Anda di halaman 1dari 33

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MODUL

KLS : KELAS:
X-TKJ
SISTEMBILANGA
N NO. : 01-B/DLE/2011

SISTEM BILANGAN

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mempelajari kegiatan belajar 2, diharapkan Anda dapat:
1. Merubah bilangan biner menjadi bilangan desimal
2. Merubah bilangan desimal menjadi bilangan biner
3. Merubah bilangan oktal menjadi bilangan desimal
4. Merubah bilangan desimal menjadi bilangan oktal
5. Merubah bilangan oktal menjadi bilangan biner
6. Merubah bilangan biner menjadi bilangan oktal
7. Merubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner
8. Merubah bilangan biner menjadi bilangan hexadesimal
9. Merubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan desimal
10.Menjumlahkan bilangan dasan
11.Menjumlahkan bilangan biner
12.Menjumlahkan bilangan oktal
13.Menjumlahkan bilangan hexadesimal
14.Mengurangkan bilangan dasan
15.Mengurangkan bilangan biner

16.Menuliskan Hukum Identitas untuk fungsi OR dan fungsi AND dari


Aljabar Boolean
17.Menuliskan Hukum Demorgan dari Aljabar Boolean
b. Uraian Materi
1. Sistem Bilangan

Peralatan yang menggunakan system digital dalam operasinya berdasar


kepada perhitungan-perhitungan yang erat kaitannya dengan penggunaan
sistem bilangan.

Dalam rangkaian logika kita mengenal bermacam-macam bilangan yang


diantaranya adalah:
- Bilangan Desimal
- Bilangan Biner
- Bilangan Oktal
- Bilangan Hexadesimal

2. Bilangan Desimal

Pada umumnya dalam kehidupan sehari-hari kita menggunakan sistem


bilangan desimal, yaitu bilangan yang terdiri dari angka-angka 0, 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7, 8, 9.
Dari deretan angka-angka diatas maka setelah angka 9 akan terjadi angka-
angka yang lebih besar seperti 10, 11, 12, 13 dan seterusnya. Angka-angka
tersebut merupakan kombinasi dari angka 0 sampai 9. Angka-angka 0 sampai
9 ini dinamakan desimal digit, dimana harga-harga dari desimal digit tersebut
tergantung dari letak urutannya atau yang disebut harga tempat. Jadi
bilangan desimal mempunyai 10 suku angka atau disebut juga radik. Radik
adalah banyaknya suku angka atau digit yang dipergunakan dalam
suatu sistim bilangan. Dengan demikian maka RADIX suatu sistem
bilangan dapat ditentukan dengan rumus R = n + 1. Dimana R = Radik
dan n = angka akhir dari sistem bilangan.
Setiap sistem bilangan mempunyai RADIX yang berbeda seperti:
- Sistem bilangan Biner mempunyai Radix = 2
- Sistem bilangan Oktal mempunyai Radix = 8
- Sistem bilangan Desimal mempunyai Radix = 10
- Sistem bilangan Hexadesimal mempunyai Radix = 16

3. Bilangan Biner

Perlu diketahui bahwa pada rangkaian digital atau rangkaian logika sistem
operasinya menggunakan prinsip adanya dua kondisi yang pasti yaitu:

- Logika “1” atau “0”

- Ya atau Tidak

- High atau Low

- True (benar) atau False (salah)

- Terang atau Gelap

Kondisi-kondisi tersebut dapat dilukiskan sebagai saklar yang sedang


menutup (on) dan saklar yang sedang terbuka ( off). Metode bilangan yang
sesuai dengan prinip kerja dari saklar tersebut adalah penerapan bilangan
biner atau dalam bahasa asingnya binary number. Pada bilangan biner
jumlah digitnya adalah dua yaitu “0” dan “1”, sedangkan untuk sistim
bilangan lainnya adalah seperti berikut ini:

- Bilangan biner (2 digit): 0, 1

- Bilangan oktal (8 digit): 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

- Bilangan desimal (10 digit) : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

- Bilangan hexadesimal: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F

Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa bobot bilangan dari suatu sistim
bilangan tergantung dari letak susunan digitnya atau disebut juga harga
tempat.

