Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

SISTEM BILANGAN

Basis Atau Radik


Ada bermacam-macam sistem bilangan. Masing-masing sistem bilangan tersebut dibatasi
oleh apa yang dinamakan basis atau radik ( radix ): yaitu banyaknya angka atau “digit”
yang digunakan misalnya sistem bilangan desimal, mempunyai sepuluh digit yaitu : 0, 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 sehingga bilangan desimal ada bilangan yang mempunyai radik :
r = 10
Nama dari masing-masing sistem bilangan itupun berasal dari radik atau basisnya.
Misalnya, dinamakan bilangan desimal karena desimal berarti 1. Oleh karena itu
dinamakan juga bilangan puluhan. sistem bilangan yang lain misalnya bilangan OKTAL,
dinamakan begitu karena radiknya adalah delapan (OKTAL : delapan ). Bilangan biner,
karena radiknya adalah dua (Bi : mengandung arti dua ).
Karena orang sudah biasa menghitung memakai bilangan desimal. Maka tidak banyak
mempersoalkan tentang radiknya. Namun untuk mempelajari sistem bilangan yang
lainnya, perhitungkan tentang radik adalah sangat penting karena radik adalah dasar
untuk menentukan nilai bobot Bilangan tersebut.
Bilangan Bobot
Bobot suatu bilangan tergantung dari radik atau susunan digit-digitnya misalnya bilangan
desimal 156 atau tulis (156)10 , mempunyai bobot bilangan sebagai berikut :
6 : menunjukkan harga satuan (=6 )
5 : menunjukkan harga puluhan ( = 50 )
1 : menunjukkan harga ratusan ( = 100 )
Sehingga : ( 156 )1 0 = 6 + 50 + 100
= (6 x 100 ) + (5 x 101 ) + (1 x 102 ).
Bilangan dari persamaan bobot bilangan desimal tersebut angka-angka atau digit-digitnya
diganti : d
Dihitung mulai dari angka satuan, digit kesatu : d0
digit kedua : d1
digit ketiga : d2
basis atau radikal : 10 = r, bilangan 156 = N, maka akan didapatkan suatu rumus bobot
bilangan :
(N)r= d0 r0 + d1 r1 + d2 r2 + ....................
Rumus tersebut berlaku secara umum untuk mengetahui nilai desimal (bobot bilangan)
dari berbagai bilangan dengan radik yang lain. Dan berlaku untuk bilangan utuh (bukan
pecahan).
Bilangan Oktal
Bilangan Oktal hanya menggunakan delapan digit saja. yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
Sehingga radik bilangan oktal adalah : r = 8. Dengan demikian suatau bilangan oktal tidak
pernah mempunyai angka 8 dan 9, kecualiuntuk menujukkan bilangan radiknya tetap
pakai angka 8. misalnya bilangan oktal 61 atau ( 61 )8 , nilainya tidak sama dengan
bilangan desimal 61, melainkan sama dengan bilangan desimal 49 (menjadi lebih kecil)
cara mengetahui nilai desimalnya dengan menggunakan rumus bobot bilangan di atas
tadi.
(N)r = d0 r0 + d1 r1 .
(61)8 = (1 x 80) + (6 x 81 ).
= 1 + 48
= (49)1 0 .
Contoh : beberapa nilai desimal dari bilangan oktal 1257?
( 1257 )8 = (7 x 80) + (5 + 81 ) + (2 x 82 ) + (1 x 83 )
= 7 + 40 + 128 + 512 .
= (687)1 0 .

