Anda di halaman 1dari 33

BAB I

SISTEM BILANGAN

1.1. KONSEP SISTEM BILANGAN


Sistem bilangan adalah suatu cara yang digunakan untuk mewakili besaran dari
suatu item fisik. Ada 4 jenis sistem bilangan yang dikenal antara lain sistem bilangan
desimal, sistem bilangan biner, sistem bilangan oktal dan sistem bilangan heksadesimal.
Dalam kehidupan sehari-hari sistem bilangan yang sering digunakan adalah sistem bilangan
desimal, hal ini disebabkan karena manusia mempunyai 10 jari. Namun dalam logika
komputer sistem bilangan yang digunakan adalah sistem bilangan biner karena logika di
komputer diwakili oleh bentuk 2 elemen keadaan, yaitu off dan on yang dilambangkan
dengan 0 dan 1.
1. Sistem bilangan desimal.
Desimal (Basis 10) adalah sistem bilangan yang menggunakan basis 10 dan
menggunakan 10 macam simbol bilangan yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 dan 9.
2. Sistem bilangan biner
Biner (Basis 2) adalah sistem bilangan yang terdiri dari 2 simbol yaitu 0 dan 1.
Bilangan Biner ini di populerkan oleh John Von Neumann.
3. Sistem bilangan oktal
Oktal (Basis 8) adalah sistem bilangan yang terdiri dari 8 Simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7.
4. Sistem bilangan heksadesimal
Hexadesimal (Basis 16), Hexa berarti 6 dan Desimal berarti 10 adalah Sistem
Bilangan yang terdiri dari 16 simbol yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A(10), B(11), C(12),
D(13), E(14), F(15). Pada Sistem Bilangan Hexadesimal memadukan 2 unsur yaitu
angka dan huruf. Huruf A mewakili angka 10, B mewakili angka 11 dan seterusnya
sampai Huruf F mewakili angka 15.

1.2. KONVERSI SISTEM BILANGAN


Ada dua hal penting yang perlu diingat dalam melakukan konversi bilangan, yakni
absolute value dan position value. Absolute value merupakan nilai mutlak dari masing-

1
masing digit bilangan, sedangkan position value merupakan penimbang atau bobot dari
masing-masing digit, tergantung letak posisinya, yaitu bernilai basis dipangkatkan dengan
urutan posisi.

1.2.1. KONVERSI SISTEM BILANGAN DESIMAL


Absolute value (AV) dan position value (PV) untuk bilangan desimal dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1. Nilai AV dan PV Untuk Desimal 10


Absolute Value Position value
1 100 = 1
2 101 = 10
3 102 = 100
4 103 = 1000
5 104 = 10.000

Misalkan nilai 7854 dalam sistem bilangan desimal dapat diuraikan berdasarkan
absolute value (AV) dan position value (PV) sebagai berikut :

Sistem bilangan desimal dapat dikonversikan ke sistem bilangan biner, sistem


bilangan oktal dan sistem bilangan heksadesimal. Berikut diuraikan contoh konversi :
1. Konversikan nilai berikut ini : 4910 = .2 !
Cara melakukan konversi dari sistem bilangan desimal ke sistem bilangan biner
adalah membagi dengan 2, setiap sisa hasil pembagian merupakan digit nilai biner
yang di baca dari atas (LSB) ke bawah (MSB).

2. Konversikan nilai berikut ini : 85410 = .8 !

2
3. Konversikan nilai berikut ini : 785410 = .16 !

1.2.2. KONVERSI SISTEM BILANGAN BINER


Absolute value (AV) dan position value (PV) untuk bilangan desimal dapat dilihat
pada tabel berikut ini :

Tabel 1.2. Nilai AV dan PV Untuk Biner


Absolute Value Position value
1 20 = 1
2 21 = 2
3 22 = 4
4 23 = 8
5 24 = 16

Sistem bilangan biner dapat dikonversikan ke sistem bilangan desimal, sistem


bilangan oktal dan sistem bilangan heksadesimal. Berikut diuraikan contoh konversi :
1. Konversikan nilai berikut ini : 101112 = 10 !

