pengambilan kebijakan
pembangunan dari sudut pandang ekonomi. Prinsipnya merupakan suatu analisis
tentang alternatif proyek yang diajukan sesudah melalui/bersamaan dengan analisis
teknis, sosial dan lingkungan, dan lainnya, sehingga proyek dapat diketahui apakah
layak atau tidak secara ekonomi.
2.4.2. Rumus atau Persamaan yang Digunakan dalam Analisis Ekonomi
Proyek
Menurut Donald G. Newnan (1988), beberapa rumus penting yang merupakan dasar
analisis akonomi proyek yang berdasarkan/menggunakan bunga berganda (interest
compound) dan metode penggandaan yang berperiode (discrete compounding):
1. Mencari nilai yang akan datang (F) apabila diketahui nilai sekarang (P) dengan
tingkat suku bunga i dan periode n.
F = P(1 + i)n atau F = P(F/P,i,n) (2.7)
2. Mencari nilai sekarang (P) apabila diketahui nilai yang akan datang (F) dengan
tingkat suku bunga i dan periode n.
F
P= atau P = F(P/F,i,n) (2.8)
(1 + i ) n
3. Mencari nilai tahunan (A) apabila diketahui nilai yang akan datang (F) dengan
tingkat suku bunga i dan periode n, disebut juga penanaman sejumlah uang
(sinking found)
Fi
A= atau A = F(A/F,i,n) (2.9)
(1 + i ) n - 1
4. Mencari nilai tahunan (A) apabila diketahui nilai sekarang (P) dengan tingkat
suku bunga i dan periode n, disebut juga pemasukan kembali modal (capital
recovery).
Pi (1 + i ) n
A= atau A = P(A/P,i,n) (2.10)
(1 + i ) n - 1
5. Mencari nilai yang akan datang (F) apabila diketahui nilai tahunan (A) dengan
tingkat suku bunga i dan periode n.
A[(1 + i ) n - 1]
F= atau F = A(F/A,i,n) (2.11)
i
6. Mencari nilai sekarang (P) apabila diketahui nilai tahunan (A) dengan tingkat
suku bunga i dan periode n.
A[(1 + i ) n - 1]
P= atau P = A(P/A,i,n) (2.12)
i (1 + i ) n
7. Mencari nilai tahunan (A) apabila diketahui tingkat kenaikan (G) dengan tingkat
suku bunga i dan periode n.
1 n
A = G - atau A = G(A/G,i,n) (2.13)
i (1 + i ) - 1
n
Investasi yang ditanamkan pada suatu proyek pada jangka waktu tertentu diharapkan
akan kembali dengan mendapatkan keuntungan yang disesuaikan dengan suku bunga
tertentu yang berlaku pada saat itu. Prinsip penentuan harga suatu barang atau jasa
atau penetuan sewa minimal adalah:
Pendapatan = Pengeluaran
Apabila biaya sewa minimum yang didapat lebih rendah daripada nilai sewa pada
suatu waktu, maka proyek layak dalam arti mudah dipasarkan dan menarik bagi
investor. Menurut Hartono Poerbo (1998), apabila nilai sewa yang didapat dari
perhitungan lebih tinggi dari nilai sewa di pasaran, maka dilakukan perhitungan
ulang dengan perubahan-perubahan pada faktor:
1. Investasi total (kualitas bahan dan sistem struktur ditinjau kembali) dan lain-lain
perubahan yang dapat menekan biaya.
2. Jangka waktu pembayaran kembali modal pinjaman dan modal sendiri
diperpanjang.
3. Suku bunga dirundingkan kembali untuk diturunkan.
4. Jangka waktu konstruksi diperpendek dengan jalan mengubah bahan struktur dan
atau teknik membangun.
5. Selama masa konstruksi diusahakan ada pandapatan bangunan yang masuk agar
tidak terjadi bunga berbunga yang terlalu besar sehingga perkembangan kredit
(loan built up) menjadi terlalu besar.
2.6. Metode Penilaian Investasi
Suatu proyek dinilai layak dikerjakan apabila memenuhi syarat-syarat dasar penilaian
kelayakan investasi, yang terdiri dari:
1. Net Present Value (NPV) > 0
2. RevenueCost Ratio (RCR) > 1
3. Rate of Return (ROR) > MARR
Kriteria nilai sekarang netto didasarkan pada konsep mendiskonto seluruh aliran kas
ke nilai sekarang. Dengan mendiskonto semua aliran kas masuk dan keluar selama
umur proyek (investasi) ke nilai sekarang, kemudian menghitung angka netto, maka
akan diketahui selisihnya dengan memakai dasar yang sama, yaitu harga (pasar) saat
ini. Berarti sekaligus dua hal telah diperhatikan, yaitu faktor nilai waktu dari uang
dan (selisih) besar aliran kas masuk dan keluar. Dengan demikian sangat membantu
pengambilan keputusan untuk menentukan pilihan. NPV menunjukkan jumlah lump-
sum yang dengan arus diskonto tertentu memberikan angka berapa besar nilai usaha
(Rp) tersebut pada saat ini.
n n
(C )t (Co )t
NPV = - -I (2.14)
t = 0 (1 + i ) t = 0 (1 + i )
t t
dengan:
NPV = nilai sekarang netto
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t
n = umur unit usaha hasil investasi
i = arus pengembalian (rate of return)
t = waktu
I = nilai investasi
Ukuran ini menggambarkan besarnya resiko proyek. Metode ini menganalisis suatu
proyek dengan membandingkan revenue terhadap nilai cost. Menurut Hartono
Poerbo (1998), ratio atau perbandingan ini harus lebih besar dari 1. Semakin besar
selisinya terhadap 1, semakin kecil resiko proyek atau resiko investasi.