Bilangan Duodesimal
Nilai bilangan desimal mempunyai radik sepuluh, bilangan Duodesimal radiknya lebih dua
yaitu : r = 12. Digit-digitnya adalah : 0, 1, 2, 3, 4,5, 6, 7, 8, 9, t dan e menggantikan
bilangan desimal 10 dan 11, sehingga : t = (10)1 0 , .e = (11)1 0 .
Untuk mengetahui nilai desimal dari bilangan duodesimal tetap memakai rumus bobot
bilangan (rumus N)
Contoh : Hitunglah nilai desimal (bobot bilangan) dari bilangan duodesimal 2 te.
(2 te)1 2 = (e x 120) + (t x 121) + (2 x 122) .
= e + (10 x 12) + (2 x 144)
= 11 + 120 + 288
= (419)1 0

Bilangan Heksadesimal
Bilangan Heksadesimal mempunyai radik : r = 16 .
Ke–16 digit-digitnya yaitu : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, A, B, C, D,E dan F. Huruf-huruf A
sampai F menggantikan bilangan desimal 10 sampai 15 :
A = (10)1 0. D = (13)1 0.
B = (11)1 0. E = (14)1 0.
C = (12)1 0. F = (15)1 0.
Dengan menggunakan rumus N dapat diketahui nilai desimal dari suatu bilangan
heksadesimal.
Contoh : Hitunglah nilai desimal dari ( 1a2b )1 6.
(1a2b)1 6 = (b x 160 ) + (2 x 161) + (a x 162) + (1 x 163 ).
= b + 32 + (10 x 256) + 4096.
= 11 + 32 + 2560 + 4096.
= (6699)1 0.

Bilangan Biner
Bilangan biner hanya mempunyai dua digit saja, yaitu digit “0” dan digit “1”. Sehingga
bilangan biner merupakan sistem bilangan yang mempuyai radik paling kecil : r = 2.
Dengan menyusun digit-digit 0 dan 1 sesuai kaidah yang berlaku, orang dapat berhitung
seperti bilangan desimal biasa.
Keuntungannya, digit 0 dan 1 dapat di wujudkan oleh besaran elektris yang tegangan
(voltage). Sehingga nantinya orang dapat dengan mudah mengetahui nilai elektris dari
suatu bilangan desimal biasa, bahkan juga kata-kata yang berupa perintah ataupun
informasi, setelah semuanya disandi dalam bilangan linier teratur. Hal ini dilakukan pada
mesin-mesin logika misalnya digital komputer. yaitu komputer yang bekerja dengan
informasi atau data yang dinyatakan dalam bentuk digital.
Dalam bentuk, digit 0 : berarti tidak ada tegangan (sebenarnya tetap ada, tetapi kecil
sekali 0–2,4 Volt), sedangkan digit 1 : berarti ada tegangan (2,4 –5 Volt ).
Bilangan biner 0 sampai 15 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Bilangan Biner 1-15

Bilangan Desimal Bilangan Biner


0 0 0 0 0
1 0 0 0 1
2 0 0 1 0
3 0 0 1 1
4 0 1 0 0
5 0 1 0 1
6 0 1 1 0
7 0 1 1 1
8 1 0 0 0
9 1 0 0 1
10 1 0 1 0
11 1 0 1 1
12 1 1 0 0
13 1 1 0 1
14 1 1 1 0
15 1 1 1 1
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa nilai digit 1 bertambah besar bila bergeser ke kiri
sehingga bila menghitung naik (Count–Up), digit 1 harus selalu digeser ke kiri. Sebaliknya
bila menghitung turun (Count–Down), digit satu harus digeser ke kanan. Dengan
demikian digit yang paling kanan bernilai yang paling kecil, digit yang paling kiri yang
bernilai paling besar .
Digit yang paling kanan : disebut LSD (Least Significant Digit), yaitu digit yang
mempunyai bobot paling kecil.
Digit yang paling kiri : disebut digit MSD ( Most Significant Digit ) yaitu digit yang
mempunyai bobot paling besar.
Dan karena masing-masing digit bilangan biner itu disebut pula “bit” ( berasal dari kata :
Binary Digit ). Maka singkatan atau istilah LSD dapat diganti dengan LSB ( Least
Significant Bit ), istilah MSD dapat diganti dengan MSB ( Most Significant Bit ). Kedua
istilah tersebut sangat penting dalam perhitungan bilangan biner selanjutnya.
Contoh LSB dan MSB : MSB 10110 LSB
MSB 1 1 0 1 0 1 LSB
Selanjutnya untuk mengetahui nilai desimal dari bilangan biner, dapat digunakan rumus N
(rumus bobot bilangan). seperti yang telah dikerjakan pada sistem bilangan yang lain.
Pelaksanaannya dikerjakan sebagai berikut :
( 1 1 1 0 1 0 1 )2 = ( .................. )2
= 1 + 4 + 16 + 32 + 6
= (117)10
1 1 1 0 1 0 1
26 25 24 23 22 21 20
6 1
32 4
8 4 2 1 6
Keterangan : Dengan r = 2, maka tiap–tiap bit mulai
dari LSB, mempunyai bobot kelipatan dari 20, 21, ......, atau deret bilangan
1, 2, 4, 8, 16, ........... sehingga tinggal menjumlahkan bobot
masing–masing digit 1.
Contoh : Hitung nilai desimal dari ( 1 0 1 0 1 0 1 )2

