Anda di halaman 1dari 22

SISTEM KOMPUTER

X (MM)
Sistem bilangan adalah kode atau simbol yang digunakan untuk
menerangkan sejumlah hal secara detail. Sistem bilangan adalah
bahasa yang berisi satu set pesan simbul-simbul yang berupa
angka dengan batasan untuk operasi aritmatika penjumlahan,
perkalian dan yang lainnya. Pada sistem bilangan terdapat bilangan
integer dan bilangan pecahan dengan titik radix “.”.
(N) r = [ (bagian integer . bagian pecahan) r)
                              Titik  radix
                                                                                                                         
    
2.1. Sistem Bilangan Biner
Sistem bilangan biner adalah suatu sistem atau cara menghitung
bilangan dengan hanya menggunakan dua simbol angka yaitu ‘0’
dan ‘1’, bilangan ini sering disebut dengan sistem bilangan berbasis
atau radix 2 .Sistem bilangan biner digunakan untuk
mempresentasikan alat yang mempunyai dua keadaan operasi
yang dapat dioperasikan dalam dua keadaan ekstrim. Contoh
switch dalam keadaan terbuka atau tertutup, lampu pijar dalam
keadaan terang atau gelap, dioda dalam keadaan menghantar atau
tidak menghantar, transistor dalam keadaan cut off atau saturasi,
fotosel dalam keadaan terang atau gelap, thermostat dalam
keadaan terbuka atau tertutup, Pita magnetik dalam keadaan
magnet atau demagnet.
 
2.2. Sistem Bilangan Desimal.
Sistem bilangan desimal adalah suatu sistem atau cara menghitung
bilangan dengan menggunakan sepuluh simbol angka yaitu ‘0’ ,‘1’,
‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’ dan ‘9’ bilangan ini sering disebut dengan sistem
bilangan berbasis atau radix 10. Sistem bilangan desimal kurang
cocok digunakan untuk sistem digital karena sangat sulit
merancang pesawat elektronik yang dapat bekerja dengan 10 level
(tiap-tiap level menyatakan karakter desimal mulai 0 sampai 9)
Sistem    bilangan desimal  adalah  positional-value system,dimana
nilai dari suatu
digit  tergantung  dari  posisinya.  Nilai  yang  terdapat  pada  kolom
ketiga pada Tabel 2.1., yaitu A, disebut satuan, kolom kedua yaitu B
disebut puluhan, C disebut ratusan, dan seterusnya. Kolom A, B, C
menunjukkan kenaikan pada eksponen dengan basis 10 yaitu 100 =
1, 101 = 10, 102 = 100. Dengan cara yang sama, setiap kolom pada
s i s t e m    bilangan b i n e r  yang
berbasis 2,   menunjukkan   eksponen   dengan basis 2, yaitu 20 = 1,
21 = 2, 22 = 4, dan seterusnya.
Tabel 2.1. Nilai Bilangan Desimal dan Biner
Kolom desimal Kolom biner
C B A C B A
102 = 100 101 = 10 100 = 1 22 = 4 21 = 2 20 = 1
(ratusan) (puluhan) (satuan) (empatan) (duaan) (satuan)

Setiap digit biner disebut bit; bit paling kanan disebut  least
significant bit  (LSB), dan bit paling kiri disebut  most significant
bit (MSB).
Untuk membedakan bilangan pada sistem yang berbeda digunakan
subskrip. Sebagai contoh 910 menyatakan bilangan sembilan pada
sistem bilangan desimal, dan 011012  menunjukkan 01101  pada
sistem  bilangan biner. Subskrip tersebut sering diabaikan jika
sistem bilangan yang dipakai sudah jelas.

2.3. Sistem Bilangan Oktal.
Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem atau cara menghitung
bilangan dengan menggunakan delapan simbol   angka yaitu ‘0’ ,‘1’,
‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,dan ’7’ bilangan ini sering disebut dengan sistem
bilangan berbasis atau radix 8. Sistem bilangan oktal digunakan
sebagai    alternatif untuk menyederhanakan sistem pengkodean
biner. Karena 8 = 23, maka satu (1) digit oktal dapat mewakili tiga
(3) digit biner.

