Anda di halaman 1dari 4

Patofisiologi adhesi trombosit yang diikuti aktivasi dan agregasi trombosit, ventrikel kiri <0,04 dengan tidak adanya

agregasi trombosit, ventrikel kiri <0,04 dengan tidak adanya hipotensi (<100
yang mendasari ACS adalah iskemia miokard yang disebabkan karena selanjutnya terbentuk trombus. mmHg/ <30 mmHg) atau kontraindikasi yang diketahui
ketersediaan oksigen yang tidak mencukupi (inadekuat) dengan terhadap kelas obat tersebut . ACEI dapat diberikan pada
kebutuhan oksigen miokard. Kebutuhan oksigen pada miokard h. Standar Terapi dalam Penanganan Acute Coronary Syndrome 24 jam pertama. Angiotensin receptor blocker (ARB)
ditentukan oleh denyut jantung, afterload, kontraktilitas dan ketegangan Menurut American Heart Association (AHA) 2014 Guidline for the sebaiknya diberikan pada pasien yang intoleran terhadap
otot jantung. Aliran oksigen yang tidak adekuat tersebut diakibatkan Management of Patients With NSTEMI dan American Heart Association ACEI dan memiliki tanda tanda gagal jantung baik secara
adanya penyumbatan pembuluh darah arteri karena aterosklerosis. (AHA) 2013 Guidline for the Management of Patients With STEMI : klinik atau radiologik atau fraksi ejeksi ventrikel kiri <0,04
Biasanya penurunan aliran darah koroner tidak menyebabkan gejala Terapi standar untuk pasien yang menunjukan ACS, termasuk gejala 4). Rekomendasi terapi antiiskemik kelas IIa (manfaat melebihi risiko)
iskemik pada saat istirahat sampai penyumbatan di pembuluh arteri kambuhan, perubahan ECG, atau troponin yang positif, adalah termasuk a) Beta-Adrenergik Blocker Terapi beta blocker dapat
melebihi 95%. Namun gejala iskemik dapat muncul karena peningkatan dalam manajemen terapi rawat inap. Tujuan dari terapi adalah dilanjutkan pada pasien yang memiliki fungsi LV yang
aktivitas fisik yang mampu meningkatkan jumlah kebutuhan oksigen menghilangkan iskemia dan mencegah Myocard Infark (MI) dan normal pada UA/NSTEMI (Amsterdam et al., 2014).
pada miokard dengan sedikitnya 60% penyumbatan di pembuluh arteri. kematian. Pasien direkomendasikan diobati dengan antiiskemik, Pemberian beta blocker secara intravena (i.v.) dapat
Pasokan oksigen yang berhenti selama kurang-lebih 20 menit antiplatelet dan antikoagulan. digunakan pada pasien STEMI yang tidak ada
menyebabkan miokardium mengalami nekrosis (infark mioard). Infark kontraindikasi
miokard tidak selalu disebabkan oleh oklusi total pembuluh darah 1). Rekomendasi terapi analgesik Morfin sulfat (2-4 mg intravena dan b) Renin-Angiotensin-Aldosteron Inhibitor ARB dapat
koroner. Obstruksi subtotal yang disertai vasokonstriksi yang dinamis dapat diulang dengan kenaikan dosis 2 8 mg IV dengan interval waktu digunakan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular
dapat juga menyebabkan terjadinya iskemia dan nekrosis jaringan otot 5 sampai 15 menit) merupakan pilihan utama untuk manajemen nyeri yang intoleran terhadap pemberian ACEI
jantung (miokard). Beberapa faktor ekstrinsik juga dapat menjadi yang disebabkan STEMI maupun UA/NSTEMI. Morfin dapat 5). Rekomendasi terapi antiiskemik kelas IIb (manfaat sedikit melebihi
pencetus terjadinya ACS pada pasien yang telah mempunyai plak menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau blok risiko)
aterosklerosis, seperti demam, anemia, tirotoksikosis, hipotensi, jantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. Efek a) Nitrat Nitrat sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang
takikardi (PERKI, 2015). samping ini biasanya dapat diatasi dengan pemberian atropine 0,5 mg telah mendapat fosfodiesterase inhibitor dalam 24 jam
Pembentukan plak aterosklerotik 2). Rekomendasi terapi oksigen kelas I (manfaat jauh melebihi risiko) penggunaan sildenafil atau 48 jam penggunaan tadalafil
a.Inisiasi proses aterosklerosis: peran endotel Suplementasi oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi b) Renin-Angiotensin-Aldosteron Inhibitor Angiotensin-
Aterosklerosis merupakan proses pembentukan plak di tunika intima oksigen arteri< 90%, gangguan pernafasan atau faktor risiko lain dari converting enzym inhibitor (ACEI) dapat digunakan pada
arteri besar dan arteri sedang. Proses ini berlangsung terus hipoksemia. Pada pasien UA/NSTEMI dapat diberikan oksigen selama 6 pasien dengan penyakit kardiovaskular
selama hidup sampai akhirnya bermanifestasi sebagai SKA. Proses jam pertama setelah diketahui bahwa pemberiaannya aman dan dapat 7). Rekomendasi terapi antiplatelet kelas I (manfaat jauh melebihi
aterosklerosis ini terjadi melalui 4 tahap, yaitu kerusakan endotel, mengurai hipoksemia (Amsterdam et al., 2014). Begitu pula pada semua risiko) Aspirin chewable (162 mg 325 mg) sebaiknya diberikan seawal
migrasi kolesterol LDL (low-density lipoprotein) ke dalam tunika pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6 jam mungkin ada pasien UA/NSTEMI yang tidak kontraindikasi setelah
intima, respons inflamatorik, dan pembentukan kapsul fibrosis. 3). Rekomendasi terapi antiiskemik kelas I (manfaat jauh melebihi masuk rumah sakit dan diteruskan dengan dosis terapi (81 mg/hari 325
Beberapa faktor risiko koroner turut berperan dalam proses risiko) mg/hari). Pada pasien yang tidak dapat menerima aspirin karena
aterosklerosis, antara lain hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes, dan a) Nitrat Pasien dengan nyeri iskemik yang berlanjut hipersensitivitas atau intoleransi saluran GI mayor, diberikan