n
(C )t
(1 + i)
t =0
t
RCR = n
(2.15)
(Co)t
t = 0 (1 + i )
t
+I
dengan:
RCR = perbandingan biaya-pendapatan
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t
n = umur unit usaha hasil investasi
i = arus pengembalian (rate of return)
t = waktu
I = investasi
t = 0 (1 + ROR )
t
-
t = 0 (1 + ROR )
t
=I (2.16)
dengan:
(C)t = aliran kas masuk tahun ke-t
(Co)t = aliran kas keluar tahun ke-t
n = umur unit usaha hasil investasi
ROR = laju pengembalian
t = waktu
I = investasi
Apabila nilai ROR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka usulan
investasi diterima/layak.
Menurut Hartono Poerbo (1998) ukuran ini menggambarkan daya tarik dan
fasibilitas proyek. Ada dua macam analisis tingkat pengembalian investasi, yaitu:
a. Tingkat pengembalian investasi sebelum pajak (RIb) adalah jumlah nilai sekarang
dari keuntungan sebelum pajak dibagi nilai sekarang dari investasi total.
(laba sebelum pajak + penyusu tan)( P / A, i, n1 )
RIb = (2.17)
total biaya mod al ( F / P, i, n2 )
dengan:
i = perubahan nilai uang terhadap waktu
n1 = masa pelunasan kredit
n2 = masa konstruksi
b. Tingkat pengembalian investasi setelah pajak (RIa) adalah jumlah nilai sekarang
dari keuntungan setelah pajak dibagi nilai sekarang dari investasi total.
(laba setelah pajak + penyusu tan)( P / A, i, n1 )
RIa = (2.18)
total biaya mod al ( F / P, i, n2 )
dengan:
i = perubahan nilai uang terhadap waktu
n1 = masa pelunasan kredit
n2 = masa konstruksi
Kedua perbandingan tersebut dihitung selama umur ekonomis proyek dan hasil
baginya harus lebih besar dari 1 (satu) jika proyekya layak. Semakin tinggi nilai RIb
dan RIa maka semakin menarik pula proyeknya bagi investor.
Setiap usaha mempunyai resiko dan ketidakpastian. Analisis titik impas dapat
digunakan untuk mengetahui besarnya resiko, sehingga dapat dijadikan suatu
alternatif cara dalam rangka proses pemutusan. Titik impas dicapai apabila keadaan
usaha telah menghasilkan pendapatan yang dapat menutup semua pengeluaran.
Jadi, pada suatu titik impas terdapat suatu kapasitas minimum yang harus tercapai
agar usaha tidak rugi. Analisis ini dapat digunakan pula untuk mengatahui berapa
persen ruangan harus tersewakan agar semua pengeluaran sudah dapat ditutup dari
pendapatan gedung, yang disebut faktor okupansi. Makin rendah faktor okupansi
impasnya makin kecil resiko investasi proyek.
Analisis titik impas dilakukan apabila proyek benar-benar sudah diputuskan untuk
dibangun.
YSQ 1 Spreadsheet adalah lembar kerja yang dirancang sebagai alat bantu analisis
investasi dengan software Microsoft Excel 2007. Pembuatan program YSQ 1
Spreadsheet dilakukan dengan pembuatan formulasi dalam lembar kerja Excel 2007
sesuai dengan rumus-rumus analisis investasi yang sudah ada.
Gambar 2.1. Tampilan menu utama YSQ 1 Spreadsheet
YSQ 1 Spreadsheet sebagai alat bantu kelayakan investasi dirancang terdiri dari
sepuluh sheet, yaitu:
a. Lembar pertama adalah halaman muka yang dinamakan lembar menu utama.
b. Lembar kedua adalah lembar isian input dari data hitungan maupun data fisik
proyek yang sudah ada.
c. Lembar ketiga adalah lembar untuk mendapatkan nilai dari koefisien dasar
bangunan dan koefisien luas bangunan, dan menampilkan apakah proyek
memenuhi persyaratan minimum KDB dan KLB sesuai peraturan daerah tempat
proyek berlangsung.
d. Lembar keempat dirancang untuk mendapatkan besaran-besaran tekno ekonomi
yang digunakan dalam proyek.
e. Lembar kelima dirancang untuk mendapatkan rincian besaran nilai sewa/jual
minimal dari unit-unit pendapatan.
f. Lembar keenam untuk mengetahui pada tahun ke berapa terjadi titik impas dari
penjualan unit-unit pendapatan yang didapat dari sheet sebelumnya.
g. Lembar ketujuh dirancang untuk menganalisis kelayakan investasi dengan
metode NPV.
h. Lembar kedelapan dirancang untuk menganalisis kelayakan investasi dengan
metode IRR.
i. Lembar kesembilan dirancang untuk menganalisis kelayakan investasi dengan
metode BCR.
j. Lembar yang terakhir adalah lembar kesimpulan/output dari kelayakan investasi
proyek.
YSQ Spreadsheet adalah lembar kerja yang dibuat sebagai alat bantu analisis
investasi suatu proyek. Penelitian ini berupa pembuatan lembar kerja yang digunakan
untuk menganalisis kelayakan investasi apartemen dengan software Microsoft Excel
2007, yang selanjutnya disebut dengan nama YSQ 3 Spreadsheet. Pembuatan YSQ 3
Spreadsheet dilakukan dengan membuat formula dalam lembar kerja Excel 2007
sesuai dengan rumus-rumus analisis investasi yang sudah ada.