2. Konversikan nilai berikut ini : 101112 = 8 !


Konversi ke sistem bilangan dilakukan dengan mengkonversi setiap 3 digit nilai
biner yang ada. Untuk nilai biner di ambil 3 digit lalu 2 digit sisanya 10111
111 = (1*22) + (1*21) + (1*20)

3
= 4+2+1
=7
10 = (1*21) + (0*20)
=2+0
=2
101112 = 278
3. Konversikan nilai berikut ini : 10011101112 = 16 !
Konversi ke sistem bilangan dilakukan dengan mengkonversi setiap 4 digit nilai
biner yang ada. Untuk nilai biner di ambil 4 digit lalu 4 digit lalu 2 digit sisanya
1001110111
0111 = (0*23) + (1*22) + (1*21) +(1*20)
=0+4+2+1
=7
0111 = (0*23) + (1*22) + (1*21) +(1*20)
=0+4+2+1
=7
10 = (1*21) +(0*20)
= 2 +0
=2
10011101112 = 27716

1.2.3. KONVERSI SISTEM BILANGAN OKTAL


Absolute value (AV) dan position value (PV) untuk bilangan desimal dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 1.3. Nilai AV dan PV Untuk Oktal
Absolute Value Position value
1 80 = 1
2 81 = 8
3 82 = 64
4 83 = 512
5 84 = 4096

Sistem bilangan biner dapat dikonversikan ke sistem bilangan oktal , sistem


bilangan desimal dan sistem bilangan heksadesimal. Berikut diuraikan contoh konversi :

1. Konversikan nilai berikut ini : 76438 = 10

4
2. Konversikan nilai berikut ini : 64328 = 2

6 = 4+2+0
= (1*22) + (1*21) + (0*20)
= 110
4 =4+0+0
= (1*22) + (0*21) + (0*20)
= 100
3 =0+2+1
= (0*22) + (1*21) + (1*20)
= 011
2 =0+2+0
= (0*22) + (1*21) + (0*20)
= 010
64328 = 1101000110102
3. Konversikan nilai berikut ini : 6428 = 16

Hal pertama yang dilakukan untuk mengkonversi dari sistem bilangan oktal ke
sistem bilangan heksadesimal adalah dikonversikan terlebih dahulu ke sistem bilangan
biner, lalu nilai biner tadi dikoversikan ke sistem bilangan heksadesimal dengan mengambil
setiap 4 digit dari kanan.

6=4+2+0

5
= (1*22) + (1*21) + (0*20)
=110
4 =4+0+0
= (1*22) + (0*21) + (0*20)
= 100
2=0+2+0
= (0*22) + (1*21) + (0*20)
= 110
6428 = 1101001102
110100110
0110 = (0*23) + (1*22) + (1*21) +(0*20)
= 0 + 4 + 2 + 10
=6
1010 = (1*23) + (0*22) + (1*21) +(0*20)
=8+0+2+0
= 10 (A)
1 = (0*23) + (0*22) + (0*21) +(1*20)
=0+0+0+1
=1
6428 = 1A616

1.2.4. KONVERSI SISTEM BILANGAN HEKSADESIMAL

Tabel 1.4. Nilai AV dan PV Untuk Heksadesimal


Absolute Value Position value
1 160 = 1
2 161 = 16
3 162 = 256
4 163 = 4.096
5 164 = 65.536

Sistem bilangan heksadesimal dapat dikonversikan ke sistem bilangan oktal , sistem


bilangan desimal dan sistem bilangan biner. Berikut diuraikan contoh konversi :

1. Konversikan nilai berikut ini : F7E516 = .10 !


F7E516 = (F*163) + (7*162) + (E*161) + (5*160)

6
= (15*163) + (7*162) + (14*161) + (5*160)
= (15*4096) + (7*256) + (14*16) + (5*1)
= 61440 + 1792 + 224 + 5
= 6346110
2. Konversikan nilai berikut ini 7E516 = .2 !

7 =0+4+2+1
= (0*23) + (1*22) + (1*21) + (1*20)
= 0111
E (14) = 8 + 4 + 2 + 0
= (1*23) + (1*22) + (1*21) + (0*20)
= 1110
5 =0+4+0+1
= (0*23) + (1*22) + (0*21) + (1*20)
= 0101
7E516 = 111111001012

3. Konversikan nilai berikut ini : 7E516 = .8 !


Konversikan dulu ke sistem bilangan biner lalu dikonversikan ke sistem bilangan
oktal dengan mengambil setiap 3 digit dari belakang.
7 =0+4+2+1
= (0*23) + (1*22) + (1*21) + (1*20)
= 0111
E (14) = 8 + 4 + 2 + 0
= (1*23) + (1*22) + (1*21) + (0*20)
= 1110
5 =0+4+0+1
= (0*23) + (1*22) + (0*21) + (1*20)
= 0101

7
7E516 = 111111001012
Bilangan biner diatas di konversikan ke sistem bilangan oktal.