2.4. Sistem Bilangan Heksadesimal.
Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu sistem atau cara
menghitung bilangan dengan menggunakan 16 simbol yaitu ‘0’ ,‘1’,
‘2’,’3’,’4’,’5’,’6’,’7’,’8’,’9’,’A’,’B’, ’C’,’D’,’E’, dan ‘F’ bilangan ini sering disebut
dengan sistem bilangan berbasis atau radix 16. Identik dengan
sistem bilangan oktal, sistem bilangan heksadesimal juga
digunakan untuk      alternatif penyederhanaan sistem pengkodean
biner.Karena 16 = 24, maka satu (1) digit heksadesimal dapat
mewakili empat (4) digit biner.

2.5. Konversi Bilangan
2.5.1. Konversi bilangan desimal ke biner.

                       Cara untuk mengubah bilangan desimal ke biner adalah


dengan membagi  bilangan desimal yang akan diubah,  secara
berturut-turut  dengan pembagi 2, dengan memperhatikan sisa
pembagiannya. Sisa pembagian akan bernilai 0 atau 1, yang akan
membentuk bilangan biner dengan sisa yang terakhir menunjukkan
MSBnya. Sebagai contoh, untuk mengubah 5210  menjadi bilangan
biner, diperlukan langkah-langkah berikut :
Kebalikannya
1101002= (1x25) + (1x24) + (0x23) + (1x22) + (0x21) + (0x20)
             = 32 + 16 + 0 + 4 + 0 + 0
             = 5210

52/2   =   26 sisa 0, LSB


26/2   =   13 sisa 0
13/2   =     6 sisa 1
6/2     =    3 sisa 0
3/2     =    1 sisa 1
½       =    0 sisa 1, MSB
Sehingga bilangan desimal 5210  dapat  diubah menjadi bilangan
biner 1101002.
Cara di atas juga bisa digunakan untuk mengubah sistem bilangan
yang lain, yaitu oktal atau heksadesimal.

Tabel 2.2. Daftar Bilangan Desimal dan Bilangan Biner Ekivalensinya


Desimal Biner
C (MSB) B A (LSB)
(4) (2) (1)
0 0 0 0
1 0 0 1
2 0 1 0
3 0 1 1
4 1 0 0
5 1 0 1
6 1 1 0
7 1 1 1

2.5.2. Konversi bilangan desimal ke oktal.


Kebalikannya
132738= (1x84) + (3x83) + (2x82) + (7x81) + (3x80)
= 4096 + 1536 + 128 + 56 + 3
            = 581910

Teknik pembagian yang berurutan dapat digunakan untuk


mengubah bilangan desimal menjadi bilangan oktal. Bilangan
desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi dengan 8
dan sisa pembagiannya harus selalu dicatat. Sebagai contoh, untuk
mengubah bilangan 581910 ke oktal, langkah-langkahnya adalah :
5819/8   =   727,       sisa 3, LSB
727/8     =   90,         sisa 7
90/8       =   11,         sisa 2
11/8       =   1,           sisa 3
1/8         =   0,           sisa 1, MSB
Sehingga 581910 = 132738

2.5.3. Konversi bilangan desimal ke heksadesimal.


Teknik pembagian yang berurutan dapat  juga  digunakan untuk
mengubah bilangan desimal menjadi bilangan  heksadesimal.
Bilangan desimal yang akan diubah secara berturut-turut dibagi
dengan  16  dan sisa pembagiannya harus selalu dicatat.  Sebagai
contoh, untuk mengubah bilangan 340910  menjadi bilangan
heksadesimal, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Kebalikannya
D(13)5116    = (13x162) + (5x161) + (1x160)   
      = 3328 + 80 + 1
                  = 340910

 
3409/16 =  213,   sisa   110   =   116, LSB
213/16  =  13,     sisa   510   =   516
13/16     =  0,       sisa 1310   =   D16, MSB
Sehingga, 340910 = D5116.

2.5.4. Konversi bilangan biner ke desimal.


Seperti yang terlihat pada tabel 2.1. sistem bilangan biner adalah
suatu sistem posisional dimana tiap-tiap digit (bit) biner
mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas posisinya terhadap
titik biner seperti yang ditunjukkan pada tabel 2.3.