(Catatan: dalam waktu yang bersamaan dengan pembuatan YSQ 3 Spreadsheet, YSQ
2 Spreadsheet dibuat untuk menganalisis kelayakan investasi mal)
Mulai
Studi pustaka
Merancang
YSQ 3 Spreadsheet
Selesai
Gambar 3.1. Diagram alir penelitian
Mulai
Pengumpulan data
Pengolahan data
Pendapatan Pengeluaran
Tidak
Layak
Ya
Analisis
BEP
Selesai
YSQ 3 Spreadsheet adalah lembar kerja yang dirancang sebagai alat bantu analisis
investasi apartemen dengan software Microsoft Excel 2007. Pembuatan YSQ 3
Spreadsheet dilakukan dengan membuat formulasi dalam lembar kerja Excel 2007
sesuai dengan rumus-rumus analisis investasi yang sudah ada.
YSQ 3 Spreadsheet sebagai alat bantu kelayakan investasi dirancang terdiri dari dua
belas sheet, yaitu:
a. Lembar pertama adalah halaman muka yang dinamakan lembar menu utama.
b. Lembar kedua adalah lembar isian input dari data hitungan maupun data fisik
proyek yang sudah ada. Studi ini menggunakan data proyek Apartemen Solo
Paragon.
c. Lembar ketiga adalah lembar untuk mendapatkan nilai dari koefisien dasar
bangunan dan koefisien luas bangunan, dan menampilkan apakah proyek
memenuhi persyaratan minimum KDB dan KLB yang disyaratkan daerah tempat
proyek berlangsung.
d. Lembar keempat dirancang untuk mendapatkan besaran-besaran tekno ekonomi
yang digunakan dalam proyek. Sekaligus untuk mendapatkan harga jual minimal
per m2.
e. Lembar kelima dirancang untuk mendapatkan harga jual tiap unit apartemen.
f. Lembar keenam dirancang untuk menganalisis NPV (Net Present Value)
g. Lembar ketujuh dirancang untuk menganalisis RCR (RevenueCost Ratio)
h. Lembar kedelapan dirancang untuk menganalisis ROR (Rate of Return)
i. Lembar kesembilan dirancang untuk mendapatkan tingkat pengembalian investasi
sebelum pajak (RIb) dan tingkat pengembalian investasi setelah pajak (RIa).
j. Lembar kesepuluh untuk mengetahui tingkat pengembalian modal sendiri (RE).
k. Lembar kesebelas dirancang untuk menganalisis titik impas (BEP).
l. Lembar yang terakhir adalah lembar kesimpulan/output dari kelayakan investasi
proyek.
Ada enam fungsi dalam fitur excel yang digunakan dalam YSQ 3 Spreadsheet, yaitu:
1. Hyperlink
Memudahkan user untuk membuka halaman lain atau file lain dengan cara
menghubungkannya menggunakan shape.
2. IF
Menghasilkan sebuah pernyataan atau nilai jika salah satu kondisi yang ditetapkan
bernilai BENAR dan nilai lain bernilai SALAH.
3. SUM
Menjumlahkan semua angka pada suatu barisan sel tertentu.
4. VLOOKUP
Mencari nilai pada barisan nilai kolom pertama dan menghasilkan nilai pada baris
yang sama dari barisan nilai pada kolom yang lainnya.
5. PMT
Mencari nilai serangkaian arus kas yang besarnya sama pada periode tertentu dari
suatu nilai sekarang pada tingkat bunga tertentu.
6. PV
Mencari nilai sekarang dari serangkaian arus kas yang besarnya sama pada
pariode tertentu
Untuk operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian tidak digunakan
fungsi secara khusus. Pada formula bar, user hanya tinggal mengetikkan symbol =
(sama dengan) kemudian klik sel yang akan dioperasikan dan selanjutnya
mengetikkan tanda baca yang mewakili operasi yang diinginkan. Untuk operasi
penjumlahan menggunakan tanda +, penggurangan menggunakan tanda ,
perkalian menggunakan tanda /, dan perkalian menggunakan tanda *.
Lembar kerja ini dibuat hanya pada satu workbook dan tidak berhubungan dengan
workbook yang lain. Untuk selanjutnya lembar kerja ini diberi nama YSQ 3
Spreadsheet. Berikut pembuatan YSQ 3 Spreadsheet.
Halaman pertama dari YSQ 3 Spreadsheet adalah halaman muka berupa menu utama
yang berisikan pilihan-pilihan menu yang bisa dipilih user. Ada sebelas menu pilihan
pada menu utama ini, dimulai dari menu input sampai dengan menu output seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dengan mengklik shape sesuai pilihan, maka
spreadsheet akan menampilkan lembar yang dipilh user.
Gambar 4.1. Tampilan lembar menu utama YSQ 3 Spreadsheet
YSQ 3 Spreadsheet dirancang sebagai alat bantu analisis investasi apartemen secara
otomatis menampilkan hasil akhir (output) setelah user terlebih dahulu memasukkan
data pada sel-sel isian data yang terletak pada lembar input. Oleh karena itu
pembuatan lembar-lembar sesudah lembar input dirancang untuk selalu
menggunakan data-data dari lembar input dalam penghitungan analisisnya.
Pada Gambar 4.2. di bawah ini dapat kita lihat tampilan lembar input YSQ 3
Spreadsheet.