Harga tempat dari bilangan desimal adalah:

Dst. --------- 10.000 1.000 100 10 1

n 4 3 2 1
10 --------- 10 10 10 10 10

Berdasarkan harga tempat diatas, maka kita dapat menentukan bobot


bilangan dari suatu sistem bilangan tertentu. Sebagai contoh misalnya
bilangan desimal 4567 atau ditulis (4567)10 mempunyai bobot bilangan
sebagai berikut:
Dst. --------- 10.000 1.000 100 10 1

3 2 1 0
--------- 4 x 10 5 x 10 6 x 10 7x1

Jadi (4567)10 = 4000 + 500 + 60 + 7

Harga tempat dari bilangan biner adalah:

8 7 6 5 4 3 2 1 0
Biner 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Desimal 256 128 64 32 16 8 4 2 1

Perlu diketahui bahwa angka biner yang dipergunakan dalam sistim


bilangan biner disebut BIT (Binary Digit). Sebagai contoh misalnya:

101 = 3 BIT

1101 = 4 BIT

11101 = 5 BIT
BILANGAN BINER BILANGAN
DESIMAL
0 0 0 0
0
0 0 0 1
1
0 0 1 0
2
0 0 1 1
3
0 1 0 0
4
0 1 0 1
5
0 1 1 0
6
0 1 1 1
7
1 0 0 0
8
1 0 0 1
9
1 0 1 0
10
1 0 0 1
11
1 1 0 0
12
1 1 0 1
13
1 1 1 0
14
1 1 1 1
15
Dari tabel diatas terlihat bahwa angka 1 bilangan biner akan bertambah
besar apabila bergeser kekiri. Dengan demikian digit paling kiri
merupakan angka satuan yang terbesar dan digit paling kanan
merupakan angka satuan terkecil.

4. Merubah bilangan biner menjadi bilangan desimal

Dalam perhitungan operasi logika pada umumnya bilangan biner diberi


tanda (....)2 sedangkan bilangan desimal diberi tanda (....)10. Adapun

maksud penandaan tersebut adalah untuk membedakan jenis dan tiap-


tiap sistem bilangan.

Contoh: Bilangan biner (1101)2

Bilangan oktal (142)8

Bilangan desimal (96)10

Bilangan hexadesimal (2B)16

Contoh soal:
Rubahlah bilangan biner (11101)2 menjadi bilangan desimal
Soal diatas dapat diselesaikan dengan 3 cara yaitu:
Cara pertama:

Biner 28 27 26 25 24 23 22 21 20

Desimal 256 128 64 32 16 8 4 2 1

Biner 1 1 1 0 1

Jadi bilangan biner (11101)2 = 16+8+4+1 = 29

Cara kedua:
4 3 2 1 0
(11101)2 = (1x2 ) + (1x2 ) + (1x2 ) + (10x2 ) + (1x2 )

= 16+8+4+0+1

= (29)10

Cara ketiga:
1 1 1 0 1 (11101)10

1x2=2+1=3x2=6+1=7x2=14+0=14 x 2= 28+1= 29

5. Merubah bilangan desimal menjadi bilangan biner

Untuk merubah bilangan desimal menjadi bilangan biner dapat dilakukan


dengan dua cara yaitu: Menggunakan harga tempat dan membagi dua
terus menerus bilangan desimal.

Contoh: Rubahlah bilangan desimal (53)10 menjadi bilangan biner.