(1 0 1 0 1 0 1)2 = 1 + 4 + 16 + 64
64 16 4 1 = ( 85 )10
Kembali pada Tabel 1.1 di atas, terlihat bahwa 4 bit bilangan biner yang penuh berisi digit
1 mempunyai bobot 15. Berarti kemampuan berhitung dari 4 bit hanya 15, lewat dari itu
harus tambah bit.
(15)10 = (1 1 1 1 )2 .................. banyak bit : 4
15 = 16 – 1
15 = 24 - 1 .................... 2 = Radik
Dari persamaan tersebut, bila banyaknya bit = 4 diganti n, radik = r, dan bilangan 15 (nilai
tertinggi 4 bit) diganti B, maka diperoleh suatu rumus:

B = rn – 1 (1.1)
Atau dikatakan, bahwa kemampuan berhitung dari sejumlah bit bilangan biner sama
dengan radik pangkat banyaknya bit, setelah itu dikurangi satu. Misalnya bilangan biner
yang terdiri dari 5 bit, kemampuan berhitung ( bobot tertinggi ) adalah :

(1 1 1 1 1)2 = 25 - 1
= 32 - 1 = (32)2
Dalam tabel dapat dilihat pula, 3 bit penuh : 1 1 1 = 7, 2 bit penuh : 1 1 = 3, sesuai rumus
di atas tadi.

Mengubah Bilangan Desimal Menjadi Bilangan Radik Lain

Pada tulisan terdahulu telah diketahui cara mencari bobot bilangan atau nilai desimal dari
suatu sistem bilangan dengan radik yang lain. Kebalikan dari proses tersebut adalah
mengubah dari bilangan desimal menjadi bilangan radik lain, misalnya menjadi bilangan
oktal, menjadi bilangan biner dan sebagainya.

Pada umumnya mengubah bilangan desimal menjadi bilangan radik lain dapat dilakukan
dengan cara pembagian yang terus-menerus: bilangan desimal tersebut dibagi dengan
radik bilangan yang baru yang dikehendaki, terus-menerus sampai habis atau sampai
hasilnya sama dengan nol. Sisa tiap-tiap pembagian akan menjadi digit-digit bilangan
baru tersebut. Sisa pembagian yang pertama menjadi digit yang paling kanan atau LSD,
berturut-turut sehingga sisa pembagian yang terakhir menjadi digit yang paling kiri atau
MSD.

Agar lebih jelas ikuti contoh-contoh di bawah ini.

Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan oktal.

Contoh : Ubahlah ( 1675 ) 10 menjadi bilangan oktal.

1675 : 8 = 209 sisa : 3 (LSD).