merokok. Faktor risiko ini dapat menyebabkan kerusakan endotel dan sebaiknya mendapat nitrogliserin (NTG) sublingual 0,3 mg klopidogrel dengan dosis muatan yang diikuti dengan dosis maintenance
selanjutnya menyebabkan disfungsi 0,4 mg tiap 5 menit dengan total tiga dosis, kemudian Klopidogrel atau tikagrelor (P2Y12 Receptor Inhibitor) sebaiknya
endotel. Disfungsi endotel memegang peranan penting dalam penilaian sebaiknya dilakukan terhadap perlunya NTG ditambahkan pada aspirin dan terapi antikoagulan seawal mungkin
terjadinya proses aterosklerosis. Jejas endotel mengaktifkan intravena jika tidak kontraindikasi. NTG intravena setelah masuk rumah sakit dan diberikan sampai 12 bulan pada pasien
proses inflamasi, migrasi dan proliferasi sel, kerusakan jaringan diindikasikan terhadap pasien UA/NSTEMI maupun yang akan menjalani strategi awal konservatif (noninvasif) .Pilihan
lalu terjadi perbaikan, dan akhirnya menyebabkan pertumbuhan STEMI untuk pengobatan iskemia persisten, gagal jantung regimen dosisnya : i) Klopidogrel 300 mg 600 mg sebagai dosis
plak. atau hipertensi (Amsterdam et al., 2014). muatan dan diikuti dosis maintenance 75 mg per hari, ii) Tikagrelor 180
b) Beta-Adrenergik Blocker Terapi beta-blocker oral mg sebagai dosis muatan dan diikuti dosis maintenance 90 mg dua kali
b.Perkembangan proses aterosklerosis: peran proses inflamasi sebaiknya diinisiasi dalam 24 jam pertama untuk pasien sehari. Dosis muatan P2Y12 Receptor Inhibitor sebaiknya diberikan
Jika endotel rusak, sel-sel inflamatorik, terutama monosit, yang tidak memiliki beberapa kondisi berikut: 1) tanda untuk pasien STEMI segera mungkin. Pilihan regimen dosisnya: i)
bermigrasi menuju ke lapisan subendotel dengan cara berikatan tanda gagal jantung, 2) bukti terdapat kondisi output Klopidogrel 600 mg, ii) Prasugrel 60 mg, iii) Tikagrelor 180 mg.
dengan molekul adhesive endotel. Jika sudah berada pada jantung rendah, 3) peningkatan risiko syok kardiogenik, 9). Rekomendasi terapi antikoagulan kelas I (manfaat jauh melebihi
lapisan subendotel, sel-sel ini mengalami differensiasi menjadi atau 4) kontraindikasi terhadap beta blocker (interval PR risiko) Terapi antikoagulan sebaiknya ditambahkan pada terapi
makrofag. Makrofag akan mencerna LDL teroksidasi dan juga >0,24 detik, blok jantung derajat 2 atau 3, asma aktif, atau antiplatelet pada pasien UA/NSTEMI se awal mungkin setelah masuk
berpenetrasi ke dinding arteri, berubah menjadi sel foam dan penyakit saluran nafas reaktif) (Amsterdam et al., 2014). rumah sakit. Rejimen menggunakan enoksaparin, atau unfractioned
selanjutnya membentuk fatty streaks. Makrofag yang teraktivasi ini Regimen yang biasa digunakan adalah metoprolol 5 mg heparin (UFH), atau fondaparinuks memiliki efikasi yang telah terbukti
melepaskan zat-zat kemoatraktan dan sitokin (misalnya monocyte setiap 2-5 menit sampai total tiga dosis. Lima belas menit pada pasien yang akan menjalani strategi konservatif. Fondaparinuks
chemoattractant protein-1, Tumor necrosis factor , IL-1, IL-6, CD40, setelah dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol lebih disarankan pada pasien yang akan menjalani strategi konservatif
dan c-reactive protein) yang makin mengaktifkan proses ini oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam selama 48 jam dan yang memiliki risiko perdarahan yang meningkat .Untuk pasien STEMI
dengan merekrut lebih banyak makrofag, sel T, dan sel otot polos dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam rejimen yang direkomendasikan bisa dengan unfractioned heparin
pembuluh darah (yangmensintesis komponen matriks ekstraseluler) c) Calcium-Channel Blocker (CCB) CCB nondihidropiridin (UFH) atau bivalirudin. UFH diperlukan untuk mempertahankan terapi
pada tempat terjadinya plak. (verapamil atau diltiazem) sebaiknya diberikan sebagai aktivasi level waktu pembekuan darah. Bivalirudin digunakan dengan
terapi awal jika pasien UA/NSTEMI yang kontraindikasi atau tidak terapi utama (UFH)
c. Disrupsi plak, trombosis, dan SKA terhadap beta blocker, tidak ada disfungsi ventrikel kiri 10). Rekomendasi terapi antikoagulan kelas IIa (manfaat melebihi
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa inti lipid yang besar, yang signifikan secara klinik atau kontraindikasi lain pada risiko) Pemberian enoksaparin atau fondaparinuks lebih disarankan
kapsul fibrosa yang tipis, dan infl amasi dalam plak pasien dengan iskemia berulang atau berlanjut daripada UFH sebagai terapi antikoagulan kecuali coronary artery
merupakan predisposisi untuk terjadinya ruptur. Setelah terjadi d) Renin-Angiotensin-Aldosteron Inhibitor Angiotensin- bypass grafting (CABG) direncanakan dalam 24 jam pada pasien yang
ruptur plak maupun erosi endotel, matriks subendotelial akan converting enzym inhibitor (ACEI) sebaiknya diberikan akan menjalani strategi awal konservatif .Pada pasien STEMI yang
terpapar darah yang ada di sirkulasi. Hal ini menyebabkan kepada pasien dengan kongesti paru atau fraksi ejeksi
memiliki risiko tinggi perdarahan, perlu digunakan bivalirudin Suatu keadaan dimana tekanan darah turun sampai tingkat yang syok lanjut terjadi vasokontriksi di semua pembuluh darah lain. Terjadi
(monoterapi) atau direferensikan kombinasi dengan UFH . membahayakan nyawa sebagai akibat dari sepsis, disertai adanya infeksi oliguri dan asidosis berat, gangguan kesadaran dan tanda-tanda hipoksia
12). Rekomendasi Manajemen Lipid kelas I (manfaat jauh melebihi (sumber infeksi). Syok septik terjadi akibat racun yang dihasilkan oleh jantung (EKG abnormal, curah jantung menurun).