Jawab: cara pertama dengan menggunakan harga tempat
8 7 6 5 4 3 2 1 0
Biner 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Desimal 256 128 64 32 16 8 4 2 1

(53)10=32+16+0+4+0+1
= 5 4 2 0
2 +2 +0+2 +0+2

=
1 10101 Jadi (53)10 =
(110101)2

Cara kedua:
Dengan membagi 2 terus menerus sampai sisanya menjadi 0 atau 1 dan
pembacaannya mulai dari bawah.

53/2 = 26 sisa 1

26/2 = 13 sisa 0

13/2 = 6 sisa 1

6/2 = 3 sisa 0

3/2 = 1 sisa 1

1/2 = 0 sisa 1
11 01 0 1

Jadi (53)10 = (110101)2


6. Bilangan Oktal

Dalam rangkaian logika selain bilangan desimal dan bilangan biner, kita
mengenal pula bilangan oktal. Bilangan oktal mempunyai 8 buah digit
yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, radik bilangan oktal adalah 8. Dalam bilangan
oktal tidak angka 8 dan 9, angka selanjutnya setelah angka 7 adalah
angka 10, 11, 12 dan seterusnya. Agar lebih jelas perhatikan bilangan
oktal dibawah ini.

0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 selanjutnya 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,


selanjutnya 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 selanjutnya 30, 31, 32, 33, 34,
35, 36, 37 dan seterusnya.

Sama halnya dengan bilangan biner dan bilangan desimal, bilangan oktal
mempunyai harga tempat seperti dibawah ini:

4 3 2 1 0
Oktal 8 8 8 8 8

Desimal 4096 512 64 8 1

7. Merubah bilangan oktal menjadi bilangan desimal

Untuk merubah bilangan oktal menjadi bilangan desimal dapat dilakukan


dengan harga tempat. Caranya adalah dengan menggunakan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Letakkan bilangan oktal dibawah harga tempatnya

2. Kalikan masing-masing digit dari bilangan oktal sesuai dengan harga


tempatnya

3. Jumlahkan hasil perkalian masing-masing digit bilangan oktal

4. Contoh: Rubahlah bilangan oktal (234)8 menjadi bilangan desimal

Penyelesaian:

2 1 0
Oktal 8 8 8

Desimal 64 8 1

2 3 4 4 x 80 = 4 x 1 = 4

3 x 81 = 3 x 8 = 24

2 x 82 = 2 x 64 = 128

Jumlah = 156

Jadi (234)8 = (156)10

8. Merubah bilangan desimal menjadi bilangan oktal

Merubah bilangan desimal menjadi bilangan oktal dapat dilakukan


dengan menggunakan harga tempat dan membagi 8 bilangan desimal
terus menerus dan hasilnya dibaca dari bawah keatas.
Contoh: Rubahlah bilangan desimal (97)10 menjadi bilangan oktal

Penyelesaian: angka 97 = 64 + 32 + 1

Oktal 82 81 80

Desimal 64 8 1

(97)10 = 1x64 + 4x8 + 1

(97)10 = 1x82 + 4x81 + 1x80

(97)10 = (141)8

Rubahlah bilangan desimal (678)10 menjadi bilangan oktal.

Soal diatas dapat diselesaikan dengan mudah dan sederhana dengan


cara membagi 8 bilangan desimal secara terus menerus.

678/8 = 84 sisa 6

84/8 = 10 sisa 4

10/8 = 1 sisa 2

1/8 = 0 sisa 1 Dibaca dari bawah keatas = (1246)8


9. Merubah bilangan oktal menjadi bilangan biner

Untuk merubah bilangan oktal menjadi bilangan biner dapat dilakukan


dengan cara merubah setiap angka dari bilangan oktal menjadi bilangan
biner 3 bit.