11111100101

11 = (1*21) + (1*20)
=2+1=3
111 = (1*22) + (1*21) + (1*20)
=4+2+1=7
100 = (1*22) + (0*21) + (0*20)
=4+0+0=4
101 = (1*22) + (0*21) + (1*20)
=4+0+1=5
Sehingga,
7E516 = 37458

1.2.5. BILANGAN PECAHAN


1. Pecahan pada Sistem Bilangan Desimal
Misalkan :
198,32 = (1*102) + (9*101) + (8*100) + ((3*10-1) + (2*10-2)
= 100 + 90 + 8 + 0,3 + 0,02
= 198,3210
2. Pecahan pada Sistem Bilangan Biner
Misalkan :
11011.011 = (1*24) + (1*23) + (0*22) + (1*21) + (1*20) + (0*2-1) + (1*2-2) + (1*2-3)
= 16 + 8 + 0 + 2 + 1 + 0 + 0,25 + 0,125
= 27,37510
3. Pecahan pada Sistem Bilangan Oktal
Misalkan :
456,678 = (4*82) + (5*81) + (6*80) + (6*8-1) + (7*8-2)
= 256 + 40 + 6 + 6/8 + 7/64
= 256 + 40 + 6 + 0,75 + 0,109
= 302,85910
4. Pecahan pada Sistem Bilangan Heksadesimal

8
Misalkan :
2AB,C = (2*162) + (10*161) + (11*160) + (12*16-1)
= 512 + 160 + 11 + 12/16
= 512 + 160 + 11 + 0,75
= 683,7510

5. Konversi Pecahan Desimal ke Biner


Cara untuk mengkonversi sistem bilangan desimal dalam bentuk pecahkan ke
sistem bilangan biner adalah mengalikan sistem bilangan decimal dengan 2 sampai
nilai dibelakang koma = 0. Bilangan biner yang terbentuk dibaca dari atas ke
bawah.
Misalkan :
0,1562510 = .2
0,15625 * 2 = 0,3125
0,3125 * 2 = 0,625
0,625 * 2 = 1,25
0,25 * 2 = 0,5
0,5 * 2 = 1,0
Jadi 0,1562510 = 001012

Latihan Soal :
1. Konversikan sistem bilangan desimal berikut ke biner, octal dan heksadesimal !
a. 567 b. 987
2. Konversikan sistem bilangan biner berikut ke decimal, octal dan heksadesimal !
a. 11101 b. 10110
3. Konversikan sistem bilangan octal berikut ke biner, decimal dan heksadesimal !
a. 745 b. 234
4. Konversikan sistem bilangan heksadesimal berikut ke decimal, octal dan biner !
a. AB23 b. F4D

----------- TERIMA KASIH ATAS PENGGUNAAN MODUL INI --------------


------ SEMOGA BERMANFAAT -------

9
BAB II

KESAMAAN DAN PERSAMAAN

2.1. DERAJAT / POLINOM


Derajat atau polinom ditentukan dari nilai pangkat x yang terbesar.
1. Derajat satu / Polinom Linier
2. Derajat dua / Pollinom Kuadrat
3. Derajat tiga
4.
5. Derajat n

2.2. POLINOM LINIER / DERAJAT SATU


Bentuk Umum :

p(x) = ax+b, a _= 0 akarnya x = b/a


Contoh :

1. Selesaikan ketidaksmaan ini 2x 3 < 4x 2


Penyelesaiaanya :
2x 4x < -2 + 3
-2x <1
-x <
x > -
Himpunan Penyelesaiannya adalah { x| X > -}
Dapat digambarkan sebagai berikut :

2. Selesaikan ketidaksmaan ini 8x 5 < 4x 4


Penyelesaian :
8x 4x < -4 + 5
4x < 1

10
x < 1/4
Himpunan Penyelesaian : {x | x < 1/4 }
Dapat digambarkan sebagai berikut :

3. Selesaikan ketidaksamaan ini 5x 6 3x + 7


Penyelesaian :
5x 3x 7 + 6
2x 13
x 13/2
x 6
Himpunan Penyelesaian : {x | x 6 }
Dapat digambarkan sebagai berikut :

4. Selesaikan ketidaksamaan ini 7x-3 4x-3


Penyelesaian :
7x 4x -3 + 3
3x 0
x 0/3
x 0
Himpunan Penyelesaian : {x | x 0}
Dapat digambarkan sebagai berikut :

5. Selesaikan ketidaksamaan ini 7x-3 = 4x+6


Penyelesaian :
7x 4x = 6 + 3
3x = 9
x = 9/3
x=3
Himpunan Penyelesaian : {x | x=3}

