FARINGITIS
Disusun Oleh:
42180257
I. IDENTITAS
Nama : Nn. P
Tanggal Lahir : 30-12-2001
Usia : 18 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banguntapan, Yogyakarta
No.RM : 0049XXXX
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Nyeri tenggorokan
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan nyeri tenggorokan sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan disertai rasa kering dan gatal terasa seperti ada yang mengganjal.
Nyeri dirasakan tiba-tiba setelah bangun tidur, berlangsung terus menerus.
Nyeri dirasakan bertambah berat saat pasien makan/minum. Batuk (+)
berdahak warna putih, demam (+), lemas (+), nafsu makan berkurang (+),
suara serak (-), pilek (-), sesak nafas (-). Pasien mengaku gemar
mengkonsumsi gorengan dan minum es. Pasien sempat mengonsumsi obat
batuk yang dibeli di apotek, namun keluhan dirasa tidak juga membaik.
Akhirnya, pasien berobat ke poli THT RSPAU
E. Riwayat Pengobatan
Riwayat Periksa : (-)
Riwayat Operasi : (-)
Riwayat Rawat Inap : (-)
Riwayat Penggunaan Obat :(+) Syladex
F. Lifestyle
Pasien tidak merokok dan mengonsumsi alkohol. Pasien memiliki pola
makan teratur yaitu 3 x/hari, pasien mengonsumsi makanan yang
cenderung berlemak seperti gorengan dan makanan yang pedas. Pasien
juga rutin konsumsi buah dan sayur serta minum air putih dalam jumlah
yang cukup. Pasien rutin berolahraga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4 V5 M6
VAS : 2-3
Status Gizi : Baik
BB : 45 kg
TB : 156 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36,5 0C
STATUS GENERALIS
A. Kepala
Kepala : Normocephali, simteris
Mata : Hematoma (-), sklera ikterik (-/-), konjungtiva
anemis (-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deformitas dorsum nasi (-), deviasi septum nasi (-),
discharge hidung (-)
Mulut : Mulut sianosis (-), mukosa oral kering
Telinga : Edema (-), discharge telinga (-), kelainan anatomi
(-), deformitas (-), nyeri tekan (-), perforasi membrane timpani (-),
Leher : Pembesaran KGB (+) submandibular lateral , nyeri
tekan (-), massa (-)
B. Thorax
a. Pulmo
Inspeksi : Gerakan dada simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi (-),
jejas (-), benjolan (-)
Palpasi : Tidak terdapat massa dan nyeri tekan
Perkusi : Sonor kedua lapang paru
Auskultasi : Suara paru vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
b. Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat, tanda inflamasi (-), jejas (-)
Palpasi : Iktus cordis teraba di SIC 5 linea axillaris anterior sinistra
Perkusi : Batas/kontour jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1 S2 reguler, Bising jantung (-)
C. Abdomen
Inspeksi : Distensi (-), tanda inflamasi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, nyeri ketok ginjal (-)
Palpasi : Abdomen teraba supel, turgor kulit normal, pembesaran organ
intra abdomen (-), nyeri tekan (-), massa (-)
D. Ekstremitas
Atas: Gerakan aktif, akral teraba hangat, perabaan nadi cukup kuat dan
reguler, capillary refill <2 detik, edema (-), sianosis (-), deformitas (-),
jejas (-)
Bawah: Gerakan aktif, akral teraba hangat, perabaan nadi cukup kuat dan
reguler, capillary refill <2 detik, edema (-), sianosis (-), deformitas (-),
jejas (-)
STATUS LOKALIS
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Oropharynx
CAVUM ORIS-TONSIL-FARING
Bibir Ulserasi(-), bibir kering (-)
Mukosa Oral Stomatitis (-), ulkus (-), ulserasi (-)
Gusi dan Gigi Warna merah muda, karies dentis (-), ulkus (-)
Lingua Simetris, atrofi papil (-), lidah kotor (-), ulserasi (-)
Atap mulut Ulkus (-)
Dasar Mulut Ulkus (-)
Uvula Hiperemis (-)
Tonsila Palatina Tonsil T1, hiperemis (-), Tonsil T1 , hiperemis (-),
detritus (-), detritus (-),
kripte melebar (-) kripte melebar (-)
Peritonsil Abses (-) Abses (-)
Faring Hiperemis (+), granular (+), post nasal drip (-)
Kesan: Faringitis
Faring hiperemis,
granulasi (+)
Tonsil T1/T1
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
V. DIAGNOSIS
Faringitis akut
VI. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
- Antibiotik berupa Amoksisilin 3 x 500 mg selama 10 hari atau Eritromisin
4 x 500 mg
- Analgesik untuk kurangi nyeri saat menelan , Paracetamol 3x500 mg
- Mukolitik berupa Ambroxol 30 mg (3 x 1) mengencerkan dahak
- PPI untuk mengurangi produksi asam lambung Lansoprazole 1x15mg
- Oral gargle berupa Betadine gargle 1%
b. Non farmakologi
- Menjaga higienitas daerah mulut dengan berkumur dengan air hangat
dicampur dengan garam
VII. EDUKASI
- Istirahat yang cukup
- Hindari makan makanan seperti gorengan, pedas, dan dingin
- Berkumur dengan air hangat
- Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi
dan olahraga teratur.