risiko) Terapi menggunakan golongan statin perlu diinisiasi atau bakteri tertentu dan akibat sitokinesis (zat yang dibuat oleh sistem
diteruskan untuk pasien UA/NSTEMI maupun STEMI yang tidak kekebalan untuk melawan suatu infeksi).Racun yang dilepaskan oleh D. Etiologi
kontraindikasi bakteri bisa menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan peredaran Penyebab syok berdasarkan jenis syok sebagai berikut :
13). Rekomendasi Manajemen Lipid kelas IIa (manfaat melebihi risiko) darah. 1. syok hipovolemik (berkurangnya volume sirkulasi darah):
Perlu untuk didapatkan kadar lipid puasa pada pasien UA/NSTEMI Infeksi sistemik yang terjadi biasanya karena kuman Gram negatif yang a. kehilangan darah, misalnya perdarahan
maupun STEMI, sebaiknya dalam waktu 24 jam setelah muncul gejala menyebabkan kolaps kardiovaskuler. Endotoksin basil Gram negatif ini b. kehilangan plasma, misalnya luka bakar dan
menyebabkan vasodilatasi kapiler dan terbukanya hubungan pintas c. dehidrasi: cairan yang masuk kurang (misalnya puasa lama),
i. Monitoring Efek Samping Obat (ESO) Terapi ACS Efek samping obat arteriovena perifer. Selain itu terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. cairan keluar yang banyak (misalnya diare, muntah-muntah,).
dan parameter yang harus dipantau dan diwaspadai selama pemberian Peningkatan kapasitas vaskuler karena vasodilatasi perifer menyebabkan d. cairan keluar yang banyak (misalnya diare, muntah-muntah,
obat obat untuk penanganan UA/NSTEMI maupun STEMI antara lain: terjadinya hipovolemia relatif, sedangkan peningkatan peningkatan fistula, obstruksi usus dengan penumpukan cairan di lumen usus).
1). Nitrat (nitrogliserinm, ISDN) : hipotensi, takikardi permeabilitas kapiler menyebabkan kehilangan cairan intravaskuler ke
2). Morfin : hipotensi, bradipnea, penurunan kesadaran intertisial yang terlihat sebagai udem. Pada syok septik hipoksia, sel 2. syok kardiogenik (kegagalan kerja jantungnya sendiri):
3). Beta-blocker (atenolol, bisoprolol) : aritmia, bradikardia, hipotensi yang terjadi tidak disebabkan penurunan perfusi jaringan melainkan a. penyakit jantung iskemik, seperti infark
4). Calcium-channelnblocker (CCB) dihidropiridin (amlodipin, karena ketidakmampuan sel untuk menggunakan oksigen karena toksin b. obat-obat yang mendepresi jantung; dan
nifedipin, nikardipin) : takikardi, hipotensi, edema perifer 5). Calcium- kuman. c. gangguan irama jantung.
channelnblocker (CCB) nondihidropiridin (verapamil, diltiazem) :
hipotensi, bradikardia, aritmia 4. Shock Anafilaktik 3. syok septic
6). Aspirin : perdarahan, nyeri lambung Syok anafilaktik merupakan suatu reaksi alergi yang cukup serius. a. infeksi bakteri gram negative
7). Klopidogrel : perdarahan Penyebabnya bisa bermacam macam mulai dari makanan, obat obatan, b. malnutrisi,
8). Heparin : anemia, penurun hematokrit, perdarahan, trombositopenia bahan bahan kimia dan gigitan serangga. Disebut serius karena kondisi c. luka besar terbuka
9). Enoksaparin : trombositopenia, perdarahan ini dapat menyebabkan kematian dan memerlukan tindakan medis d. iskemia saluran pencernaan
10). Fondaparinuks : trombositopenia, peningkatan kreatinin, segera.