Ta b e l 2 . 3 . D a f t a r  B o b o t t i a p b i t  B i l a n g a n B i n e r d a n
Ekivalensinya dalam desimal

24 23 22 21 20 2-1 2-2 2-3 Bobot tiap-tiap bit


biner
                                      Titik biner
16 8 4 2 1 0.5 0.25 125 Ekivalensinya dalam
desimal
                            Titik desimal

Oleh karena itu bilangan biner dapat dikonversikan ke bilangan


desimal dengan cara menjumlahkan bobot dari masing-masing
posisinya yang bernilai 1.
Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan  biner 1100112  menjadi
bilangan desimal dapat dilakukan sebagai berikut:

1        1      0     0     1       1                             Biner
25   +  24  +                21  +  20
32 +  16 +                2   + 1 = 51                      Desimal
S e h i n g g a b i l a n g a n  b i n e r 1 1 0 0 1 1 2  b e r u b a h  m e n j a d i
bilangan desimal 5110.
Tabel 2.4. adalah contoh perubahan beberapa bilangan biner
menjadi bilangan desimal.
Tabel 2.4. Contoh Pengubahan Bilangan Biner
menjadi Desimal
Biner Kolom biner Desimal
32 16 8 4 2 1
1110 - - 1 1 1 0 8 +  4 +  2 + 0 =14
1011 - - 1 0 1 1                      8 +   0 +   2
11001 - 1 1 0 0 1 + 1 =11
10111 - 1 0 1 1 1           16+  8 +    0 +    0
11001 1 1 0 0 1 1 + 1 =25
1           16+ 0 +    4
+  2 + 1 =23
32+16+ 0 +   0 +   2 +
1 = 51

 Cara lain untuk mengkonversikan bilangan biner menjadi bilangan


desimal dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan angka 2
dengan pangkat koefisien biner yang berharga 1.  Sebagai contoh,
untuk mengubah bilangan  101112  menjadi bilangan desimal,
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
101112 = 1x 24 + 0x 23 + 1x 22 + 1x 21 + 1x 20 = 2310
 
2.5.5. Konversi bilangan biner ke oktal.
Konversi  dari  bilangan  biner ke bilangan oktal dilakukan dengan
mengelompokkan setiap tiga digit biner dimulai dari digit paling
kanan(LSB). Kemudian, setiap kelompok diubah secara terpisah ke
dalam bilangan oktal.
Caranya
112         = (1x21) + (1x20)        
= 2+1
            = 38
dst

Sebagai contoh, bilangan 111100110012 dapat  dikelompokkan


menjadi:           11   110   011   001, sehingga,
112    =   38, MSB
1102 =   68
0112  =   38
0012  =   18, LSB
Jadi, bilangan biner 111100110012 apabila diubah menjadi bilangan
oktal = 36318.

2.5.6. Konversi bilangan biner ke heksadesimal.

Bilangan biner dapat diubah menjadi bilangan heksadesimal


dengan cara mengelompokkan setiap empat digit dari bilangan
biner tersebut dimulai dari  digit paling kanan  (LSB).  Kemudian,
setiap kelompok diubah secara terpisah ke dalam
bilangan heksadesimal.

Caranya
01002   = (0x23) + (1x22) + (0x21) + (0x20)     
=0+4+0+0
= 410 = 416
dst

 Sebagai contoh, 01001111010111102 dapat dikelompokkan


menjadi:           0100    1111    0101    1110. Sehingga:
01002   =  416, MSB
11112   =  F16
01012   =  516
11102   =  E16, LSB
Dengan demikian, bilangan 01001111010111102 = 4F5E16.

2.5.7. Konversi bilangan oktal ke desimal.


Sistem bilangan oktal adalah suatu sistem posisional dimana tiap-
tiap digit oktal mempunyai bobot tertentu berdasarkan atas
posisinya terhadap titik oktal seperti yang ditunjukkan pada tabel
2.5.