VIII. PLANNING
- Pemeriksaan darah lengkap dan swab tenggorokan, serta kultur
sensitivitas
IX. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Faring
Orofaring
Laringofaring (Hipofaring)
Ruang Faringal
Ada dua ruang yang berhubungan dengan faring yang secara klinis
mempunyai arti penting, yaitu ruang retrofaring dan ruang parafaring. Ruang
retrofaring( Retropharyngeal space), dinding anterior ruang ini adalah dinding
belakang faring yang terdiri dari mukosa faring, fasia faringobasilaris dan otot –
otot faring. Ruang ini berisi jaringan ikat jarang dan fasia prevertebralis. Ruang
ini mulai dari dasar tengkorak di bagian atas sampai batas paling bawah dari fasia
servikalis. Serat – serat jaringan ikat di garis tengah mengikatnya pada vertebra.Di
sebelah lateral ruang ini berbatasan dengan fosa faringomaksila (Rusmarjono dan
Bambang Hermani, 2007).
Gambar 2.Anatomi Faring Bagian Posterior Atlas of Human Anatomy 4TH Edition
2. Faringitis Akut
a. Definisi
Faringitis akut adalah infeksi pada faring yang disebabkan oleh virus atau
bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring eksudat dan
hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise (Miriam
T. Vincent, 2004). Faringitis akut dan tonsillitis akut sering ditemukan bersama-
sama dan dapat menyerang semua umur. Penyakit ini ditular melalui kontak dari
sekret hidung dan ludah (droplet infections) (Rusmarjono, 2001).
b. Etiologi
Faringitis dapat disebabkan infeksi maupun non infeksi. Banyak
mikroorganisme yang dapat menyebabkan faringitis, antaranya virus (40-60%)
dan bakteri (5-40%) , alergi, trauma, iritan (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007).
Selain itu, Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring dan
menyumbang terjadinya faringitis fungal. Faringitis gonorea hanya terdapat pada
pasien yang menlakukan kontak orogenital (Rusmarjono dan Efiaty Arsyad
Soepardi, 2007).
Faktor resiko lain penyebab faringitis akut yaitu udara yang dingin,
turunnya daya tahan tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi
makanan yang kurang gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, merokok, dan
seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit tenggorokan atau
demam (Jill Gore, 2013).
b. Patofisiologi
d. Gejala Klinis
e. Pemeriksaan Fisik
a. Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus
influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat). Pada
coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash.
b. Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil
hiperemis dan terdapat eksudat di permukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak
petechiae pada palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior
membesar, kenyal dan nyeri pada penekanan.
c. Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih diorofaring dan pangkal lidah,
sedangkan mukosa faring lainnya hiperemis.
d. Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah
mukosa faring dan lateral lateral band hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa
dinding posterior tidak rata dan bergranular (cobble stone).
e. Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faringditutupi oleh lendir
yang kental dan bila diangkat tampak mukosa kering.
f. Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkejuan pada mukosa
faring dan laring.
g. Faringitis luetika tergantung stadium penyakit:
1. Stadium Primer
Pada lidah palatum mole, tonsil, dan dinding posterior faring berbentuk bercak keputihan.
Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada genitalia yaitu
tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibula.
2. Stadium sekunder
Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat eritema yang menjalar ke arah
laring.
3. Stadium tersier
Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum.
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan pada kasus faringitis yang
dicurigai akibat infeksi virus. Tetapi jika dicurigai ada infeksi GAS atau jika pasien tidak
respon dengan pengobatan, maka pemeriksaan penunjang dapat dilakukan.
Apus Tenggorok
Rontgen Leher Lateral Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan gambaran anatomi jalan
napas untuk menilai gangguan jalan napas maupun epiglotitis.
CT Scan Jaringan Lunak Leher Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada kasus abses atau
infeksi leher dalam.
g. Diagnosis
Pada faringitis akut yang disebabkan oleh bakteri, pemeriksaan pada faring
yang dapat dilihat yaitu adanya eritema faring dan tonsil, eksudat pada faring dan
tonsil, petechiae palatine, edema uvula dan limfadenopati servikalis anterior.