perdarahan Jika seseorang sensitif terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi 4. syok anafilaktik
11). Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor (kaptopril, kontak lagi terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi a. makanan,
lisinopril, ramipril) : batuk, peningkatan BUN, hiperkalemia, hipersensitivitas. Antigen yang bersangkutan terikat pada antibodi b. obat obatan,
peningkatan kreatinin, hipotensi dipermukaan sel mast sehingga terjadi degranulasi, pengeluaran c. bahan-bahan kimia dan
histamin, dan zat vasoaktif lain. Keadaan ini menyebabkan peningkatan d. gigitan serangga
B. Jenis-Jenis Syok permeabilitas dan dilatasi kapiler menyeluruh. Terjadi hipovolemia
1. Syok Hipovolemik relatif karena vasodilatasi yang mengakibatkan syok, sedangkan
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan udem. Pada syok
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa anafilaktik, bisa terjadi bronkospasme yang menurunkan ventilasi. E. Tanda-Tanda dan Gejala Syok
organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan 1. syok hipovolemik
berakibat pada perfusi yang tidak adekuat. Paling sering, syok C. Derajat Syok menurut Kegawatannya a. pucat
hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok 1. Syok Ringan b. kulit dingin
hemoragik). - Kehilangan volume darah <20%, c. takikardi
Kehilangan darah dari luar yang akut akibat trauma tembus dan - Penurunan perfusi hanya pada jaringan dan organ non vital seperti d. oliguri
perdarahan gastrointestinal yang berat merupakan dua penyebab yang kulit, lemak, otot rangka, dan tulang. Jaringan ini relatif dapat hidup e. hipotensi
paling sering pada syok hemoragik. Syok hemoragik juga dapat lebih lama dengan perfusi rendah, tanpa adanya perubahan jaringan
merupakan akibat dari kehilangan darah yang akut secara signifikan yang menetap (irreversible). Kesadaran tidak terganggu, produksi urin 2. syok kardiogenik
dalam rongga dada dan rongga abdomen. Dua penyebab utama normal atau hanya sedikit menurun, asidosis metabolik tidak ada atau a. hipotensi (< 90 mmHg)
kehilangan darah dari dalam yang cepat adalah cedera pada organ padat ringan. b. gelisah,
dan rupturnya aneurisma aorta abdominalis. Syok hipovolemik dapat - Tanda klinis: rasa dingin, hipotensi postural, takikardi, kulit c. pucat,
merupakan akibat dari kehilangan cairan yang signifikan (selain darah). lembab, urine pekat, diuresis kurang, kesadaran masih normal d. kulit dingin dan basah,
e. menurunnya kesadaran
2. Syok Sedang f. nadi : pengisian kurang, cepat 90-110/menit. Mungkin
- Kehilangan cairan 20%-40% dari volume darah total bradikardi
- Perfusi ke organ vital selain jantung dan otak menurun (hati, usus, g. pernapasan : takipnea,
2. Syok Kardiogenik ginjal). Organ-organ ini tidak dapat mentoleransi hipoperfusi lebih lama h. produksi urin berkurang (Oliguria : < 30 mg/jam)
Disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang mengakibatkan seperti pada lemak, kulit dan otot. Pada keadaan ini terdapat oliguri
curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Syok (urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam) dan asidosis metabolik. Akan tetapi 3. syok septic
kardiogenik dapat didiagnosa dengan mengetahui adanya tanda-tanda kesadaran relatif masih baik. a. pernafasan menjadi cepat,
syok dan dijumpainya adanya penyakit jantung, seperti infark miokard - Tanda klinis: penurunan kesadaran, delirium/agitasi, hipotensi, b. hipotensi
yang luas, gangguan irama jantung, rasa nyeri daerah torak, atau adanya takikardi, nafas cepat dan dalam, oliguri, asidosis metabolik. c. menggigil hebat,
emboli paru, tamponade jantung, kelainan katub atau sekat jantung. d. suhu tubuh yang naik sangat cepat
3. Syok Berat e. kulit hangat dan kemerahan
3. Shock Septic - Perfusi ke jantung dan otak tidak adekuat. Mekanisme kompensasi f. denyut nadi lemah
syok beraksi untuk menyediakan aliran darah ke dua organ vital. Pada g. tekanan darah yang turun-naik
h. oliguri beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah sensitive terhadap suatu antigen dan kemudian terjadi kontak lagi
dilakukan. Peningkatan tekananakhir diastolik ventrikel kiri yang terhadap antigen tersebut, akan timbul reaksi hipersensitivitas. Antigen
4. syok anafilaktik berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) yang bersangkutan terikat antibody dipermukaan sel mast sehingga
a. bercak kemerahan pada kulit yang disertai dengan rasa gatal. menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang terjadi degranulasi , pengeluaran histamine,dan zat vasoaktif lain.
b. bengkak pada tenggorokan dan atau organ tubuh yang lain. efektif. Keadaan ini menyebabkan peningkatan permeabilitas dan dilatasi
c. sesak atau kesulitan untuk bernafas. kapiler menyeluruh dan menyebabkan udema.
d. rasa tidak nyaman pada dada (seperti diikat dengan kencang). 3. Syok Septic Mekanisme anafilaksis melalui beberapa fase :
e. suara serak. Terjadinya syok septik dapat melalui dua cara yaitu aktivasi lintasan a. Fase Sensitisasi,
f. kehilangan kesadaran. humoral dan aktivasi cytokines. Lipopolisakarida (LPS) yang terdapat Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikatnya
g. kesulitan menelan. pada dinding bakteri gram negative dan endotoksinnya serta komponen oleh reseptor spesifik pada permukaan mastosit dan basofil. Allergen
h. diare, sakit perut dan muntah muntah. dinding sel bakteri gram positif dapat mengaktifkan: masuk lewat kulit, mukosa, saluran nafas atau saluran makan ditangkap
i. kulit menjadi merah atau pucat. a. Sistem komplemen oleh Makrofag. Makrofag segera mempresentasikan antigen tersebut
Sistem komplemen yang sudah diaktifkan akan meranngsang netrofil kepada Limfosit T, dimana akan sitokinin yang mengindukasi Limfosit
G. Patofisiologi Syok menurut Jenisnya untuk saling mengikat dan dapat menempel ke endotel vaskuler, B berproliferasi menjadisel Plasma (Plasmosit). Sel plasma
1. Syok Hipovolemik akhirnya dilepaskan derivate asam arakhidonat, enzim lisosom memproduksi Immunoglobulin E (Ig E) spesifik untuk antigen tersebut.