Tabel 2.5. Daftar Bobot tiap


digit bilangan oktal dan ekivalensinya dalam desimal

84 83 82 81 80 8-1 8-2 Bobot tiap-tiap digit


oktal
                                          Titik oktal
4096 512 64 8 1 125 0.01562 Ekivalensinya dalam
5 desimal
                                Titik desimal

Oleh karena itu bilangan oktal dapat dikonversikan ke bilangan


desimal dengan cara menjumlahkan bobot kali nilai-nilai dari
masing-masing posisinya.
  Sebagai contoh, untuk mengubah bilangan  oktal 3728  menjadi
bilangan desimal dapat dilakukan sebagai berikut:
 3            7          2                                             Oktal
3x82  +   7x81  +  2x80
192   +  56     +   2       = 250                              Desimal
S e h i n g g a b i l a n g a n  o k t a l 3 7 2 8  b e r u b a h  m e n j a d i
bilangan desimal 25010.
2.5.8. Konversi bilangan oktal ke biner.
Konversi dari bilangan oktal ke bilangan biner dilakukan dengan
cara mengubah setiap digit pada bilangan oktal  secara
terpisah  menjadi ekivalen biner    3 digit,  seperti yang
terlihat pada Tabel 2.6.
Tabel 2.6. Ekivalen setiap digit bilangan
oktal menjadi 3 bit bilangan biner
Digit oktal 0 1 2 3 4 5 6 7
Ekivalen 0 1 10 11 100 101 110 111
biner 3 bit

Sebagai contoh,  bilangan oktal  35278  dapat  diubah  menjadi


bilangan biner dengan cara sebagai berikut:
38 = 0112, MSB
58 = 1012
28 = 0102
78 = 1112, LSB
Sehingga bilangan oktal 35278  sama dengan bilangan  biner  011
101 010 1112.
2.5.9. Konversi bilangan oktal ke heksadesimal.
Konversi dari bilangan oktal ke bilangan
heksadesimal    dapat    dilakukan dengan cara mengubah bilangan
oktal ke bilangan biner atau ke bilangan desimal terlebih
dahulu. Sebagai contoh, bilangan oktal 3278 dapat diubah menjadi
bilangan heksadesimal    dengan cara diubah dulu ke bilangan
desimal, sebagai berikut:
Oktal                        3                  2                7
Desimal                 3x82      +     2x81         +   7x80 = 215
  Selanjutnya hasil bilangan desimal diubah ke bilangan
heksadesimal,
215/16       =  13, sisa   710   =   716, LSB
13/16         =    0, sisa 1310   =   D16, MSB
Sehingga, 3278  =  215 10 = D716.
Cara lain diubah dulu ke bilangan biner, sebagai berikut:
          Oktal                        3                  2                7
Biner                      011              010           111
  Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap empat  bit
dimulai dari  digit paling kanan  (LSB).  Kemudian, setiap kelompok
diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.
Biner                         0               1101          0111
           Heksadesimal          0                  D                7
Sehingga, 3278  =  110101112 = D716.

2.5.10. Konversi bilangan heksadesimal ke desimal.


Sistem bilangan heksadesimal adalah suatu sistem posisional
dimana tiap-tiap digit heksadesimal mempunyai bobot tertentu
berdasarkan atas posisinya terhadap titik heksadesimal seperti
yang ditunjukkan pada tabel 2.7.

Tabel 2.7. D a f t a r  Bobot tiap digit


bilangan heksadesimal dan ekivalensinya dalam desimal
162 161 160 16-1 16-2 Bobot tiap-tiap digit
heksadesimal
                           Titik heksadesimal
256 16 1 0.0625 0.0039062 Ekivalensinya dalam
5 desimal
                Titik desimal
Oleh karena itu bilangan heksadesimal dapat dikonversikan ke
bilangan desimal dengan cara menjumlahkan bobot kali nilai-nilai
dari masing-masing posisinya.
Sebagai contoh, bilangan heksadesimal
152B 16  dapat  diubah  menjadi bilangan desimal    dengan
cara sebagai berikut:

152B16   =   (1 x 163) + (5 x 162) + (2 x 161) + (11 x 160)


              =   1 x 4096 + 5 x 256   + 2 x 16    + 11 x 1
              =   4096       + 1280       + 32          + 11
              =   541910
Sehingga, 152B16  =  541910