Gambar 4.2. Tampilan lembar input YSQ 3 Spreadsheet
Secara umum ada tiga tipe cara pengisian data pada lembar input, yaitu:
a. Input of text procedure (misal pengisian nama proyek)
User mengisikan data teks yang disediakan dengan mengetik secara manual.
Gambar 4.3. Input of text procedure (dalam lingkaran)
Seluruh data yang dimasukkan dalam input cukup angkanya saja, tanpa
mencantumkan satuan besarnya. Misal data mentah biaya bangunan = Rp
100.000.000.000,00, user hanya perlu memasukkan angka = 10000000000 (tanpa
satuan rupiah).
4.2.4. Lembar KDB dan KLB
Proyek bangunan yang akan dikerjakan harus memenuhi syarat KDB dan KLB yang
ditentukan peraturan tata kota daerah tempat proyek berlangsung. Lembar KDB dan
KLB YSQ 3 Spreadsheet memaparkan kelayakan hasil analisis KDB dan KLB
proyek yang direncanakan. Data-data yang digunakan pada lembar ini berasal dari
lembar input.
Pada lembar tekno ekonomi seperti pada Gambar 4.7, YSQ 3 Spreadsheet
menampilkan perhitungan total dari biaya modal, pendapatan proyek tahunan, dan
pengeluaran proyek tahunan. Setelah mengetahui besar pendapatan proyek tahunan
dan pengeluaran proyek tahunan, maka nilai jual minimum untuk r dapat diketahui
dengan persamaan pendapatan = pengeluaran. Kemudian dengan memasukkan
koefisien tertentu maka akan didapatkan nilai jual minimum yang diinginkan (R).
Pada lembar ini juga menampilkan rekapitulasi pendapatan dan pengeluaran proyek.
Gambar 4.7. Tampilan lembar tekno ekonomi YSQ 3 Spreadsheet
Setelah didapat nilai R yang menunjukkan jual minimum yang diinginkan, YSQ 3
Spreadsheet memperinci perhitungan jual minimum untuk setiap unit apartemen,
seperti terlihat pada Gambar 4.8.
Gambar 4.8. Tampilan lembar jual minimum YSQ 3 Spreadsheet
Pada lembar RIb dan RIa yang disediakan YSQ 3 Spreadsheet menampilkan
perhitungan tingkat pengembalian investasi sebelum pajak (RIb) dan tingkat
pengembalian investasi setelah pajak (RIa), seperti yang terlihat pada Gambar 4.12.
Untuk RIb, lembar ini memaparkan perbandingan antara laba sebelum pajak
ditambah penyusutan selama masa pelunasan kredit dengan biya modal setelah
konstruksi. Dan untuk RIa, lembar ini memaparkan perbandingan antara laba setelah
pajak ditambah penyusutan selama masa pelunasan kredit dengan biya modal setelah
konstruksi.
Setelah didapatkan nilai laba setelah pajak ditambah penyusutan, maka YSQ 3
Spreadsheet menampilkan perhitungan tingkat pengembalian modal sendiri pada
lembar RE. Lembar ini memaparkan perbandingan antara nilai laba setelah pajak
ditambah penyusutan selama masa pelunasan kredit dengan nilai modal sendiri
setelah konstruksi, seperti pada Gambar 4.13.
Lembar BEP (Break Even Point) yang disediakan YSQ-3 Spreadsheet memaparkan
pada berapa persen ruangan terjual terjadi titik impas dengan ketentuan usaha telah
menghasilkan pendapatan yang dapat menutup semua pengeluaran (pendapatan =
pengeluaran pokok). Lembar ini juga menanpilkan harga jual minimum jika
pendapatan sama dengan pengeluaran pokok.
Kesimpulan atau hasil akhir dari analisis kelayakan investasi menggunakan YSQ 3
Spreadsheet dapat ditemukan pada lembar output. Kesimpulan yang ditampilkan
seperti Gambar 4.15. di bawah ini adalah berupa nilai jual minimum per m2/tahun,
hasil analisis kelayakan investasinya, apakah layak untuk dilanjutkan atau tidak layak
untuk dilanjutkan, dan harga jual tiap unit apartemen
.
Gambar 4.15. Tampilan lembar output YSQ 3 Spreadsheet
Lembar ini berisikan pilihan-pilihan menu yang bisa dipilih user. Ada sebelas menu
pilihan pada menu utama ini, dimulai dari menu input sampai dengan menu output
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.1. Dengan mengklik shape sesuai pilihan,
maka spreadsheet akan menampilkan lembar yang dipilh user (dibuat dengan
menggunakan hyperlink).
Pada lembar input dan lembar-lembar selanjutnya, warna kuning pada sel
menunjukkan bahwa sel tersebut berisi keterangan atau penjelasan yang sudah
disediakan , sedangkan warna abu-abu pada sel menunjukkan keterangan yang harus
diisi atau dipih user sesuai data yang didapatkan. Berikut adalah penjelasan tiap
komponen input data dengan prosedur pengisian data masing-masing (IT untuk input
of text, IV untuk input of value, dan IS untuk input of selection).
Setelah selesai mengisikan data pada lembar input, user dapat melihat hasil
perhitungan KDB dan KLB pada lembar KDB dan KLB, dengan meng-klik shape
bertuliskan next. Atau user dapat langsung melihat hasil output dengan meng-klik
shape bertuliskan output. Atau user dapat kembali ke lembar menu utama dengan
meng-klik shape bertuliskan menu.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar input, maka selanjutnya akan
ditampilkan lembar KDB dan KLB. Data-data yang digunakan pada lembar ini
berasal dari lembar input. Pada Gambar 5.3. di bawah ini dapat kita lihat tampilan
lembar KDB dan KLB YSQ 3 Spreadsheet.