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara superoksida radikal, sehingga memberikan efek vasoaktif local padam Ig E ini kemudian terikat pada receptor permukaan sel Mast (Mastosit)
mengaktifkan 4 sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem ikrovaskuler yang mengakibatkan terjadi kebocoran vaskuler. Di dan basofil.
kardiovaskular, sistem renal dan sistem neuroendokrin.system samping itu system komplemen yang sudah aktif dapat langsung a. Fase Aktivasi
hematologi berespon kepada perdarahan hebat yag terjadi secara akut menimbulkan meningkatnya efek kemotaksis,superoksida radikal,enzim Yaitu waktu selama terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yang
dengan mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan lisosom. sama. Masstosit dan Basofil melepaskan isinya yang berupa granula
pembuluh darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan Membentuk kompleks LPS dan protein yang menempel pada sel yang menimbulkan reaksi pada pemaparan ulang. Pada kesempatan lain
membentuk sumbatan immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh monosit LBP-LPS monosit kompleks dapat mengaktifkan cytokines masuk alergen yang sama ke dalam tubuh. Alergen yang sama tadi akan
darah yang rusak akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang secara kemudian akan merangsang neutrofil atau sel endotel, selendotel akan diikat oleh Ig E spesifik dan memicu terjadinya reaksi segera pelepasan
subsekuen akan menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan menagakobatkan vasodilatasi pembuluh darah dan Disseminated mediator vasoaktif antara lain histamine,serotin,bradikinin dan beberapa
yang dibentuk. Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan Intravascular Coagulation (DIC). Cytokines dapat secara langsung bahan vasoaktif lain dari granula yang disebut dengan istilah preformed
sumbatan fibrin yang sempurna dan formasi matur. menimbulkan demam, perubahan metabolik dan perubahan hormonal. mediators.Ikatan antigen-antibodi merangsang degradasi asam
Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik b. Faktor XII (Hageman faktor) arakidonat darimembran sel yang akan menghasilkan Leukotrien (LT)
dengan meningkatkan denyut jantung, meninggikan kontraktilitas Faktor XII (Hagamen factor) akan diaktivasi oleh peptidoglikan dan danProstaglandin yang terjadi beberapa waktu setelah degranulasi yang
myocard, dan mengkonstriksikan pembuluh darah jantung. Respon ini asam teikot yang terdapat pada dinding bakteri garam ositif. Factor XII disebut Newly formed mediators.
timbul akibat peninggian pelepasan norepinefrin dan penurunan tonus yang sudah aktif akan meningkatkan pemakaian factor koagulasi b. Fase Efektor
vagus (yang diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus sehingga terjadi DIC. Faktor XII yang sudah aktif akan mengubah Yaitu waktu terjadinya respon yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek
karotid, arkus aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru. System prekallikrein menjadi kalikrein,kalikrein mengubah kininogen sehingga mediator yang dilepas mastosit atau basofil dengan aktivitas
kardiovaskular juga merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, terjadi pelepasan. farmakologik pada organ-organ tertentu. Histamin memberikan efek
jantung, dan ginjal dan membawa darah dari kulit, otot, dan GI. Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah putih yang banyak bronkokonstriksi, meningkatkan permeabilitas kapiler yang nantinya
System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang atau sedikit, dan jumlah faktor pembekuan yang menurun. Jika terjadi menyebabkan edema, sekresi mukus dan vasodilatasi. Serotonin
meningkatkan pelepasan rennin dari apparatus justaglomerular. Dari gagal ginjal, kadar hasil buangan metabolic (seperti urea nitrogen) meningkatkan permeabilitas vaskuler dan bradikinin menyebabkan
pelepasan rennin kemudian dip roses kemudian terjadi pembentukan dalam darah akan meningkat. Analisa gas darah menunjukkan adanya kontraksi otot polos. Platelet activating factor (PAF) berefek
angiotensi II yang memiliki 2 efek utama yaitu memvasokontriksikan asidosis dan rendahnya konsentrasi oksigen. Pemeriksaan EKG jantung bronchospasme dan meningkatkan permeabilitasvaskuler, agregasi dan
pembuluh darah dan menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex menunjukkan ketidakteraturan irama jantung, menunjukkan suplai darah aktivasi trombosit. Beberapa faktor kemotaktik menarik eosinofil dan
adrenal. Adrenal bertanggung jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif yang tidak memadai ke otot jantung. Bahkan darah dibuat untuk neutrofil. Prostaglandin yang dihasilkan menyebabkan
dan konservasi air. menentukan bakteri penyebab infeksi. bronchokonstriksi, demikian juga dengan Leukotrien.