2.5.11. Konversi bilangan heksadesimal ke biner.


Konversi dari bilangan heksadesimal ke bilangan biner dapat
dilakukan dengan cara mengubah setiap digit pada
bilangan  heksadesimal  secara terpisah  menjadi ekivalen biner    4
bit, seperti yang terlihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Ekivalen setiap digit dari bilangan
heksadesimal menjadi 4 bit bilangan biner
Digit Heksadesimal Ekivalen biner 4 bit
0 0
1 1
2 10
3 11
4 100
5 101
6 110
7 111
8 1000
9 1001
A 1010
B 1011
C 1100
D 1101
E 1110
F 1111

Sebagai contoh,  bilangan heksadesimal  2A5C16  dapat diubah ke


bilangan biner sebagai berikut.
216   =   0010, MSB
A16  =   1010
516   =   0101
C16  =   1100, LSB
Sehingga,   bilangan  heksadesimal  2A5C16  dapat  diubah  menjaid
  bilngan  biner 0010 1010 0101 11002.

2.5.12. Konversi bilangan heksadesimal ke oktal.


Konversi dari bilangan heksadesimal ke bilangan oktal
dapat  dilakukan dengan cara mengubah bilangan heksadesimal ke
bilangan biner atau ke bilangan desimal terlebih dahulu.
  S e b a g a i c o n t o h ,  b i l a n g a n h e k s a d e s i m a l
9F216  dapat  diubah  menjadi bilangan oktal    dengan cara diubah
dulu ke bilangan desimal, sebagai berikut:
Heksadesimal         9                  F                2
Desimal                 9x162      + 15x161       +  2x160 =
                               2304      +   240        +     2     = 254610
 Selanjutnya hasil bilangan desimal diubah ke bilangan oktal,
2546/8       =  318,                sisa   210  =         28, LSB
  318/8       =    39,                sisa   610  =         68,
    39/8       =      4,                sisa   710  =         78,
      4/8       =      0,                sisa   410  =         48, MSB
Sehingga, 9F216 =  2546 10 = 47628.
Cara lain diubah dulu ke bilangan biner, sebagai berikut:
          Heksadesimal           9                  F                2
Biner                      1001           1111          0010          
  Selanjutnya hasil bilangan biner dikelompokkan setiap  tiga bit
dimulai dari  digit paling kanan  (LSB).  Kemudian, setiap kelompok
diubah secara terpisah ke dalam bilangan heksadesimal.

Biner                         100        111        110      010              
          Heksadesimal             4            7            6          2                
Sehingga, 9F216  =  1001111100102 = 47628.

2.6. Bilangan Biner Pecahan


            Dalam sistem bilangan desimal, bilangan pecahan disajikan
dengan menggunakan titik desimal. Digit-digit yang berada di
sebelah kiri titik desimal mempunyai nilai eksponen yang semakin
besar, dan digit-digit yang berada di sebelah kanan titik desimal
mempunyai nilai eksponen yang semakin kecil.
Sehingga,
0.110     =  10-1             =   1/10
0.1010   =  10-2‑                =   1/100
0.2       =  2 x 0.1        =   2 x 10-1, dan seterusnya.
Cara yang sama juga bisa digunakan untuk menyajikan bilangan
biner pecahan. Sehingga,
0.12      =  2-1               =   ½, dan
0.012    =  2-2‑                   =   ½2  = ¼
Sebagai contoh,
0.1112      =   1/2 + 1/4 + 1/8
                 =   0.5 + 0.25 + 0.125
                 =   0.87510
101.1012  =   4 + 0 + 1+ ½ + 0 + 1/8
                 =   5 + 0.625
                 =   5.62510
Pengubahan bilangan pecahan dari desimal ke biner dapat
dilakukan dengan cara mengalihkan bagian pecahan dari bilangan
desimal tersebut dengan 2, bagian bulat dari hasil perkalian
merupakan pecahan dalam bit biner. Proses perkalian diteruskan
pada sisa sebelumnya sampai hasil perkalian sama dengan 1 atau
sampai ketelitian yang diinginkan. Bit biner pertama yang diperoleh
merupakan MSB dari bilangan biner pecahan. Sebagai contoh,
untuk mengubah 0.625 10  menjadi bilangan biner dapat
dilaksanakan dengan
0.625 x 2    =   1.25,    bagian bulat  =   1 (MSB), sisa = 0.25
0.25 x 2      =   0.5,      bagian bulat  =   0, sisa = 0.5
0.5 x 2        =   1.0,      bagian bulat  =   1 (LSB), tanpa sisa
Sehingga,
0.62510        =   0.1012
 