Contoh:

Rubahlah bilangan oktal (65)8 menjadi bilangan

biner Penyelesaian:

(65)8 6 = (110)2

5 = (101)2

Jadi (65)8 = (110 101)2

10. Merubah bilangan biner menjadi bilangan oktal

Untuk merubah bilangan biner menjadi bilangan oktal dapat dilakukan


dengan cara mengelompokkan bilangan biner 3 bit mulai dari sebelah
kanan, kemudian kelompok tiga bit tersebut diubah kedalam bilangan
dasan.
Contoh:
Rubahlah bilangan biner (101110111)2 menjadi bilangan oktal
Penyelesaian:
(101110111)2 110 111)2
5 6 7
Jadi (101110111)2 = (567)8

11. Bilangan Hexadesimal

Bilangan hexadesimal mempunyai 16 suku angka/digit seperti berikut ini:


0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Huruf-huruf A sampai F
adalah sebagai pengganti dari angka-angka bilangan desimal mulai dari
10 sampai 15.

(A)16 = (10)2 (D)16 = (13)10

(B)16 = (11)2 (E)16 = (14)10

(C)16 = (12)2 (F)16 = (15)10

Seperti juga halnya dengan sistem bilangan lainnya, maka sistem


bilangan hexadesimal juga mempunyai harga tempat seperti dibawah ini.

3 2 1 0
Hexadesimal 16 16 16 16

Desimal 4096 256 16 1


Urutan bilangan hexadesimal dan bilangan lainnya adalah seperti
dibawah ini.

Persamaan bilangan

Hexsadesimal Desimal Oktal Biner


1 1 1 0001
2 2 2 0010
3 3 3 0011
4 4 4 0100
5 5 5 0101
6 6 6 0110
7 7 7 0111
8 8 10 1000
9 9 11 1001
A 10 12 1010
B 11 13 1011
C 12 14 1100
D 13 15 1101
E 14 16 1110
F 15 17 1111
12. Merubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner

Untuk merubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner dapat


ditempuh dengan cara merubah setiap digit dari bilangan hexadesimal
menjadi bilangan biner 4 bit, kemudian menyusunnya berdasarkan
urutannya. Bilangan hexadesimal dalam penulisannya diberi tanda (....) 16

untuk membedakan dengan bilangan


lainnya. Contoh:

Rubahlah bilangan hexadesimal (B4C)16 menjadi bilangan biner.

Penyelesaian: (B)16 = (1011)2

(4)16 = (0100)2

(C)16 = (1100)2

Jadi bilangan hexadesimal (B4C)16 = (1011 0100 1100)2

13. Merubah bilangan biner menjadi bilangan hexadesimal

Cara yang mudah untuk merubah bilangan biner menjadi bilangan


hexadesimal ialah dengan cara mengelompokkan setiap 4 bit bilangan
biner mulai dari digit paling kanan. Kemudian setelah dikelompokkan,
tiap kelompok 4 bit tersebut dirubah menjadi bilangan hexadesimal.

Contoh:
Rubahlah bilangan biner (11010101)2 menjadi bilangan hexadesimal.

Penyelesaian:

(11010101)2 kelompok sebelah kiri (1101)2 = (D)16

Kiri kanan kelompok sebelah kanan (0101)2 = (5)16

Jadi (11010101)2 = (D5)16

Soal: Rubahlah bilangan biner (101000101011)2 menjadi bilangan


hexadesimal.

Penyelesaian:

(101000101011)2 = (1010 0010 1011)2 = (A 2 B)16

14. Merubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan desimal

Untuk merubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan desimal dapat


dilakukan dengan cara seperti dibawah ini.

1. Rubahlah bilangan hexadesimal menjadi bilangan


desimal. (2B)16 = (.....)10
Penyelesaian:
Pertama-tama ubah bilangan hexadesimal menjadi bilangan biner.

(2B)16 (2)16 = (0010)2

(B)16 = (1011)2

Hasilnya adalah (2B)16 = (0010 1011)2

Selanjutnya bilangan biner (0010 1011)2 dirubah dalam bentuk


bilangan desimal = (43)10

2. Soal diatas juga dapat diselesaikan dengan menggunakan harga


tempat.