209 : 8 = 26 sisa : 1.
26 : 8 = 3 sisa : 2.
3 : 8 = 0 sisa : 3 (MSD).
(1675) 10 = (3213) 8

Mengubah bilangan desimal menjadi duodesimal.

Contoh : Hitunglah nilai duodesimal dari ( 3346 ) 10

3346 : 12 = 278 sisa : 10 = t (LSD).


278 : 12 = 23 sisa : 2
23 : 12 = 1 sisa : 11 = e.
1 : 12 = 0 sisa : 1 (MSD).
(1675)10 = ( 1e2t )12

Mengubah bilangan desimal menjadi heksadesimal.

Contoh : Buatlah sandi heksadesimal dari bilangan desimal 6699

6699 : 16 = 418 sisa : 11 = b (LSB).


418 : 16 = 26 sisa : 2.
26 : 16 = 1 sisa : 10 = a.
1 : 16 = 0 sisa : 1 (MSD).
(6699)10 = (1a2b)16

Mengubah bilangan desimal menjadi bilangan biner.


Contoh : buatlah bilangan biner dari ( 35 ) 10
35 :2 = 17 sisa : 1 (LSB).
17 :2 = 8 sisa : 1.
8 :2 = 4 sisa : 0.
4 :2 = 2 sisa : 0.
2 :2 = 1 sisa : 0.
1 :2 = 0 sisa : 1 (MSB).
(35)10 = (1 0 0 0 1 1)2

Mengubah bilangan desimal ke bilangan biner seperti yang dikerjakan pada contoh di
atas kadang-kadang terlalu menghabiskan waktu atau tempat, terutama dalam mengubah
bilangan desimal yang besar. Oleh karena itu ada cara lain yang lebih mudah, yaitu
dengan menguraikan bilangan desimal menjadi beberapa bilangan yang mempunyai
kelipatan 20, 21......... dan seterusnya. Untuk pertama kali harus dibuat tabel yang berisi
urutan bobot bilangan tersebut.

Tabel 1.2 Urutan bobot bilangan desimal ke bilangan biner


No Bit 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Bilanga
Bobot n 512 256 128 64 32 16 8 4 2 1

Tabel di atas berguna untuk mengetahui bit dari nomor berapa penguraian bilangan
desimal tersebut dimulai, seterusnya penguraian harus berurutan ke arah bobot bilangan
yang lebih kecil. Misalnya contoh di atas, bilangan 35 lebih kecil dari 64 (bit No. 7), maka
penguraian di mulai dari 32 (bit No. 6).

35 = 32 + 3
= 32 + 2 + 1
Dari penguraian tersebut diketahi bahwa yang berisi digit-digit 1 hanyalah bit-bit no. 6, no.
2 dan no. 1 saja, sehingga didapat hasilnya : ( 1 0 0 0 1 1 )2.

Contoh 1: Buatlah bilangan biner dari ( 145 ) 10


145 = 128 + 17
= 128 + 16 + 1. (bit no. : 8, 5, dan 1).
(145)10 = (1 0 0 1 0 0 0 1 )2
Contoh 2 = buatlah bilangan biner dari ( 451 ) 10
451 = 256 + 195
= 256 + 128 + 67.
= 256 + 128 + 64 + 3.
= 256 + 128 + 64 + 2 + 1. (bit no. : 9, 8, 7, 2dan 1).
(451)10 = (1 1 1 0 0 0 0 1 1)2

Mengubah Bilangan Desimal Menjadi Bilangan Oktal.

Pada umumnya untuk mengubah bilangan dari radik yang satu ke radik yang lain dapat
dilakukan dengan melalui pengubahan dulu menjadi bilangan desimal. Setelah menjadi
bilangan desimal (diubah dengan rumus N/bobot bilangan ). Selanjutnya dilakukan
pengubahan ke sistem bilangan yang dikehendaki (cara pembagian dengan radik terus-
menerus sampai habis). Untuk mengubah bilangan biner menjadi bilangan oktal ada cara
lain yang lebih mudah yaitu dengan cara pengubahan langsung. Hal itu dilakukan dengan
mengelompokkan bit – bit bilangan biner tersebut tiga – tiga dimulai dari LSB. Masing-
masing kelompok itu kemudian di baca bobot bilangan atau nilai desimalnya. Susunan
bobot bilangan tersebut sudah merupakan bilangan oktalnya.