Tidak semua pasien didapati dengan semua gejala tersebut, banyak pasien datang
dengan gejala yang ringan dan tanpa eksudatif. Anak-anak di bawah 3 tahun dapat
disertai coryza dan krusta hidung. Faringitis dengan eksudat jarang terjadi pada
umur ini (Alan, et.al.,2001). Pada faringitis viral, pemeriksaan tampak faring dan
tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachie virus dan Cytomegalovirus tidak
menghasilkan eksudat. Coxsachie virus dapat menimbulkan lesi vesicular di
orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash. Epstein Barr Virus (EBV)
menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak.
Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama
retroservikal dan hepatosplenomegali (Rusmarjono, 2007).
Diagnosis biasanya dibuat tanpa kesulitan, terutama bila terdapat tanda
dan gejala yang mengarah ke faringitis. Biakan tenggorokan membantu dalam
menentukan organisme penyebab faringitis, dan untuk membedakan faringitis
karena bakteri atau virus. Sangatlah penting untuk mengetahui onset, durasi,
progresifitas dan tingkat keparahan dari gejala yang menyertai seperti demam,
batuk, kesukaran bernafas, pembengkakan limfonodi, paparan infeksi, dan adanya
penyakit sistemik lainnya seperti diabetes dan lain-lain. Faring harus diperiksa
apakah terdapat tanda-tanda eritem, hipertrofi, adanya benda asing, eksudat,
massa, petechie dan adenopati (Miriam T. Vincent, 2004).
Juga penting untuk menanyakan gejala yang dialami pasien seperti demam,
timbulnya ruam kulit (rash), adenopati servikalis dan coryza. Jika dicurigai
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus, seorang dokter harus mendengar
adanya suara murmur pada jantung dan mengevaluasi apakah pada pasien terdapat
pembesaran lien dan hepar. Apabila terdapat tonsil eksudat, pembengkakan
kelenjar limfe leher, tidak disertai batuk dan suhu badan meningkat sampai 38ºC
maka dicurigai adanya faringitis karena infeksi GABHS (Alan, et.al.,2001).
h. Penatalaksanaan
Terapi pada penderita faringitis viral dapat diberikan aspirin atau
asetaminofen untuk membantu mengurangi rasa sakit dan nyeri pada tenggorokan.
Penderita dianjurkan untuk beristirahat di rumah dan minum yang cukup. Kumur
dengan air hangat. Faringitis yang disebabkan oleh virus dapat sembuh sendiri
tanpa pengobatan (Rusmarjono, 2007).
i. Komplikasi
Komplikasi umum pada faringitis termasuk sinusitis, otitis media,
epiglottitis, mastoiditis, dan pneumonia. Faringitis yang disebabkan infeksi
streptokokus jika tidak diobati dapat menyebabkan demam reumatik akut,
peritonsillar abses, peritonsillar cellulitis, abses retrofaringeal, toxic shock
syndrome dan obstruksi saluran pernasafan akibat dari pembengkakan laring.
Demam reumatik akut dilaporkan terjadi pada1 dari 400 infeksi GABHS yang
tidak diobati (John R. Acerra, 2013).
Kompliasi lainnya adalah sebagai berikut :
a. Demam scarlet, yang di tandai dengan demam dan bintik kemerahan.
b. Demam reumatik, yang dapat menyebabkan inflamasi sendi, atau
kerusakan pada katup jantung. Demam reumatik merupakan
komplikasi yang paling sering terjadi pada faringitis akut.
c. Glomerulonefritis, komplikasi berupa glomerulonefritis akut
merupakan respon inflamasi terhadap protein M spesifik. Komplek
antigen- antibody yang terbentuk berakumulasi pada glomerulus
ginjal yang akhirnya menyebabkan glomerulonefritis ini.
Abses peritonsilar biasanya disertai dengan nyeri faringeal, disfagia,
demam dan dehidrasi
j. Prognosis
Prognosis untuk faringitis akut sangat baik pada sebagian besar kasus.
Biasanya faringitis akut sembuh dalam waktu 10 hari, namun harus berhati-
hati dengan komplikasi yang berpotensi terjadi (John R. Acerra, 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Aamir Somro et al., 2011. Pharyngitis and Sore Throat: A Review. In: African Journal of Biotechnology Vol.