11
2.3. HARGA MUTLAK
Berikut adalah bentuk dan penyelesaian pertidaksamaan yang memuat harga
mutlak :
1. |x| < a <=> -a < x < a
2. |x| > a <=> x > a atau x < -a
3. |x| a <=> -a x a
4. |x| a <=> x a atau x -a
5. |x| = a <=> x = a atau x = -a
Bentuk dan penyelesaian diatas dapat digunakan untuk menyelesaikan pertidaksamaan
yang memuat harga mutlak
1. |2x-7| < 4
x = 2x-7, a = 4 gunakan bentuk nomor 1
|x| < a <=> -a < x < a
-4 < 2x-7 < -4
-4+7 < 2x < 4+7
3 < 2x < 11
3/2 < x< 11/2

2. |2x-7| > 4
x = 2x-7, a = 4 gunakan bentuk nomor 2
|x| > a <=> x > a atau x < -a
2x-7> 4 atau 2x-7 < -4
2x > 4+7 atau 2x < -4 + 7
2x > 11 atau 2x < 3
x > 11/2 atau x < 3/2

3. |2x-7| 4
x = 2x-7, a = 4 gunakan bentuk nomor 3
|x| a <=> -a x a
-4 2x-7 -4
-4+7 2x 4+7
3 2x 11

12
3/2 x 11/2

4. |2x-7| 4
x = 2x-7, a = 4 gunakan bentuk nomor 4
|x| a <=> x a atau x -a
2x-7 4 atau 2x-7 -4
2x 4+7 atau 2x -4 + 7
2x 11 atau 2x 3
x 11/2 atau x 3/2

5. |2x-7| = 4
x = 2x-7, a = 4 gunakan bentuk nomor 5
|x| = a <=> x = a atau x = -a
2x-7= 4 atau 2x-7 = -4
2x =4+7 atau 2x = -4 + 7
2x =11 atau 2x = 3
x =11/2 atau x = 3/2

2.4. PERSAMAAN KUADRAT


Persamaan kuadrat atau polinom kuadrat :
P(x) = ax2 + bx + c = 0
Untuk menyelesaikan persamaan kuadrat dapat dilakukan dengan cara
memfaktorkan atau dengan menggunakan rumus abc.
2.4.1. Memfaktorkan
Selesaikan persamaan kuadrat ini x2 + 2x - 3 = 0
Untuk menyelesaikan persamaan kuadrat ini kita dapat menggunakan cara
memfaktorkan. Cari 2 buah bilangan yang apabila dijumlahkan = 2 dan apabila dikalikan = 3
M+N=2
M*N=-3
-1 + 3 = 2
-1 * 3 = -3
Artinya M = -1 dan N = 3
(x-1) (x+3) = 0

13
x1= 0 x+3=0
x=1 x = -3

2.4.2. Rumus ABC


P(x) = ax2 + bx + c = 0
D = b2 4ac
Jika D > 0 maka terdapat dua buah akar berbeda
D = 0, maka terdapat dua buah akar kembar
D < 0, maka tidak terdapat akar riil
Untuk mencari nilai akar-akar persamaan kuadrat digunakan rumus :

+
1 =
2


2 =
2

Koefisien a menentukan kecekungan grafiknya.


1) Bila a > 0 grafik cekung ke atas (membuka ke atas).
2) Bila a < 0 grafinya cekung ke bawah.
3) BilaD < 0 dan a > 0 polinom disebut definit positif.
4) Bila D < 0 dan a < 0 polinom disebut definit negatif.
Contoh soal :
1. Selesaikan persamaan ini dengan rumus ABC : 4x2 + 7x + 13 = 0
Pertama kita tentukan nilai Diskriminan, a = 4, b = 7, c = 13
D = b2 4ac
= 72 (4*4*13)
= 49 208
= -159
Karena D < 0 maka tidak terdapat akar riil.
2. Selesaikan persamaan ini dengan rumus ABC : x2 + 10x + 25 = 0
Pertama kita tentukan nilai Diskriminan, a = 1, b = 10, c = 25
D = b2 4ac
= 102 (4*1*25)

14
= 100 100
=0
Karena D = 0 maka terdapat 2 akar yang sama
10+ 0 10
1,2 = 21
= 2
= 5

3. Selesaikan persamaan ini dengan rumus ABC : x2 + 8x + 15 = 0


Pertama kita tentukan nilai Diskriminan, a = 1, b = 8, c = 15
D = b2 4ac
= 82 (4*1*15)
= 64 60
=4
Karena D > 0 maka terdapat 2 akar berbeda
8+ 4 8+2 6
1 = 21
= 2
= 2
= -3