3 2 1 0
Hexadesimal 16 16 16 16

Desimal 4096 256 16 1

2 B

1 0
(2B)16 = (2x16 ) + (11x16 )

= 2x16 + 11x1

= 32+11

= 43 Jadi bilangan hexadesimal (2B)16 = (43)10


15. Penjumlahan bilangan desimal

Pada penjumlahan bilangan desimal bila hasilnya melebihi angka terbesar


(angka 9), maka akan ada angka bawaan berupa digit dan digit 1 tersebut
harus dipindahkan dan dijumlahkan dengan penjumlahan angka pada kolom
berikutnya. Angka bawaan berupa digit 1 yang dihasilkan tersebut dalam
perhitungan logika disebut “nilai pindahan” atau “ carry”.

Contoh: 579 + 285 = .... ? 579

285 +

864

16. Penjumlahan bilangan biner

Penjumlahan bilangan biner hampir sama dengan penjumlahan bilangan


desimal, yaitu jika pada kolom pertama kedua angka yang dijumlahkan
sama dengan 0, maka hail penjumlahannya juga sama dengan 0,
sedangkan bila salah satu angka yang mempunyai harga 0 atau , maka
hasil penjumlahannya juga akan 0 atau 1. Tetapi apabila kedua angka
yang dijumlahkan kedua-duanya mempunyai harga 1, maka hasilnya
akan 0, namun ada angka “pindahan” yang harus ditambahkan ke kolom
berikutnya dan demikian seterusnya.

Contoh: Jumlahkan (1101)2 + (1111)2 = (.....)2


17. Penjumlahan bilangan oktal

Penjumlahan bilangan oktal pada dasarnya hampir sama dengan


penjumlahan bilangan desimal, yaitu apabila hasil penjumlahan
kolomnya melebihi dari angka terbesar (angka 7) maka hasilnya akan 0
dan ada angka pindahan keluaran (carry out) 1 dan angka 1 tersebut
harus dipindahkan dan dijumlahkan dengan penjumlahan angka pada
kolom berikutnya dan angka puluhan keluaran tersebut digeser kekiri
untuk ikut ditambahkan menjadi pindahan masukan (caary in).

Contoh: (345)8 + (234)8 = (....)8

Penyelesaian: (345)8

(234)8 +

(612)8

18. Penjumlahan bilangan hexadesimal

Jumlah digit atau radix dari sistem bilangan hexadesimal adalah 16.
Dalam sistim bilangan hexadesimal selain terdapat angka-angka 0
sampai 9 juga terdapat huruf-huruf A sampai F yang berfungsi sebagai
pengganti bilangan 10 sampai 15. Angka tertinggi dari bilangan
hexadesimal adalah F atau 15.
Penjumlahan pada bilangan hexadesimal juga hampir sama dengan
sistem bilangan lainnya yaitu apabila hasil penjumlahan kolomnya
melebihi dari angka terbesar, maka hasilnya akan 0 dan angka 1 sebagai
pindahan keluaran (carry out) dipindahkan kekiri untuk ikut dijumlahkan
dengan penjumlahan berikutnya menjadi pindahan masukan (carry in).

Contoh:

Jumlahkan (878)16 + (989)16 = (....)16

Penyelesaian:

(879)16

(969)16 +

(12E3)16

19. Pengurangan bilangan desimal

Dalam pengurangan bilangan desimal apabila digit pengurangnya lebih


besar dari digit yang akan dikurangi, maka digit yang akan dikurangi
harus pinjam (borrow) 1 dari digit disebelah kirinya yang mempunyai
bobot lebih besar. Nilai pinjaman tersebut besarnya sama dengan
kelipatan dari radiknya yaitu 10, 100, 1000 dan seterusnya.
Contoh:
(687)10
(298)10 –
(389)10