Gambar 5.3. Tampilan lembar KDB dan KLB YSQ 3 Spreadsheet
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat hasil
perhitungan tekno ekonomi. Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali
ke lembar input. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar
menu utama.
5.1.4. Lembar Tekno Ekonomi
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar KDB dan KLB, maka
selanjutnya akan ditampilkan lembar tekno ekonomi. Data-data yang digunakan pada
lembar ini berasal dari lembar input. Pada Gambar 5.4. di bawah ini dapat kita lihat
tampilan lembar tekno ekonomi YSQ 3 Spreadsheet.
Gambar 5.4. Tampilan lembar tekno ekonomi YSQ 3 Spreadsheet
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat harga jual
tiap tipe apartemen. Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali ke lembar
KDB dan KLB. Atau meng-klik shape bertuliskan output untuk langsung melihat
hasil output. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar menu
utama.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar tekno ekonomi, maka
selanjutnya akan ditampilkan lembar jual minimum. Data-data yang digunakan pada
lembar ini berasal dari lembar input dan lembar tekno ekonomi. Pada Gambar 5.5. di
bawah ini dapat kita lihat tampilan lembar jual minimum YSQ 3 Spreadsheet.
Gambar 5.5. Tampilan lembar jual minimum YSQ 3 Spreadsheet
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
tingkat pengembalian investasi sebelum pajak (RIb) dan tingkat pengembalian
investasi setelah pajak (RIa). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali
ke lembar tekno ekonomi. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke
lembar menu utama.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar RE, maka selanjutnya akan
ditampilkan lembar NPV. Data-data yang digunakan pada lembar ini berasal dari
lembar input dan lembar tekno ekonomi. Pada Gambar 5.6. di bawah ini dapat kita
lihat tampilan lembar NPV YSQ 3 Spreadsheet.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
RevenueCost Ratio (RCR). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali
ke lembar jual minimum. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke
lembar menu utama.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar NPV, maka selanjutnya akan
ditampilkan lembar RCR. Data-data yang digunakan pada lembar ini berasal dari
lembar input dan lembar tekno ekonomi. Pada Gambar 5.7. di bawah ini dapat kita
lihat tampilan lembar RCR YSQ 3 Spreadsheet.
Gambar 5.7. Tampilan lembar RCR YSQ 3 Spreadsheet
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar RCR, maka selanjutnya akan
ditampilkan lembar ROR. Data-data yang digunakan pada lembar ini berasal dari
lembar input dan lembar tekno ekonomi. Pada Gambar 5.8. di bawah ini dapat kita
lihat tampilan lembar ROR YSQ 3 Spreadsheet.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
tingkat pengembalian investasi sebelum pajak (RIb) dan tingkat pengembalian
investasi setelah pajak (RIa). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali
ke lembar RCR. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar
menu utama.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar ROR, maka selanjutnya akan
ditampilkan lembar RIb dan RIa. Data-data yang digunakan pada lembar ini berasal
dari lembar input dan lembar tekno ekonomi. Pada Gambar 5.9. di bawah ini dapat
kita lihat tampilan lembar RIb dan RIa YSQ 3 Spreadsheet.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
tingkat pengembalian modal sendiri (RE). Atau meng-klik shape bertuliskan prev
untuk kembali ke lembar ROR. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk
kembali ke lembar menu utama.
5.1.6.5. Lembar RE
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar RIb dan RIa, maka
selanjutnya akan ditampilkan lembar RE. Data-data yang digunakan pada lembar ini
berasal dari lembar input, lembar tekno ekonomi, dan lembar RIb & RIa. Pada
Gambar 5.10. di bawah ini dapat kita lihat tampilan lembar RE YSQ 3 Spreadsheet.
Gambar 5.10. Tampilan lembar RE YSQ 3 Spreadsheet
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
Break Even Point (BEP). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali ke
lembar RIb & RIa. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar
menu utama.
5.1.7. Lembar BEP
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar RE, maka selanjutnya akan
ditampilkan lembar BEP. Data-data yang digunakan pada lembar ini berasal dari
lembar tekno ekonomi. Pada Gambar 5.11. di bawah ini dapat kita lihat tampilan
lembar BEP YSQ 3 Spreadsheet.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat hasil output.
Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali ke lembar RE. Atau meng-klik
shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar menu utama.
Dengan meng-klik shape bertuliskan output pada lembar input, atau meng-klik
shape bertuliskan output pada lembar tekno ekonomi, atau meng-klik shape
bertuliskan next pada lembar BEP, maka selanjutnya akan ditampilkan lembar
output. Data-data yang digunakan pada lembar ini berasal dari lembar tekno
ekonomi, lembar jual minimum, lembar NPV, lembar RCR, lembar ROR, lembar
RIb & RIa, lembar RE, dan lembar BEP. Pada Gambar 5.12. di bawah ini dapat kita
lihat tampilan lembar output YSQ 3 Spreadsheet.
Gambar 5.12. Tampilan lembar output YSQ 3 Spreadsheet
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan tekno ekonomi untuk melihat
kembali perhitungan tekno ekonomi. Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk
kembali ke lembar BEP. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke
lembar menu utama.
Setelah didapat data dari lapangan, gambar, maupun berdasar asumsi sendiri, maka
data-data tersebut dimasukkan dalam lembar input. Berikut data-data apartemen
beserta letaknya pada lembar input.