8 4 8 2 10
2 = = = = 5
21 2 2

2.5. HASIL KALI DAN HASIL JUMLAH AKAR PERSAMAAAN KUADRAT


Untuk menyelesaikan persamaan kuadrat dapat dilakukan dengan rumus ABC
+
sebagai berikut : 1 =
2

2 = 2

Dari kedua rumus diatas kita dapat menentukan hasil kali dan hasil jumlah akar
persamaan kuadrat tanpa harus mencari kar-akar persamaaan kuadrat terlebih dahulu.
Bagaimana menentukan rumus jumlah dan hasil kali akar-akar persamaan kuadrat
tersebut? Baiklah, untuk lebih jelasnya Anda simak penjelasan berikut ini.

a) Jumlah akar-akar persamaan kuadrat.

x1 + x2
= +

x1 + x2
=

x1 + x2
=

x1 + x2
=

15
b) Hasil kali akar-akar persamaan kuadrat.

x1 . x2
= .

x1 + x2
=

x1 + x2
=

x1 + x2
=

x1 + x2
=
Jika x1 dan x2 adalah akar-akar persamaan kuadrat ax + bx + c = 0 maka jumlah dan hasil
kali akar-akar persamaan kuadrat dapat ditentukan dengan rumus:

x1 + x2 = dan x1 . x2 =

Contoh

1. Jika p dan q adalah akar persamaan x2 + 8x + 15 = 0, maka tanpa menyelesaikan


persamaannya tentukan :
a. p + q
b. p * q
1 1
c. +

Untuk menyelesaikan contoh diatas, Anda simak penjelasan berikut ini :

Diketahui : a = 1, b = 8, c =15

a. p + q = -b/a
= -8/1
= -8
b. P * q = c/a
= 15/1
= 15
1 1
c.
+ (kita samakan penyebut)

16
+
= + =
. . .

( )
=
( )

8
= =
15

LATIHAN SOAL :

1. Selesaikan dan gambarkan hasil penyelesaian ketidak samaan berikut ini :


a. 7x 3 < 3x-2 b. 3x-4 > 4x +5
2. Selesaikan dan gambarkan hasil penyelesaiaan ketidaksamaan yang memuat harga
mutlak berikut ini :
a. |3x-4| < 4 b. |5x-7|8
3. Selesaikan persamaan kuadrat berikut ini dengan rumus abc :
a. x2 + 4x + 18 = 0 b. 2x2 + 7x + 3 = 0
4. Selesaikan persamaan kuadrat berikut ini dengan cara memfaktorkan :
a. x2 + 14x + 49 = 0 b. x2 + 11x + 30 = 0
5. Tentukan hasil kali dan hasil jumlah persamaan x2 + 10x + 25 =0
a. x1 + x2 b. x1 . x2 c. x12 + x22

17
BAB III
SISTEM KOORDINAT

3.1. SISTEM KOORDINAT KARTESIUS


Sistem koordinat kartesius terdiri dari 4 kuadran, yakni
1. Kuadran I, x > 0 dan y > 0
2. Kuadran II, x<0 dan y > 0
3. Kuadran III, x<0 dan y<0
4. Kuadran IV, x>0 dan y<0
Koordinat kartesius dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 3.1. Sistem Koordinat Kartesius


Sumbu horizontal dinamakan sumbu x (absis) dan sumbu vertical dinamakan sumbu
y (ordinat). Setiap pasangan terurut P(x,y) dapat digambarkan sebagai suatu titik
pada sistem koordinat tersebut.

3.2. SISTEM KOORDINAT KUTUB

Terdiri dari 2 macam elemen yakni r dan , dimana r menyatakan jarak titik P ke
titik 0 (disebut kutub) sedangkan adalah sudut antara sinar yang memancar dari titik 0
melewati titik P dengan sumbu x positif (sumbu kutub).

18
Gambar 3.2. Sistem Koordinat Kutub

3.3. HUBUNGAN KOORDINAT KUTUB DAN KOORDINAT KARTESIUS

Koordinat kutub dapat di ubah ke kartesius begitu juga sebaliknya. Untuk merubah
koordinat kutub ke koordinat kartesius menggunakan rumus :

x = rcos

y = rsin

sedangkan untuk mengubah koordinat kartesius ke koordinat kutub menggunakan rumus :

= 2 + 2


= tan
( )

Tabel 3.1. Sin Cos Tan Sudut Istimewa

19
Contoh :

1. titik P(3,-3), tentukan koordinat kutub !