20. Pengurangan bilangan biner

Pengurangan bilangan biner pada dasarnya hampir sama dengan


pengurangan bilangan desimal, yaitu dilakukan langsung dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. 0 – 0 pinjaman masukan (borrow in) = 0

b. 0 – 1 pinjaman masukan (borrow in) = 1

c. 1 – 0 pinjaman masukan (borrow in) = 0

d. 1 – 1 pinjaman masukan (borrow in) = 0

Pada bagian b kita pinjam (borrow in) dari digit sebelah kiri.
Contoh:

Kurangkan: (1011)2 – (0111)2 = (....)2

Penyelesaian:

(1011)2

(0111)2 –

(0100)2
21. Aljabar Boolean

Pada dasarnya rangkaian logika ( digital) dibentuk dari beberapa gabungan


komponen elektronik yang terdiri dari bermacam-macam gate (gerbang) dan
rangkaian-rangkaian lainnya sehingga membentuk rangkaian elektronika
yang bersifat komplek dan cukup rumit. Maka untuk mempermudah dalam
menyelesaikan perhitungan, penjabarannya dapat dilakukan dengan
menggunakan sifat-sifat persamaan aljabar Boolean.

Pada aljabar Boolean jika kita melihat tanda + (plus), maka kita harus
ingat pada bentuk OR Gate dan bila melihat tanda . (kali) kita harus ingat
kepada bentuk AND Gate.

Sifat-sifat persamaan Boolean dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hukum identitas

Fungsi OR dari aljabar

Boolean A+0=A

A+A=A

A+1=1

A+Ā=1
Fungsi AND dari aljabar Boolean

A.0=0

A.A=A

A.1=A

A.Ā=0

2. Hukum Komutatif

Pada fungi OR

A+B+C=C+B+A
Pada fungsi AND

A.B.C=C.B.A

3. Hukum Asosiatif

Pada fungsi OR

A+B+C=A+(B+C)

= B+(A+C)

= C+(A+B)

Pada fungsi AND

A.B.C=A.(B.C)

= B.(A.C)

= C.(A.B)
4. Hukum Distributif

A(B+C)=AB+AC

5. Hukum Absortif

A+A.B=A

Pembuktian: A + A.B = A(1 + B)

= A.1

= A
6. Hukum Demorgan

A.B= A+ B

Bukti dari hukum De

Morgan: A.B= A+ B

Misal A = 0 dan B =

1 0.1= 0+1

1= 1+0

1=1

Misal A = 1 dan B = 0

1.0= 1+0

1= 0+1

1=1
c. Rangkuman
1. Bilangan desimal ialah bilangan yang terdiri dari angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, 9. Dari deretan angka-angka diatas maka setelah angka 9 akan
terjadi angka-angka yang lebih besar seperti 10, 11, 12, 13 dan seterusnya.

2. Pada rangkaian digital atau rangkaian logika sistem operasinya


menggunakan prinsip adanya dua kondisi yang pasti yaitu : Logika “1”
atau “0”, Ya atau Tidak, High atau Low, True (benar) atau False (salah),
Terang atau Gelap. Pada bilangan biner jumlah digitnya adalah dua yaitu
“0” dan “1”.

3. Bilangan oktal mempunyai 8 buah digit yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, radik


bilangan oktal adalah 8. Dalam bilangan oktal tidak angka 8 dan 9, angka
selanjutnya setelah angka 7 adalah angka 10, 11, 12 dan seterusnya.

4. Bilangan hexadesimal mempunyai 16 suku angka/digit seperti berikut ini:


0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D, E, F. Huruf-huruf A sampai F adalah
sebagai pengganti dari angka-angka bilangan desimal mulai dari 10
sampai 15.