Tabel 5.1. Data apartemen beserta letaknya pada lembar input
No. Keterangan Nilai Letak
1. Biaya bangunan Rp 100.000.000.000,00 sel G7
Persentase modal
2. a. Modal sendiri 25% sel G8
b. Modal pinjaman 75% (hasil muncul secara otomatis) sel G9
Tabel 5.2. Tipe dan luas unit apartemen beserta letaknya pada lembar input
No. Tipe Letak Luas (m2) Letak
1. Bronze sel I29 28,70 sel J29
2. Silver sel I30 38,40 sel J30
3. Royal Silver sel I31 38,60 sel J31
4. Gold sel I32 40,60 sel J32
5. Royal Gold sel I33 46,60 sel J33
6. Sapphire sel I34 58,60 sel J34
7. Diamond sel I35 58,60 sel J35
8. Platinum sel I36 79,40 sel J36
9. Royal Suite A sel I37 145,90 sel J37
10. Royal Suite B sel I38 97,30 sel J38
11. Royal Suite B1 sel I39 78,10 sel J39
12. Royal Suite C sel I40 99,50 sel J40
13. Loft Suite A sel I41 162,50 sel J41
14. Loft Suite B sel I42 143,10 sel J42
15. Loft Suite C sel I42 150,80 sel J42
16. Loft Suite D sel I44 135,30 sel J44
17. Loft Suite E sel I45 132,90 sel J45
18. Loft Suite F sel I46 138,30 sel J46
Nama file yang digunakan adalah YSQ 3 Spreadsheet dengan ekstensi default *.xlxs.
Dengan membuka file dengan nama tersebut, YSQ 3 Spreadsheet siap untuk
digunakan. Lembar pertama dari YSQ 3 Spreadsheet adalah halaman muka berupa
menu utama program yang berisikan pilihan-pilihan menu yang bisa dipilih user.
Untuk memulai penilaian kelayakan investasi, user dapat meng-klik menu input
kemudian memasukkan data-data pada lembar tersebut.
5.2.2.2. Input
Data-data yang diperlukan dimasukkan pada sel berwarna abu-abu sesuai dengan
keterangan sel tersebut. Berikut tampilan lembar input setelah data-data dimasukkan.
Gambar 5.14. Input
Setelah selesai mengisikan data pada lembar input, user dapat melihat hasil
perhitungan KDB dan KLB pada lembar KDB dan KLB, dengan meng-klik shape
bertuliskan next. Atau user dapat langsung melihat hasil output dengan meng-klik
shape bertuliskan output. Atau user dapat kembali ke lembar menu utama dengan
meng-klik shape bertuliskan menu.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar input, maka selanjutnya akan
ditampilkan hasil perhitungan KDB dan KLB pada lembar KDB dan KLB. Berikut
tampilan hasil perhitungan pada lembar KDB dan KLB.
Gambar 5.15. Perhitungan KDB dan KLB
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat hasil
perhitungan tekno ekonomi. Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali
ke lembar input. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar
menu utama.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar KDB dan KLB, maka
selanjutnya akan ditampilkan hasil perhitungan biaya proyek, pendapatan dan
pengeluaran tahunan proyek, harga jual minimum, harga jual minimum yang
diinginkan, dan rekapitulasi pendapatn dan pengeluran pada lembar tekno ekonomi.
Berikut tampilan hasil perhitungan pada lembar tekno ekonomi.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat harga jual
tiap tipe apartemen. Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali ke lembar
KDB dan KLB. Atau meng-klik shape bertuliskan output untuk langsung melihat
hasil output. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar menu
utama.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar tekno ekonomi, maka
selanjutnya akan ditampilkan hasil perhitungan harga jual minimum tiap tipe
apartemen pada lembar jual minimum. Berikut tampilan hasil perhitungan pada
lembar jual minimum.
Gambar 5.21. Harga jual minimum
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis Net
Present Value (NPV). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali ke
lembar tekno ekonomi. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke
lembar menu utama.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
RevenueCost Ratio (RCR). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali
ke lembar jual minimum. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke
lembar menu utama.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis Rate
of Return (ROR). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali ke lembar
NPV. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar menu utama.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
tingkat pengembalian investasi sebelum pajak (RIb) dan tingkat pengembalian
investasi setelah pajak (RIa). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali
ke lembar RCR. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar
menu utama.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
tingkat pengembalian modal sendiri (RE). Atau meng-klik shape bertuliskan prev
untuk kembali ke lembar ROR. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk
kembali ke lembar menu utama.
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat analisis
Break Even Point (BEP). Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali ke
lembar RIb dan RIa. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke
lembar menu utama.
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar RE, maka selanjutnya akan
ditampilkan hasil perhitungan Break Even Point (BEP) pada lembar BEP. Berikut
tampilan hasil perhitungan pada lembar BEP.
Gambar 5.27. Perhitungan Break Even Point (BEP)
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan next untuk melihat hasil output.
Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk kembali ke lembar RE. Atau meng-klik
shape bertuliskan menu untuk kembali ke lembar menu utama.
5.2.2.8. Output
Dengan meng-klik shape bertuliskan next pada lembar BEP, meng-klik shape
bertuliskan output pada lembar input atau meng-klik shape bertuliskan output pada
lembar tekno ekonomi, maka selanjutnya akan ditampilkan hasil output pada lembar
output. Berikut tampilan hasil perhitungan pada lembar output.