= 2 + 2

= 32 + 32

= 9+9

= 18

r = 4,24


= tan

3
= tan
3

= tan 1

=450 = /4, catatan = 1800

Jadi koordinat kutubnya adalah ( 18, /4)

2. Diketahui koordinat kutub (r,) = (3, 3/2) Tentukan koordinat kartesius !

3/2 = (3*180)/2 = 540/2 = 2700

Sin 3/2 = sin 2700 = -1

Cos 3/2 = cos 2700 = 0

X = r cos = 3 * -1 = -3

Y = r sin = -3 * 0 = 0

Jadi koordinat kartesius (x,y)= (-3,0)

20
LATIHAN :

1. Tentukan koordinat kartesius :

a. (-4,/4) b. (-6,4/3)

2. Tentukan koordinat kutub :

a. (4,2) b. (-3,3) c. (-4,3) d. (-5,-5)

3.4. SISTEM KOORDINAT BOLA


Elemennya terdiri dari r, , Z
R = jarak (x,y) terhadap O
= besar sudut antara hasil proyeksi garis r pada bidang X o Y dengan
sumbu y
Z = garis tinggi hasil dari menghubungkan r dengan hasil proyeksinya pada
bidang X o Y

3.5. SISTEM KOORDINAT TABUNG


Elemennya terdiri dari , ,
= jarak (x,y,z) terhadap O
= besar sudut antara sumbu Y dengan hasil proyeksi
= besar sudut antara z dengan

21
BAB IV

FUNGSI

4.1. JENIS FUNGSI


Jenis fungsi ada dua yakni fungsi aljabar dan fungsi non aljabar.
A. Fungsi aljabar
A.1. Fungsi irrasional
A.2. Fungsi rasional
A.2.1. Fungsi linier
A.2.2. Fungsi kuadrat
A.2.3. Fungsi kubik
A.2.4. Fungsi bikuadrat
A.2.5. Fungsi pangkat
B. Fungsi non aljabar (transeden)
B.1. Fungsi eksponensial
B.2. Fungsi Logaritmik
B.3. Fungsi trigonometric
B.4. Fungsi hiperbolik

4.2. FUNGSI / PERSAMAAN LINIER


Persamaan linier adalah persamaan garis lurus. Ada beberapa hal yang dapat
dipelajari dari persamaan garis lurus antara lain :
4.2.1. Jarak Titik antara 2 Titik
Misalkan P(x1, y1) dan Q(x2, y2) dua buah titik pada bidang, jaraknya adalah

, = ( ) + ( )

Contoh penggunaan rumus diatas adalah : misalkan terdapat dua titik P(6,7) dan
Q(10,10), tentukan jarak antara kedua titik tersebut !
Penyelesaian :
x1 = 6, y1 = 7, x2 = 10, y2 = 10

, = 10 6 2 + (10 7)2

22
= 4 2 + 32
= 16 + 9
= 25 = 5

4.2.2. Kemiringan antara 2 titik


Misalkan P(x1, y1) dan Q(x2, y2) adalah dua titik yang melalui suatu garis lurus.
Kemiringan garis tersebut dapat dihitung sebagai berikut :


= 2 1
2 1

Misalkan terdapat dua titik P(6,7) dan Q(10,10), tentukan kemiringan antara kedua
titik tersebut !
107
= 106
3
=
4
4.2.3. Persamaan yang dibentuk 2 titik
Persamaan garis lurus yang melalui dua titik P(x1, y1) dan Q(x2, y2) adalah :

2 1
= 1 + 1
2 1

Untuk contoh diatas persamaan garis lurus yang melalui dua titik P(6,7) dan Q(10,10)
adalah :

107
= 106 6 + 7
3
= 6 +7
4
3 18 28
= +
4 4 4
Y= 3x 18 + 28
Y = 3x + 10

Jika garis l1 dan l2 adalah dua buah garis dengan kemiringan m1 dan m2 , maka
Jika m1 = m2 maka kedua garis tersebut sejajar
Jika m1 . m2 = -1 maka kedua garis tersebut saling tegak lurus

23
4.2.4. Persamaan jika kemiringan dan titik potong garis dengan sumbu x atau sumbu y
diketahui.
Rumus yang digunakan adalah :
y = f(x) = mx + n
Contoh kasus :
Diketahui kemiringan suatu garis adalah m = 1/2 berpotongan dengan sumbu x = 2
tentukan persamaan garis lurus dan gambarkan !
Diketahui : m = . n = 2
Maka persamaan yang dibentuk adalah y = f(x) = x + 2
Jika x=0y=*0+2=2
x = 1 y = * 1 + 2 = 2,5
x=2y=*2+2=3
x = 3 y = * 3 + 2 = 3,5
4.2.5 Persamaan jika diketahui kemiringan suatu garis yang dilalui titik (x1, y1)
Rumus yang digunakan adalah :
Y = m(x x1) + y1
Contoh kasus : diketahui kemiringan suatu garis adalah m = 2, dilalui titik (4,3) tentukan
persamaan garis yang melalui titik tersebut !
Diketahui : m = 2, x1 = 4 dan y1 = 3
Maka persamaan garis lurus yang dibentuk adalah
y = f(x) = 2(x - 4) + 3
y = 2x -8 + 3
y = 2x 5
Jika x = 0 y = 2 * 0 5 = -5 (0,-5)
x = 1 y = 2 * 1 5 = -3 (1,-3)
x = 2 y = 2 * 2 5 = -1 (2, -1)
x = 3 y = 2 * 3 5 = 1 (3,1)

