PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Miopia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar aksis
visual tanpa akomodasi difokuskan pada satu titik di depan retina.3
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar dengan
garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada satu titik tetapi
lebih dari satu titik.3
2.2 Epidemiologi
Ditemukan jumlah penderita kelainan refraksi di dunia hampir 25%
populasi penduduk. Insiden Miopia meningkat seiring peningkatan status social
pasien. Dalam suatu penelitian oleh Jain dan kawan-kawan di India, 63,5% dari
penderita miopia gravior merupakan pekerja yang membutuhkan akomodasi jarak
dekat, dimana 40,75% dari penderita tersebut adalah pelajar.3,4
2.3 Anatomi Dan Fisiologi
2.3.1 Anatomi
2
2.3.1.1 Kornea
Kornea merupakan suatu jaringan yang transparan dan avaskuler, dengan
ukuran diameter horizontal permukaan anterior 11,7 mm dan ukuran diameter
vertikal 11 mm. Ukuran diameter permukaan posterior kornea adalah sekitar 11,5
mm dan ketebalan kornea dari pusatnya adalah sekitar 0,52 mm sedangkan di
bagian perifernya adalah sekitar 0,7 mm. Indeks bias dari kornea adalah 1,376
walaupun indeks bias 1,3775 yang digunakan pada kalibrasi keratometer yang
berfungsi untuk menghitung kekuatan optik dari kurvatura anterior dan posterior
dari kornea. Kornea menyumbangkan sekitar 45 D atau tiga per empat dari total
kekuatan refraksi yang dimiliki oleh mata normal. Kornea juga merupakan sumber
astigmatisme pada sistem optik. Untuk kebutuhan nutrisinya, kornea bergantung
pada difusi glukosa dari humor akuos dan oksigen yang berdifusi melalui air
mata. Sebagai tambahan, kornea perifer mendapat suplai oksigen dari sirkulasi
limbus. 3,6
3
Kornea dalam bahasa latin cornum artinya seperti tanduk, merupakan
selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis
jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas: 3
1. Epitel
Terdiri atas 5 lapis sel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih, satu
lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada sel basal sering terlihat
mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap
dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel poliglonal di depannya melalui
desmosom dan macula okluden, ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier. Sel basal menghasilkan
membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
menyebabkan erosi rekuren. Epitel berasal dari permukaan ektoderm.
2. Membran Bowman
Terletak dibawah membran basal epitel kornea. Lapisan ini mengandung
kolagen yang brserat yang tersusun tidak teratur, dimana terjadi
penggabungan pada lapisan stroma , membran bowman berada pada
daerah transisi yaitu dari kolagen yang berserat menyerupai oblik berubah
menjadi bentuk kolagen menyerupai lamelar pada lapisan stroma kornea
bagian superfisialis. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.
3. Stroma
Lapisan ini terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang
sejajar satu dengan yang lainnya, pada permukaan epitel terlihat anyaman
yang teratur sedang di perifer serat bagian ini bercabang. Diantara lamelar
tersebar . fibrosit (keratosit). Keratosit merupakan sel stroma kornea yang
merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma kornea.
4. Membran Dua
Merupakan membrane yang baru ditemukan pada tahun 2013 diantara
stroma kornea dan membran Descement. Membran ini merupakan
membrane yang tipis namun kuat.
4
5. Membran Descement
Merupakan membran aselular. Lapisan ini berasal dari endothelium,
membran ini tipis pada saat bayi, kemudian berkembang sesuai
perkembangan usia. Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur
hidup.
6. Endotel
Bagian ini merupakan lapisan terbawah dari kornea. Berasal dari
mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal. Sel endotel menghasilkan
mitokondria, sel-sel saling bersatu membentuk desmosom dan zonula
okluden oklud dan menghasilkan cairan dari stroma kornea. Endotel
melekat pada membran dessemet melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke stroma kornea, menembus membran Bowman. Seluruh lapis epitel
dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Sensasi dingin
oleh Bulbus Krause ditemukan pada daerah limbus. 8,9
5
retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat
menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.8,9
2.3.1.3 Lensa
6
vitreousmengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam
hialuronat. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina.
Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel.
Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan
melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting
untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.8,9
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan
kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh
media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga
bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah
makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan
menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak
melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.1,2
7
Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media
transparan lainnya misalnya : kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke
medium dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya
juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai
medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus.10
2.4 Klasifikasi
8
Berdasarkan derajat beratnya, miopia dibagi atas : 8
Miopia ringan : -0,25 D s/d -3,00 D
Miopia sedang : -3,25 D s/d -6,00 D
Miopia berat : -6,25 D atau lebih.
Astigmatisme
9
Dikenal 5 macam astimatisme yaitu :
1. Astigmatisme miopikus simpleks
2. Astigmatisme miopikus kompositus
3. Astigmatisme hipermetropikus simpleks
4. Astigmatisme hipermetropikus kompositus
5. Astigmatisme mikstus
1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua
bidang yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu
bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.
Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensa silinder yang tepat, akan bisa
menghasilkan tajam penglihatan normal. Tentunya jika tidak disertai dengan
adanya kelainan penglihatan yang lain.12
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentuk astigmatisme regular
ini dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
Astigmatisme With the Rule
o Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang horizontal.
Astigmatisme Against the Rule
o Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat
dari pada bidang vertikal.
2) Astigmatisme Irregular.
Bentuk astigmatisme ini, meredian meredian utama bolamatanya tidak
saling tegak lurus. Astigmatisme yang demikian bisa disebabkan oleh
ketidakberaturan kontur permukaan kornea atau pun lensa mata, juga bisa
disebabkan oleh adanya kekeruhan tidak merata pada bagian dalam bolamata atau
pun lensa mata (misalnya pada kasus katarak stadium awal). Astigmatisme jenis
ini sulit untuk dikoreksi dengan lensa kacamata atau lensa kontak lunak (softlens).
10
Meskipun bisa, biasanya tidak akan memberikan hasil akhir yang setara dengan
tajam penglihatan normal.12
Jika astigmatisme irregular ini hanya disebabkan oleh ketidakberaturan
kontur permukaan kornea, peluang untuk dapat dikoreksi dengan optimal masih
cukup besar, yaitu dengan pemakaian lensa kontak kaku (hard contact lens) atau
dengan tindakan operasi (LASIK, keratotomy).12
11
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
- Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk
memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak buram.
12
2.6 Diagnosis
1) Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya
tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media
penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah
setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi
yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada
pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu
penglihatan.8
2) Uji refraksi
a. Subjektif
Optotipe dari Snellen & Trial lens
Metode yang digunakan adalah dengan Metoda trial and error
Jarak pemeriksaan 6 meter/ 5 meter/ 20 kaki. Digunakan kartu Snellen
yang diletakkan setinggi mata penderita, Mata diperiksa satu persatu
dibiasakan mata kanan terlebih dahulu Ditentukan visus / tajam
penglihatan masing-masing mata. Bila visus tidak 6/6 dikoreksi dengan
lensa sferis positif, bila dengan lensa sferis positif tajam penglihatan
membaik atau mencapai 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien dikatakan
menderita hipermetropia, apabila dengan pemberian lensa sferis positif
menambah kabur penglihatan kemudian diganti dengan lensa sferis negatif
memberikan tajam penglihatan 5/5, 6/6, atau 20/20 maka pasien menderita
Miopia. Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatan maksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat. Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique.)8
Untuk mendiagnosa astigmat menggunakan ktajaman visual.
Ketajaman visual bila Anda membaca huruf pada diagram jarak, Anda
mengukur ketajaman visual Anda. Ketajaman visual diberikan sebagai
pecahan (misalnya, 20/40). Nomor teratas adalah jarak pengujian standar
(20 kaki) dan nomor terbawah adalah ukuran huruf terkecil yang dibaca.
Seseorang dengan ketajaman visual 20/40 harus menempuh jarak 20 kaki
13
untuk membaca sepucuk surat yang harus dilihat dengan jelas pada jarak
40 kaki. Ketajaman visual jarak normal adalah 20/20.13
3) Keratoskop
Keratoskop atau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan
astigmatisme. Pemeriksa memerhatikan imej ring pada kornea pasien.
Pada astigmatisme regular, ring tersebut berbentuk oval. Pada
astigmatisme irregular, imej tersebut tidak terbentuk sempurna.3
Keratometri / Topografi-Keratometer adalah instrumen utama yang
digunakan untuk mengukur kelengkungan kornea. Dengan memusatkan
lingkaran cahaya pada kornea dan mengukur pantulannya, adalah mungkin
untuk menentukan kelengkungan yang tepat pada luas permukaan kornea
itu. Pengukuran ini sangat penting dalam menentukan kecocokan yang
tepat untuk lensa kontak. Seorang ahli topologi kornea, yang mulai
menggunakan, menghasilkan peta kontur kornea dan memberi lebih
banyak detail bentuk kornea.13
4) Javal ophtalmometer
Boleh digunakan untuk mengukur kelengkungan sentral dari
kornea, diaman akan menentukan kekuatan refraktif dari kornea.3
2.7 Terapi
1) Koreksi lensa
Terapi pada Miopia dilakukan dengan penggunaan lensa konkaf yang
sesuai, sehingga gambar yang jernih terbentuk di retina, dengan prinsip lensa
minimum dengan penglihatan maksimum yang dapat diterima. 6
Astigmatismus dapat dikoreksi kelainannya dengan bantuan lensa silinder.