Aritmatika Bilangan Biner

Operasi Penjumlahan Bilangan Biner


Operasi aritmatika seperti penjumlahan pada bilangan desimal
adalah biasa bagi kita, tetapi bagaimana dengan operasi
penjumlahan pada bilangan biner? Pada bilangan biner yang hanya
terdiri dari dua sistem bilangan (‘0’ dan ‘1’), tentu-nya operasi
penjumlahan terhadap bilangan biner akan lebih sederhana, contoh:
0+0=0
0+1=1
1+0=1
1 + 1 = 10
1 + 1 + 1 = 11
Sama hal-nya seperti pada operasi aritmatika penjumlahan pada
bilangan desimal dimana bila ada hasil penjumlahan yang hasilnya
dua digit, maka angka paling sebelah kiri akan dijumlahkan pada
bilangan berikutnya atau dikenal dengan istilah ‘Disimpan’. Sebagai
contoh perhatikan penjumlahan bilangan biner berikut ini.
              11  1   ←  (disimpan)  →   1
010101       1001001                 001101
100010       0011001                 100001
------(+)    -------(+)              ------(+)
110111       1100010                 101110

Operasi Pengurangan Bilangan Biner


Operasi aritmatika pengurangan pada bilangan biner juga sama
seperti operasi pengurangan pada bilangan desimal, sebagai
contoh perhatikan operasi dasar pengurangan bilangan biner
berikut ini.
0–0=0
1–0=1
0 – 1 = 1 → bit ‘0’ meminjam 1 dari bit di sebelah kiri-nya
1–1=0
Contoh: Pengurangan 37 - 17 = 20 (desimal) atau 100101 - 010001
= 010100 (biner)
 1 → pinjam
100101 = 37
010001 = 17
-----------(-)
010100 = 20
Untuk menyatakan suatu bilangan desimal yang bernilai negatif
adalah dengan menambahkan tanda negatif (-) pada bilangan-nya,
contoh -1, -2, -3, -4, -5 dan seterusnya. Tetapi pada bilangan biner ini
tidak bisa dilakukan, lalu bagaimana untuk membuat atau
membedakan suatu bilangan biner itu bernilai negatif (-).
Ada beberapa cara untuk membuat suatu bilangan biner bernilai
negatif, cara yang pertama adalah dengan menambahkan ekstra bit
pada bagian paling sebelah kiri bilangan (Most Significant Bit /
MSB), contoh;
101 = +5
Dengan menambahkan ekstra bit:
0101 = +5 → 0 merupakan ekstra bit (MSB) untuk tanda positif (+)
1101 = -5 → 1 merupakan ekstra bit (MSB) untuk tanda negatif (-)
Cara seperti di atas ternyata dapat menimbulkan salah persepsi jika
kita tidak cermat, karena nilai -5 = 1101, 1101 dapat diartikan juga
sebagai bilangan 13 dalam bilangan desimal. Maka digunakan cara
kedua yaitu menggunakan satu metode yang dinamakan
‘Komplemen Dua’. Komplemen dua merupakan komplemen satu
(yaitu dengan merubah bit ‘0’ menjadi ‘1’ dan bit ‘1’ menjadi ‘0’)
kemudian ditambah satu, contoh;
0101 = +5 → ubah ke bentuk komplemen satu
1010 → komplemen satu dari 101 ini kemudian ditambahkan 1
   1
----(+)
1111 → ini merupakan bentuk komplemen dua dari 0101 yang
bernilai -5
Contoh lain, berapakah nilai -7 pada bilangan biner?
0111 = +7
1000 → bentuk komplemen satu
   1
----(+)
1001 → bentuk komplemen dua dari 0111 yang bernilai -7
Berikut tabel dari perbandingan bilangan biner original dengan
bilangan biner dalam bentuk komplemen dua.