Contoh : Hitunglah nilai oktal dari (1 1 0 1 0 1 1 1 )2


(1 1 0 1 0 1 1 1)2 = 11 010 111 = (327)8
LSB 3 2 7

Mengubah Bilangan Oktal Menjadi Bilangan Biner.


Mengubah bilangan oktal menjadi bilangan biner dapat dilakukan dengan mudah, yaitu
sebagai kebalikan dari proses yang dilakukan di atas tadi. Dalam hal ini masing-masing
digit bilangan oktal diubah langsung menjadi biner dalam kelompok 3 bit, kemudian
menyusun kelompok bit tersebut sesuai urutan semula.
Contoh : Ubahlah ( 374 )8 menjadi bilangan biner
(3 4 7 )8 = (1 1 1 0 0 1 1 1)2
011 100 111

Mengubah Bilangan Biner Menjadi Bilangan Heksadesimal.


Mengubah bilangan biner menjadi bilangan heksadesimal dapat dilakukan dengan
mengubah dulu bilangan biner menjadi bilangan desimal biasa, kemudian diubah menjadi
bilangan heksadesimal dengan cara pembagian oleh radik : 16 terus menerus sampai
habis. Tetapi ada cara lain yang lebih mudah, yaitu pengubahan langsung. Cara
pengubahan langsung dilakukan dengan mengelompokkan bilangan biner tersebut
masing–masing 4 bit dimulai dari LSB. Susunan dari bobot bilangan masing-masing
kelompok sudah merupakan bilangan heksadesimal.
Contoh : ubahlah ( 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 )2 menjadi heksa desimal
10111000111 = 101 1100 0111
LSB 5 12 7
= (5 e 7)16

Mengubah Bilangan Heksadesimal Menjadi Bilangan Biner


Mengubah bilangan heksadesimal menjadi bilangan biner dilakukan sebagai kebalikan
dari proses di atas, yaitu dengan mengubah langsung masing-masing digit bilangan
heksadesimal menjadi bilangan biner empat bit. Setelah itu
Contoh : Ubahlah ( 4 9 3 )16 menjadi biner
(4 9 3)16 = (1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1)2
0100 1001 0011

Bilangan Pecahan
Pada uraian terdahulu telah diketahui cara menghitung bobot bilangan dari bermacam-
macam sistem bilangan, yaitu dengan menggunakan rumus:
(N)r = d0r0 + d1r1 + d2r2 + ……. dan seterusnya.
Rumus tersebut hanya berlaku untuk bilangan utuh atau bilangan yang tidak
mengandung pecahan. Untuk mencari bobot bilangan pecahan dilakukan sebagai berikut
Misalnya bilangan pecahan (0,75)10, bobotnya adalah :
0,75 =
=
= ( 7 x 10-2 ) + ( 5 x 10-2 )
Bila digit 7 diganti dengan : d_1, digit 5 di ganti d_2 dan radik 10 = r , dimasukan dalam
persamaan di atas, maka di dapat rumus bobot bilangan pecahan :
d_1 r -1 + d_2 r – 2 + ……… dan seterusnya (1.2)
Bila rumus tersebut di gabungkan dengan rumus bobot bilangan utuh, mendapatkan
rumus umum bobot bilangan sebagai berikut :
(N)r = dnrn + dn-1rn-1+...d2r2 +d1r1+d0r0+…d_1 r -1 +d_2 r -2+...d_n r –n (1.3)
Dimana :
n = menunjukan digit yang keberapa di hitung dari satuan /d0
d = digit yang dipergunakan
r = radik atau basis bilangan