5. Persamaan aljabar Boolean mengenal beberapa hukum, yaitu Hukum


identitas, Hukum Komutatif, Hukum Asosiatif, Hukum Distributif, Hukum
Absortif dan Hukum Demorgan.
d. Tugas
Buatlah rangkaian gerbang digital yang menggunakan gerbang digital AND,
OR dan NOT untuk membuktikan kebenaran hukum De Morgan.

e. Tes Formatif
1. Ubahlah bilangan biner (1111)2 menjadi bilangan desimal (.....)10
2. Ubahlah bilangan desimal (85)10 menjadi bilangan biner (.....)2
3. Ubahlah bilangan oktal (125)8 menjadi bilangan desimal (.....)10
4. Ubahlah bilangan desimal (76)10 menjadi bilangan oktal (.....)8
5. Ubahlah bilangan oktal (94)8 menjadi bilangan biner (.....)2
6. Ubahlah bilangan biner (111011011)2 menjadi bilangan oktal (.....)8
7. Ubahlah bilangan hexadesimal (A2B)16 menjadi bilangan biner (.....)2
8. Ubahlah bilangan biner (111101101010)2 menjadi bilangan hexadesimal
(.....)16
9. Ubahlah bilangan hexadesimal (3F5)16 menjadi bilangan desimal (.....)10
10. Ubahlah bilangan hexadesimal (8C)16 menjadi bilangan oktal (.....)8
11. Jumlahkan bilangan biner (110111)2 + (11001)2
12. Kurangkan bilangan biner (110111)2 – (11001)2
13. Jumlahkan bilangan oktal (123)8 + (456)8
14. Kurangkan bilangan oktal (456)8 - (123)8
15. Jumlahkan bilangan hexadesimal (465)16 + (231)16
f. Kunci Jawaban
g. Lembar Kerja
Judul: Membuktikan Hukum Distributif
Alat dan bahan:
1. Multimeter = 1 buah
2. Catu daya DC 5 V stabil = 1 buah
3. Breadboard (papan rangkaian) = 1 buah
4. Kabel-kabel penyambung = secukupnya
5. LED = 2 buah
6. IC gerbang OR = 1 buah
7. IC gerbang AND = 1 buah

Keselamatan Kerja:
1. Jangan meletakkan Multimeter (Ohm meter) ditepi meja agar tidak jatuh
2. Dalam menggunakan meter kumparan putar (volt meter, amper meter
dan ohm meter) mulailah dari batas ukur terbesar
3. Bacalah dan pahami petunjuk praktikum pada setiap lembar kegiatan
belajar

Langkah kerja:
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Buatlah rangkaian gerbang digital seperti gambar skema dibawah ini:
3. Buatlah tabel kebenaran dari rangkaian diatas
A B C B+C A(B + C)
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1
4. Berilah catu daya 5 V pada rangkaian tersebut, amati nyalanya LED.

5. Berilah pada input A, B, C sinyal 0 atau 1 ( tegangan 0 V atau 5 V) sesuai


dengan tabel kebenaran, amati nyala LED. Jika LED mati berarti logic 0,
jika LED menyala berarti logic 1. Isikan dalam tabel diatas.

6. Buatlah rangkaian gerbang digital seperti gambar skema dibawah ini:


Buatlah tabel kebenaran dari rangkaian diatas
A B C A.B A.C AB+AC
0 0 0
0 0 1
0 1 0
0 1 1
1 0 0
1 0 1
1 1 0
1 1 1

7. Berilah catu daya 5 V pada rangkaian tersebut, amati nyalanya LED.

8. Berilah pada input A, B, C sinyal 0 atau 1 ( tegangan 0 V atau 5 V) sesuai


dengan tabel kebenaran, amati nyala LED. Jika LED mati berarti logic 0,
jika LED menyala berarti logic 1. Isikan dalam tabel diatas.

9. Dari langkah 2 s/d. langkah 9 apakah hasil output kedua rangkaian diatas
sama, sebab menurut hukum Distributif A(B + C) = AB + AC Buat
kesimpulan dari pengamatan saudara.
10.Kembalikan semua alat dan bahan.

Anda mungkin juga menyukai