Gambar 5.28. Output
Selanjutnya user dapat meng-klik shape bertuliskan tekno ekonomi untuk melihat
kembali perhitungan tekno ekonomi. Atau meng-klik shape bertuliskan prev untuk
kembali ke lembar BEP. Atau meng-klik shape bertuliskan menu untuk kembali ke
lembar menu utama.
BAB 6
UJI KEANDALAN DAN KELAYAKAN
KASUS APARTEMEN SOLO PARAGON
Harga satuan tanah pada Proyek Apartemen Solo Paragon diasumsikan sebesar Rp
3.000.000,00/m2.
Berdasarkan Peraturan Tata Kota yang tertuang dalam Rencana Umum Tata Ruang
Kota (RUTRK) tahun 2007, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) untuk bangunan
Apartemen Solo Paragon yang diijinkan adalah maksimal sebesar 40%.
Berdasarkan Peraturan Tata Kota yang tertuang dalam Rencana Umum Tata Ruang
Kota (RUTRK) tahun 2007, Koefisien Luas Bangunan (KLB) untuk bangunan
Apartemen Solo Paragon yang diijinkan sebesar 450%.
6.1.5. Rencana Anggaran Biaya
Tingkat suku bunga kredit yang berlaku sebesar 12% pertahun dengan jangka waktu
pengembalian 10 tahun.
Luas lantai kotor pada bangunan Apartemen Solo Paragon sama setiap lantainya,
yaitu seluas 724 m2. Sedangkan luas lahan untuk fasilitas apartemen Solo Paragon
pada penelitian ini diasumsikan seluas 724 m2.
Luas lantai bersih pada bangunan Apartemen Solo Paragon sama setiap lantainya,
yaitu seluas 724 m2.
Koefisien Dasar Bangunan Apartemen Solo Paragon menurut Rumus 2.1 adalah
sebagai berikut:
Luas persil = 41.530 m2
Luas lantai dasar = 724 m2
Syarat KDB = 60%
Koefisien Lantai Bangunan Apartemen Solo Paragon menurut Rumus 2.2. adalah
sebagai berikut:
Luas persil = 41.530 m2
Total luas lantai kotor = 18.100 m2
Syarat KLB = 450%
2. Biaya tanah
Biaya tanah = (luas lantai dasar + luas lahan fasilitas) harga satuan tanah
Harga satuan tanah pada Proyek Apartemen Solo Paragon diasumsikan sebesar Rp
3.000.000,00/m2. Sedangkan luas lahan fasilitas diasumsikan seluas lantai dasar,
yaitu sebesar 724 m2.
C. Cadangan Biaya
Cadangan biaya diasumsikan sebesar Rp 10.000.000.000,00
D. Total Biaya Modal
Total biaya modal
= biaya langsung + biaya tidak langsung + cadangan biaya
= Rp 104.344.000.000,00 + Rp 10.000.000.000,00 + Rp 10.000.000.000,00
= Rp 124.344.000.000,00
B. Pendapatan Tahunan
Pendapatan proyek dari penjualan unit apartemen.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Misal:
Penjualan gedung (r) = Rp/m2/tahun
Total luas lantai = luas lantai kotor junlah lantai
= 724 m2 25
= 18.100 m2
Pendapatan proyek dari penjualan gedung = r 18.100
= 18.100 r
C. Biaya Tahunan
Pengeluaran proyek terdiri dari:
1). Biaya operasional dan pemeliharaan gedung dan halaman
Besar biaya operasional dan pemeliharaan gedung dan halaman diasumsikan sebesar
5% dari pendapatan.
Biaya operasional dan pemeliharaan gedung dan halaman
= 5% pendapatan
= 5% 18.100 r
= 905 r
F
Gambar 6.1. Cash flow perkembangan modal pinjaman
F A
F
Gambar 6.3. Cash flow perkembangan modal sendiri
P P
n = 10 tahun ; i = 12%
F A
Gambar 6.4. Cash flow bunga modal sendiri tahunan
Untuk analisis kelayakan investasi pada contoh ini digunakan harga jual minimum
tanpa dikalikan dengan koefisien, yaitu sebesar Rp 1.709.317,874/m2/tahun.
g. Biaya pengembalian
3.481.632.000,00
pokok modal sendiri
Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang
penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Aliran kas proyek
yang akan dikaji meliputi keseluruhan, yaitu biaya investasi, operasi, produksi,
pemeliharaan, dan pengeluaran lain-lain.
Rp 30.938.653.520,00 i = 12%
1 3 5 7 9
2 4 6 8 10
Rp 134.291.520.000,00 Rp 3.182.884.262,00
Gambar 6.5. Cash flow analisis Net Present Value
1 tahun 10 tahun
Rp 30.938.653.520,00 i = 12%
1 3 5 7 9
2 4 6 8 10
Rp 134.291.520.000,00 Rp 3.182.884.262,00
Gambar16.6.
tahun Cash flow analisis
10RevenueCost
tahun Ratio
PWB
RCR =
PWC + I
PWB = Ab (P/A,i,n)
= Rp 30.938.653.520,00 (P/A,12%,10)
= Rp 30.938.653.520,00 (5,650)
= Rp 174.803.392.400,00
PWC = Ab (P/A,i,n)
= Rp 3.182.884.262,00 (P/A,12%,10)
= Rp 3.182.884.262,00 (5,650)
= Rp 17.983.296.080,00
PWB
RCR =
PWC + I
Rp 174.803.39 2.400,00
=
Rp 17.983.296 .080,00 + Rp 134.291.52 0.000,00
= 1,14795
Rp 30.938.653.520,00 i = 12%
1 3 5 7 9
2 4 6 8 10
Rp 134.291.520.000,00 Rp 3.182.884.262,00
Gambar 6.7. Cash flow analisis Rate of Return
1 tahun 10 tahun
ROR akan diperoleh saat NPV = 0, maka perlu dicari NPV dengan i yang berbeda
untuk mendapatkan NPV mendekati 0.