System neuro endokrin merespon hemoragik syok dengan meningkatkan 4. Syok Anafilaktik
sekresi ADH. ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior yang Anafilaksis adalah reksi sistemik yang disebabkan oleh antigen khusus H. Komplikasi Syok
merespon pada penurunan tekanan darah dan penurunan pada yang bereaksi dengan molekul IgE pada permukaan sel mast dan basofil Komplikasi syok meliputi:
konsentrasi sodium. ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi air yang menyebabkan pengeluaran segera beberapa mediator yang kuat. 1. SIRS, dapat terjadi bola syok tidak dikoreksi
dan garam (NaCl) pada tubulus distal. Satu efek utamanya adalah menyebabkan basofil dalam darah dan sel 2. Gagal ginjal akut (ATN)
2. Syok Kardiogenik mast dalam jaringan prekapiler melepaskan histamin atau bahan seperti 3. Gagal hati
Kerusakan jantung mengakibatkan penurunan curah jantung, yang pada histamin. 4. Ulserasi akibat stress
gilirannya menurunkan tekanan darah arteria ke organ-organ vital. Histamin selanjutnya menyebabkan :
Aliran darah ke arteri koroner berkurang, sehingga asupan oksigen ke a. Kenaikan kapasitas vascular akibat dilatasi vena, I. Penanganan Kegawatan Syok di Rumah Sakit
jantung menurun, yang pada gilirannya meningkatkan iskemia dan b. Dilatasi arteriol yang mengakibatkan tekanan arteri menjadi sangat 1. Syok Hipovolemik
penurunan lebih lanjut kemampuan jantung untuk memompa, akhirnya menurun,dan a. Pasang satu atau lebih jalur infus intravena no. 18/16.
terjadilah lingkaran setan. c. Kenaikan luar biasa pada permeabilitas kapiler dengan hilangnya b. Infus dengan cepat larutan kristaloid atau kombinasi larutan
Tanda klasik syok kardiogenik adalah tekanan darah rendah, nadi cepat cairan dan protein kedalam ruang jaringan secara cepat. Hasil akhirnya kristaloid dan koloid sampai vena (v. jugularis) yang kolaps terisi.
dan lemah, hipoksia otak yang termanifestasi dengan adanya konfusi menrupakan penurunan luar biasa pada aliran balik vena dan sering c. Sementara, bila diduga syok karena perdarahan, ambil contoh
dan agitasi, penurunan haluaran urin, serta kulit yang dingin dan menimbulkan syok serius sehingga pasien meninggal dalam beberapa darah dan mintakan darah.
lembab. hari. d. Bila telah jelas ada peningkatan isi nadi dan tekanan darah, infus
Disritmia sering terjadi akibat penurunan oksigen ke jantung.seperti d. Mediator ini menyebabkan timbulnya gejala-gejala urtikaria, harus dilambatkan. Bahaya infus yang cepat adalah udem paru, terutama
pada gagal jantung, penggunaan kateter arteri pulmonal untuk mengukur angiodema, spasme bronkus,spasme laring, meningkatnya permeabilitas pasien tua. Perhatian harus ditujukan agar jangan sampai terjadi
tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji pembuluh darah, vasodilatasi, dan nyeri abdomen. Jika seseorang kelebihan cairan.
Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan kecepatan infus: fasilitas yang tersedia dan transportasi penderita harus dikawal oleh
a. Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia. 4. Syok Anafilaktik dokter. Posisi waktu dibawa harus tetap dalam posisi telentang dengan
b. Tekanan darah : bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien Penanggulangan syok anafilaktik memerlukan tindakan cepat sebab kaki lebih tinggi dari jantung.
normotensi atau tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien penderita berada pada keadaan gawat. Kalau terjadi komplikasi syok 8. Kalau syok sudah teratasi, penderita jangan cepat-cepat
hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi cairan. anafilaktik setelah kemasukan obat atau zat kimia, baik peroral maupun dipulangkan, tetapi harus diawasi/diobservasi dulu selama kurang lebih
c. Produksi urin : Pemasangan kateter urin diperlukan untuk parenteral, maka tindakan yang perlu dilakukan, adalah: 4 jam. Sedangkan penderita yang telah mendapat terapi adrenalin lebih
mengukur produksi urin. Produksi urin harus dipertahankan minimal 1/2 1. Segera baringkan penderita pada alas yang keras. Kaki diangkat dari 2--3 kali suntikan, harus dirawat di rumah sakit semalam untuk
ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya hipovolemia. lebih tinggi dari kepala untuk meningkatkan aliran darah balik vena, observasi.
d. Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. dalam usaha memperbaiki curah jantung dan menaikkan tekanan darah.
e. Bila volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi 2. Penilaian A, B, C dari tahapan resusitasi jantung paru, yaitu: J. Penanggulangan Kegawatan Syok secara Umum
urin < 1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk A. Airway = jalan napas. Jalan napas harus dijaga tetap bebas, tidak Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan
mempertahankan produksi urine. ada sumbatan sama sekali. Untuk penderita yang tidak sadar, posisi untuk memperbaiki perfusi jaringan; memperbaiki oksigenasi tubuh; dan
f. Dopamin 2--5 g/kg/menit bisa juga digunakan pengukuran kepala, leher diatur agar lidah tidak jatuh ke belakang menutupi jalan mempertahankan suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada
tekanan vena sentral (normal 8--12 cmH2O), dan bila masih terdapat napas, yaitu dengan melakukan ekstensi kepala, tarik mandibula ke penyebab syok. Diagnosis harus segera ditegakkan sehingga dapat
gejala umum pasien seperti gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan depan, dan buka mulut. diberikan pengobatan kausal.