Karena dengan koreksi lensa cylinder penderita astigmatismus akan dapat
membiaskan sinar sejajar tepat diretina, sehingga penglihatan akan bertambah
jelas.6
14
Gambar 8. Koreksi kacamata dengan Lensa Spheris Concave (-). 12
2) Terapi bedah
a. Radial keratotomy (RK)
Merupakan teknik dengan membuat insisi radial yang dalam pada daerah
perifer kornea, dimana pada saat penyembuhan akan mendatarkan daerah sentral
kornea dan menurunkan kekuatan biasnya. Prosedur ini baik digunakan untuk
koreksi Miopia levior hingga moderate (2 sampai 6 D). Prosedur ini tidak
disarankan karena dapat menyebabkan kelemahan kornea sehingga kemungkinan
rupture saat terjadi benturan meningkat, dapat menyebabkan rasa silau pada
malam hari, selain itu penyembuhan yang tidak merata dapat menyebabkan
astigmatisme.6
15
b. Photorefractive keratectomy (PRK)
Merupakan teknik untuk mengoreksi daerah sentral pada stroma anterior
dengan menggunakan excimer laser untuk mendatarkan daerah sentrak kornea.
Prosedur ini baik digunakan pada koreksi myopia -2 sampai -6 D. Prosedur ini
tidak disarankan karena penyembuhan pasca operasinya lambat dan mungkin
menyebabkan nyeri, selain itu PRK lebih mahal daripada RK. 6
16
Kekurangan LASIK antara lain : 6
- Biayanya sangat mahal
- Membutuhkan keterampilan yang lebih tinggi dari RK dan PRK
- Ada kemungkinan komplikasi seperti astigmatisme
e. Orthokeratology
Cara pencocokan dari beberapa seri lensa kontak, lebih dari satu minggu
atau bulan, untuk membuat kornea menjadi datar dan menurunkan miopia hingga
-5D. Teknik ini dapat digunakan pada pasien dibawah 18 tahun.6
17
2.8 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita miopia, terutama miopia
gravior yang paling sering adalah ablasio retina, yaitu keadaan dimana sensor
neuron retina terpisah dari epitel pigmen. 6
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Khaw P, Shah P and Elkinton A, ABC of Eyes Fourth Edition, London: BMJ
Publishing, 2004; 24-25.
2. Royal National Institute of Blind People,2014, Myopia and High Degree
Myopia . Diunduh dari: http://www.rnib.org.uk/eye-health-eye-conditions-z-
eye-conditions/myopia-and-high-degree-myopia [Diakses tanggal 24
September 2014]
3. Lang K Gerhard. Cornea. In: Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas. New
York. Thieme Stuttgart. 2000. P;444
4. Jain I, Jain S, Mohan K. The epidemiology of high myopia-chanding trends.
Indian J Ophthalmol,31:723-728
5. Singh Mandeep, Mukand. https://langit-langit.com/2015/04/22/anatomi-dan-
fisiologi-mata/. [Diakses tanggal 22 Apil 2015 ].
6. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and
Refraction, New Age International (P) limited Publishers, 32-39, 2007.
7. Majumder Parthopratim, Anatomy of Cornea. Diunduh dari : http: // www.
eophtha. com / eophtha / anatomy / anatomy of cornea.[Diakses tanggal 22
Apil 2015 ].
8. Ilyas S. Anatomi dan Fisiologi Mata : Pemeriksaan anatomi dan fisiologi mata
serta kelainan pada pemeriksaan mata. Dalam Ilmu Penyakit Mata. Edisi
ketiga Jakarta FKUI 2007.
9. National Keratokonus Foundation, 2013. New Corneal Layer Identified.
Diunduh dari: http://www.nkcf.org/new-corneal-layer-identified/ [Diakses
tanggal 24 September 2014 ]
10. Vaughan AT. Kelainan refraksi. Dalam: Ssuanto D, editor. Oftalmologi
umum. Edisi -17. Jakarta: EGC; 2009.
11. Bahan Kedokteran. 2012. Diunduh dari https: // bahan kedokteran. wordpress.
Com / 2012 /07 /21 /kelainan - refraksi [Diakses tanggal 21 Juli 2012 ]
19
12. Sweets, pearls. 2014. http: // sweetspearls.com/testimony-super-lutein-izumio
/gangguan-pada-mata/mata-silinder-astigmatisma/macammacam-
astigmatisma-mata-silinder-pengobatannya/. [Diakses tanggal 24 Mei 2014 ]
13. Shah, T. American Optometric Association. 2017 https://www.aoa.org
/patients and public /eye and vision problems /glossary of - eye-
and-vision-conditions/astigmatism?sso=y. [Diakses tanggal 14 Juni 2017]
14. M.d, Maehara Jefrey. 2017. http://www.maeharaeyes.com/services/bladeless-
lasik/prk/. [Diakses tanggal 16 Juni 2017]
15. Ranelle, Ann. 2016. Lasik Eye Surgey. http :// www. ranelle . com /wp-
content /uploads /2016 /08 /LASIK Eye Surgery - 1024.jpg. [Diakses
tanggal 16 Juni 2016]
20