4.3. PERSAMAAN KUADRAT


Gambar kurva persamaan kuadrat akan membentuk parabola, parabola tersebut
dapat membuka keatas atau membuka ke bawah dengan ketentuan :
Jika a > 0 maka parabola akan membuka ke atas
Jika a < 0 maka parabola akan membuka ke bawah

24
Contoh kasus : gambarkan parabola untuk persamaan y = x2 + 2x - 3
1) Menentukan verteks
Verteks adalah titik ekstrim maksimum dan minimum suatu parabola, jika a < 0
maka vertek merupakan titik maksimum dan jika a > 0 maka verteks merupakan
titik minimum.
Rumus untuk menentukan verteks (k,l) adalah
b b2
k = 2a dan l = c 4a

dari soal contoh kasus diatas diketahui a = 1, b = 2, c = -3

2
= = 1
21

22 4
= 3 = 3 = -3-1 = -4
41 4

Jadi koordinat titik verteks adalah (-1,-4)

2) Menentukan sumbu simetri


Sumbu simetri adalah garis yang membagi parabola menjadi dua bagian yang sama.
Rumus untuk mencari sumbu simetri adalah :

==
2
2
= = 1
21

3) Titik potong dengan sumbu x


Tentukan diskriminan :
D = b2 4ac
Jika D = 0, maka parabola tidak memotong sumbu x tapi verteksnya hanya
menyinggung sumbu x.
D < 0, maka parabola tidak memotong dan tidak menyinggung sumbu x
D > 0, maka parabola memotong sumbu x di titik x1 dan x2.
Dari kasus diatas di peroleh :
D = 22 ( 4 * 1 * -3)
D = 4 + 12
D = 16, karena D > 0 maka parabola memotong di sumbu x di x1 dan x2.

25
x2 + 2x 3 = 0
(x + 1) (x-3) = 0
x1 = -1 dan x2 = 3

4) Titik potong dengan sumbu y


Titik potong dengan sumbu y dicari dengan rumus :
Y=c
Jadi titik potong dengan sumbu y adalah
y = -3

4.4. FUNGSI EKSPONENSIAL

LATIHAN :

1. Persamaan kuadrat y = -2x2 + 3x + 1, tentukan :


a. Titik vertex
b. Sumbu simetris
c. Titik potong pada sumbu y
d. Titik potong pada sumbu x
e. Gambarkan parabolanya !

2. Diketahui titik P(4,2) dengan m = 2/3, tentukan persamaan garis lurusnya dan
gambarkan !

3. Diketahui titik P(4,2) dan Q(1,3) tentukan persamaan garis lurusnya dan gambarkan !

4.5. FUNGSI LOGARITMIK


Fungsi logaritmik : fungsi invers dari fungsi eksponensial

26
1. Misalkan 103 adalah fungsi eksponensial, tentukan fungsi logaritmik !

a= 10, x = 3

a
log y = x sehingga 10log y = 3

2. Misalkan 6121/4 tentukan fungsi logaritmik !

a= 612, x =

a
log y = x sehingga 612log y =

3. tentukan nilai dari 2log 32

a = 2, y =32

y = ax sehingga 32 = 2x

X=5

16
4. log

a= 16, y =

y = ax sehingga = 16x

=( 42)x

4 -1 = ( 4 2)x

-1 = 2x

X = -1/2

216
5. log 1/6

a=216, y =1/6

y = ax sehingga 1/6 = 216x

6-1 = (63)x

-1 = 3x

27
X = -1/3

4.6. FUNGSI KOMPOSISI


Fungsi komposisi adalah gabungan antara 2 fungsi, misalnya fungsi f dan fungsi g

MiSALKAN

1. f(x) = x2 + 2x + 1 dan g(x) = x+3

(f o g) ( x) = f(g(x))

= f(x+3)