ekstremitas dingin, menunjukkan masih perlu transfusi cairan. B. Breathing support, segera memberikan bantuan napas buatan bila
tidak ada tanda-tanda bernapas, baik melalui mulut ke mulut atau mulut Segera berikan pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi
2. Syok Kardiogenik ke hidung. Pada syok anafilaktik yang disertai udem laring, dapat ABC.
a. Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya mengakibatkan terjadinya obstruksi jalan napas total atau parsial. 1. (A = air way) Jalan nafas harus bebas kalau perlu dengan
dilakukan intubasi. Penderita yang mengalami sumbatan jalan napas parsial, selain ditolong pemasangan pipa endotrakeal.
b. Berikan oksigen 8 - 15 liter/menit dengan menggunakan masker dengan obat-obatan, juga harus diberikan bantuan napas dan oksigen. 2. (B = breathing) Pernafasan harus terjamin, kalau perlu dengan
untuk mempertahankanPO2 70 - 120 mmHg Penderita dengan sumbatan jalan napas total, harus segera ditolong memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen 100%.
c. Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang dengan lebih aktif, melalui intubasi endotrakea, krikotirotomi, atau 3. (C = circulation) Defisit volume peredaran darah pada syok
ada harus diatasidengan pemberian morfin trakeotomi. hipovolemik sejati atau hipovolemia relatif (syok septik, syok
d. Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam C. Circulation support, yaitu bila tidak teraba nadi pada arteri besar neurogenik, dan syok anafilaktik) harus diatasi dengan pemberian cairan
basa yang terjadi. (a.karotis, atau a. emoralis), segera lakukan kompresi jantung luar. intravena dan bila perlu pemberian obat-obatan inotropik untuk
e. Bila mungkin pasang CVP Penilaian A, B, C ini merupakan penilaian terhadap kebutuhan bantuan mempertahankan fungsi jantung atau obat vasokonstriktor untuk
f. Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik. hidup dasar yang penatalaksanaannya sesuai dengan protokol resusitasi mengatasi vasodilatasi perifer.
g. Medikamentosa : jantung paru. Langkah-langkah yang perlu dilakukan sbg pertolongan pertama dalam
a) Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri 3. Segera berikan adrenalin 0.3--0.5 mg larutan 1 : 1000 untuk menghadapi syok:
b) Anti ansietas, bila cemas. penderita dewasa atau 0.01 mk/kg untuk penderita anak-anak, 1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
c) Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi intramuskular. Pemberian ini dapat diulang tiap 15 menit sampai 2. Posisi tubuh penderita diletakkan berdasarkan letak luka.
d) Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit keadaan membaik. Beberapa penulis menganjurkan pemberian infus Secara umum posisi penderita dibaringkan telentang dengan tujuan
e) Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi kontinyu adrenalin 2--4 ug/menit. meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
jantung tidak adekuat.Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m 4. Dalam hal terjadi spasme bronkus di mana pemberian adrenalin 3. Apabila terdapat trauma pada leher dan tulang belakang,
f) Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m.bila ada dapat diberikan kurang memberi respons, dapat ditambahkan aminofilin 5--6 mg/kgBB penderita jangan digerakkan sampai persiapan transportasi selesai,
amrinon IV intravena dosis awal yang diteruskan 0.4--0.9 mg/kgBB/menit dalam kecuali untuk menghindari terjadinya luka yang lebih parah atau untuk
g) Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m cairan infus. memberikan pertolongan pertama seperti pertolongan untuk
h) Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi 5. Dapat diberikan kortikosteroid, misalnya hidrokortison 100 mg membebaskan jalan napas.
jaringan atau deksametason 5--10 mg intravena sebagai terapi penunjang untuk 4. Penderita yang mengalami luka parah pada bagian bawah
i) Digitalis bila ada fibrilasi atrial atau takikardi supraventrikel. mengatasi efek lanjut dari syok anafilaktik atau syok yang membandel. muka, atau penderita tidak sadar, harus dibaringkan pada salah satu sisi
6. Bila tekanan darah tetap rendah, diperlukan pemasangan jalur tubuh (berbaring miring) untuk memudahkan cairan keluar dari rongga
3. Syok Septic intravena untuk koreksi hipovolemia akibat kehilangan cairan ke ruang mulut dan untuk menghindari sumbatan jalan nafas oleh muntah atau
Pada saat gejala syok septik timbul: ekstravaskular sebagai tujuan utama dalam mengatasi syok anafilaktik. darah. Penanganan yang sangat penting adalah meyakinkan bahwa
a. Penderita segera dimasukkan ke ruang perawatan intesif untuk Pemberian cairan akan meningkatkan tekanan darah dan curah jantung saluran nafas tetap terbuka untuk menghindari terjadinya asfiksia.
menjalani pengobatan. serta mengatasi asidosis laktat. Pemilihan jenis cairan antara larutan 5. Penderita dengan luka pada kepala dapat dibaringkan
b. Cairan dalam jumlah banyak diberikan melalui infus untuk kristaloid dan koloid tetap merupakan perdebatan didasarkan atas telentang datar atau kepala agak ditinggikan. Tidak dibenarkan posisi
menaikkan tekanan darah dan harus diawasi dengan ketat. keuntungan dan kerugian mengingat terjadinya peningkatan kepala lebih rendah dari bagian tubuh lainnya.
c. Bisa diberikan dopamin atau nor-epinefrin untuk menciutkan permeabilitas atau kebocoran kapiler. Pada dasarnya, bila memberikan 6. Kalau masih ragu tentang posisi luka penderita, sebaiknya
pembuluh darah sehingga tekanan darah naik dan aliran darah ke otak larutan kristaloid, maka diperlukan jumlah 3--4 kali dari perkiraan penderita dibaringkan dengan posisi telentang datar.