10(33), ppp. 6190-6197. Available From: http://www.academicjournals.org/AJB [Accessed: 10 Feb 2020]
Alan L. Bisno, M.D., 2011. Acute Pharyngitis: Primary Care. In: The New England Journal of Medicine
2011; 344:205-211. Available From: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM200101183440308
[Accessed: 10 Feb 2020]
Alaa H. Al-Charrakh, Al-Khafaji JK and Al-Rubaye RH, 2011. Prevalence of B- Hemolytic Group C and F
Streptococci in Patients With Acute Pharyngitis. Department of Microbiology, College of Medicine,
Babylon University, Babylon, Iraq. Available From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22540078 [Accessed: 10 Feb 2020]
Alexander Kiderman, 2005. Adjuvant Prednisone Therapy in Pharyngitis: A Randomised Controlled Trial
from General Pratice. In: The British Journal of General Practice. 2005 March 1; 55(512): 218-221.
Available From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1463093 [Accessed: 10 Feb 2020]
Anthony W Chow and Shira Doron, 2013. Evaluation of Acute Pharyngitis in Adults. Available From:
http://www.uptodate.com/contents/evaluation-of- acute-pharyngitis-in-adults [Accessed: 10 Feb 2020]
Ferri, 2013. Pharyngitis/ Tonsilitis. In: Ferri: Ferri’s Clinical Advisor 2013, 1st ed. Available From:
http://www.mdconsult.com/books/page.do?eid=4-u1.0- B978-0-323-08373-7..00025-X--
sc0140&isbn=978-0-323-08373 7&uniqId=412762026-1430#4-u1.0-B978-0-323-08373-7..00025-X--
s2610 [Accessed: 10 Feb 2020]
Frank H. Netter, MD., 2006. Pharynx: Median Section and Pharynx: Opened Posterior View. In:
Atlas of Human Anatomy 4th Edition. Section 1 Head and Neck.Plate 63, 66.
Jill Gore, 2013. Acute Pharyngitis. In: Journal of the American Academy of Physician Assistants: February
2013- Volume 26-Issue 2- p 57-58. Available
From:http://journals.lww.com/jaapa/Fulltext/2013/02000/Acute_Pharyngitis. 12.aspx [Accessed: 10 Feb
2020]
John L. Boone, MD., 2003. Etiology of Infectious Diseases of the Upper Respiratory Tract. In: Ballenger’s
Otorhinolaryngology Head and Nexk Surgery. 16th Edition. 2003 BC Decker Inc. Chapter 30. P: 635-7.
Mary T. Caserta and Anthony R. Flores, 2013. Pharyngitis In: Mandell: Mandell, Douglas, and Bennett’s
Principles and Practice of Infectious Diseases, 7th ed.Volume 1, Part II, Section B, Chapter 54, p: 815-
821. Available From: http://www.mdconsult.com/books/page.do?eid=4-u1.0-B978-0-443-06839-
3..00054-0--s0015&isbn=978-0-443-06839-3&uniqId=412762026-1459#4- u1.0-B978-0-443-06839-
3..00054-0--s0015 [Accessed: 10 Feb 2020]
Marvez-Valls EG, Ernst AA, Gray J. and Johnson WD. 1998. The Role of Betamethasone in the Treatment of
Acute Exudative Pharyngitis. In: Acad Emerg Med. 1988 Jun; 5(6): 567-72. Available From:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9660281 [Accessed: 10 Feb 2020]
Miriam T. Vincent, M.D., M.S., Nadhia Clestin, M.D., and Aneela N. Hussain, M.D., 2004. Pharyngitis. In:
A Peer-Reviewed Journal of the American Academy of Family Physician, 2004. State University of
New York- Downstate Medical Center, Brooklyn, New York. Available From:
http://www.aafp.org/afp/2004/0315/p1465.html [Accessed: 10 Feb 2020]
Rospa H. dan Sri Mulyani, 2011. Tenggorokan Atas (Faring dan Tonsil). Dalam: Asuhan Keperawatan
Gangguan THT. Jakarta: TIM, 2011. Edisi Pertama: 99- 100, 154-156.
Robert M. Guthrie, et al., 1988. Aetiology of Acute Pharyngitis and Clinical Response to Empirical Therapy
with Erythromycin Versus Amoxicillin. In: Family Practice 1988; 5: 29-35. Available From:
http://fampra.oxfordjournals.org/content/5/1/29.abstract [Accessed: 10 Feb 2020]
Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam: Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny
B. dan Ratna D.R.. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta,
2007. Edisi ke-6: 212- 215; 217-218.
Tasar A., et al., 2008. Clinical Efficacy of Dexamethasone for Acute Exudative Pharyngitis. In: J Emerg
Med, 2008 Nov;35(4): 363-7. Available From: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18468831
[Accessed: 10 Feb 2020]
U.S. Department of Health and Human Services. National Institute on Aging, 2011. Biology of Aging:
Research Today for a Healthier Tomorrow. Available From:
http://www.nia.nih.gov/health/publication/biology- aging/immune-system-can-your-immune-system-
still-defend-you-you-age[Accessed: 10 Feb 2020]