 tabel perbandingan biner original dengan komplemen dua

Sedangkan contoh untuk operasi pengurangan menggunakan


metode komplemen dua sebenarnya adalah operasi penjumlahan
bilangan biner, perhatikan contoh berikut.
Contoh; hasil penjumlahan +6 + (– 4) = 2 (desimal), bagaimana jika
dalam operasi penjumlahan bilangan biner (komplemen dua)?
Jawab: Pertama kita cari bentuk komplemen dua dari +4

0100 = +4
1011 → komplemen satu dari 1100
   1
----(+)
100 → komplemen dua dari 100

Lalu jumlahkan +6 = 110 dengan -4 = (100)

110
100
---(+)
010 = +2 → hasil penjumlahan 110 (+6) dengan 100 (-4)
Yang perlu diperhatikan dari operasi pengurangan bilangan biner
menggunakan metode komplemen dua adalah jumlah bit-nya. Pada
contoh di atas semua operasi pengurangan menggunakan bilangan
biner 3 bit (bit = binary digit), maksudnya disini adalah jika bilangan
biner yang dihitung merupakan bilangan biner 3 bit maka hasilnya
harus 3 bit. Seperti pada pengurangan 110 dengan 100 dimana
pada digit paling sebelah kiri (MSB) pada kedua bilangan biner
yakni ‘1’ dan ‘1’ jika dijumlahkan hasilnya adalah ‘10’ tetapi hanya
digit ‘0’ yang digunakan dan digit ‘1’ diabaikan.
1
 110
 100
----(+)
1010 → ‘1’ pada MSB diabaikan pada operasi pengurangan biner
komplemen dua
Contoh lain hasil pengurangan bilangan desimal 3 – 5 = -2 jika
dalam biner.
11
011 → bilangan biner +3
011 → komplemen dua bernilai -5
---(+)
110 → hasilnya = -2 (komplemen dua dari +2)
Untuk mengetahui apakah 110 benar-benar merupakan nilai
komplemen dua dari +2 cara-nya sama seperti kita merubah dari
biner positif ke biner negatif menggunakan metode komplemen
dua. Perhatikan operasi-nya berikut ini.
110 = -2
001 → komplemen satu dari 110
  1
---(+)
010 → komplemen dua dari 110 yang bernilai +2
Dari contoh semua operasi perhitungan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa komplemen dua dapat digunakan untuk
mengetahui nilai negatif dan nilai positif pada operasi pengurangan
bilangan biner.

Operasi Perkalian Bilangan Biner


Sama seperti operasi perkalian pada bilangan desimal, operasi
aritmatika perkalian bilangan biner pun menggunakan metode yang
sama. Contoh operasi dasar perkalian bilangan biner.
0x0=0
0x1=0
1x0=0
1x1=1
Contoh perkalian 12 x 10 = 120 dalam desimal dan biner.
Dalam operasi bilangan desimal;

 12
 10
 ---(x)
 00
12
----(+)
120

Dalam operasi bilangan biner;

   1100 = 12
   1010 = 10
   ----(x)
   0000
  1100
 0000
1100
-------(+)
1111000 = 120

Operasi Pembagian Bilangan Biner


Operasi aritmatika pembagian bilangan biner menggunakan prinsip
yang sama dengan operasi pembagian bilangan desimal dimana di
dalamnya melibatkan operasi perkalian dan pengurangan bilangan.
Contoh pembagian 9 : 3 = 3 (desimal) atau 1001 : 11 = 11 (biner)
     ____
11 / 1001 \ 11 → Jawaban
      11
      ---(-)
       11
       11
       ---(-)
        0
Contoh pembagian 42 : 7 = 6 (desimal) atau 101010 : 110 = 111
(biner)
     _______
110 / 101010 \ 111 → Jawaban
       110
       ------(-)
        1001
         110
        ------(-)
          110
          110
          ----(-)
            0

Anda mungkin juga menyukai