= (x+3)2 + 2(x+3) + 1

= (x+3) (x+3) + 2(x+3) + 1

= x2 + 3x + 3x + 9 + 2x + 6 + 1

= x2 + 8x + 16

28
BAB V

LIMIT FUNGSI

5.1. PENGERTIAN LIMIT


Untuk mempermudah kita dalam memahami pengertian limit, perhatikan
contoh dibawah ini:
Contoh 1 :
Terdapat f(x) = x2 + 1, kita perhatikan untuk x mendekati nilai 2, seperti pada table
berikut ini :

x f(x)
2.1 5.41
2.01 5.0401
2.002 5.008004
2.003 5.012009
2.004 5.016016
2.005 5.020025

Perhatikan tabel diatas bahwa untuk x mendekati nilai 2, maka nilai f(x) mendekati 5.
Cara menulisnya adalah :
2
2 +1=5

Contoh 2 :

Misalkan fungsi

2 1
= 1

Untuk x = 1 diperoleh :

12 1 0
= = 0 , nilai ini tidak terdefinisi.
11

Perhatikan untuk x1

x f(x)
1.1 2.1
1.01 2.01

29
1.001 2.001
1.0001 2.0001
1.00001 2.00001
1.000001 2.000001

Perhatikan tabel diatas bahwa untuk x mendekati nilai 1, maka nilai f(x) mendekati 2.
Cara menulisnya adalah :
2
1
=2
1 1

Limit artinya pendekatan, konsep limit berkaitan dengan batas. Limit menyatakan
bahwa suatu fungsi f(x) akan mendekati nilai tertentu jika x mendekat nilai tertentu,
pendekatan ini terbatas antara dua bilangan positif yang sangat kecil yang disebut dengan
epsilon dan delta.

Definisi Limit :

=

Jika x mendekati a, tetapi x a, maka nilai f(x) mendekati nilai L.

5.2. PENYELESAIAN LIMIT


Ada beberapa cara menyelesaikan limit :
1) Substitusi langsung
Substitusi langsung dilakukan dengan cara memasukan nilai a ke dalam fungsi
f(x).
Contoh :
a) Perhatikan fungsi berikut :

2 =+3
Cara penyelesaian :
f(x) = 2 + 3
=5
b) Perhatikan fungsi berikut

30

2 9
3
+2
Dengan substitusi langsung diperoleh :
32 9 0
= = =0
3+2 5
c) Perhatikan fungsi berikut :
2
+224
4 4

dengan substitusi langsung diperoleh :


42 +2.424 16+824 0
= = =0
44 44

Nilai ini tidak terdefinisi sehingga harus diselesaikan dengan


memfaktorkan atau dengan mengalikan dengan sekawan pembimbing
dan sekawan penyebut.
d) Perhatikan fungsi berikut :


1
3
2 9
Dengan substitusi langsung diperoleh :
31 2
= = =
32 9 0
e) Perhatikan fungsi berikut :


4
3
2 9
Dengan substitusi langsung diperoleh :
34 1
= = =
32 9 0

2) Menfaktorkan
Contoh 1. Perhatikan fungsi berikut :


2 + 2 24
4
4
Dengan cara memfaktorkan diperoleh :


4 ( + 6)
4 = 4 +6
( 4)
=4+6

31
= 10
Contoh 2. Perhatikan fungsi berikut ini :

3) Diturunkan
a) Perhatikan limit fungsi berikut ini :

= 2 3 + 2 2 + 3

= 2 3 2 + 4
= 3.22 + 4.2
= 3.4 + 8
= 12 + 8
= 20

b) Perhatikan limit fungsi berikut ini :



= 3 3 5 + 5 3 + 3 2 + 2

= 3 (3 5 51 ) + 5 3 31 + (3 2 21 )

= 3 15 4 + 15 2 + 6
= 15 34 + 15 32 + 6 3
= 1368

c) Perhatikan limit fungsi berikut ini


2
= 4
2 16

1/2 2
= 4
2 16
1 1/2
2

= 4
2
1
2 1/2
= 4
2
1

= 4
2
1
4
= 4
2.4

32
1
2
=
8
1 1 1
= =
2 8 32

d) Perhatikan limit fungsi berikut ini :


= 4 + 2 + 3


= 4 1/2 + 2. 1/2 + 3
1/2
= 4 1/2 + 2 . 1/2 1/2 + 3
1 2
= 4 2 + 2 +3
1 1
= 4 2 4 + +3
4

1 1
= + +3
2.2 2
1 1
= + +3
4 2
1 2 12
= + +
4 4 4
15
= 4
3
= 34

e) Perhatikan fungsi limit berikut ini :


3
= 3
3

1
= 3 1 1/2
2

1
= 1
2

=2 3

33

Anda mungkin juga menyukai