Dengan rumus tersebut, dapat dihitung bobot bilangan dari berbagai sistem bilangan,baik
utuh maupun yang mengandung pecahan. Di bawah ini diberikan beberapa contoh :
(35,27)8 = (3 x 81) + (5 x 80) + (2 x 8-2) + (7 x 8-2)
(4,3t)12 = (4 x 120) + (3 x 12-1) + (t x 12-2 )
(7,bc)16 = (7 x 160) + (b x 16-1) + (c x 16-2)
(11,11)2 = (1 x 21) + ( 1 x 20) + ( 1 x 2) + ( 1 x 2-2)
Untuk mengubah bilangan desimal yang mengandung pecahan menjadi bilangan radik
lain, masing-masing bagian yang utuh dan yang pecahan dikerjakan sendiri-sendiri.
Bilangan yang utuh diubah dengan cara pembagian oleh radik terus menerus sampai
habis. Bilangan pecahan diubah dengan cara mengalikan berturut-turut dengan radik
baru yang dikehendaki. Tiap-tiap hasil perkalian yang utuh (bukan pecahan), menjadi
digit-digit pecahan bilangan tersebut.
Selanjutnya di bawah ini diberikan contoh pengubahan bilangan desimal yang
mengandung pecahan ke bilangan biner, misalnya dari bilangan desimal 23,375.

Bagian yang utuh Bagian yang pecahan


23 : 2 = 11 sisa : 1 0,375 x2 = 0, 750
11 :2 = 5 sisa : 1 0,750 x2 = 1, 500
5:2 = 2 sisa : 1 00,500 x 2 = 1, 000
2:2 = 1 sisa : 0 LBS
1:2 = 0 sisa : 1… (MSB).

Setelah di susun dari MBS ke LBS, hasilnya : 23,375 = (10111,011)2


Tabel 1.3 Persamaan Bilangan
Duo
Siste Desima Heksa
Biner Oktaf desima
m l desimal
l
Radik 2 8 10 12 16
0 0 0 0 0
1 1 1 1 1
10 2 2 2 2
11 3 3 3 3
100 4 4 4 4
101 5 5 5 5
110 6 6 6 6
111 7 7 7 7
1000 10 8 8 8
1001 11 9 9 9
1010 12 10 t a
1011 13 11 e b
1100 14 12 10 c
1101 15 13 11 d
1110 16 14 12 e
1111 17 15 13 f
10000 20 16 14 10
10001 21 17 15 11
10010 22 18 16 12
10011 23 19 17 13
10100 24 20 18 14
10101 25 21 19 15
10110 26 22 1t 16
10111 27 23 1e 17
11000 30 24 20 18
11001 31 25 21 19
11010 32 26 22 1a
11011 33 27 23 1b
11100 34 28 24 1c
11101 35 29 25 1d
11110 36 30 26 1e
11111 37 31 27 1f
10000
0 40 32 28 20

Soal-Soal Untuk Latihan :


1. Hitung bobot bilangan dari:
a. (4 7 3)8 c. (9 d f)16
b. (1 e 7 t)12 d. (1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1)2
2. Ubahlah bilangan desimal di bawah ini:
a. 989 menjadi bilangan radik 8.
b. 732 menjadi bilangan radik 5
c. 876 menjadi bilangan radik 12
d. 932 menjadi bilangan radik 16
3. Ubahlah bilangan desimal di bawah ini menjadi bilangan biner:
a. 526 c. 279,75 e.
b. 325 d. 95,0125 f.
4. Jadikan ke bilangan oktal:
a. (1 1 0 1 1 1 0 1 1)2
b. (1 0 1 1 1 1 0 1 1)2
5. Ubahlah bilangan di bawah ini:
a. (5 7 3)8 menjadi bilangan biner
b. (9 6 7)16 menjadi bilangan biner

Anda mungkin juga menyukai