dan jantung meningkat. kekurangan volume plasma. Biasanya, pada syok anafilaktik berat 7. Pada penderita-penderita syok hipovolemik, baringkan
d. Jika terjadi gagal paru-paru, mungkin diperlukan ventilator diperkirakan terdapat kehilangan cairan 20--40% dari volume plasma. penderita telentang dengan kaki ditinggikan 20-30 cm sehingga aliran
mekanik. Sedangkan bila diberikan larutan koloid, dapat diberikan dengan jumlah darah balik ke jantung lebih besar dan tekanan darah menjadi
e. Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah) diberikan dalam yang sama dengan perkiraan kehilangan volume plasma. Tetapi, perlu meningkat. Tetapi bila penderita menjadi lebih sukar bernafas atau
dosis tinggi untuk membunuh bakteri. dipikirkan juga bahwa larutan koloid plasma protein atau dextran juga penderita menjadi kesakitan segera turunkan kakinya kembali.
f. Jika ada abses, dilakukan pembuangan nanah. bisa melepaskan histamin. 8. Pakaian dilonggarkan, Beri selimut, Tenangkan penderita
g. Jika terpasang kateter yang mungkin menjadi penyebab infeksi, 7. Dalam keadaan gawat, sangat tidak bijaksana bila penderita syok 11. Pastikan jalan nafas & Pernafasan baik, Kontrol perdarahan &
harus dilepaskan. anafilaktik dikirim ke rumah sakit, karena dapat meninggal dalam rawat cedera lainnya, Beri Oksigen sesuai protokol
h. Mungkin perlu dilakukan pembedahan untuk mengangkat jaringan perjalanan. Kalau terpaksa dilakukan, maka penanganan penderita di 14. Jangan beri makan & minum, Periksa berkala tanda vital
yang mati, misalnya jaringan gangren dari usus. tempat kejadian sudah harus semaksimal mungkin sesuai dengan 16. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai

  • TB Paru
    TB Paru
    Dokumen6 halaman
    TB Paru
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen2 halaman
    Vertigo
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Gastritis Dispepsia
    Gastritis Dispepsia
    Dokumen2 halaman
    Gastritis Dispepsia
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Urt Ikaria
    Urt Ikaria
    Dokumen2 halaman
    Urt Ikaria
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Urt Ikaria
    Urt Ikaria
    Dokumen2 halaman
    Urt Ikaria
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Tinea
    Tinea
    Dokumen2 halaman
    Tinea
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Tinea
    Tinea
    Dokumen2 halaman
    Tinea
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Vertigo
    Vertigo
    Dokumen2 halaman
    Vertigo
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • CBD Fix - DM Tipe 2
    CBD Fix - DM Tipe 2
    Dokumen44 halaman
    CBD Fix - DM Tipe 2
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Laporan Edukasi
    Laporan Edukasi
    Dokumen16 halaman
    Laporan Edukasi
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • II.1 Perancangan Buku Bergambar Mengenai Asal Usul Kota Bandung II.1.1 Sejarah Bandung
    II.1 Perancangan Buku Bergambar Mengenai Asal Usul Kota Bandung II.1.1 Sejarah Bandung
    Dokumen18 halaman
    II.1 Perancangan Buku Bergambar Mengenai Asal Usul Kota Bandung II.1.1 Sejarah Bandung
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • CBD Fix - DM Tipe 2
    CBD Fix - DM Tipe 2
    Dokumen44 halaman
    CBD Fix - DM Tipe 2
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Reading
    Jurnal Reading
    Dokumen38 halaman
    Jurnal Reading
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Derajat Demam Berdarah Menurut WHO
    Derajat Demam Berdarah Menurut WHO
    Dokumen2 halaman
    Derajat Demam Berdarah Menurut WHO
    maylia
    Belum ada peringkat
  • 8 Konseling Edukasi Hiv
    8 Konseling Edukasi Hiv
    Dokumen3 halaman
    8 Konseling Edukasi Hiv
    Aquila Mega Ester
    100% (1)
  • Faringitis
    Faringitis
    Dokumen20 halaman
    Faringitis
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Refkas NSTEMI
    Refkas NSTEMI
    Dokumen46 halaman
    Refkas NSTEMI
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • 248 482 1 SM
    248 482 1 SM
    Dokumen8 halaman
    248 482 1 SM
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • 149 297 1 SM PDF
    149 297 1 SM PDF
    Dokumen13 halaman
    149 297 1 SM PDF
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • THT (Oma Stasium Supurasi)
    THT (Oma Stasium Supurasi)
    Dokumen2 halaman
    THT (Oma Stasium Supurasi)
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Faringitis
    Faringitis
    Dokumen20 halaman
    Faringitis
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Faringitis
    Faringitis
    Dokumen20 halaman
    Faringitis
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • MATA (Miopia)
    MATA (Miopia)
    Dokumen2 halaman
    MATA (Miopia)
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Maksilaris
    Sinusitis Maksilaris
    Dokumen19 halaman
    Sinusitis Maksilaris
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Morpot 1
    Morpot 1
    Dokumen12 halaman
    Morpot 1
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Sinusitis Maksilaris
    Sinusitis Maksilaris
    Dokumen6 halaman
    Sinusitis Maksilaris
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • REVISI
    REVISI
    Dokumen10 halaman
    REVISI
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Oma Stadium Perforasi
    Oma Stadium Perforasi
    Dokumen8 halaman
    Oma Stadium Perforasi
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Ulkus DM
    Ulkus DM
    Dokumen10 halaman
    Ulkus DM
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat
  • Ulkus DM
    Ulkus DM
    Dokumen15 halaman
    Ulkus DM
    Aquila Mega Ester
    Belum ada peringkat