Untuk i = 15%
NPV = Rp 30.938.653.520,00 (P/A,15%,10) Rp 3.182.884.262,00 (P/A,15%,10)
Rp 134.291.520.000,00
NPV = (Rp 30.938.653.520,00 5,019) (Rp 3.182.884.262,00 5,019) Rp
134.291.520.000,00
NPV = Rp 5.014.685.906,00
Untuk i = 16%
NPV = Rp 30.938.653.520,00 (P/A,16%,10) Rp 3.182.884.262,00 (P/A,16%,10)
Rp 134.291.520.000,00
NPV = (Rp 30.938.653.520,00 4,833) (Rp 3.182.884.262,00 4,833) Rp
134.291.520.000,00
NPV = Rp 147.887.176,10
Nilai ROR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 12%, berarti
proyek layak dikerjakan.
Analisis titik impas dapat diartikan suatu keadaan di mana perusahaan di dalam
operasinya tidak mendapatkan laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian
(impas).
Analisis break even point dapat digunakan untuk menentukan berapa persen unit
apartemen yang harus terjual agar pengeluaran pokok proyek dapat tertutup.
Jika persen yang terjual pada saat titik impas tercapai adalah V%, maka pendapatan
kotor proyek adalah Rp 30.938.653.520,00.
Dengan cara yang sama didapatkan hasil seperti dalam tabel berikut ini.
Tabel 6.3. Hasil perhitungan dengan variasi koefisien untuk mendapatkan harga jual
minimum yang diinginkan
No. Keterangan R = 1,3r Ket. R = 1,5r Ket.
Harga jual
1. Rp 2.222.113,236/m2/th Rp 2.563.976,811/m2/th
minimum
Pendapatan
2. Rp 40.220.249.580,00 Rp 46.407.980.280,00
tahunan
3. BOP Rp 2.011.012.479,00 Rp 2.320.399.014,00
Biaya
4. penyusutan Rp 3.108.600.000,00 Rp 3.108.600.000,00
gedung
Biaya bunga
5. Rp 8.040.480.941,00 Rp 8.040.915.882,96
modal pinjam
Biaya
pengembalian
6. Rp 10.444.896.000,00 Rp 10.444.896.000,00
pokok modal
pinjaman
Biaya bunga
7. Rp 2.680.160.314,00 Rp 2.680.305.294,32
modal sendiri
Biaya
pengembalian
8. Rp 3.481.632.000,00 Rp 3.481.632.000,00
pokok modal
sendiri
Cadangan
9. Rp 2.958.579.023,00 Rp 3.840.330.649,00
pajak
10. NPV Rp 64.874.698.110,00 Layak Rp 93.105.445.980,00 Layak
11. RCR 1,39955 Layak 7,53287 Layak
12. ROR 22,91% layak 27,29% Layak
Tingkat
pengembalian
13. 1,37349 Layak 1,55059 Layak
investasi
sebelum pajak
Tingkat
pengembalian
14. 1,22566 Layak 1,47532 Layak
investasi
setelah pajak
Tingkat
15. pengembalian 4,90266 Layak 5,90130 Layak
modal sendiri
BEP
16. a. V 73,63% 66,38%
b. r Rp 1.636.285,125/m2/th Rp 1.702.093,863/m2/th
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan
adalah sebagai berikut:
1. YSQ 3 Spreadsheet dirancang terdiri dari 12 lembar kerja yang merupakan urutan
proses analisis kelayakan investasi. Lembar kerja aplikasi ini dirancang mulai dari
proses input, analisis, dan menampilkan kesimpulan akhir dari analisis pada
lembar output secara automatis setelah user selesai mengisikan data lapangan
pada lembar input.
2. YSQ 3 Spreadsheet menganalisis kelayakan proyek Apartemen Solo Paragon
menghasilkan nilai jual minimum = Rp1.709.353,09/m2/th; NPV = Rp
22.538.043.306,12; RCR = 1,14801 > 1; ROR = 16% > MARR; RIb = 0,93293 <
1; RIa = 0,851119 < 1; dan RE = 3,40475 > 1.
3. Hasil output YSQ 3 Spreadsheet tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan
manual. Hal ini berarti bahwa YSQ 3 Spreadsheet dapat digunakan sebagai alat
bantu pengambilan keputusan analisis kelayakan investasi apartemen yang akurat.
7.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian pada skripsi ini, maka saran adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan basic excel. Untuk penelitian selanjutnya dapat
digunakan kombinasi dengan menggunakan bahasa pemrograman yang lain,
misalnya visual basic.
2. Penelitian selanjutnya dapat menggabungkan lembar kerja YSQ yang sudah ada
menjadi satu YSQ yang utuh.
3. Penelitian selanjutnya dapat membuat YSQ Spreadsheet untuk menganalisis
kelayakan investasi bangunan sipil yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Husnan. Dr. Suad, MBA dan Suwarsono (a). 1994. Studi Kelayakan Proyek.
Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN.
Poerbo, Ir. Hartono, M. Arch. 1998. Tekno Ekonomi Bangunan Bertingkat Banyak.
Jakarta: Djambatan.
Soeharto, Iman (a). 1995. Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional.
Jakarta: Erlangga.